+ + + +
c
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c
H H H
D
H
M
g
p
x
fV
y
U
V
x
U
U
t
U
bx sx x x
e
s
0 0 0
t
t
oq q
(1b)
( )
(
+ + + +
c
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c
H H H
D
H
M
g
p
y
fU
y
V
V
x
U
V
t
V by sy y y
e
s
0 0 0
t
t
oq q
(1c)
dimana U dan V adalah kecepatan lateral rata-
kedalaman dalam arah x dan y., q adalah
elevasi permukaan laut relative terhadap geoid, f
= parameter Coriolis; H = kedalaman air dari
muka air hingga dasar, Mx dan My adalah term
depth-integrated lateral momentum diffusion
terms; Dx dan Dy = depth-integrated lateral
momentum dispersion terms; g = akselerasi
gravitasi; ps = tekanan atmosfir di permukaan air,
o = effective Earth elasticity factor; q
e
=
Newtonian equilibrium tide potential;
o
=
referensi density; t
sx
dan t
sy
= applied free surface
stress; t
bx
dan t
by
= lateral bottom stress terms,
yang dihitung dengan persamaan:
( ) U V U C
o f bx
2 / 1
2 2
+ = t
(2a)
( ) V V U C
o f by
2 / 1
2 2
+ = t
(2b)
dimana Cf adalah bottom friction coefficient.
Transpor dan Dispersi Temperatur.
Persamaan temperatur rata-kedalaman diberikan
sebagai:
SS
y
HT
h
D
y x
HT
h
D
x y
HT
V
x
HT
U
t
HT
+
|
|
.
|
\
|
c
c
c
c
+ |
.
|
\
|
c
c
c
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c
(3)
dimana C adalah depth-averaged thermal
concentration (g/l atau kg/m
3
); SS adalah
source/sink term. Dh adalah koefisien dispersi
horizontal untuk temperatur (m
2
/s), dimana
koefisien ini diasumsikan konstan terhadap ruang
dan waktu.
Pembuatan model matematik menggunakan
perangkat lunak SMS 8.1. dibagi pada tiga tahap
proses, yaitu tahap permodelan serta
parameternya (pre-processing unit), tahap
pemrosesan program komputasi (running) dan
tahap tampilan hasil running (post-processing
unit).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi tapak PLTN berada tepat di tepi
pantai, sehingga diperkirakan akan berdampak
pada kondisi hidrooseanografi perairan di
sekitarnya sehingga perlu kajian kondisi hidro-
oseanografi sebagai bagian dari kajian awal
dampak hidro-oseanografi untuk masukan
AMDAL.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Laut mensyaratkan bahwa kenaikan temperatur
air yang digunakan dalam proses industri dibatasi
maksimal 2C. Dalam kaitannya dengan proses
pembangkitan daya listrik terutama PLTU
ataupun PLTN, keputusan ini membawa
konsekuensi yang perlu dijelaskan dari berbagai
sisi.
Sebagai sumber dampak adalah
penggunaan air laut dalam jumlah dan debit yang
besar sebagai bagian dari water cooling system
PLTN. Air laut yang diambil dari water intake
bersuhu ambien, disirkulasi untuk mengekstraksi
panas yang harus dibuang dari PLTN. Air
pendingin yang panas dibuang melalui kanal ke
water outlet sehingga tersebar ke badan air. Untuk
memprakirakan dampak sebaran panas ini perlu
dilakukan simulasi numerik dispersi panas.
Data primer untuk tujuan simulasi diperoleh
dengan melakukan pengukuran langsung di
lapangan yang meliputi: pemeruman, pengukuran
pasang surut dan arus.
Grid yang digunakan sebagai domain
adalah triangular grid. Pembuatan grid dibuat
menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 seperti
telah diuraikan pada bab sebelumnya. Seperti
disajikan pada Gambar 2, grid mencakup daerah
yang cukup luas dengan batas wilayah di perairan
Tegal di sisi batas barat hingga perairan Gresik di
batas timur. Bentang daerah pemodelan dari batas
barat ke batas timur adalah sekitar 473 km.
