Anda di halaman 1dari 19

FARMAKOGNOSI FITOKIMIA

MONOGRAFI SIMPLISIA
SEDIAAN ROSAE

Disusun Oleh:
1. 2. 3. 4. 5. 6. Cynthia Listiyani S. Elisabeth Dhea G. Z. Ika Lestari Budiningsih Novita Sari Natalia Windari Rahardjo Elya Findawati (088114045) (088114046) (088114047) (088114049) (088114052) (088114053)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

PLUCHAE FOLIUM Daun Beluntas

Daun beluntas adalah daun Pluchea indica (L.) Less., suku Asteraceae Nama daerah Beluntas (Indonesia); Luntas (Jawa); Baluntas (Madura); Baluntas; Baruntas (Sunda), Lamutasa (Makasar); Beluntas (Sumatra); Lenaboui (Timor); Luan Yi (China). Karakter Pemerian. Bau khas tidak harum; rasa agak kelat. Identitas Makroskopik. Helaian daun tunggal bertangkai, rapuh, berwarna hijau kekuningan sampai hijau tua, bentuk bundar telur sampai jorong, panjang 4 cm sampai 8 cm, lebar 3 cm sampai 5 cm, ujung daun meruncing, pangkal daun meruncing, pinggir daun bergerigi, panjang tangkai daun 4 mm sampai 8 mm. Tulang daun menyirip, pada permukaan atas dan bawah daun tidak licin, berambut. Semak atau setengah semak. tumbuh tegak tinggi sampai 2 m, kadang-kadang lebih. Percabangan banyak, berusuk halus dan berbulu lembut. Tumbuh liar di tanah tandus dan jelek, atau ditanam sebagai pagar. Terdapat sampai 1.000 m diatas permukaan laut. Daun bertangkai pendek, letak berseling, bentuk bundar telur sungsang, ujung bundar melancip, bergerigi warna hijau terang. Bunga keluar di ujung cabang dan di ketiak daun berbentuk bunga bonggol bergagang atau duduk, warna ungu. Buah longkah agak berbentuk gasing, warna coklat dengan

sudut putih, lokos. Biji kecil, cokelat keputih-putihan. Perbanyakan dengan setek batang yang cukup tua. Mikroskopik. Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis bergaris, stomata sedikit, rambut penutup terdiri dari beberapa sel, ujungnya berbentuk kerucut runcing, lurus atau bengkok, rambut kelenjar tipe Asteraceae. Epidermis bawah terdiri dari 1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, kutikula tipis bergaris, stomata lebih banyak daripada epidermis atas, rambut penutup terdiri dari beberapa sel, lebih banyak daripada epidermis atas, rambut kelenjar tipe Asteraceae. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 atau 2 lapis sel, umumnya 1 lapis sel berbentuk silindrik pendek berisi banyak butir klorofil, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel, terdapat kelompok serabut berdinding tebal berlignin, berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas berbentuk poligonal, dinding antiklinal lurus, epidermis bawah berbentuk poligonal, dengan dinding antiklinal lurus atau kadang-kadang bergelombang, stomata tipe anomositik, rambut kelenjar tipe Asteraceae. Serbuk berwarna hijau tua kekuningan. Fragmen pengenal adalah rambut penutup terdiri dari beberapa sel dan rambut kelenjar tipe Ateraceae lepas, fragmen epidermis atas dan epidermis bawah, fragmen serabut, fragmen epidermis dengan tulang daun, pembuluh kayu dengan penebalan spiral. Cara Identifikasi A. B. C. D. E. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v; Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amoniak (25%) b, terjadi warna Timbang 300 mg serbuk daun, campur dengan 5 ml etanol p dan panaskan di

coklat kuning. terjadi warna kuning. kuning hijau. atas tangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Cuci endapan dengan metanol p secukupnya hingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada ttik pertama lempeng KLT tutulkan 30 mikroliter filtrat, pada titik kedua tutulkan 10 mikroliter zat warna II LP. Eluasi dengan campuran etil asetat p-metil etil keton p- asam format p-air (50 + 30 + 10 + 10) dengan jarak rambat 15 cm. Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet

366 nm. Pada kromatogram tampak bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut: No. 1 2 3 4 5 6 6-15 113-121 126-131 136-142 158-165 174182 hRx Dengan sinar biasa Tanpa Dengan pereaksi Kuning Kuning coklat kuning pereaksi Kuning Kuning coklat kuning Dengan sinar UV 366 nm Tanpa Dengan pereaksi biru Kuning Kuning Kuning Kuning coklat Kuning pereaksi Biru Kuning Kuning Kuning Kuning coklat Kuning

