Anda di halaman 1dari 3

BI Koreksi Target Pertumbuhan 2012

Minggu, 27 November 2011 10:32 wib

1 1 Email0

Logo BI. Foto: Koran SI

JAKARTA - Memburuknya kondisi perekonomian di Zona Eropa dan belum pulihnya ekonomi Amerika Serikat (AS), mengancam proses pemulihan ekonomi dunia. Terkoreksinya laju pertumbuhan ekonomi dunia, mendorong Bank Indonesia (BI) melakukan perhitungan ulang atas target pertumbuhan ekonomi nasional. Tingginya potensi krisis yang mengancam perekonomian dunia kali ini lebih berat dibandingkan krisis 2008 lantaran penyulutnya bukan lagi lembaga-lembaga keuangan dengan tata kelola korporasi bermasalah, melainkan negara-negara dengan tata kelola fiskal yang bermasalah. Direktur Riset dan Kebijakan Ekonomi Moneter BI Perry Warjiyo mengungkapkan, beberapa lembaga internasional telah melakukan koreksi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang semula diperkirakan sanggup menembus level empat persen, justru terkoreksi ke bawah. Ekonomi dunia pada 2012 diprediksi hanya mampu tumbuh di kisaran 3,6-3,7 persen. Ekonomi China yang kini memimpin laju pertumbuhan ekonomi dunia, juga tidak terlepas dari penurunan proyeksi. Semula, China diprediksi mampu tumbuh di level sembilan persen. Seiring perkembangan kondisi ekonomi dunia yang makin buruk, China diperkirakan hanya mampu tumbuh 8,5 persen. "Dampaknya juga ke proyeksi ekonomi kita (Indonesia) dan ini sedang kami hitung lagi (proyeksinya), ungkap Perry dalam diskusi bertajuk Menakar Panas Dingin Krisis Ekonomi Global 2012, di Jakarta, Sabtu (26/11/2011). Awalnya BI optimistis dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen seperti yang tercantum dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 yang telah disepakati dengan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Namun, pelambatan ekonomi dunia yang semakin tinggi, mendorong BI melakukan perhitungan ulang. BI sempat memprediksi, di tengah potensi krisis, ekonomi nasional 2012 hanya mampu tumbuh di kisaran 6,5 persen. Perry mengatakan, dengan kondisi saat ini, kemungkinan besar pihaknya akan mengoreksi target pertumbuhan ekonomi nasional. Secara tidak langsung BI memandang, ekonomi Indonesia sulit tumbuh mencapai 6,5 persen. Kami akan rapat dewan gubernur (RDG) awal Desember, nanti akan kami umumkan. Yang jelas, bocorannya, agak berat mencapai 6,5 persen, katanya. Untuk tahun ini, dampak buruk perlambatan ekonomi dunia belum terlalu dirasakan di Indonesia. Namun, dampaknya akan sangat terasa pada tahun depan. Salah satunya masuk melalui sektor perdagangan yang melambat akibat menurunnya tingkat permintaan dunia dan turunnya harga beberapa komoditas dunia. Di sektor keuangan justru dampaknya sudah terasa. Dalam dua bulan terakhir, investor asing menarik modalnya dari seluruh negara dalam jumlah cukup signifikan baik portfolio maupun Foreign Direct Investment (FDI). Pihaknya berupaya menjaga stabilitas sektor keuangan, termasuk kepemilikan surat berharga negara (SBN) yang kini 31 persen dimiliki asing. Saat terjadi sudden reversal, BI menggelontorkan anggaran sebesar Rp64 triliun untuk membeli obligasi pemerintah. Perry mengklaim, BI juga berupaya mendorong aktivitas ekonomi dalam negeri. Salah satunya dengan kebijakan menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang kini di level enam persen. Dengan menurunkan BI Rate, pihaknya berharap perbankan juga menurunkan suku bunganya agar bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh sektor riil. Kuncinya mendorong kekuatan ekonomi dalam negeri, pindahkan sumber kekuatan yang tadinya di luar negeri ke dalam negeri. Perkuat stabilisasi makro dan pasar keuangan, tandasnya. (Wisnoe Moerti/Koran SI/ade) http://suarajakarta.com/2011/10/22/tiga-indikator-untuk-penyusunan-apbd-dki-jakarta-tahun-2012/ Jakarta Setelah mundur beberapa hari sejak dijadualkan pada 18 Oktober 2011, akhirnya Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo menyampaikan Raperda mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2012 pada hari Jumat 21 Oktober 2011 pada Rapat Paripurna DPRD Provinsi DKI Jakarta. Dalam paparannya pria berkumis yang akrab disapa Bang Foke ini menyampaikan beberapa hal mengenai perkembangan ekonomi makro yang menjadi latar belakang penyusunan Raperda APBD 2012 ini, diantaranya berkaitan dengan perkembangan ekonomi makro tahun 2011 dan proyeksi ekonomi makro tahun 2012. Menurut Foke, perkembangan ekonomi makro di Provinsi DKI Jakarta sampai akhir triwulan II tahun 2011 mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen (year on year) lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2010, yaitu sebesar 6,48 persen. Dengan demikian, perkiraan pertumbuhan ekonomi

selama tahun 2011 akan mencapai target antara 6,5 persen sampai dengan 6,8 persen. Angka inflasi sampai dengan akhir bulan September 2011 mencapai 3,35 persen, lebih kecil dibanding periode yang sama di tahun 2010 sebesar 4,83 persen. Tingkat inflasi selama tahun 2011, diperkirakan tidak akan melebihi target antara 5,0 persen sampai dengan 6,5 persen. Nilai tukar rupiah terhadap US. Dollar, pada bulan September Rp. 8.823,- menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 8,924,- Berdasarkan gambaran tersebut, diperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap US Dollar selama tahun 2011 tidak akan lebih dari Rp. 9000,Atas dasar tersebut, Fauzi Bowo beserta jajarannya menentukan 3 (tiga) asumsi dasar yang dipergunakan dalam penyusunan Raperda APBD Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2012, yaitu sebagai berikut : 1. Pertumbuhan ekonomi tahun 2012, diperkirakan mencapai antara 6,8 sampai dengan 7,0 persen, jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan target pertimbuhan ekonomi nasional yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 6,7 persen. 2. Angka inflasi tahun 2012 diperkirakan antara 5,5 sampai dengan 6,0 persen, lebih tinggi dari proyeksi inflasi nasional sebesar 5,3 persen. 3. Nilai tukar rupiah terhadap US. Dollar, mengacu pada proyeksi nilai tukar nasional yang telah ditetapkan, yakni Rp. 8.800,- per US Dollar.

Anda mungkin juga menyukai