Batas terbuka (open boundary) dibuat
setengah lingkaran di laut Jawa dari batas barat
hingga batas timur. Panjang batas terbuka adalah
~270 km sepanjang pantai dan 230 km kearah laut
(offshore), dengan jumlah node sebanyak 31 titik
yang jaraknya bervariasi dari 2 km didekat pantai
hingga 15 km di laut terbuka. Jumlah nodes dalam
domain model adalah 16.509 titik dan jumlah
elemen sekitar 31.506 elemen segitiga. Kerapatan
elemen segitiga bervariasi dari jarak 50 m di
sekitar rencana pipa outlet PLTN hingga jarak 25
km di batas terbuka.
Garis pantai merupakan gabungan dari data
garis pantai hasil pemetaan garis pantai di sekitar
lokasi rencana dan data garis pantai dunia skala
1:250.000 yang dikeluarkan oleh NOAA.
Kedalaman laut pada grid merupakan hasil
interpolasi dari peta batimetri yang tersedia.
Simulasi dilakukan pada dua musim: musim barat
dan timur, dimana kedua musim tersebut memiliki
karakteristik angin yang sangat berbeda. Saat
musim barat angin bertiup dari arah barat-barat
laut sedangkan saat musim timur angin bertiup
secara dominan dari arah timur. Dalam
pemodelan ini angin diasumsikan konstan dalam
ruang dan waktu.
Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir ISSN : 0854 - 2910
Hal. 376-386
381
Gambar 2. Triangulated grid untuk perairan
daerah Jepara dan sekitarnya
Selain angin, model dikendalikan oleh
gaya pasang surut sepanjang batas terbuka.
Komponen pasang surut yang digunakan dalam
simulasi berjumlah 8 komponen yaitu: 4
komponen pasang surut harian (diurnal): K1, O1,
P1, Q1, dan 4 komponen setengah harian (semi
diurnal): L2, M2, N2 dan S2. Discharge air panas
dari pipa pembuangan air pendingin PLTN
diasumsikan memiliki volume aliran keluar
(discharge) yang konstan dalam ruang dan waktu.
Hasil simulasi disajikan pada uraian berikut.
Musim Angin Barat
Pada simulasi ini, sirkulasi hidrodinamika
digerakkan oleh amplitudo dan phase pasang surut
di semua titik batas terbuka pada saat awal
simulasi (t=0) dan angin barat yang bertiup secara
konstan dalam ruang dan waktu dengan kecepatan
angin U = 5,2 m/s, dan arah 110N. Gambar 3.
menunjukkan arah dan besaran angin yang
digunakan dalam simulasi di musin barat.
Discharge air panas dengan temperatur konstan T
= 36,7 C dengan volume buangan sebesar 73
m
3
/detik. Temperatur air laut sekeliling (ambient
sea water temperature) saat awal simulasi adalah
: T
w
= 29C
Gambar 3. Arah dan kecepatan angin di area
(domain) pemodelan saat musim barat.
Simulasi dilakukan selama 5 hari, time step 4
detik dan output setiap 1 jam. Penyebaran
temperatur didominasi oleh aliran air yang
bergerak dari outlet sehingga penyebarannya
bergerak ke satu arah saja dominan ke arah timur,
dengan interval kecepatan 0,01 sampai 1,06
m/det.
Saat kondisi awal, penyebaran thermal masih
disekitar outlet sebagaimana disajikan pada
Gambar 4 saat t=1 jam. Pada simulasi jam
pertama hingga jam ke delapan suhu di sekitar
outlet yang masih besar sekitar 36-36,7
o
C dengan
jarak 1 km dari outlet ke arah timur.
Pada jam ke sembilan hingga jam ke
enambelas penyebaran suhu disekitar outlet
mengalami pengurangan jarak, hanya 10 m dari
outlet dibandingkan kondisi sejam sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa persebaran suhunya
tidak sebesar pada awal simulasi.
Gambar 4. Sebaran termal saat kondisi awal t=1 jam di
musim barat. Warna mengindikasikan temparatur air
antara 29C hingga 38C.
Pada saat t=12 jam (Gambar 5), penyebaran
temperatur dari outlet mengalami penyebaran
sejauh 1 km dari outlet hampir merata ke segala
arah karena pengaruh angin lebih kecil dari
dominasi kecepatan arus discharge dari outlet.
Hal ini dapat terjadi karena arus yang
dihasilkan sangat kecil, yaitu kurang dari 1 m/s,
sehingga arus dari outlet mendominasi pergerakan
Evaluasi Sebaran Thermal Di Perairan Semenanjung Muria.
(Heni Susiati, dkk.)