Catatan : Harga Rx dihitung terhadap bercak biru dari kromatogram zat warna II LP. hRf bercak warna merah = 51. Uji Kemurnian Kadar abu yang tidak larut asam. Tidak lebih dari 1%. Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 mL HCl encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 20%. Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi elama 24 jam 5,0 g serbuk dengan 100 mL ait kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 5%. Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 g serbuk dengan 100 mL etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol (95%), uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari yang larut dalam etanol (95%), dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%. Bahan organik asing adalah: 1. Bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera atau jumlahnya dibatasi dalam uraian pemerian dalam monografi yang bersangkutan. 2. Hewan utuh atau bagiannya atau zat yang dikeluarkannya. Kecuali dinyatakn lain, yang dimaksudkan bahan organik asing dalam masing-masing monografi simplisia nabati adalah bahan organik asing yang berasal dari tanaman asal simplisia. Cara Penetapan Timbang antara 25 g dan 500 g simplisia, ratakan. Pisahkan sesempurna mungkin bahan organik asing, timbang, dan tetapkan jumlahknya dalam % terhadap simplisa yang digunakan. Makin kasar simplisa yang diperiksa makin banyak jumlah simplisa yang ditimbang. Penetapan Kadar Penetapan kadar dilakukan menurut cara yang tertera pada penetapan kadar minyak atsiri. Bahan yang diperiksa Jika perlu, digiling menjadi sebuk kasar atau di memarkan. Untuk pembuatan serbuk, bahan setelah dikeringkan di atas kapur tohor sebaiknya digiling menggunakan penggiling sederhana yang digerakan dengan tangan, supaya penggiling ,tidak menjadi panas. Pememaran dikerjakan dalam sebuah mortir, kemudian mortir dibilas dengan cairan penyuling. Cara penetapan Cara 1 Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling, pasang alat, isi buret dengan air hingga penuh, panaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tapi teratur, setelah penyulingan selesai biarkan selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b. Cara 2 Dilakukan menurut cara yang tertera dalam cara 1. Sebelum buret diisi penuh dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0,2 mL xilena P yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitunh dengan mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilena.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Kandungan Kimia Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoida, tanin, minyak asiri, asam chlorogenik, natrium, almunium, kalsium, magnesium, dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tannin. Bagian yang Digunakan Daun dan akar. Penggunaan segar atau yang telah dikeringkan Cara Pemakaian 1. Daun atau akar sebanyak 10-15 g direbus, lalu diminum. 2. Untuk pemakaian luar, daun dilumatkan lalu dibalurkan untuk pegal linu, luka, skabies, kudis, dan borok. 3. Gangguan pencernaan pada anak-anak, daun dicampurkan pada bubur saring / nasi tim. 4. TBC kelenjar leher, extra batang dan daun beluntas, extra gelatin dari kulit sapi, Laminaria japonica (rumput laut). Bahan bahan ini ditim sampai lunak, lalu dimakan. 5. Nyeri reumatik, 15 gram akar beluntas, direbus lalu diminum. 6. Menghilangkan bau badan, , dimakan sebagai lalap. 7. Peluruh keringat dan menurunkan panas, daun direbus atau diseduh sebagai teh kemudian diminum biasa.

Efek Farmakologis Dari sifat kimiawinya yaitu baunya khas (sengir) dan dan rasanya getir, daun beluntas dapat menambah nafsu makan (stomakik) dan membantu pencernaan. Daun beluntas menurut hasil penelitian mempunyai fungsi antibakteri dan antioksidan serta berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengawet makanan dan obat. Daun beluntas sebagai ekstrak antibakteri

