Anda di halaman 1dari 3

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang biologi molekuler, sistematika juga mengembangkan cabang ilmu baru

yaitu sistematika molekuler. Sistematika molekuler merupakan disiplin ilmu yang mengklasifikasikan organisme-organisme ke dalam taksa-taksa tertentu berdasarkan kemiripan (similaritas) dan ketidakmiripan (disimilaritas) karakter asam nukleat (DNA dan RNA) dan protein yang dimiliki organisme tersebut. Cabang ilmu ini berkembang mengingat data morfologi saja tidak cukup kuat untuk menjadi satu-satunya dasar klasifikasi, karena organisme yang berkerabat jauh juga dapat memiliki morfologi yang serupa sebagai akibat adanya proses adaptasi maupun evolusi. Penggunaan data-data molekuler sebagai penunjang data morfologi diharapkan akan dapat menjadi dasar yang lebih kuat dalam penentuan klasifikasi. Sistematik molekuler juga memudahkan ilmuwan untuk mengetahui seberapa banyak perubahan yang terjadi akibat proses evolusi dan hubungan antara beberapa spesies yang tidak memiliki kemiripan morfologi. Perubahan molekuler yang terjadi tersebut juga dapat digunakan untuk mengekplorasi filogeni dari organisme uji.

1.

Mikrosatelit Mikrosatelit adalah sekuen sederhana yang berulang-ulang yang melimpah dalam

genom suatu spesies. Mikrosatelit memiliki pengulangan sekuen yang berurutan dua sampai 4 motif sekuen nukleotida sebagai sekuen konservatif. Marka ini sangat berguna sebagai marka genetik karena bersifa1: kodominan, sehingga dapat mendeteksi keragaman alel pada level yang tinggi, mudah dan ekonomis dalam pengaplikasiannya karena menggunakan proses PCR. Bentuk pengulangan sekuen DNA sederhana yang berulang-ulang menjadikan marka mikrosatelit sering disebut simple sequence repeat (SSR), short tandem repeats (STRs) atau simple sequence length polymorphisms (SSLPs) yang sekarang menjadi salah satu marka paling banyak digunakan secara luas untuk pemetaan genetik, analisis keragaman genetik, dan studi evolusi. Marka ini muncul sebagai marka yang sangat variatif dan mudah diulang, menjadikan sangat ideal untuk pemetaan genom. Mikrosatelit ini merupakan salah satu tipe polimorfisme yang berulang-ulang, yang biasa dikelompokkan ke dalam simple tandem repeat polymorphism (STRP), karena perbedaan genetik di antara molekul-molekul DNA yang mengandung sejumlah kopi sekuen DNA pendek yang diulang beberapa kali. STRP yang memiliki pengulangan 2-9 pasang basa sering disebut mikrosatelit, sedangkan STRP dengan pengulangan 10-60 pasang basa sering disebut minisatelit atau variable number of tandem repeats (VNTR) (Prasetyono, Joko dan Tasliah. 2008).

Mikrosatelit kloroplas (cpSSRs) sama dengan mikrosatelit di dalam inti sel, tetapi ulangan hanya bisa 1 pasang basa (misal (T)n). Setiap spesies biasanya memiliki ciri khas dalam pengulangan sekuen sederhana ini. Misalnya pada padi sekuen mikrosatelit ini memiliki urutan dari yang terbanyak, yaitu (GA)n, (GT)n, (TTG)n, (ATT)n, (CGG)n, (TCT)n, (CAG)n, (TGG)n, (GATA)n, (ATC)n, (CTTT)n, dan (CATG)n (McCouch et al. 1997). Secara umum sekuen AT paling banyak terdapat pada tanaman sedangkan AC/TG pada hewan . Motif lain yang juga banyak didapatkan di dalam genom tanaman adalah (GA)n. Selain itu, motif (AAG)n dan (AAT)n merupakan motif trinukleotida yang sering ditemukan dalam genom tanaman (Prasetyono, Joko dan Tasliah. 2008).

2. Phalaenopsis Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani, yaitu phalaenos dan opsis. Phalaenos itu berarti ngengat atau kupu-kupu. Sedang opsis artinya bentuk atau penampakan. Pada tahun 1825, Blume seorang ahli botani asal Belanda, menamakan genus anggrek ini dengan Phalaenopsis. Nama itu muncul karena saat pertama kalinya berjumpa di dalam hutan, ia mengira telah melihat sekawanan kupu-kupu putih yang tengah hinggap pada sebatang ranting. Phalaenopsis amabilis (L.) Blume itu dianggap punya peran penting dalam genus Phalaenopsis. Sebagai induk, Phalaenopsis mampu menelurkan pelbagai keturunan atau hibrida. Selain itu, anggrek jenis ini mampu berbunga sepanjang tahun. Rata-rata masa berbunganya selama satu bulan (Titi, 2007). Anggrek bulan hidup dalam hutan hujan tropis yang teduh dan lembab. Wilayah penyebarannya cukup luas. Dari Sumatera Barat ke arah selatan, seluruh Jawa, Kalimantan termasuk Serawak, Brunei Darussalam dan Sabah. Di Filipina, anggrek mirip kupu-kupu ini ditemukan di Kepulauan Mindanao bagian selatan. Ke arah timur anggrek yang satu ini bisa dijumpai di Bali, sebuah Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua, termasuk Papua Nugini (Titi, 2007).

Titi.

2007.

Koleksi

Anggrek

Bulan

diakses

melalui

http://blognya-

titi.blogspot.com/2007/07/koleksi-anggrek-bulan.html Prasetyono, Joko dan yang Menjanjikan Tasliah. 2008. Marka Mikrosatelit: diakses Marka Molekuler melalui

http://anekaplanta.wordpress.com/2008/03/02/marka-mikrosatelit-marka-molekuleryang-menjanjikan/

Anda mungkin juga menyukai