382
tempertur. Dapat dilihat bahwa luas penyebaran
panas yang signifikan terhadap lingkungan AT 0,0
1,0
o
C yang terbesar dengan jauh penyebaran 1
km dari outlet merambat merata ke arah timur.
Luas penyebaran AT = (1,0 2,0)
o
C dengan jarak
penyebaran 2,1 km merambat ke arah timur. Jarak
penyebaran temperatur dengan AT di atas 2,0
o
C
mencapai sekitar 3,5 km ke arah timur dan 4,2 km
ke arah timur laut. Berdasarkan hasil simulasi
terlihat bahwa suhu daerah intake akan
meningkat, menjadi sekitar 36,7
0
C (peningkatan
sebesar 7,7
0
C) dibandingkan kondisi awal. Hal ini
terjadi karena suhu yang keluar dari outlet
menyebar ke segala arah, termasuk masuk
kembali ke daerah intake.
Gambar 5. Sebaran termal saat kondisi awal
t=12-jam di musim barat.
Gambar 6. Sebaran termal saat kondisi t=24-jam
(1 hari) di musim barat.
Pada saat t=48 jam, penyebaran termal semakin
jauh ke arah timur (Gambar 6). Kenaikan
temperatur air laut hingga T=29,5-30,0C terlihat
jauh ke timur antara 4 km-10 km. Penyebaran
panas menaikkan temperatur hingga T=30,5C
terlihat hingga 4 km ke arah timur dari outlet.
Gambar 6. Sebaran termal saat kondisi t=48-jam
(2 hari) di musim barat.
Pada saat t=72 jam atau t=3 hari, penyebaran
termal semakin jauh ke arah timur. Lihat Gambar
7. Kenaikan temperatur air laut hingga T=29,5-
30,0C terlihat jauh sedkitar 18 km ke arah ke
timur hingga sisi tenggara P. Mandalika dengan
lebar penjalaran sekitar 2 km sejajar pantai.
Penyebaran panas menaikkan temperatur hingga
T=30,5C terlihat hingga 5 km ke arah timur dari
outlet. Temperatur sekitar outlet bervariasi dari
30,5C hingga 37C.
Gambar 7. Sebaran termal saat kondisi t=72-
jam (3 hari) di musim barat.
Pada akhir hari ke 4 atau saat t=96 jam,
penyebaran termal semakin jauh ke arah timur
(Gambar 8). Kenaikan temperatur air laut hingga
T=29,5-30,0C terlihat jauh sekitar 20 km ke arah
ke timur hingga daerah pantai Margorejo dengan
lebar penjalaran sekitar 2km sejajar pantai.
Penyebaran panas menaikkan temperatur hingga
T=31C terlihat hingga 3 km ke arah timur dari
outlet. Temperatur sekitar outlet bervariasi dari
31C hingga 37C.
Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir ISSN : 0854 - 2910
Hal. 376-386
383
Gambar 8. Sebaran termal saat kondisi t=96-jam
(4 hari) di musim barat.
Warna mengindikasikan temparatur air antara
29C hingga 38C.
Pada akhir simulasi di hari ke 5 atau saat t=120
jam, penyebaran termal semakin jauh ke arah
timur hingga 28 km dari outlet hingga perairan
Juwana (Gambar 9). Kenaikan temperatur air laut
hingga T=29,5 30,0C terlihat ke arah ke timur
hingga daerah pantai Juwana dengan lebar
penjalaran sekitar 2 km sejajar pantai. Penyebaran
panas menaikkan temperatur hingga menjadi
T=31C terlihat hingga 5 km ke arah timur dari
outlet. Temperatur sekitar outlet bervariasi dari
31C hingga 37C. Dapat terlihat disini bahwa
setelah simulasi 5 hari terjadi kenaikan temperatur
air laut hingga 2C dari ambient temperature di
sekitar outlet hingga radius 2-5 km.
Musim Angin Timuran
Pada simulasi ini, sirkulasi hidrodinamika
digerakkan oleh amplitudo dan phase pasang surut
di semua titik batas terbuka pada saat awal
simulasi (t=0) dan angin timur yang bertiup secara
konstan dalam ruang dan waktu dengan kecepatan
angin U = 4.8m/s, dan arah 270N. Gambar 10
menunjukkan arah dan besaran angin yang
digunakan dalam simulasi di musin timur ini.