Untuk mendapatkan ekstrak daun beluntas harus dikeringkan, selanjutnya dilakukan ekstraksi. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut heksan, residu yang dihasilkan diekstrak kembali dengan pelarut etanol untuk mendapatkan ekstrak polar defatted dengan metode refluk. Selain itu dilakukan ekstraksi langsung menggunakan pelarut etanol untuk mendapatkan ekstrak polar non defatted menggunakan metode yang sama Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak dilakukan terhadap bakteri-bakteri dari kelompok patogen penyebab keracunan makanan seperti Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus. Selain itu E. coli merupakan bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan, sedangkan S. aureus merupakan bakteri penyebab impetigo (pembengkakan pada lapisan epidermis kulit), furuncle (radang di jaringan sub kutan), dan carbuncle (peradangan yang meluas dan mengenai folikel rambut). Dari kelompok bakteri penyebab kebusukan makanan adalah Pseudomonas fluorescens. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumur; adanya zona bening disekitar sumur menunjukkan aktivitas antibakteri. Davis Stout mengemukakan bahwa ketentuan kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 10 20 mm (kuat), 5 -10 mm (sedang), dan daerah hambatan 5 mm atau kurang (lemah). Daun beluntas sebagai zat antioksidan Penelitian yang dilakukan oleh Paini Sri Widyawati (2005) mencoba meneliti aktivitas antioksidan dari daun beluntas. Daun beluntas diekstrak menggunakan etanol dengan metode soxhlet dan air pada metode hidrodistilasi. Selanjutnya masing-masing ekstrak, baik dari metode soxhlet maupun hidrodistilasi diuji kemampuan radical scavenging activityDPPH (2,2diphenil-1- picrylhydrazil radical), yaitu antioksidan dalam ekstrak dan minyak atsiri daun beluntas akan bereaksi DPPH dan mengubahnya menjadi alfa,alfa-diphenyl-betapicrylhydrazine. Perubahan serapan yang dihasilkan oleh reaksi ini menjadi ukuran kemampuan antioksidan dari daun beluntas. Sebagai pembanding digunakan TBHQ (tertier butil hidroquinon) dan -karoten yang secara umum telah digunakan sebagai aktioksidan komersial.

SANTALI LIGNUM Kayu Cendana

Kayu cendana adalah kayu galih dari batang, dahan dan akar Santalum album L., suku Santalaceae Nama Lokal : Candana (Minangkabau) Tindana; Sindana (Dayak); Candana (Sunda); Candana, Candani (Jawa); Candhana; Candhana lakek (Madura); Candana (BeIitung); Ai nitu; Dana (Sumbawa); Kayu ata (FIores); Sundana (Sangir); Sondana (Sulawesi Utara); Ayu luhi (Gorontalo); Candana (Makasar); Ai nituk (Roti); Hau meni, Ai kamelin (Timor); Kamenir (Wetar); Maoni (Kisar) Karakter Pemerian. Bau harum, rasa agak pahit, khas. Identitas Makroskopik. Kayu berbentuk potongan-potongan atau kepingan dengan ukuran sangat bervariasi, panjang sampai 1 m, tebal 15 samapi 20 cm, keras, berat, padat, mudah dibelah, warna kekuning-kuningan, atau agak kemerah-merahan. Daun mudah gugur. Tumbuh di tanah yang panas dan kering, di tanah yang banyak kapurnya. Pada potongan melintang tampak lingkaran berwarna gelap berseling dengan lingkaran berwarna lebih muda, berpori, jari-jari empulur sempit, banyak dan berdekatan.

Mikroskopik. Pada penampang melintang tampak jari-jari xilem berisi sedikit butir pati kecil, tunggal. Pembuluh kayu atau trakea dinding tebal, berlignin, bernoktah dengan lubang berbentuk celah umumnya berisi zat yang berwarna kuning. Serabut xilem berkelompok, tersusun radier, terdiri dari 5 sampai 40 serabut, dinding serabut tebal berlignin, lumen jelas, di antara kelompok serabut terdapat sel parenkim yang berisi hablur kalsium oksalat berbentuk prisma dan juga berisi minyak berwarna kuning. Serabut berwarna kuning. Fragmen pengenal adalah berkas serabut dengan seludang hablur kalsium oksalat bentuk prisma, fragmen pembuluh kayu berpenebalan jala, fragmen serabut, umumnya panjang dan lumen jelas, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, serabut xilem dengan jari-jari empulur, butir pati tunggal. Cara Identifikasi A. B. C. Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat P. Terjadi warna coklat ungu. Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N. Terjadi warna coklat muda. Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol. Terjadi warna kuning. D. E. F. Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P. Terjadi warna coklat muda. Pada 2 mg serbuk kayu tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v. Terjadi warna kuning (negatif). Timbang 300 mg serbuk kayu, campur dengan 5 ml methanol P dan panaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Cuci endapan dengan methanol P secukupnya, sehingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik pertama, kedua dan ketiga lempeng KLT tutulkan masing- masing 40 l filtrat. Pada titik ke empat tutulkan 5 l zat warna I LP. Eluasi dengan dikloroetana P dengan jarak rambat 15 cm. Keringkan lempeng tersebut di udara selam 10 menit, eluasi lagi dengan toluene P dengan arah eluasi dan Eluasi dengan rambat jarak yang sama. Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar UV 366 nm. Selanjutnya disemprot dengan pereaksi anisaldehida-asam sulfat LP, panaskan dengan suhu 1100 C selama 10 menit. Amati lagi dengan sinar biasa dan dengan sinar UV 366 nm. Dengan perlakukan yang sama seperti cara kerja di atas dilakukan juga penyemprotan dengan pereaksi AlCl3 LP.

