Anda di halaman 1dari 12

[ Artikel ] PENGEMBANGAN MODEL SISTEM PENILAIAN BERBASIS KELAS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR (yennymartha.wordpress.

com/artikel/pembelajaran-berbasis-kelas/) Diakses Tanggal : 28 Maret 2012 Penulis : Lely Halimah, dkk Oleh NIM Kelas : WASIATUS SADIYAH : 100210103003 : EHB A

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Standar kompetensi yang harus dicapai melalui pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomununikasi dalam Bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Standar kompetensi tersebut dimaksudkan agar peserta didik siap mengakses situasi multiglobal lokal yang berorientasi pada keterbukaan dan

kemasadepanan. Untuk itu, maka guru harus dapat membantu mereka membangun berbagai strategi komunikasi yang membuat mereka dapat menghadapi situasi kritis yang akan mereka hadapi. Terkait dengan kompetensi yang harus dicapai melalui pembelajaran bahasa Indonesia, secara khusus pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia siswa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai wahana berpikir dan wahana berkomunikasi untuk mengembangkan potensi intelektual, emosional, dan sosial. Bahasa sangat fungsional dalam kehidupan manusia, karena selain merupakan alat komunikasi yang paling efektif, berpikir pun menggunakan bahasa. Begitu pentingnya kemampuan berbahasa, sehingga masalah kemampuan berbahasa khususnya kemampuan baca-tulis atau literasi (melek huruf) menurut Azies dan Alwasilah (1997: 12) dan Akhadiah (1992: 18) di seluruh dunia masalah literasi atau melek huruf ini merupakan persoalan manusiawi sepenting dan semendasar persoalan pangan dan papan. Untuk itu, maka menurut Gani (1995: 1) proses pendidikan bahasa sejak di sekolah dasar harus mampu mewujudkan lulusan yang melek huruf dalam arti yang lebih luas yaitu

melek teknologi dan melek pikir yang keseluruhannya juga mengarah pada melek kebudayaan.

2. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran ini, terdapat model-model penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulis. Menurut Sugito (Santosa, 2003) penilaian pembelajaran keterampilan berbahasa lisan, meliputi penilaian menyimak dan berbicara, sementara penilaian keterampilan berbahasa tulis meliputi penilaian keterampilan membaca dan menulis. Sementara menurut Soegito (Santosa, 2003) dan menurut Oller ( Rofiuddin, 1999) jenis-jenis tes yang dapat digunakan untuk menilai kemamampuan berbahasa banyak ragamnya, seperti jenis tes untuk penilaian pembelajaran menyimak, di antaranya tes respons terbatas, tes respons pilihan ganda, tes komunikasi luas, dan dikte. Sementara dalam penilaian kemampuan berbicara terdapat jenis tes, yaitu tes respon terbatas, tes terpadu, dan tes wawancara, tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar, bercerita, diskusi, dan tes ujaran terstruktur, seperti mengatakan kembali, membaca kutipan, mengubah kalimat, dan membuat kalimat. Adapun model penilaian dalam pembelajaran keterampilan berbahasa tulis mencakup penilaian membaca dan menulis. Aspek penting dalam penilaian membaca adalah pemahaman. Jenis-jenis tes yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan membaca peserta didik SD, di antaranya adalah tes pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana, tes cloze, menceritakan kembali, tes meringkas, tes subjektif, dan tes objektif. Sementara penilaian menulis, di antaranya meliputi tes pratulis, tes menulis terpadu, dan tes menulis bebas, tes menulis berdasarkan rangsangan gambar, tes menulis berdasarkan rangsangan suara, tes menulis dengan rangsangan buku, tes menulis laporan. Dengan demikian, maka penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan pengamatan (nontes) dan pengukuran (tes). Kedua macam penilaian ini, dapat digunakan untuk saling melengkapi sehingga dapat memberikan gambaran hasil belajar peserta didik secara lengkap dan holistik.