Discharge/buangan air panas dengan temperatur
konstan T = 36,7 C dengan volume buangan
sebesar 73 m
3
/detik. Temperatur air laut sekeliling
(ambient sea water temperature) saat awal
simulasi adalah : T
w
= 29C.
Gambar 9. Sebaran termal saat kondisi t=120-jam
(5 hari) di musim barat. Warna mengindikasikan
temparatur air antara 29C hingga 38C.
Simulasi dilakukan selama 5 hari, time step 4
detik dan output setiap 1 jam. Penyebaran
temperatur didominasi oleh aliran air yang
bergerak dari outlet sehingga penyebarannya
bergerak ke satu arah saja dominan ke arah barat,
dengan interval kecepatan 0,01 sampai 1,06
m/det.
Gambar 10. Arah dan kecepatan angin di area
(domain) pemodelan saat musim barat.
Saat kondisi awal, penyebaran thermal masih
di sekitar outlet, hampir sama dengan situasi pada
musim barat sebagaimana disajikan pada Gambar
10 saat t=1-jam. Pada simulasi jam pertama
hingga jam ke delapan suhu di sekitar outlet yang
masih besar sekitar 36-36,7
o
C dengan jarak 1 km
dari outlet ke arah barat.
Evaluasi Sebaran Thermal Di Perairan Semenanjung Muria.
(Heni Susiati, dkk.)
384
Pada jam ke sembilan hingga jam ke enambelas
penyebaran suhu disekitar outlet mengalami
pengurangan jarak, hanya 10 m dari outlet
dibandingkan kondisi sejam sebelumnya. Hal ini
menunjukkan bahwa persebaran suhunya tidak
sebesar pada awal simulasi. Pada saat t=12 jam
(Gambar 11), penyebaran temperatur dari outlet
mengalami penyebaran sejauh 1 km dari outlet
hampir merata ke segala arah karena pengaruh
angin lebih kecil dari dominasi kecepatan arus
discharge dari outlet.
Gambar 4.11. Sebaran termal saat kondisi awal
t=12-jam di musim timur.
Warna mengindikasikan temparatur air antara
29C hingga 38C.
Hal ini dapat terjadi karena arus yang dihasilkan
sangat kecil, yaitu kurang dari 1 m/s, sehingga
arus dari outlet mendominasi pergerakan
tempertur. Dapat dilihat bahwa luas penyebaran
panas yang signifikan terhadap lingkungan AT 0,0
1,0
o
C yang terbesar dengan jauh penyebaran 1
km dari outlet merambat merata ke arah barat.
Luas penyebaran AT = (1,0 2,0)
o
C dengan jarak
penyebaran 2,1 km merambat ke arah barat. Jarak
penyebaran temperatur dengan AT di atas 2,0
o
C
mencapai sekitar 3,5 km ke arah barat dan 4,2 km
ke arah barat daya. Berdasarkan hasil simulasi
terlihat bahwa suhu daerah intake akan meningkat
sampai sekitar 36,7
0
C (peningkatan sebesar
7,7
0
C) dibandingkan kondisi awal. Hal ini terjadi
karena suhu yang keluar dari outlet menyebar ke
segala arah, termasuk masuk kembali ke daerah
intake.
Hasil simulasi pada jam ke tujuh belas
hingga jam ke dua puluh empat menunjukkan
bahwa suhunya tidak mengalami penyebaran yang
signifikan di sekitar outlet kurang dari 10 m,
namun pengaruh suhunya menyebar hingga ke
arah barat/barat daya termasuk intake dengan
jarak 3,5 km dengan suhu mencapai 30
o
C. Arah
arus yang bergerak dari timur ke barat karena
dominasi angin di laut lepas jauh dari outlet
menyebabkan penyebaran termal selanjutnya
mengikuti pola yang sama. Simulasi dalam waktu
satu hari (t=24 jam), seperti disajikan pada
Gambar 12, menghasilkan penyebaran menuju
arah barat mencapai jarak sejauh 5,3 km ke arah
barat dan suhu di sekitar 30
o
C.
Gambar 12. Sebaran termal saat kondisi t=24-jam
(1 hari) di musim timur. Warna mengindikasikan
temparatur air antara 29C hingga 38C.
Pada saat t=48 jam, penyebaran termal semakin
jauh ke arah barat. Lihat Gambar 13. Kenaikan
temperatur air laut hingga T=29,5-30,0C terlihat
jauh ke timur antara 2 km 9,3 km. Penyebaran
panas menaikkan temperatur hingga T=30,5C
terlihat hingga 2 km ke arah barat dari outlet.