Pada kromatogram tampak bercak-bercak dengan warma dan hRx sebagai berikut : dengan sinar biasa dengan pereaksi tanpa pereaksi I II
Violet Violet Violet Violet -

No

HRx

dengan sinar UV 366 nm dengan pereaksi tanpa pereaksi I II


hijau Violet hijau Violet Violet Violet biru -

1 3-7 2 35-40 3 50-60 4 90-94 5 117-121

Catatan : Harga Rx dihitung terhadap bercak warna merah (yang diamati dengan sinar biasa atau warna ungu dengan sinar UV 366 nm). HRf bercak warna merah = 65 Tanda I = Pereaksi anisaldehida-asam sulfat LP II = Pereaksi AlCl3 LP Uji Kemurnian: Kadar abu. Tidak lebih dari 1%. Lebih kurang 2 gram sampai 3 gram zat yang telah digers dan ditimbang seksama, masukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar abu yang tidak larut asam. Tidak lebih dari 0,5%. Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 mL HCl encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.

Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 4%. Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi elama 24 jam 5,0 g serbuk dengan 100 mL ait kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering

dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 1%. Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 g serbuk dengan 100 mL etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol (95%), uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari yang larut dalam etanol (95%), dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%. Bahan organik asing adalah: 1. Bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera atau jumlahnya dibatasi dalam uraian pemerian dalam monografi yang bersangkutan. 2. Hewan utuh atau bagiannya atau zat yang dikeluarkannya. Kecuali dinyatakn lain, yang dimaksudkan bahan organik asing dalam masing-masing monografi simplisia nabati adalah bahan organik asing yang berasal dari tanaman asal simplisia. Cara Penetapan Timbang antara 25 g dan 500 g simplisia, ratakan. Pisahkan sesempurna mungkin bahan organik asing, timbang, dan tetapkan jumlahknya dalam % terhadap simplisa yang digunakan. Makin kasar simplisa yang diperiksa makin banyak jumlah simplisa yang ditimbang. Penetapan Kadar Penetapan kadar dilakukan menurut cara yang tertera pada penetapan kadar minyak atsiri. Bahan yang diperiksa Jika perlu, digiling menjadi sebuk kasar atau di memarkan. Untuk pembuatan serbuk, bahan setelah dikeringkan di atas kapur tohor sebaiknya digiling menggunakan penggiling sederhana yang digerakan dengan tangan, supaya penggiling ,tidak menjadi panas. Pememaran dikerjakan dalam sebuah mortir, kemudian mortir dibilas dengan cairan penyuling. Cara penetapan

Cara 1 Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling, pasang alat, isi buret dengan air hingga penuh, panaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tapi teratur, setelah penyulingan selesai biarkan selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b. Cara 2 Dilakukan menurut cara yang tertera dalam cara 1. Sebelum buret diisi penuh dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0,2 mL xilena P yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilena. Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Bagian yang Digunakan Bagian yang digunakan kayu dan rimpang. Kandungan Kimia Kayu : Minyak atsiri, hars, dan zat samak. Minyak:Santalol ( seskuiterpenalkohol ), santalen ( seskuiterpena ), santen, santenon, santalal, santalon, dan isovalerilaldehida Efek Farmakologik Peluruh air seni (diuretik), peluruh angin (karminatif), pereda kejang (antispasmodik). Antipiretik, analgesik, karminatif, stomakik. Kayu : Antiseptik saluran kemih, disentri, mencret, radang usus. Daun : Asma. Kulit kayu / kulit akar : Haid tidak teratur Ramuan dan Takaran : 1. Disentri Ramuan : Kulit kayu Cendana 2 gram, Daun Patikan Cina 5 gram, Gambir sedikit, air 100 mL. Cara pembuatan : Dibuat infus. Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari, pagi dan sore, tiap kali minum 100 mL. Lama pengobatan : Diulang selama 14 hari.

