Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA I REAKSI UJI PROTEIN

Nama NIM Dosen Pengasuh

: Retno Warianti : 06091010029 : Drs. Made Sukaryawan, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA

I. Nomor Percobaan : II II. Judul Percobaan : Reaksi Uji Protein III. Tujuan : Untuk Menguji Kandungan yang terdapat dalam Protein

IV. Landasan Teori : Protein adalah biokimia senyawa yang terdiri dari satu atau lebih polipeptida biasanya dilipat menjadi bulat atau berserat bentuk, memfasilitasi fungsi biologis. Sebuah polipeptida adalah tunggal linier polimer rantai asam amino terikat bersama oleh ikatan asam

peptida antara karboksil dan amino kelompok

berdekatan

amino residu . Para urutan asam amino dalam protein ditentukan oleh urutan sebuah gen , yang dikodekan dalam kode genetik . Secara umum, kode genetik menentukan 20 asam amino standar, namun pada organisme tertentu kode genetik dapat mencakupselenocysteine dan dalam beberapa archaea - pyrrolysine . Tak lama setelah atau bahkan selama sintesis, residu dalam protein sering kimia dimodifikasi oleh modifikasi posttranslational , yang mengubah sifat fisik dan kimia, lipat, stabilitas, aktivitas, dan akhirnya, fungsi dari protein.Kadang-kadang protein memiliki non-peptida kelompok terlampir, yang bisa disebut kelompok prostetik atau kofaktor . Protein juga dapat bekerja sama untuk mencapai fungsi tertentu, dan mereka sering mengasosiasikan untuk membentuk stabil kompleks protein . Protein dapat dimurnikan dari komponen seluler lain dengan menggunakan berbagai teknik seperti ultrasentrifugasi , curah hujan ,elektroforesis , dan kromatografi ,

munculnya rekayasa genetika telah memungkinkan sejumlah metode untuk memfasilitasi pemurnian.Metode yang umum digunakan untuk mempelajari struktur protein dan fungsi termasuk imunohistokimia , -directed inti dan spektrometri massa . Kebanyakan protein terdiri dari linier polimer dibangun dari serangkaian hingga 20 L-berbeda asam amino. Semua asam amino proteinogenicmemiliki fitur struktural umum, termasuk karbon- yang merupakan amino kelompok, karboksil grup, dan variabel rantai samping yang terikat .Hanya prolin berbeda dari struktur dasar karena berisi sebuah cincin yang tidak biasa kepada kelompok amina N-end, yang memaksa bagian amida CO-NH menjadi konformasi tertentu. Rantai samping dari asam amino standar, rinci dalam daftar mutagenesis situs ,resonansi magnet

asam amino standar , memiliki berbagai macam struktur kimia dan sifat, itu adalah efek gabungan dari semua rantai samping asam amino pada protein yang akhirnya menentukan tiga dimensi struktur dan reaktivitas kimia. The asam amino dalam suatu rantai polipeptida dihubungkan oleh ikatan peptida .Setelah terhubung dalam rantai protein, asam amino individu yang disebut residu, dan seri terkait karbon, nitrogen, dan oksigen atom dikenal sebagai rantai utama atau tulang punggung protein. Ikatan peptida memiliki dua resonansi bentuk yang berkontribusi beberapa ikatan ganda karakter dan menghambat rotasi pada sumbunya, sehingga karbon alpha kirakira coplanar . Yang lainnya dua sudut dihedral dalam ikatan peptida menentukan bentuk lokal diasumsikan oleh tulang punggung protein. Akhir dari protein dengan gugus karboksil bebas yang dikenal sebagai terminal C- terminus atau karboksi, sedangkan akhir dengan amino bebas kelompok ini dikenal sebagai N-terminus atau amino terminal. Protein katakata, polipeptida, dan peptidayang sedikit ambigu dan dapat tumpang tindih dalam makna. Protein umumnya digunakan untuk merujuk pada molekul biologi yang lengkap di kandang konformasi , sedangkan peptida umumnya dicadangkan untuk oligomer asam amino pendek sering kurang tiga stabil dimensi struktur. Namun, batas antara kedua tidak didefinisikan dengan baik dan biasanya terletak di dekat 20-30 residu. Polipeptida dapat mengacu pada setiap rantai linear asam amino tunggal, biasanya terlepas dari panjang, tetapi sering menyiratkan adanya didefinisikan konformasi . Kebanyakan protein lipat menjadi unik 3-dimensi struktur. Bentuk di mana protein lipatan alami yang dikenal sebagai konformasi asli . Meskipun banyak protein dapat melipat tidak dibantu, hanya melalui sifat kimia dari asam amino mereka, yang lain memerlukan bantuan molekul chaperone untuk melipat ke negara asal mereka. Ahli biokimia sering menyebut empat aspek yang berbeda dari struktur protein:

Dasar struktur : para urutan asam amino . Struktur sekunder : berulang secara teratur struktur lokal distabilkan oleh ikatan hidrogen . Contoh yang paling umum adalahheliks alfa , beta

lembar dan bergantian . Karena struktur sekunder bersifat lokal, banyak daerah yang berbeda struktur sekunder dapat hadir dalam molekul protein yang sama.

Struktur tersier : bentuk keseluruhan dari molekul protein tunggal; hubungan spasial dari struktur sekunder satu sama lain.Struktur tersier umumnya distabilkan oleh interaksi nonlokal, paling sering pembentukan inti hidrofobik , tetapi juga melaluijembatan garam ,

ikatan hidrogen, ikatan disulfida , dan bahkan modifikasi posttranslational . Struktur "tersier" Istilah ini sering digunakan sebagai sinonim dengan flip panjang. Struktur tersier adalah apa yang mengontrol fungsi dasar protein.

Kuarter struktur : struktur yang dibentuk oleh molekul protein beberapa (rantai polipeptida), biasanya disebut subunit proteindalam konteks ini, yang berfungsi sebagai single kompleks protein . Protein adalah molekul tidak sepenuhnya kaku. Selain tingkat struktur, protein bisa

berubah antara struktur terkait

beberapa

sementara mereka menjalankan fungsi

mereka. Dalam konteks ini penyusunan ulang fungsional, struktur tersier atau kuaterner biasanya disebut sebagai " konformasi "dan transisi di antara mereka disebut perubahan konformasi perubahan seperti ini sering disebabkan oleh pengikatan. substrat molekul ke enzim situs aktif , atau wilayah fisik dari protein yang berpartisipasi dalam katalisis kimia. Dalam larutan protein juga mengalami variasi dalam struktur melalui getaran termal dan tabrakan dengan molekul lain. Protein dapat secara informal terbagi menjadi tiga kelas utama, yang berkorelasi dengan struktur tersier yang khas: protein globular , protein berserat , dan protein membran . Hampir semua protein globular yang larut dan banyak enzim. Protein berserat sering struktural, seperti kolagen , komponen utama dari jaringan penghubung, atau keratin , komponen protein rambut dan kuku. Membran protein sering berfungsi sebagai reseptor atau menyediakan saluran untuk molekul polar atau dibebankan untuk melewati membran sel . Berdasarkan kelarutannya, protein dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu: 1. Albumin adalah protein yang larut dalam media air dan larutan garam yang cukup pekat. Albumin terdapat dalam serum darah, putih telur, dan susu. Albumin mempunyai sifat mudah terkoagulasi oleh panas. 2. Globulin adalah protein yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan elektrolit encer. Globulin juga mudah terkoagulasi oleh panas. 3. Prolamin adalah protein yang mempunyai kandungan prolin yang tinggi. Protein ini tidak larut dalam air maupun alkohol absolut tetapi larut dalam ethanol 70-80%. Prolaminnya didapat dari biji-bijian seperti gandum dan jagung. 4. Glutenin adalah protein yang bersifat tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut dalam larutan asam atau basa encer. Contohnya adalah glutenin dalam gandum dan orizenin dalam beras.

5. Histon adalah protein yang larut dalam air dan asam encer, tetapi tidak larut dalam larutan NH4OH encer. Protein ini banyak mengandung arginin dan karenanya bersifat basa. Histon umumnya berasosiasi dengan asam-asam nukleat dan bersifat terkoagulasi karena pemanasan. Histon yang terkoagulasi dapat larut kembali atau ter flokulasi dalam larutan asam encer. 6. Protamin adalah protein paling sederhana dibandingkan protein lain. Larutan protamin encer dapat mengendapkan protein lain, bersifat basa kuat dengan asam kuat membentuk garam kuat. Contohnya salonin dalam ikan salmon. klupein pada ikan hering, scombrin pada ikan macarel. Adapun uji dari protein itu sendiri meliputi: 1. Uji biuret Uji biuret adalah tes kimia digunakan untuk mendeteksi adanya ikatan peptida,

peptida . Dengan

keberadaan

sebuah tembaga (II) ionmembentuk violet berwarna kompleks koordinasi dalam alkali larutan. 2. Uji pengendapan dengan logam Protein dapat diendapkan oleh ion-ion logam berat. Pengendapan ini terjadi karena ion-in logam berat membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air. 3. Uji pengendapan dengan garam Apabila terdapat garam-garam anorganik pada konsentrasi tinggi pada larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan protein tersebut mengendap. 4. Uji koagulasi Stabilitas larutan protein ditentukan oleh struktur tersier atau struktur kwartener dari protein dalam larutan. Larutan protein pada titik isoelektriknya memiliki kutub negatif dan positif dengan perbandingan sama. Perubahan pengutuban ini menyebabkan perubahan konformasi dari protein atau rusaknya struktur tersier atau kwartener protein sehingga protein mengalami koagulasi.

V. Alat dan Bahan Alat: Beker Gelas Pipet tetes Batang pengaduk Bunsen Gelas ukur Tabung reaksi Rak tabung reaksi Penangas air Neraca analitik Kertas saring Penjepit tabung Corong

Bahan : Larutan NaOH 2,5 N Larutan susu bubuk Larutan susu cair Larutan ikan gabus Larutan albumin Larutan kuning telur Larutan putih telur Larutan CuSO4 0,01 M Larutan HgCl2 0,2 M Larutan Timbal asetat 0,2 M Larutan (NH4)2SO4 Reagen Millon Reagen untuk uji biuret Larutan asam asetat 1 M Aquadest

VI. Prosedur Percobaan 1. Uji Biuret Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N ke dalam 3 ml larutan protein dan aduk. Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M. Aduk, jika tidak timbul warna, tambahkan lagi setetes atau 2 tetes CuSO4. 2. Pengendapan dengan Logam Ke dalam 3 ml larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi percobaan dengan menggunakan Pb asetat 0,2 M. 3. Pengendapan dengan Garam Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk pekerjaan ini dilakukan: pertama, tambahkan sedikit garam tersebut, aduk hingga melarut. Tambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan aduk lagi, kontinu sehingga sedikit garam tertinggal tidak terlarut. Apabila larutan jenuh kemudian disaring. Uji kelarutan dari endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen Millon dan filtrat dengan uji Biuret. 4. Uji Koagulasi Tambahkan 2 tetes HOAc 1 M ke dalam 5 ml larutan protein. Letakkan tabung dalam air mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang pengaduk. Uji kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen millon.

VII. Hasil Pengamatan Prosedur Percobaan Uji Biuret 1. Putih telur 3ml putih telur + 1ml NaOH 2,5 N + 5 tetes CuSO4 0,01M (bening) (bening) (biru bening) 2. Kuning telur 3ml kuning telur + 1ml NaOH 2,5 N + 14 tetes CuSO4 0,01M (kuning) (bening) (biru bening) 3. Albumin 3ml albumin + 1ml NaOH 2,5 N + 3 tetes CuSO4 0,01M (kuningbening) (bening) (biru bening) Hasil Pengamatan

Terbentuk larutan berwarna ungu

Terbentuk larutan berwarna ungu kemerahan

Terbentuk larutan berwarna ungu yang terpisah, di atas ungu; di bawah kuning muda

4. Susu Cair 3ml susu cair + 1ml NaOH 2,5 N + 3 tetes CuSO4 0,01M (putih) (bening) (biru bening) 5. Susu bubuk 3ml susu bubuk + 1ml NaOH 2,5 N + 5 tetes CuSO4 0,01M (putih) (bening) (biru bening) 6. Ikan gabus 3ml ikan gabus + 1ml NaOH 2,5 N + 2 tetes CuSO4 0,01M (putih) (bening) (biru bening)

Terbentuk larutan berwarna ungu

Terbentuk larutan berwarna ungu

Terbentuk larutan berwarna ungu

Pengendapan dengan logam 1. Putih telur 3ml putih telur + 5 tetes HgCl2 0,2 M (bening) (bening) 2. Kuning telur 3ml kuning telur + 5 tetes HgCl2 0,2 M (bening) (bening)