Gambar 13. Sebaran termal saat kondisi t=48 jam
(2 hari) di musim timur.
Pada saat t=72 jam atau t=3 hari, penyebaran
termal semakin jauh ke arah barat (Gambar 14).
Kenaikan temperatur air laut hingga T=29,5-
30,0C terlihat jauh sekitar 15 km ke arah ke barat
daya hingga sisi barat pantai Jepara dengan lebar
penjalaran sekitar 2 km sejajar pantai. Penyebaran
panas menaikkan temperatur hingga T=30,5C
terlihat hingga 2 km ke arah barat dari outlet.
Temperatur sekitar outlet bervariasi dari 30,5C
hingga 37C.
Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir ISSN : 0854 - 2910
Hal. 376-386
385
Gambar 14. Sebaran termal saat kondisi t=72-jam
(3 hari) di musim timur. Warna mengindikasikan
temparatur air antara 29C hingga 38C.
Pada akhir hari ke 4 atau saat t=96 jam,
penyebaran termal semakin jauh ke arah barat
daya (Gambar 15). Kenaikan temperatur air laut
hingga T=29,5-30,0C terlihat jauh sekitar 20 km
ke arah ke barat daya hingga daerah pantai Jepara
dengan lebar penjalaran sekitar 2 km sejajar
pantai. Penyebaran panas menaikkan temperatur
hingga T=31C terlihat hingga 3 km ke arah barat
daya dari outlet. Temperatur sekitar outlet
bervariasi dari 31C hingga 37C.
Sebaran panas ke arah barat daya terlihat
tidak menerus (discontinuity) karena pengaruh
arus pasang-surut sejajar pantai yang dominan ke
arah timur, sehingga longshore current ke arah
barat daya akan berganti secara periodik sesaat
kearah timur laut saat arus pasang surut
maksimum. Akibatnya terjadi pembalikan arus
sesaat dari dominasi ke arah barat daya menjadi
ke arah timur laut. Saat terjadinya periode ini,
sebaran panas menjadi melebar sekitar 3 km arah
laut.
Gambar 15. Sebaran termal saat kondisi t=96-jam
(4 hari) di musim timur.
Pada akhir simulasi di hari ke-5 atau saat t=120
jam, penyebaran termal semakin jauh ke arah
barat daya hingga 28 km dari outlet hingga
perairan Jepara (Gambar 16). Kenaikan
temperatur air laut hingga T=29,5-30,0C terlihat
ke arah ke barat hingga daerah pantai Jepara
dengan lebar penjalaran sekitar 2 km sejajar
pantai. Penyebaran panas menaikkan temperatur
hingga T=31C terlihat hingga 5 km ke arah timur
dari outlet. Temperatur sekitar outlet bervariasi
dari 31C hingga 37C. Dapat terlihat disini
bahwa setelah simulasi 5-hari terjadi kenaikan
temperatur air laut hingga 2C dari ambient
temperature di sekitar outlet hingga radius 2-5
km.
Gambar 16. Sebaran termal saat kondisi t=120-
jam (5 hari) di musim timur.
KESIMPULAN
1. Simulasi pada musim timur menunjukkan
bahwa massa air menyebar ke arah barat.
Hampir tidak ada limpahan dari outlet yang
masuk ke intake karena angin yang berasal
dari timur, jadi hampir tidak terjadi
resirkulasi air pendingin.
2. Simulasi pada musim barat menunjukkan
bahwa penyebaran suhu bergerak ke arah
timur laut karena pengaruh angin yang
dominan. Pernyataan ini didukung oleh plot
suhu di intake, yang menunjukkan
peningkatan suhu rata-rata sebesar 1.0
0
C.
3. Pada kondisi pasut di musim barat dapat
dilihat bahwa luas penyebaran panas PLTN
Muria yang signifikan terhadap lingkungan
(diatas 1.0
o
C) maksimum dengan jauh
penyebaran 2.5 km dari outlet ke arah Timur.
Simulasi dalam waktu satu hari menghasilkan
penyebaran menuju arah timur dengan suhu
disekitar 32
o
C.
Evaluasi Sebaran Thermal Di Perairan Semenanjung Muria.
(Heni Susiati, dkk.)
