A. Pendahuluan
B. Latar Belakang
WHO Global Tuberculosis Report 2016 menyatakan Indonesia menempati rangking
kedua dengan jumlah kasus tuberkulosis (TB) terbanyak di dunia, dimana TB menjadi
penyebab kematian nomor empat setelah penyakit kardiovaskuler.
Hasil survei memperkirakan setiap tahun terdapat 1 juta kasus baru TB di Indonesia.
Ironisnya masyarakat masih banyak yang tidak sadar/tidak tahu tentang TB dan
bagaimana mengakses cara pengobatannya.
Sedangkan data survei mencatat hanya 26% dari populasi umum dapat
mengidentifikasi tanda dan gejala TB. Selanjutnya hanya 19% yang mengetahui TB bisa
diobati secara gratis.
Satu orang yang tidak terdeteksi dan tidak menjalani pengobatan bisa menularkan
TB pada 10-15 orang lainnya dalam 1 tahun kontak dekat. Rendahnya angka penemuan
(Case Detection Rate) kasus baru TB mengakibatkan banyak penderita yang terlambat
diobati bahkan tidak diobati sama sekali. Hal ini otomatis berkontribusi pada tingginya
kasus baru TB di Indonesia.
Pada tahun 2017, angka penemuan tersangka BTA+ di UPTD Puskesmas Pataruman
III baru mencapai 66,1%, angka ini masih jauh dari target penemuan sebesar 80%. Hal ini
menunjukan adanya performance kinerja yang kurang optimal. Berdasarkan hal tersebut,
maka diperlukan adanya audit internal terhadap penemuan kasus tersangka TB BTA +
yang masih rendah yang diharapkan akan dapat diidentifikasi kesenjangan kinerja yang
menjadi masukan untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan baik pada sistem
pelayanan maupun sistem manajemen.
C. Tujuan Audit
1. Tujuan Umum
Meningkatnya angka penemuan kasus BTA+ di UPTD Puskesmas Pataruman III.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan data dan informasi faktual tentang performance kinerja penemuan
kasus BTA +
b. Memberikan rekomendasi sebagai dasar pengambilan keputusan, pengendalian
manajemen, dan perbaikan kinerja dalam penemuan kasus baru BTA+
D. Lingkup Audit
Lingkup audit internal adalah Upaya Kesehatan Masyarakat Program Pengendalian
Penyakit Tuberkulosis.
E. Objek Audit
Adapun obyek audit internal adalah angka penemuan kasus BTA+ yang masih rendah
G. Metoda Audit
Audit dilakukan melalui wawancara mendalam (in depth interview), Focus Group
Discussion), observasi, ceklis, dan penelusuran dokumen.
H. Kriteria Audit
1. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2015
2. Instrumen Akreditasi Perencanaan Program Bab IV (4.1.1.7)
3. Standar Operasional Prosedur Penemuan Tersangka Tuberkulosis
I. Instrumen Audit
1. Daftar Pertanyaan
2. Pedoman FGD
3. Daftar Ceklist
J. Sasaran
Sasaran audit adalah penanggung jawab program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis
UPTD Puskesmas Pataruman III.
K. Pembiayaan
Bersumber dari DAK Non Fisik tahun 2018
L. Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Hasil audit dilaporkan kepada kepala puskesmas dan kepada unit yang diaudit
sebagai feed back. Hasil audit juga disampaikan pada saat Pertemuan Tinjauan
Manajemen dengan membahas kendala dalam perbaikan sehingga dapat memperoleh
dukungan manajemen dalam upaya perbaikan kinerja maupun perbaikan sistem
manajemen pelayanan.
Berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal, unit kerja yang di
audit (auditee) wajib melakukan tindak lanjut terhadap temuan audit dalam bentuk
upaya-upaya perbaikan. Setelah memperoleh laporan hasil audit, auditeee harus
mempelajari laporan audit tersebut, untuk kemudian menyusun rencana perbaikan.
Rencana perbaikan disusun dengan batas waktu yang jelas, sehingga pelaksanaan
perbaikan dapat dikerjakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau disepakati
bersama dengan auditor. Pada saat pelaksanaan kegiatan perbaikan, auditor dapat
melakukan monitoring kegiatan-kegiatan tindak lanjut yang dilakukan oleh auditee dan
memberikan arahan atau bimbingan jika diperlukan. Hasil perbaikan wajib dilaporkan oleh
auditee kepada kepala puskesmas dan disampaikan tembusan kepada auditor internal.
DAFTAR PERTANYAAN
AUDIT INTERNAL PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS
Dilakukan
No Langkah
Ya Tidak
1 Penyuluhan aktif dengan melibatkan semua layanan dengan maksud
untuk mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan
pengobatan.
2 Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :
a. Kelompok khusus tang rentan atau resiko tinggi sakit TB seperti
pasien dengan HIV AIDS.
b. Kelompok yang rentan tertular TB (rumah tahanan), daerah kumuh,
keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB
BTA positif.
c. Pemeriksaan anak < 5 tahun pada keluarga TB untuk menentukan
tindak lanjut apakah perlu pengobatan TB/pengobatan pencegahan.
d. Kontak dengan pasien TB resistan obat.
3 Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang
memiliki gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-
3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
4 Pengelola melalukan anamnesa dan mencatat mengenai :
Berapa lama batuk?
Berdahak/tidak?
Dahak bercampur darah/tidak?
Sesak nafas/tidak?
Nyeri dada/tidak?
Kurang nafsu makan/tidak?
Berat badan menurun/tidak?
Riwayat kontak dengan penderita TBC?
Apakah pernah minum obat paru-paru selama kurang dari 1 bulan
atau lebih dari 1 bulan?
5 Mengisi buku daftar suspek form. TB.06
6 Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan
dahak dan cara batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang
kental dan purulen.
7 Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama dan pengambilan
dilakukan disamping Puskesmas.
8 Memeriksa kekentalan, warna dan volume dahak. Dahak yang baik
untuk pemeriksaan adalah berwarna kuning kehijau-hijauan
(mukopurulen), kental, dengan volume 3-5ml. Bila volumennya
kurang, pengelola harus meminta agar penderita batuk lagi sampai
volumenya mencukupi. Jika tidak ada dahak keluar, pot dahak
dianggap sudah terpakai dan harus dimusnahkan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya kontaminasi kuman TBC
9 Memberikan label pada dinding pot yang memuat nomor identitas
sediaan dahak sesuai dengan TB.06
10 Memberikan pot dahak pagi yang sudah diberi label untuk diisi di
rumah penderita dan disuruh datang besok pagi membawa dahak
paginya dan kemudian petugas mengambil dahak sewaktu kunjungan
kedua.
11 Mengisi form. TB.05, mengirim sediaan ke laboratorium.
12 Menerima jawaban dengan form TB 05, kemudian memasukkan hasil
pemeriksaan ke TB 06.
13 Bila hasil pemeriksaan BTA positif, memberikan pengobatan sesuai
protap pengobatan TB.
14 Bila hasil pemeriksaan negative, dilakukan pemeriksaan dahak ulang,
bila hasilnya tetap negative diberikan pengobatan dengan antibiotic
selama dua minggu.
15 Bila masih tetap batuk dilakukan pemeriksaan rongsen thorax.
16 Bila hasil positif diobati sesuai dengan protap TB.
17 Pasien mendaftar di loket pendaftaran
18 Buku rawat jalan pasien dibawa ke ruang BP berdasarkan nomor urut
pendaftaran.
19 Pasien disilahkan duduk sambil menunggu namanya di panggil.
20 Penderita masuk di ruang BP.