Anda di halaman 1dari 4

Tip mencegah tomcat Tomcat adalah serangga yang sangat berbahaya jika terjadi kontak dengan kulit manusia.

Kulit akan terasa gatal sangat dahsyat, ketika tomcat menempel ataupun benda lainnya secara otomatis tomcat akan mengeluarkan cairan beracun yang sangat gatal. Binatang yang muncul ketika matahari terbenar itu dapat dicegah dengan mudah, karena jika hama tersebut tidak dicegah bisa berbahaya bagi kesehatan kulit keluarga, serta sanak saudara. Tomcar bisa dicegah dengan beberapa cara yang diprediksi bisa terhindar dari serangannya. Ada beberapa cara mencegah serangan si kumbang merah atau hama tomcat. Jika ada menemukan serangga, jangan dipencet agar racun tidak mengenai kulit. Masukkan ke dalam plastik dengan hati-hati, terus buang ke tempat yang aman. Hindari terkena hama tomcat pada kulit terbuka. Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah tomcat masuk, tidur menggunakan kelambu. Berikan jarring pada lampu bila serangga banyak, untuk mencegah kumbang jatuh ke manusia. Jangan menggosok kulit dan atau mata bila hama tomcat terkena kulit. Singkirkan dengan hati-hati jika hama tomcat menempel pada kulit, dengan meniup atau mengunakan kertas untuk mengambil hama tomcat. Warga dianjurkan untuk memerikas dinding dan langit-langit dekat lampu sebelum tidur. Bila ditemui, segera dimatikan dengan menyemprotkan racun serangga. Singkirkan tanpa menyentuhnya agar lebih aman. Bila bersentuhan dengan serangga tomcat, segera beri air mengalir dan sabun pada kulit. Ini solusi mengantisipasi bila tomcat bersentuhan dengan kulit manusia, di samping membersihkan lingkungan tanaman yang tidak terawat di sekitar rumah yang bisa menjadi tempat kumbang Paederus. Sesungguhnya, semua makhluk ciptaan Allah SWT menjadi sahabat manusia. Hanya saja, bagiamana manusia memperlakukan makhluk tersebut agar menjadi sahabat sejati. Ini yang sejatinya dilakukan, termasuk pada si kumbang merah bernama tomcat tersebut.

Menurut Prof Dr Liana Bratasida, seorang staf ahli bidang lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan, peningkatan populasi Tomcat yang melebihi normal seperti saat ini, salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim yang ekstrim. Perubahan iklim yang cukup ekstrim itu membuat jenis kumbang Paederus tersebut mengalami kesuburan populasi. Hampir sama kasusnya dengan yang terjadi pada populasi ulat bulu yang melonjak drastis sebelumnya.

Di setiap daerah sebenarnya keberadaan Tomcat sudah ada. Mereka hidup di persawahan dan area perkebunan, hingga petani sudah akrab dengan keberadaan serangga ini. Bahkan, Tomcat terkenal sebagai predator dari hama wereng. Hama yang terkenal mampu membuat petani rugi besar. Kini, saat kasus kumbang Tomcat mencuat karena mereka memasuki wilayah perumahan dan apartemen, serta membuat banyak orang terluka akibat racunnya, maka sebenarnya hal ini akibat habitat aslinya telah berkurang atau bahkan rusak. Dan karena perubahan cuaca ekstrem ini berlangsung merata di seluruh Indonesia, maka tak heran jika terjadinya peningkatan populasi Tomcat ini tak hanya ada di satu daerah saja, melainkan tersebar hampir di seluruh wilayah pulau Jawa. Nampaknya, dengan adanya perubahan suhu ekstrem dan cuaca yang makin tak menentu karena banyaknya kerusakan alam, bakal ada lagi kasus melonjaknya populasi serangga atau binatang lainnya kelak. Entah apa lagi

serangan serangga bernama lain semut kanai ini. Bahkan korban pun mulai berjatuhan. Puluhan hingga ratusan warga diserang gatal-gatal akibat iritasi yang disebabkan cairan yang dikeluarkan serangga yang termasuk spesies kumbang Paederus fuscipesini. Namun sejatinya, serangan tomcat ini merupakan perilaku alamiah semata dari serangga tersebut. Dan hal ini bukan pertama kali terjadi. Bertahun-tahun lalu bahkan sejak lama, tomcat sering merambah ke pemukiman warga. Hanya saja, memang setiap serangga mempunyai periode ledakan populasi setiap periode tertentu, seperti 10 atau 20 tahunan. Dari hasil penelitian, serangga yang hidup di persawahan ini merambah permukiman karena habitatnya terganggu, salah satunya karena alih fungsi dari lahan pertanian menjadi permukiman. Bisa juga disebabkan karena ketidakserempakan masa tanam, sehingga populasi tomcat di wilayah yang belum memulai masa tanam jadi berlebihan. Tentu jika harus menyalahkan, manusialah yang jelas-jelas salah. Bahkan sebenarnya, tomcat yang merupakan salah satu mata rantai kehidupan, sangat bermanfaat bagi manusia. Ia berfungsi memerangi hama yang menyerang padi, seperti wereng, dan hama padi lainnya. Namun karena habitatnya terganggu, tomcat pun mencari tempat yang nyaman di permukiman. Apalagi sifat tomcat yang menyenangi cahaya sehingga berbondong-bondong menuju permukiman di saat malam hari. Serangga yang memiliki racun paederin tersebut pun sebenarnya bukan bermaksud menyerang manusia. Namun saat merasa terganggu, tomcat akan mengeluarkan racun paederin yang menyebabkan kulit manusia meradang dan melepuh.

Namun dari berbagai penelitian, belum pernah ditemukan kasus kematian yang disebabkan gigitan atau racun tomcat. Bakteri endosimibion yang dibawa tomcat hanya menyebabkan dermatitis atau kulit melepuh dan mengeluarkan cairan. Luka ini tidak akan berakibat fatal, apalagi sampai menyebabkan kematian. Cukup dengan membersihkan permukaan kulit yang terinfeksi dan memberi salep antigatal yang mengandung Acyclovir 5%, luka ini bisa segera sembuh. Untuk menanganinya pun tidak terlalu rumit. Namun jangan membunuh serangga ini dengan tangan, seperti dipencet karena racunnya bisa masuk melalui kulit. Juga diupayakan tidak kontak langsung dengan serangga ini. Untuk menghalaunya, cukup ditiup atau dikibaskan dengan benda lain. Cara menangkapnya pun cukup sederhana, salah satunya menggunakan jebakan lampu karena serangga ini sangat senang dengan cahaya lampu.Namun karena serangga ini bermanfaat bagi penyeimbang ekosistem, sebaiknya tidak dibunuh tapi dikembalikan ke habitatnya di persawahan. Kecuali jika memang populasinya sudah terlalu banyak bisa dimusnahkan dengan menggunakan insektisida tumbuhan. Satu yang pasti, setiap makhluk di dunia ini diciptakan dengan manfaatnya masing-masing bagi kehidupan manusia. Begitu pula dengan tomcat yang ternyata bermanfaat untuk membasmi hama padi di sawah AKARTA - Beragam cara dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mencegah potensi mewabahnya serangan serangan tomcat. Melalui jajarannya di daerah, mereka berupaya mengepung penyebaran kumbang dengan nama ilmiah Paederus Littoralis itu. Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, skenario membendung laju serangan tomcat sejauh ini berjalan sesuai rencana. Di Surabaya, Jatim, misalnya, Dinas Kesehatan setempat sudah menyiagakan pusat kesehatan masyarakat (PKM) selama 24 jam. PKM ini mulai dari puskesmas hingga rumah sakit milik pemerintah. "Pengobatan di PKM ini gratis," ujar Tjandra. Tjandra mengatakan, petugas dari dinas pertanian boleh melakukan penyemprotan tomcat tetapi dengan pestisida nabati. Sasaran yang boleh disemprot di antaranya adalah rumah-rumah yang sudah dijamah tomcat. Kondisi pasien pada umumnya berupa iritasi kulit di seputar titik yang terkena racun atau toksin tomcat. "Kita terus mengingatkan, iritasi ini sebenarnya bisa sembuh sendiri sekitar enam hari kemudian," ujar dia. Masih dari Surabaya, Tjandra mengungkapkan bahwa tim dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) menguji toksin atau cairan tomcat. Dengan pengujian ini akan ditemukan upaya pencegahan atau penyembuhan. Tapi, sampai saat ini belum ada hasil dari pengujian tersebut.

Perkembangan penanganan potensi penyebaran tomcat juga datang dari kawasan Jogjakarta. "Laporannya, penderita masih terbatas gatal-gatal, memerah, dan panas lokal," kata Tjandra. Tjandra mengatakan, warga di Jogjakarta menuturkan bahwa populasi tomcat meningkat ketika rata-rata umur padi yang ditanam petani sekitar 1,5 bulan. Perkembangan tomcat ini terus stabil hingga musim panen. Tomcat punya kebiasaan mengitari lampu rumah warga pada malam hari. "Warga mengantisipasi dengan memasang lampu perangkap," katanya. Dengan lampu perangkap ini tomcat tidak sampai masuk ke dalam rumah dan menyerang penghuninya. Dengan adanya upaya dari jajaran petugas kesehatan mulai dari pusat hingga daerah ini, Tjandra berharap masyarakat tidak dibuat resah dengan ancaman serangan tomcat. Serangga ini adalah hewan yang sudah cukup lama menghuni persawahan di Indonesia. Karena itu, masyarakat diharap tidak perlu cemas berlebihan. (wan/ca)

Anda mungkin juga menyukai