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen kurikulum yang memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan. PBK dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi dengan berkesinambungan. PBK merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar peserta didik dan pelaporan. PBK menggunakan arti penilaian sebagai assessment yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan

mengefektifkan informasi tentang hasil belajar peserta didik pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Data atau informasi dari penilaian ini merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. Dengan demikian, maka PBK merupakan penilaian yang dilaksanakan terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja peserta didik (portfolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tertulis (paper and pen). PBK yang dilakukan guru secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran berguna untuk (a) umpan balik bagi peserta didik dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya; (b) memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar peserta didik sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya; (c) memberikan masukan bagi guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas; (d) memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda; (e) memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat

tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan. Dilihat dari keterkaitan antara penilaian berbasis kelas dengan proses belajar mengajar bahasa Indonesia, bahwa penilaian mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas proses pembelajaran. Demikian pula, proses belajar mengajar akan berjalan efektif apabila didukung oleh penilaian berbasis kelas yang efektif oleh guru. Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian harus dipahami sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Stigging (Furqon, 2001) bahwa Assessment as instruction, maksudnya bahwa Assessment and teaching can be one and the same. Dengan demikian penilaian pembelajaran bahasa Indonesia harus dilakukan guru secara terencana, sistematik, dan berkesinambungan sebagai strategi dalam quality assurance. Keterkaitan dan keterpaduan antara penilaian dan proses belajar mengajar dapat digambarkan pada siklus di bawah ini.

Rencana Mengajar

Analisis & Umpan Balik

Proyek Belajar Mengajar

Penilaian Berbasis Kelas

Siklus Proses Belajar Mengajar dan Penilaian

Gambar di atas menunjukkan bahwa langkah yang guru lakukan dalam rangkaian aktivitas pengajaran meliputi rencana mengajar, proses belajar mengajar, penilaian, analisis dan umpan balik. Dalam siklus pembelajaran, hal pertama yang harus dilakukan oleh guru

adalah menyusun rencana mengajar. Dalam menyusun rencana mengajar ini hal-hal yang harus dipertimbangkan meliputi rincian komponen yang harus dicapai peserta didik, cakupan dan kedalaman materi, indikator pencapaian kompetensi, pengalaman belajar yang harus dialami peserta didik, persyaratan sarana belajar yang diperlukan, dan metode serta prosedur untuk menilaian ketercapaian kompetensi. Setelah rencana pengajaran tersusun dengan baik, guru melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana tersebut. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses belajar mengajar ini adalah adanya interaksi yang efektif antara guru, peserta didik dan sumber belajar lainnya sehingga menjamin terjadinya pengalaman belajar yang mengarah ke pencapaian kompetensi oleh peserta didik. Untuk mengetahui dengan pasti ketercapaian kompetensi dimaksud, guru melakukan penilaian secara terarah dan terprogram. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar. Untuk itu, penilaian yang efektif harus diikuti oleh kegiatan analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang perlu dilakukan dalam perencanaan proses belajar mengajar berikutnya. Dengan demikian, rencana mengajar yang disiapkan guru untuk siklus proses belajar mengajar berikutnya harus didasarkan pada hasil dan umpan balik penilaian sebelumnya. Jika dilakukan, maka kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sepanjang semester dan tahun pelajaran merupakan rangkaian dari siklus proses belajar mengajar yang saling berkesinambungan. Dilihat dari kesejarahannya, penilaian dalam pembelajaran bahasa dapat dipilah menjadi tiga kategori, yangni penilaian yang menggunakan pendekatan diskrit, integratif, dan pragmatik/komunikatif. Penilaian pembelajaran bahasa dengan pendekatan diskrit, menurut Oller (Rofiuddin, 1994) merupakan penilaian yang hanya menekankan atau menyangkut satu aspek kebahasaan. Jika dalam kebahasaan dikenal adanya aspek fonologi, morfologi, sintaksis, maka akan dijumpai adanya penilaian tentang fonologi, morfologi, dan sintaksis. Selain itu, dalam keterampilan berbahasa dikenal adanya keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, juga dapat dijumpai adanya penilaian menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Penilaian pembelajaran bahasa dengan pendekatan integratif, kemunculannya sebagai reaksi terhadap

