Anda di halaman 1dari 17

*

Konteks kekinian versi Konvensional dan Syariah (Takaful)

Perdagangan Kapitalisme
Sektor Riil
Barang Jasa

Sektor Nonriil
Pasar Uang Pasar Modal

Perdagangan Sistem Islam Sektor Riil

Barang

Jasa

Asuransi (UU No. 2 1992) atau pertanggungan adalah

* *

perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan

* *

Arab : asuransi dikenal dengan istilah : at Takaful, atau at Tadhamun yang berarti : saling menanggung.

* *

Asuransi ini disebut juga dengan istilah at-Tamin, berasal dari kata amina, yang berarti aman, tentram, dan tenang. Lawannya adalah alkhouf, yang berarti takut dan khawatir. Dinamakan at Tamin, karena orang yang melakukan transaksi ini (khususnya para peserta ) telah merasa aman dan tidak terlalu takut terhadap bahaya yang akan menimpanya dengan adanya transaksi ini.

* Asuransi Ganti Kerugian (insurance)

* asuransi dimana terdapat suatu perjanjian berupa

* Asuransi Sejumlah Uang (assurance)

kesediaan pihak penanggung untuk mengganti kerugian yang diderita oleh pihak tertanggung * asuransi kebakaran, asuransi laut, asuransi pengangkutan di darat, dll

* pengantian kerugian yang diberikan oleh penanggung

sebenarnya. Yang diterimanya itu sebenarnya adalah hasil penentuan sejumlah uang tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak * asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan, dll Asuransi wajib?

* *

Syekh Taqiyuddin An Nabhani, An-Nidham Al Iqtishodi Fil Islam (Sistem Ekonomi Dalam Islam) menyebutkan bahwa Asuransi adalah Haram. Dengan meniliti secara mendalam, sebenarnya nampak bahwa asuransi tersebut batil dari dua segi : Pertama, asuransi adalah transaksi, dimana asuransi tersebut merupakan kesepakatan antara dua pihak yang di dalamnya terdapat ijab dan qabul.

*
* *

Ijab dari pihak tertanggung (insured), sedangkan qabul dari PT. Asuransi. Atau pihak penanggung (insurer). Agar transaksi tersebut sah maka harus terpenuhi syarat transaksi menurut syara (hukum Islam). Sahnya transaksi tersebut harus ada ijab dan qabul diantara kedua belah pihak. Asuransi konvensional tidak memenuhi syarat transaksi tersebut karena ternyata transaksi tersebut tidak terjadi pada barang dan jasa. Asuransi tersebut terjadi pada janji saja yaitu resiko bukan berupa barang dan jasa. Padahal resiko tidak dapat diperjualbelikan atau disewakan atau dipindahtangankan.

*
*

Kedua, PT. Asuransi (insurer) telah memberikan janji kepada pihak tertanggung (insured) sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

Bila ditinjau dari segi jaminan (dhaman), tentu jaminan tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh syara berkaitan dengan masalah dhaman agar jaminan tersebut menjadi jaminan yang sah menurut syara. Jika jaminan tersebut memenuhi syarat-syarat tersebut, maka jaminan tersebut sah. Jika tidak, maka jaminan tersebut tidak sah. Dalam asuransi konvensional tidak ada pemindahan hak seseorang kepada orang lain secara mutlak. PT. Asuransi tidak menjaminkan hartanya kepada seseorang dalam menunaikan kewajiban pihak tertanggung. Di sini juga tidak ada jaminan, sehingga asuransi tersebut menjadi batil.

*
* *

*
Asuransi Konvensional vs Syariah (Takaful)

* Menurut para penggagas

Takaful, setidaknya terdapat tiga keberatan dalam praktek asuransi konvensional.

* Pertama, unsur gharar atau ketidakpastian.


Ketidakpastian atau gharar tercermin dalam bentuk akad dan sumber dana klaim serta keabsahan syari penerimaan uang klaim. Peserta asuransi tahu berapa yang akan diterima tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan karena hanya Allah saja yang mengetahui kapan ia meninggal (dalam hal Asuransi Jiwa).

* Kedua, maysir atau untung-untungan (judi),


Akad yang terjadi dalam asuransi konvensional adalah aqod tabadulli, yakni pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Padahal dalam Islam, harus jelas berapa yang akan kita bayar dan berapa yang akan kita terima. Dalam takaful unsur ini dihilangkan. Akad yang dipakai bukan akad pertukaran tetapi aqod takafulli, yakni akad tolong menolong dan saling menanggung. Artinya, semua peserta asuransi Islam menjadi penjamin satu sama lainnya. Kalau salah satu peserta meninggal yang lain menanggung, demikian sebaliknya.

* Ketiga, riba.
Peserta tidak mengetahui dari mana dana pertangungan berasal manakala ia meninggal atau mendapat musibah sebelum premi yang harus dibayarkannya terpenuhi.