Pada larutan terbentuk endapan putih

Pada larutan terbentuk endapan putih

3. Albumin 3ml albumin + 5 tetes HgCl2 0,2 M (kuning bening) (bening)

Pada larutan terbentuk endapan putih

4. Susu Cair 3ml susu cair + 7 tetes HgCl2 0,2 M (putih) (bening) 5. Susu bubuk 3ml susu bubuk + 45 tetes HgCl2 0,2 M (putih) (bening) 6. Ikan Gabus 3ml ikan gabus + 5 tetes HgCl2 0,2 M (putih) (bening) 7. Putih telur 3ml putih telur + 5 tetes Pb Asetat 0,2 M (bening) (bening) 8. Kuning telur 3ml kuning telur + 20 tetes Pb Asetat 0,2 M (bening) (bening)

Pada larutan terbentuk endapan putih

Pada larutan terbentuk endapan putih

Pada larutan terbentuk endapan putih

Pada larutan terbentuk endapan putih

Pada larutan terbentuk endapan putih

9. Albumin 3ml albumin + 5 tetes Pb Asetat 0,2 M (kuning bening) (bening)

Pada larutan terbentuk endapan putih

10. Susu Cair 3ml susu cair + 30 tetes Pb Asetat 0,2 M (putih) (bening) 11. Susu bubuk 3ml susu bubuk + 5 tetes Pb Asetat 0,2 M (putih) (bening) 12. Ikan Gabus 3ml ikan gabus + 5 tetes Pb Asetat 0,2 M (putih) (bening)

Pada larutan terbentuk endapan putih

Pada larutan terbentuk endapan putih

Pada larutan terbentuk endapan putih

Uji Pengendapan dengan Garam 1. Putih telur 10ml putih telur + 5gr ammonium sulfat (bening) (Kristal putih)

Pada larutan terbentuk endapan putih (0,0038 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka:

- Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 20 tetes biuret = ungu 2. Kuning telur 10ml kuning telur + 5gr ammonium sulfat (bening) (Kristal putih) Pada larutan terbentuk endapan kuning (0,0047 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 10 tetes biuret = ungu Pada larutan terbentuk endapan putih (0,0036 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 15 tetes biuret = ungu Pada larutan terbentuk endapan putih (1,5874 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 10 tetes biuret = ungu Pada larutan terbentuk endapan putih (1,6985 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 20 tetes biuret = ungu Pada larutan terbentuk endapan putih (0,2005 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 20 tetes biuret = ungu

3. Albumin 10ml albumin + 5gr ammonium sulfat (kuning bening) (Kristal putih)

4. Susu Cair 10ml susu cair + 5gr ammonium sulfat (putih) (Kristal putih)

5. Susu bubuk 10ml susu bubuk + 5gr ammonium sulfat (putih) (Kristal putih)

6. Ikan Gabus 10ml ikan gabus + 5gr ammonium sulfat (putih) (Kristal putih)

Koagulasi 1. Putih telur 5ml putih telur + 2 tetes asam asetat (bening) (bening)

Pada larutan terbentuk endapan putih (0,2000 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 5 tetes biuret = ungu Pada larutan terbentuk endapan kuning (1,1502 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 5 tetes biuret = ungu Pada larutan terbentuk endapan putih (1,7549 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan tidak larut - Filtrat + 5 tetes biuret = ungu

2. Kuning telur 5ml kuning telur + 2 tetes asam asetat (bening) (bening)

3. Albumin 5ml albumin + 2 tetes asam asetat (kuning bening) (bening)

4. Susu Cair 5ml susu cair + 2 tetes asam asetat (putih) (bening)

Pada larutan terbentuk endapan putih (0,047 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 5 tetes biuret = ungu

5. Susu bubuk 5ml susu bubuk + 2 tetes asam asetat (putih) (bening)

6. Ikan Gabus 5ml ikan gabus + 2 tetes asam asetat

Pada larutan terbentuk endapan putih (0,3513 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 5 tetes biuret = ungu Pada larutan terbentuk endapan putih

(putih)

(bening)

(0,1005 gr) Setelah endapan dan filtrate diuji, maka: - Endapan + Millon = Endapan berwarna merah bata - Endapan + air = endapan larut - Filtrat + 20 tetes biuret = ungu

VIII. Persamaan Reaksi 1. Uji Biuret Semua larutan protein menunjukkan reaksi positif terhadap reagen biuret. O O
OH

[ - C N CH C N CH - ] + Cu2+ H R H R

O=C NH HCR C=O Cu NH HCR


2+

C=O NH RCH C=O NH RCH

Kompleks Ungu 2. Pengendapan dengan Logam Semua larutan protein menunjukkan reaksi positif pada uji protein dengan pengendapan logam.