penilaian diskrit yang dianggap memiliki banyak kelemahan. Tes integratif merupakan penilaian kebahasaan yang digunakan untuk mengukur beberapa aspek kemampuan atau keterampilan berbahasa. Dalam tes integratif, aspek-aspek kebahasaan tidak dipisahpisahkan, melainkan merupakan satu kesatuan yang padu. Penilaian pembelajaran bahasa dengan pendekatan pragmatik, yaitu sebagai tes bahasa yang difungsikan untuk mengukur kemampuan berbahasa sesuai dengan situasi dan konteks pemakaiannya. Oller (Rofiuddin, 1994) mengemukakan beberapa tes yang dapat dikategorikan sebagai tes pragmatik, yakni, cloze test, dikte, tanya jawab, wawancara, bercerita, mengarang, dan terjemahan.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian dan pengembangan ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan suatu model sistem penilaian berbasis kelas yang berorientasi pada ketercapaian standard kompetensi berbahasa Indonesia di sekolah dasar. Hasil dari pengembangan ini, pada akhirnya diharapkan dapat memfailitasi guru-guru sekolah dasar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini dirancang ke dalam dua periode. 2. Tujuan Khusus Tujuan kegiatan penelitian berikut. 1. Mengidentifikasi kondisi lapangan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Mengembangkan kerangka awal desain model sistem penilaian berbasis kelas yang relevan dengan tuntutan KTSP berbasis kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. 3. Mengembangkan kerangka awal pedoman yang dapat menjelaskan prosedur pengembangan model sistem penilaian berbasis kelas yang sesuai dengan model sistem penilaian berbasis kelas hasil pengembangan. pada periode pertama (tahun ke-1) adalah sebagai

3. Hasil yang Diharapkan Penelitian dan pengembangan pada tahun ke 1 ini diharapkan dapat menghasilkan: 1. Dokumen hasil identifikasi dan pemetaan kompetensi dasar dan indikator serta kisi-kisi penilaian dalam pelaksanaan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. 2. Kerangka awal desain model sistem penilaian berbasis kelas yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 3. Kerangka awal pedoman pengembangan sistem penilaian berbasis kelas yang dapat digunakan sebagai acuan dan contoh konkrit bagi guru dalam melaksanakan model sistem penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

4. Manfaat Penelitian Penilaian berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang ditakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan "mengukur apa yang hendak diukur" dari peserta didik. Salah satu prinsip penilaian berbasis kelas yaitu, penilaian dilakukan oleh guru dan peserta didik. Hal ini perlu dilakukan bersama karena hanya guru yang bersangkutan yang paling tahu tingkat pencapaian belajar peserta didik yang diajarnya. Selain itu peserta didik yang telah diberitahu oleh guru tersebut bentuk/cara penilaiannya akan berusaha meningkatkan prestasinya sesuai dengan kemampuannya. Prinsip penilaian berbasis kelas lainnya yaitu: tidak terpisahkan dari KBM, menggunakan acuan patokan, menggunakan berbagai cara penilaian (tes dan non tes), mencerminkan kompetensi peserta didik secara komprehensif, berorientasi pada kompetensi, valid, adil, terbuka, berkesinambungan, bermakna, dan mendidik. Diterapkannya standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan pada dasarnya membawa implikasi pada orientasi dan strategi penilaian di kelas oleh guru. Dengan demikian, penilaian kelas harus bersifat otentik, yakni penilaian yang menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan tujuan dan proses serta