386
4. Pada kondisi pasut di musim timur dapat
dilihat bahwa luas penyebaran panas PLTN
Muria yang signifikan terhadap lingkungan
(diatas 1.0
o
C) maksimum dengan jauh
penyebaran 5 km dari outlet ke arah barat.
Simulasi dalam waktu satu hari menghasilkan
penyebaran menuju arah barat dengan suhu
sekitar 34
o
C.
Rekomendasi
1. Hasil simulasi secara umum telah
menggambarkan pola sebaran air pendingin
di Semenanjung Muria, walaupun demikian
hasil ini masih memerlukan pengujian
(verifikasi) lebih rinci lagi.
2. Data yang diperlukan untuk verifikasi model
adalah arus, pasang surut, sebaran
temperatur, angin, debit sungai, debit intake
dan outlet yang berupa data time series (deret
waktu) serta batimetri terbaru di tiap lokasi.
3. Software sebaran termal disusun dan
dijalankan dengan data temperatur yang bisa
divariasikan, tetapi dengan kondisi sirkulasi
arus, untuk tiap musim, berbagai kondisi
pasang surut dan debit intake outlet tertentu
yang telah ditentukan dari hasil simulasi
model hidrodinamika sebelumnya yang
disimpan dalam bentuk file. Sirkulasi arus
tersebut disimulasikan dengan input data
pasang surut, angin, debit intake dan outlet,
serta batimetri sehingga jika ingin
memvariasikan data-data tersebut diperlukan
menjalankan model hidrodinamika yang baru
yang harus dikerjakan secara khusus.
4. Keakuratan data pendukung untuk
menjalankan model secara umum masih perlu
ditingkatkan, misalnya data debit intake-
outlet pembangkit sebaiknya diambil dari
data pengukuran lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
1. HUBOYO, H.S., ZAMAN, B., Analisis
Sebaran Temperatur dan Salinitas Air
Limbah PLTU_PLTGU Berdasarkan Sistem
Pemetaan Spasial (Studi Kasus: PLTU-
PLTGU Tambak Lorok Semarang), Program
Studi Teknik Lingkungan FT. UNDIP,
Semarang (2008).
2. HARDY, R.N., Temperature and animal life.
The Camelot Press Ltd. Southampton, U.K.
33 pp (1979).
3. ASTUTI, P.: 1998, Model Penyebaran Panas
di Perairan Muara Karang Jakarta Utara
dengan Menerapkan Metoda Quickest. Tesis
Magister, Program Magister Oseanografi
dan Sains Atmosfer, Departemen
Geofisika dan Meteorologi, Institut
Teknologi Bandung.
4. JAMES, A.: 1993, An Introduction to Water
Quality Modelling, second Edition, John
Wiley & Son, Chichester, England.
5. KOUTITAS. C.G.: 1988, Mathematical
Models In Coastal Engineering. Arisstotle
University, Pentech Press. London.
6. KOWALIK, Z., dan MURTY, T.S.: 1993,
Numerical Modelling of Ocean Dynamics.
World Scientific. Singapore.
7. LEONARD, B.P.: 1978, Elliptic systems :
Finite-Difference Method, Departement of
Mechanical Engineering, The University of
Akron, Akton, Ohio.
8. Leonard, B.P.: 1979, A Stable and Accurate
Convective Modelling Procedure Based on
Qudratic Upstream Interpolation, A Journal
of Computer Methods in Applied Mechanics
and Engineering, North-Holland Publishing
Company.
9. SUTISNA, H.:1988, Simulasi Hidrodinamika
Teluk Jakarta Menggunakan Metode Beda
Hingga Ke Arah Hulu. Tugas Akhir, Program
Studi Oseanografi, Departemen Geofisika
dan Meteorologi, Institut Teknologi
Bandung.
10. Van Leer, Bram., 1985. On Numerical
Dispersion by Upwind Differencing. Dept. of
Mathematics and Informatics of Delft
University.
TANYA JAWAB
Pertanyaan:
Bagaimana pengevaluasian di pantai dari
pelepasan air ?
(Findah R. Sholikhah ITS )
Jawaban:
Evaluasi dipantai dari pelepasan air pendingin
PLTN dilakukan dengan monitoring temperatur
air laut. Air yang dilepaskan di perairan sesuai
dengan peraturan Kep. Men LH No. 54 tahun
2004, kenaikan suhu perairan tidak boleh lebih
dari 2
o
C