NH3+ R CH COO- + Hg2+ NH3+ R CH COO- + Pb2+


-

NH3+

NH3+

R CH COO Hg COO CH R NH3+ NH3+

R CH COO Pb COO CH R

IX. Pembahasan Dalam percobaan reaksi uji protein ini dilakukan 4 macam pengujian, yakni uji biuret, uji pengendapan dengan logam, uji pengendapan dengan garam, dan yang terakhir yakni uji koagulasi. Adapun larutan protein yang digunakan yakni, larutan susu bubuk, larutan susu cair, larutan kuning telur, larutan putih telur, larutan albumin, dan larutan ikan gabus. Untuk uji yang pertama yakni uji biuret. Pada uji biuret ini, seluruh larutan protein menunjukkan reaksi positif terhadap reagen biuret yang ditandai dengan perubahan warna pada larutan, yakni berwarna ungu setelah dilakukan penambahan CuSO4. Hal ini dikarenakan pada Uji Biuret, Ion Cu2+ (yang dihasilkan dari Cu2SO4) dari pereaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Makin kuat intensitas warna ungu yang dihasilkan ini menunjukan makin panjang ikatan peptidanya. Uji yang kedua yakni uji protein dengan pengendapan menggunakan logam. Dalam uji pengendapan dengan logam ini semua larutan protein yang digunakan menunjukkan reaksi positif yang ditandai dengan terdapatnya endapan putih pada larutan tersebut. Pengendapan ini terjadi karena adanya reaksi penetralan muatan antara ion logam berat dengan anion dari protein. Larutan protein pada titik isoelektriknya memiliki kutub negative dan positif dengan perbandingan yang sama. Pada penambahan larutan protein dengan HgCl 2 dan Pb-asetat, maka anion-anion dari HgCl2 dan Pb-asetat akan menyebabkan suasana larutan menjadi sedikut asam, sehingga protein akan mengkondisikan diri sebagai basa dan sebagian terdapat sebagai anion. Anion dari protein inilah yang bereaksi dengan ion logam membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air. Uji yang ketiga yakni uji pengendapan dengan garam. Pada uji pengendapan dengan garam ini, semua larutan protein yang digunakan menunjukkan reaksi positif yang ditunjukkan dengan adanya endapan putih. Jika garam-garam anorganik pada konsentrasi tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang sehingga akan mengakibatkan protein tersebut mengendap. Hal ini disebabkan oleh ion-ion garam berkompetisi dengan molekul-molekul protein untuk mengikat air. Selain itu juga disebabkan oleh penambahan garam secara kontinu, maka molekul air akan keluar dari larutan dan juga karena kemampuan garam terhidrasi lebih besar daripada molekul protein, sehingga menyebabkan molekul-molekul protein akan mengendap. Setelah dilakukan penyaringan, maka didapatlah endapan dan filtrate. Endapan yang diuji kelarutannya dengan air, maka hasil yang diperoleh yakni endapan tersebut melarut. Protein yang diendapkan tersebut mengalami perubahan kimia sehingga dapat dilarutkan kembali melalui penambahan air. Dan