Bukan rahasia lagi diketahui dana itu diperoleh dari sebagian bunga yang didapatkan dari penyimpanan uang premi para nasabah oleh perusahaan asuransi di Bank konvensional.
Dalam takaful, sejak awal nasabah telah diberi tahu dari mana dana yang diterimanya berasal, bila ia meninggal atau mendapat musibah. Ini dimungkinkan sebab setiap pembayaran premi sejak awal telah dibagi mejadi dua. Ke rekening pemegang polis, dan kedua dimasukkan ke rekening khusus peserta yang diniatkan tabarru (membantu) atau sadaqah untuk membantu saudaranya yang lain

*Pertama, tentang terpenuhi tidaknya syarat


bagi sahnya aqad jaminan serta terpenuhi tidaknya syarat dalam aqad jaminan yang disahkan syara, dan

*Kedua, seputar kedudukan perusahaan

takaful itu sendiri: apakah ia berperan sebagai perusahaan penjamin, ataukah sebagai perusahaan pengelola dana nasabah (mudharib), atau hanya sekedar sebagai pialang (broker) yang mempertemukan nasabah sebagai pemilik dana dengan pengusaha.

* Syekh Taqiyyudin al-Nabhani menyebutkan : * terdapat lima rukun dhaman, yakni :


* adanya pihak yang menjamin (dhamin), * pihak yang dijamin (madhmun anhu) * pihak yang menerima jaminan (madhmun lahu), dan * adanya barang atau beban (harta) yang harus ditunaikan,
yakni sebagaimana disebut oleh hadits di atas, berupa hak harta yang wajib dibayar atau akan jatuh tempo pemenuhannya, serta

* adanya ikrar atau ijab qabul.


Nah, sudahkah kelima rukun ini lengkap ada dalam asuransi takaful ?

* berlansung dua aqad sekaligus, yakni aqad saling menanggung

diantara para nasabah (aqad takafuli) dan aqad syarikat antara nasabah dan perusahaan takaful yang dibuktikan dengan adanya bagi hasil uang nasabah yang disimpan perusahaan asuransi takaful. penanggung dan yang ditanggung?

* Dalam hal aqad saling menanggung, siapakah yang menjadi


* Bila aqad dalam Takaful adalah aqad takafuli antar peserta,
pernahkah aqad itu berlangsung sebagaimana mestinya diantara merka sendiri ? fungsi perusahaan asuransi Takaful ?

* Bila diantara nasabah sudah bisa saling menanggung, lalu apa


* Maksudnya, dalam
hal ini kedudukan perusahaan Takaful sebagai apa? Apakah sebagai pihak pengelola dana nasabah? perusahaan Takaful, mengapa bukan perusahaan biasa sebagaimana yang lain ?

* Bila sebagai pengelola dana nasabah, mengapa disebut

* benarkah perusahaan asuransi Takaful bertindak sebagai pengelola dana


nasabah ?

* Ternyata tidak, karena dana yang dikumpulkan tidak dikelola sendiri

(menurut UU yang berlaku Takaful termasuk lembaga keuangan non bank yang hanya boleh menghimpun dana tetapi tidak boleh menyalurkan apalagi memutarnya sendiri) melainkan disalurkan ke BMI. bank menurut UU hanya boleh menghimpun dan menyalurkan dana, tetapi tidak boleh berusaha), disalurkan lagi kepada pengusaha.

* Itupun oleh BMI, karena juga tidak boleh berusaha (lembaga keuangan

* Karena bukan sebagai lembaga pengelola, maka semestinya perusahaan

Takaful hanya berfungsi sebagai pialang (perantara) antara nasabah dan pengusaha (yang dalam faktanya itupun tidak pernah ada), ataupun wakil nasabah dalam berhadapan dengan pengusaha.
Takaful bisa mendapat imbalan (ujrah atau iwad). hasil, dan karenanya juga menanggung kerugian?

* Sebagai perantara, Takaful berhak mendapat komisi. Sedang sebagai wakil,

* Akan tetapi, dalam kenyataanya mengapa perusahaan memungut bagi

* Akad saling menanggung bisa dilakukan diantara para peserta. Jadi * Bisa pula disepakati dana yang dikumpulkan dipakai sebagai modal

sejumlah para nasabah membentuk kesepakatan bersama untuk saling menanggung dengan cara mengumpulkan sejumlah uang. usaha yang diputar oleh sebuah perusahaan, dimana sebagian atau seluruh keuntungan itulah yang digunakan sebagai dana tanggungan. yang bukan anggota takaful. Perusahaan Takaful (bisa dicari nama lain yang lebih netral) dalam hal ini bisa berperan sebagai wakil kedua belah pihak (pengusaha dan para nasabah), yang mengurusi segala hal yang berkaitan dengan kegiatan takaful. dari para nasabah atau imbalan baik dari nasabah ataupun pengusaha. mengembangkan kegiatan takaful. bukan untuk mencari keuntungan. nirlaba, yang berbeda sama sekali baik dari falsafah pendirian, tujuan, maupun tata kerjanya dengan perusahaan asuransi dalam sistem kapitalis - individualistik.

* Bila berlebih, bisa disepakati lebih jauh untuk menanggung orang lain

* Lembaga ini memperoleh dana bisa dari pungutan biaya administrasi * Dana tersebut lebih banyak digunakan untuk biaya operasional atau * Dengan demikian lembaga itu didirikan memang untuk kegiatan

* Negara (Khilafah Islamiyah) harus memberikan jaminan


* Negara menjamin orang yang sudah lemah yang tidak

kesempatan-kesempatan kerja kepada setiap orang yang mampu bekerja, mampu lagi melakukan pekerjaan dengan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya seperti makanan, minuman, pakaian tempat tinggal, dan kendaraan, bahkan pendidikan, kesehatan dan keamanan.

* Kalau negara sudah memberikan jaminan-jaminan

masihkah dibutuhkan asuransi???


seperti disebutkan di atas,

Anda mungkin juga menyukai