Anda di halaman 1dari 2

Nama NPM

: Arisa Masthuroh Afgani : 160110100070

Contoh komunikasi Dokter Gigi dengan Pasien : 1. Pembukaan atau perkenalan Ketika pasien datang, dokter gigi hendaknya menanyakan nama pasien dan memanggil pasien dengan panggilan yang biasa digunakan oleh pasien tersebut. 2. Anamnesa Anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi pasien, dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Tujuan dari anamnesa ini adalah untuk mengumpulkan data berupa identitas pasien, status, keluhan utama, riwayat kesahatan, keadaan fisik, psikologis, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya. 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Saat melakukan pemeriksaan fisik, hendaknya dokter gigi tetap melakukan komunikasi dan memberi tahu pasien tujuan dari pemeriksaan tersebut agar pasien merasa aman dan nyaman. 4. Penjelasan mengenai penyakit Setelah selesai melakukan pemeriksaan fisik, sebaiknya dokter menjelaskan kepada pasien penyakit apa yang diderita oleh pasien. Penjelasan menenai penyakit sebaiknya disampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna oleh pasien. Selain itu, dokter harus memikirkan kondisi dari pasien tersebut, jangan membuat pasien merasa tegang dan takut mengenai penyakit yang dideritanya. 5. Penjelasan mengenai obat Ketika dokter memberikan resep, sebaiknya dokter memberi tahu pasien bagaimana penggunaan obat tersebut, kapan obat harus diminum, dan tujuan dari pemberian obat tersebut.

Contoh Hasil Komunikasi Efektif: a. Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat. Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan sebagainya). b. Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter. c. Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya, dengan segala konsekuensinya. d. Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan/perawatan kesehatannya.

Contoh Hasil Komunikasi Tidak Efektif: a. Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan, hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen, dan sebagainya. b. Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja. c. Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek, bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit. d. e. f. Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak. Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain. Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau komplementer atau menyembuhkan sendiri (self therapy).

Anda mungkin juga menyukai