2. Radang usus Ramuan : Kayu Cendana (serbuk), 2 sendok teh, Air mendidih 100 mL. Cara pembuatan : Diseduh. Cara pemakaian : Diminum 2 kali sehari, pagi dan sore, tiap kali minum 100 mL Lama pengobatan : Diulang selama 14 hari. 3. Asma Ramuan : Kayu Cendana (serbuk) secukupnya, Daun Tanjung muda beberapa helai Cara pembuatan : Daun Tanjung muda dirajang kemudian dikeringkan. Setelah kering, tambahkan sedikit serbuk Cendana, kemudian dibuat rokok. Cara pemakaian : Dihisap seperti menghisap rokok.

ZINGIBER AROMATICAE RHIZOMA

Lempuyang Wangi

Rimpang lempuyang wangi adalah rimpang dari Zingiber aromaticum Val. Karakter Pemerian. Bau aromatik, rasa pahit, menetralkan, dan membersihkan darah. Identitas: Makroskopik. Kepingan, panjang tidak tertentu tebal 1cm sampai 2 cm, kadang-kadang bercabang, warna permukaan coklat muda sampai coklat tua, ujung kadang-kadang membengkok. Parut daun jelas kelihatan jelas. Berkas patahan berserat pendek, warna kuning dengan bintik-bintik putih. Mikroskopik. Epidermis terdiri dari 1 lapis sel, bentuk pipih. Hipodermis terdiri dari beberapa lapis sel berdinding tipis. Gabus terdiri dari beberapa lapis sel gabus berbentuk persegi panjang, dinding tipis. Korteks parenkimatik, terdiri dari sel parenkim berdinding tipis, berisi butir pati; berkas pembuluh dan sel sekresi berisi minyak berwarna kuning terdapat tersebar di korteks. Butir pati tunggal, bentuk lonjong atau bulat telur berukuran 8 m sampai 40 m, umumnya 20 m. Berkas pembuluh kolateral disertai serabut sklerenkim, sel serabut berbentuk kecil memanjang, dinding tebal bernoktah dan tidak berlignin, lebar 8 m sampai 20 m. Xilem umumnya berupa pembuluh jala dan pembuluh tangga, lebar 20 m sampai 60 m. Floem sedikit. Endodermis terdiri dari 1 lapis sel, sel endodermis lebih kecil dari sel parenkim. Silinder pusat parenkimatik; butir pati, sel sekresi dan berkas pembuluh seperti yang terdapat di korteks. Serbuk: warna kuning. Fragmen pengenal adalah butir pati tunggal, bentuk lonjong atau bulat telur dengan salah satu ujung mengecil dan mempunyai tonjolan; sel sekresi berwarna kuning sampai kuning kecoklatan terdapat diantara sel parenkim; pembuluh kayu dengan penebalan jala dan tangga; serabut.

Tanaman semak semusim, tinggi lebih kurang 75 cm. Batang semu, lunak, merupakan pelepah daun, bulat, membentuk rimpang, warna hijau, daun tunggal, berseling, bulat telur, ujung meruncing, tepi rata, bertulang menyirip, panjang lebih kurang 20 cm, lebar lebih kurang 9 cm, warna hijau. Bunga bentuk tandan, terdapat di ujung, tajuk bentuk tabung, warna hijau kemerahan. Buah kotak, bulat telur, panjang lebih kurang 12 mm, diameter lebih kurang 8mm, warna merah. Cara Identifikasi A. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat pekat; terjadi warna coklat muda. B. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N; terjadi warna kuning muda. C. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida pekat p; terjadi warna coklat. D. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida encer p; terjadi warna kuning muda. E. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan Natrium Hidroksida p 5% b/v; terjadi warna kuning jingga. F. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan Kalium Hidroksida p 5% b/v; terjadi warna kuning jingga. G. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes amonia (25%) p; terjadi warna kuning jingga. H. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutam Kalium Iodida p 6% b/v; terjadi warna kuning muda. I. Pada 2 mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan besi III klorida p 5% b/v; terjadi warna coklat kehijauan. J. Mikrodestilasikan 20 mg sebuk rimpang pada suhu 240 derajat selama 90 detik menggunakan tanur TAS, tempatkan hasil mikrodestilasi pada titik pertama dari lempeng KLT silika gel GF 254 p.

Uji kemurnian: Kadar abu. Tidak lebih dari 5%.