pengalaman belajar peserta didik. Penilaian kelas harus menjadi bagian integral dari keseluruhan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, agar tujuan dan fungsi penilaian lebih berdaya guna bagi perbaikan belajar peserta didik, maka berbagai metode dan teknik harus digunakan guru dalam melakukan penilaian kelas. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran, maka penilaian harus dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang melandasi pembelajaran, sebagaimana tertuang dalam kurikulum. Dalam kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia ditegaskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dengan pendekatan komunikatif. Dengan demikian, maka penilaiannya juga harus dilaksanakan dengan menganut prinsipprinsip yang berlaku dalam pendekatan komunikatif. Agar tujuan penilaian tercapai, guru harus menggunakan berbagai metoda dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pengalaman belajar yang dilaluinya. Oleh pembelajaran dan karakteristik

sebab itu, guru hendaknya memiliki

pengetahuan dan kemahiran tentang berbagai metoda dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan melaksanakan dengan tepat metoda dan teknik yang dianggap paling sesuai dengan tujuan dan proses pembelajaran, serta pengalaman belajar yang telah ditetapkan. Untuk itu, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam mengimplementasikan kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satu perangkat acuan yang dibutuhkan guru tersebut adalah pedoman sistem penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pedoman inilah yang ingin dihasilkan melalui penelitian ini, yang kemudian dinamakan model sistem penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia. E. Prosedur Penelitian 1. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini mengacu kepada pendekatan penelitian dan pengembangan sebagaimana dikemukakan Borg & Gall, (1979). Adapun langkah-langkah dan prosedur dalam penelitian dan pengembangan ini meliputi berikut ini. a. Melakukan studi pendahuluan, yaitu kegiatan pengumpulan informasi yang meliputi penelaahan literatur berkenaan dengan upaya memahami sistem penilaian berbasis kelas, dan observasi lapangan untuk mengumpulkan informasi sekaitan dengan kebutuhan yang ada di lapangan; b. Menyusun draf rancangan awal model pengembangan sistem penilaian berbasis kelas dengan mempertimbangkan temuan-temuan hasil studi pendahuluan. Draf rancangan awal model ini dibahas bersama para praktisi dan para ahli yang relevan, untuk menghasilkan produk awal model dan pedoman pengembangannya, yang kemudian dilakukan uji kelayakan dilihat dari keterbacaannya. c. Mengadakan uji coba, meliputi uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Uji coba terbatas difokuskan kepada evaluasi proses untuk memperoleh informasi terkait dengan keterbacaan model. Sedangkan uji coba lebih luas, selain difokuskan kepada evaluasi proses juga difokuskan pada evaluasi hasil, yakni evaluasi yang diarahkan untuk menilai efektivitas model. Dari hasil uji coba ini diharapkan diperoleh informasi yang bermanfaat bagi penyempurnaan model dan pedoman

pengembangannya. d. Melakukan uji validasi model dan diseminasi. Uji validasi dilakukan untuk memperoleh data empirik tentang keterandalan model melalui eksperimen dengan membandingkan dua kelompok subyek, yakni antara kelompok yang mendapat perlakukan dengan menggunakan model hasil pengembangan dengan kelompok yang tidak mendapat perlakuan atau kelompok yang menggunakan model konvensional. Diseminasi yaitu langkah melaporkan produk pada pertemuan ilmiah serta dipublikasikan melalui jurnal, juga menyebarluaskan produk melalui seminar dan pelatihan-pelatihan kepada guru-guru sekolah dasar. Keseluruhan langkah-langkah dan prosedur penelitian dan pengembangan ini dapat dilihat pada bagan berikut i

Studi Lapangan

Perencanaan

Pengembangan

Validasi Pelaporan

STUDI LITERATUR
- Teori - Hasil penelitian terdahulu - Tujuan - Kemampuan peneliti - Partisipan - Prosedur - Uji kelayakan terbatas alternatif model UJI COBA TERBATAS - Desain kasar - Implementasi - Evaluasi - Penyempurnaan UJI MODEL - Tes awal - Implemen L A P O R A N

