Anda di halaman 1dari 2

Nama NIM Rombel

: Shinta Widyastuti : 4401409061 : 1. / Pendidikan Biologi

TUGAS TELAAH KURIKULUM II WHAT IS THE RELATIONSHIP BETWEEN SCHOOL CONTEXT AND ITS CURRICULUM Berdasarkan hasil observasi di SMP Kartika III-1 Semarang mengenai kultur sekolah dan kegiatan belajar mengajar disekolah tersebut, kami dapat mengaitkan hubungan antara konteks sekolah dengan kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut. Menurut saya, sekolah tersebut memiliki kebiasaan yang baik jika ditinjau dari sikap ramah perangkat sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa). Selain itu sekolah tersebut menerapkan kedisiplinan dalam kegiatan sehari-hari layaknya sikap militer karena sekolah tersebut berdiri dibawah salah satu yayasan milik TNI-AD. Terlihat mulai dari satuan pengamanan yang berpakaian militer lengkap, pakaian guru dan siswa yang rapi, sikap tegas para guru, dan ketepatan waktu. Adapun semboyan 10K+2S yang harus dilakukan semua perangkat sekolah, 10K+2S terdiri dari Keimanan, Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan, Kesehatan, Keterbukaan, Keteladanan, Silih Asih, Asah dan Asuh, serta Suasana Demokratis dan Santun. Tugas tersebut tergolong banyak dan sulit terlaksana semuanya, namun saya lihat sekolah tersebut telah berusaha dengan baik untuk melaksanakan semua hal tersebut. Ketika observasi, saya mengamati KBM pada mata pelajaran bahasa inggris dan IPA, dengan guru yang berbeda tentunya memiliki gaya mengajar yang berbeda. KBM mata pelajaran bahasa inggris terlihat suasana kelas yang kurang kondusif seperti siswa mengobrol dengan teman sebangku maupun melakukan keisengan dengan teman-temannya, namun guru tetap memacu siswa untuk aktif belajar dengan menyuruh siswa untuk menterjemahkan sebuah cerita pendek dalam buku, meskipun siswa beberapa siswa terlihat nakal namun semua siswa berusaha menjawab pertanyaan guru. Berlanjut pada KBM mata pelajaran IPA, untuk mata pelajaran ini tidak jauh berbeda dengan kelas sebelumnya, karena siswa di kelas tersebut pun suka melakukan keisengan dengan teman yang lain, namun guru dapat mengatasinya sehingga KBM lebih kondusif. Berdasarkan wawancara dengan guru IPA tersebut, kami mengetahui bagaimana menyikapi siswa yang kurang menurut yaitu dengan melakukan komitmen, tanggung jawab serta kepercayaan antara guru dan siswa sehingga siswa pun akan menghargai guru ketika di dalam kelas maupun di luar kelas. Ditinjau dari cara guru mengajar pun berbeda, tidak terlihat suasana yang membosankan, meskipun cara mengajar guru dengan ceramah namun siswa banyak diberi pertanyaan ketika guru menyampaikan materi sehingga siswa lebih aktif dan konsep pembelajaran dapat lebih mudah ditanamkan. Keterkaitan kurikulum dengan KBM mata pelajaran IPA sedikit berbeda dengan yang seharusnya. Sebelum mengajar guru membuat silabus dan RPP lengkap dengan waktu pelaksanaanya, namun kali ini guru pelaksanaan mengajar tergantung pada kondisi belajar siswa dan materi yang disampaikan. Berdasarkan

kurikulumnya mata pelajaran ipa yang terdiri dari fisika dan biologi dilaksanakan bergantian dalam seminggu, guru lebih memilih minggu pertama untuk biologi (materi dan praktikum) dan minggu kedua untuk materi dan praktikum fisika serta berlanjut demikian pada minggu selanjutnya, sehingga pembelajaran lebih terintegrasi. Bagi siswa di sekolah tersebut lebih mudah paham dengan model pembelajaran tersebut, karena siswa dapat lebih berkonsentrasi untuk memahami 1 materi terlebih dahulu, setelah memperoleh konsepnya barulah dilanjutkan dengan materi yang lain. Berdasarkan penjelasan di atas, saya mencoba menganalisis hubungan konteks sekolah dengan kurikulum secara umum. Konteks sekolah adalah seperangkat keadaan suatu situasi, fakta , atau peristiwa di sekitar sekolah. Konteks melekat pada kultur yang tidak terlihat seperti keyakinan, norma yang melandasi pergaulan di sekolah, atau harapan warga sekolah. Konteks juga muncul dalam bentuk kultur yang konkrit seperti bentuk bangunan, kebersihan, dan ukuran organisasi sekolah. Sedangkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum disusun untuk melancarkan proses berlajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Jadi kurikulum disesuaikan dengan konteks sekolahnya atau kondisi sekolah, sekolah bertaraf internasional akan berbeda dengan sekolah-sekolah biasa, begitupun sekolah yang lain. Seperti halnya kurikulum di SMP Kartika III1 Semarang, sekolah tersebut memiliki kurikulum tersendiri sesuai dengan konteks sekolah mereka. Kurikulum sebagai bentuk perubahan untuk memperbaiki proses pendidikan sehingga tercipta suatu efektifitas sekolah dimana ada suatu kombinasi antara apa yang telah dihasilkan sekolah (school output) dan apa yang telah dimasukkan ke dalam sekolah (school input).

Anda mungkin juga menyukai