juga endapan tersebut diuji dengan reagen Millon, yang menghasilkan endapan tersebut berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa endapan tersebut bereaksi positif dengan reagen Millon. Dan yang terakhir yakni filtratnya diuji dengan reagen Biuret yang menghasilkan filtrate tersebut berwarna ungu. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam filtrate tersebut masih terdapat protein sehingga menunjukkan reaksi positif. Dan uji yang terakhir yakni uji koagulasi. Pada uji ini seharusnya semua larutan menunjukkan reaksi positif yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Pada uji koagulasi ini stabilitas larutan protein ditentukan oleh struktur tersier atau struktur kwartener dari protein dalam larutan. Larutan protein pada titik isoelektriknya memiliki kutub positif dan kutub negative dengan perbandingan yang sama. Penambahan asam ke dalam larutan menyebabkan ion-ion dari H+ dari asam akan terikat pada gugus-gugus yang bermuatan negative sehingga terjadi perubahan pengutuban dari molekul protein. Perubahan pengutuban ini menyebabkan perubahan konformasi dari protein atau rusaknya struktur tersier atau struktur kwartener protein sehingga protein mengalami koagulasai. Kemudian setelah larutan protein disaring diperoleh endapan dan filtrat, dimana jika endapan tersebut diuji dengan reagen Millon maka endapan berwarna merah (uji positif), jika endapan dilarutkan di dalam air maka endapan tersebut melarut (uji positif), kecuali albumin yang dikarenakan albumin tersebut sudah rusak, dan yang terakhir jika filtrate diuji dengan reagen Biuret maka filtrate tersebut akan berwarna ungu (uji positif).

X. Kesimpulan 1. Dalam uji biuret ion Cu2+ (yang dihasilkan dari Cu2SO4) dari pereaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. 2. Dalam uji pengendapan dengan logam, pengendapan yang terjadi karena adanya reaksi penetralan muatan antara ion logam berat dengan anion dari protein. 3. Larutan protein pada titik isoelektriknya memiliki kutub negative dan positif dengan perbandingan yang sama. 4. Jika garam-garam anorganik pada konsentrasi tinggi dalam larutan protein, maka kelarutan protein akan berkurang sehingga akan mengakibatkan protein tersebut mengendap. 5. Dalam uji pengendapan dengan garam, ion-ion garam berkompetisi dengan molekulmolekul protein untuk mengikat air. 6. Pada uji koagulasi, stabilitas larutan protein ditentukan oleh struktur tersier atau struktur kwartener dari protein dalam larutan.

XI. Daftar Pustaka Fessenden dan Fessenden.1999. Kimia Organik Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia. Lehninger, Albert. 1992. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Rismaka. 2009. Uji Kualitatif Protein dan Asam Amino.

http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asam-amino.html. Diakses 4 Maret 2012. Wirahadikusumah, Muhammad, 1985, Biokimia, Penerbit ITB: Bandung.

XII. Gambar Alat

XIII. Jawaban Pertanyaan 1. Uji biuret a. Warna apa yang terjadi ? b. Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4 ? c. Mengapa garam ammonium mengganggu ? d. Sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret positif? Jawab: a. Warna yang terjadi yakni warna ungu. b. Kelebihan CuSO4 harus dihindarkan karena akan membuat warna larutan semakin pekat dan juga membentuk garam ammonium. c. Garam ammonium mengganggu karena jika garam ini terdapat dalam larutan, maka praktikan akan terganggu dalam melakukan pengamatan. d. Yang memberikan reaksi positif yakni Histidin dan Serin.

2. Uji pengendapan dengan logam a. Apa hasilnya? b. Terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg? Jawab: a. Pada uji pengendapan dengan logam dihasilkan larutan yang memiliki endapan putih. Adanya endapan putih ini menunjukkan bahwa larutan protein tersebut memberikan reaksi positif terhadap uji yang dilakukan. b. Putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg karena putih telur dapat mengikat Pb dan Hg tersebut. 3. Uji pengendapan dengan garam a. Terangkan hasil-hasilnya! Jawab: a. Pada uji pengendapan dengan garam ini dihasilkan larutan yang memiliki endapan putih. Dan selanjutnya ketika larutan tersebut disaring diperoleh endapan dan filtrate, dimana endapan tersebut jika diuji kelarutannya dengan air maka endapan tersebut melarut (uji positif), jika endapan tersebut diuji dengan reagen Millon maka endapan berwarna merah yang berarti

menunjukkan reaksi positif, dan jika filtrate diuji dengan reagen biuret maka filtrate tersebut akan berwarna ungu yang berarti juga menunjukkan reaksi positif. 4. Uji koagulasi a. Mengapa ditambahkan asam ? b. Protein apa yang mendidih pada pendidihan ? Jawab: a. Penambahan asam ke dalam larutan supaya protein dapat mengalami koagulasi. b. Seluruh protein menggumpal pada saat pendidihan.

Anda mungkin juga menyukai