STUDI LAPANGAN - Implementasi model yang akan dikembangkan - Kondisi & kinerja peserta didik - Kondisi & kinerja guru - Sarana, alat, media dan sumber - Lingkungan sekolah

UJI COBA LEBIH LUAS - Desain halus - Implementasi - Evaluasi - Penyempurnaan

- Tes khir

KONKLUSI

DESAIN FINAL

Tahun Pertama

Ta

Tahun Kedua

Bagan : Prosedur Penelitian dan Pengembangan

2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh sekolah dasar yang ada di Kota Bandung. Untuk menentukan sekolah mana yang akan menjadi sampel penelitian ini, maka digunakan teknik sampling, yakni teknik random sampling dan purposive sampling. Penentuan

random sampling dilakukan untuk kepentingan studi lapangan pada tahap studi pendahuluan dan tahap diseminasi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah (1) membagi kota dan kabupaten bandung menjadi wilayah-wilayah kecamatan, (2) menentukan wilayah kecamatan sebagai sampel dengan menggunakan random sampling, (3) menentukan sekolah yang akan mewakili setiap kecamatan. Berdasarkan prosedur di atas, maka dari sekolah-sekolah yang tersebar di 26 kecamatan yang ada di kota Bandung telah ditetapkan jumlah dan jenis sekolah yang terdiri dari 7 kecamatan.

3. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, analisis dokumen, observasi, tes dan nontes. Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, dapat diperoleh data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskripsi yang dilakukan secara berkelanjutan sesuai data yang diperoleh. Adapun data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik, tepatnya menggunakan teknik analisis uji t dan anova yang dalam proses pengolahannya menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS.

I.

Tujuan Penulisan Artikel untuk mengembangkan suatu model sistem penilaian berbasis kelas yang berorientasi pada ketercapaian standard kompetensi berbahasa Indonesia di sekolah dasar. Berguna bagi perbaikan belajar peserta didik, maka berbagai metode dan teknik harus digunakan guru dalam melakukan penilaian kelas.

II.

Fakta unik dari artikel


Menentukan wilayah kecamatan sebagai sampel dengan menggunakan random sampling

menentukan sekolah yang akan mewakili setiap kecamatan Pengolahan data menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS.

III.

Pertanyaan dan Jawaban

Pertanyaan Apakah yang diharapkan setelah penelitian dilakukan? Jelaskan alasan anda!

Jawaban Berdasarkan siklus yang telah dijelaskan diatas, setelah guru memberikan penilaian, pada akhirnya harus terjadi umpan balik dari murid/siswa sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana siswa terbut memahami. Analisis juga diperlukan untuk pengembangan proses belajar mengajar sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pengembangan ( rencana mengajar) dilakukan.

IV.

Refleksi Setelah membaca artikel mengenai PBK diatas, ternyata artikel ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi acuan atau referensi guru dalam proses mengajar di kelas. Saya sebagai mahasiswa yang menganalisis artikel ini perlu menjadikannya sebuah referensi yang akan saya lakukan dalam bidang saya sebagai calon guru biologi, dan saya akan mengembangkannya dari artikel yang telah saya baca ini. Prosedur penilitian dari pengembangan tersebut baik karena berurutan. Dari artikel diatas dapat dilihat beberapa hal seperti; melihat apakah kerangka awal model ini dilihat dari keterbacaan dan keunggulan model dapat memberikan kemudahan dan petunjuk praktis bagi para praktisi di lapangan, diperlukan uji coba lebih luas. Hasil uji coba lebih luas mungkin diperlukan adanya revisi dalam beberapa aspek sebelum diadakan uji validasi model. Dengan demikian, maka disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini cukup baik karena semua aspek yang diharapkan dapat membantu guru dalam mengembangkan sistem penilaian berbasis kelas.

Anda mungkin juga menyukai