Lebih kurang 2 gram sampai 3 gram zat yang telah digers dan ditimbang seksama, masukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan perlan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar abu yang tidak larut asam. Tidak lebih dari 3,9%. Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 mL HCl encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut asam terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 10,9%. Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi elama 24 jam 5,0 g serbuk dengan 100 mL ait kloroform P, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 7,1%. Keringkan serbuk (4/18) di udara, maserasi selama 24 jam 5,0 g serbuk dengan 100 mL etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol (95%), uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan sisa pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari yang larut dalam etanol (95%), dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%. Bahan organik asing adalah: 1. Bagian tanaman atau seluruh tanaman asal simplisia, tertera atau jumlahnya dibatasi dalam uraian pemerian dalam monografi yang bersangkutan. 2. Hewan utuh atau bagiannya atau zat yang dikeluarkannya. Kecuali dinyatakn lain, yang dimaksudkan bahan organik asing dalam masing-masing monografi simplisia nabati adalah bahan organik asing yang berasal dari tanaman asal simplisia. Cara penetapan

Timbang antara 25 g dan 500 g simplisia, ratakan. Pisahkan sesempurna mungkin bahan organik asing, timbang, dan tetapkan jumlahknya dalam % terhadap simplisa yang digunakan. Makin kasar simplisa yang diperiksa makin banyak jumlah simplisia yang ditimbang. Penetapan kadar Penetapan kadar dilakukan menurut cara yang tertera pada penetapan kadar minyak atsiri. Bahan yang diperiksa Jika perlu, digiling menjadi sebuk kasar atau di memarkan. Untuk pembuatan serbuk, bahan setelah dikeringkan di atas kapur tohor sebaiknya digiling menggunakan penggiling sederhana yang digerakan dengan tangan, supaya penggiling ,tidak menjadi panas. Pememaran dikerjakan dalam sebuah mortir, kemudian mortir dibilas dengan cairan penyuling. Cara penetapan Cara 1 Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling, pasang alat, isi buret dengan air hingga penuh, panaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tapi teratur, setelah penyulingan selesai biarkan selama tidak kurang dari 15 menit, catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b. Cara 2 Dilakukan menurut cara yang tertera dalam cara 1. Sebelum buret diisi penuh dengan air, lebih dahulu diisi dengan 0,2 mL xilena P yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitung dengan mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilena. Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Kandungan Kimia Rimpang: minyak atsiri yang tersusun dari a-kurkumen, bisabolen, zingiberen, kariofilen, seskuifelandren, zerumbon, limonen, kamfer; di samping itu zat pedas gingerol, sogaol, zingeron, paradol, heksahidrokurkumin, dihidrogingerol; informasi lain menyebutkan damar, tanin, resin, pati, gula. Bagian yang Digunakan

Bagian yang digunakan adalah rimpang Cara Pemakaian Untuk obat rnasuk angin dipakai 10 gram rimpang segar Zingiber aromaticum, dicuci, diparut, peras kemudian disaring. Hasif saringan ditambah 2 sendok makan madu dan 1/2 gelas air matang panas, diaduk, diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan sore. Efek Farmakologik Rimpang: minyak atsiri rimpang dengan kadar terendah 1,56% dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus alpha secara in vitro; daa antibakteri berbanding lurus dengan konsentrasi. perasan, infusa dan minyak atsiri rimpang lempuyang wangi mempunyai daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli. Potensi daya antibakteri berturutturut adalah minyak atsiri, perasan, infusa. Ekstrak rimpang dengan konsentrasi 100% mampu membunuh cacing tambang anjing. Kenaikan kontraktilitas uterus yang diakibatkan dari pemberian infusa rimpang diperkirakan karena sifat iritasi dan kemungkinan adanya efek penurunan kontraktilitas uterus diperkirakan karena adanya efek langsung minyak atsiri pada otot uterus. Fraksi ekstrak yang larut dalam. air rimpang lempuyang wangi dapat menyebabkan efek stimulasi respon imun humoral, menekan respon imun seluler pada mencit. Fraksi ekstrak yang tidak dapat larut dalam air dapat berefek stimulasi sistem fagositosis; fraksi ekstrak yang larut dalam air menekan. Teknologi Iradiasi sinar gamma sampai dengan dosis 10 kgy dapat menurunkan jumlah angka kuman. Dosis yang dipergunakan tidak menimbulkan perubahan kadar air dan minyak atsiri.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid II, 103-106, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, 412-415, 437-441, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Arisandi, Y., Yovita Adriani, 2006, Khasiat Berbagai Tanaman Obat untuk Pengobatan, 42-43, Eska Media, Jakarta Harianto, S., 2009, Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia, 63-64, 130-131, 303-304, Pal Mall, Jakarta Soedibyo, B.R.A, Mooryati, 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 247-248, Balai Pustaka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai