JUDUL PROGRAM
PUPUK LAWA “A GOLD FERTILIZER IN TIME”
MENYUBURKAN TANAMAN BAWANG MERAH
DI KABUPATEN BREBES
Bidang Kegiatan:
PKM – GT (Gagasan Tertulis)
Diusulkan oleh:
Shinta Widyastuti 4401409061 Tahun Angkatan 2009
Indras Kurnia Setiawati 4201409083 Tahun Angkatan 2009
Nur Hapipah 2601410022 Tahun Angkatan 2010
Menyetujui,
Ketua Jurusan Biologi Ketua Pelaksana Kegiatan
Karya tulis ini tidak akan selesai tanpa dorongan dari semua pihak yang
membantu kelancaran tugas kami, oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
Semoga karya tulis ini nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya sebagaimana yang diharapkan. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya dan
merupakan Negara Agraris. Kondisi pertanian di Kabupaten Brebes 45 persennya
dari petani di Brebes merupakan petani bawang merah. Kabupaten Brebes
menyuplai 75 persen produksi bawang merah di Jawa Tengah dan 35 persen
kebutuhan nasional. Namun dibalik keberhasilan ditingkat produksi ternyata
petani bawang merah di Kabupaten Brebes cenderung menggunakan pupuk urea
(CO(NH2)2) yang merupakan pupuk buatan atau pupuk kimia. Sementara itu, saat
ini berkembang sistem pertanian organik (organic farming) maupun sistem
pertanian alami ( natural farming). Petani bawang merah dapat menggunakan
pupuk organik yang ramah lingkungan. Pupuk organik dapat menggunakan
kotoran hewan misalnya kotoran kelelawar. Kelelawar yang memiliki nama lain
Lawa (bahasa Jawa) biasanya tinggal di dalam gua, pepohonan atau di dalam
bangunan-bangunan. Di Kabupaten Brebes banyak ditemukan kelelawar yang
menghuni bangunan-bangunan tua tak terawat oleh manusia. Didalamnya
tersimpan segudang emas yang sangat bermanfaat yaitu sisa makanan dan sisa
metabolisme kelelawar. Sisa metabolisme atau kotoran kelelawar belum banyak
dimanfaatkan. Padahal kotoran kelelawar memiliki banyak manfaat diantaranya
dapat dimanfaatkan menjadi pupuk yang sangat bagus karena mengandung
nitrogen, fosfor dan potassium untuk mendukung pertumbuhan tanaman
khususnya tanaman bawang merah.
Karya tulis ini disusun bertujuan agar pembaca dapat mengetahui manfaat
kotoran kelelawar dan petani di Indonesia dapat menyadari pentingnya
menggunakan pupuk organik dan beralih menggunakan pupuk lawa.
Metode penulisan yang digunakan adalah analisis data dan informasi yang
bersifat deskriptif dan eksplanatory.
Kotoran kelelawar mengandung zat-zat yang dapat digunakan menjadi
pupuk yang baik seperti Nitrogen content ± 5 %, K2O min 1 % (dry basic), P2O5
Total min 1 % (dry basic), Powder mesh 60, Kadar air ± 8. Sedangkan tanaman
bawang membutuhkan pupuk yang mengandung N dan K serta pupuk yang
memiliki kandungan phospat yang cukup tinggi. Oleh karena itu pupuk lawa
merupakan pupuk yang sangat cocok untuk mendukung pertumbuhan tanaman
bawang.
Karya tulis ini direkomendasikan kepada petani bawang agar dapat
menggunakan pupuk organik khusunya pupuk yang berasal dari kotoran
kelelawar.
PUPUK LAWA “A GOLD FERTILIZER IN TIME” MENYUBURKAN
TANAMAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN BREBES
Oleh :
Shinta Widyastuti, dkk.
Universitas Negeri Semarang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Agraris yang kaya akan sumber daya alam.
Kawasan Indonesia sangat berpotensi dalam pengembangan pertanian. Hampir
disetiap daerah memiliki komoditi unggulan seperti kopi , jagung, beras, kakao,
kopra, bahkan bawang merah. Bawang merah merupakan komoditi unggulan di
Kabupaten Brebes. Kabupaten yang terletak di ujung barat provinsi Jawa Tengah
memenuhi 35% kebutuhan bawang merah nasional.
Dewasa ini berkembang sistem pertanian organik (organic farming)
maupun sistem pertanian alami ( natural farming). Hal ini menuntut petani
menggunakan bahan-bahan organik salah satunya menggunakan pupuk organik
yang kini jarang diminati oleh para petani. Sebenarnya pupuk organik mudah
didapat karena pupuk ini banyak tersebar di sekeliling kita. Misalnya sampah
sayuran, daun-daun kering, bahkan kotoran ternak yang tak tersentuh tangan
manusia. Pengolahan dan penggunaannya pun cukup mudah, hampir sama dengan
pupuk kimia. Selain itu pupuk organik memiliki kelebihan yaitu hasil yang
didapat lebih sehat daripada hasil yang menggunakan pupuk kimia.
Petani bawang merah di Kabupaten Brebes lebih cenderung menggunakan
pupuk urea (CO(NH2)2) yang merupakan pupuk buatan atau pupuk kimia. Setiap
bulannya, pupuk yang diperlukan berkisar 1000 ton untuk pertanian bawang
merah. Karena produksinya yang didapat lebih cepat dan lebih bagus, namun
penggunaan pupuk kimia memiliki banyak efek negatif salah satunya merusak
unsur hara tanah. Penggunaan pupuk organik untuk tanaman bawang di
Kabupaten Brebes sangat jarang. Padahal bahan untuk membuat pupuk organik
sangat mudah ditemukan seperti kotoran hewan.
Kabupaten Brebes memiliki potensi sumber daya fauna yang banyak dan
kotorannya dapat dimanfaatkan seperti sapi, burung, kerbau, dan yang tidak
banyak dimanfaatkan adalah kelelawar yang dalam bahasa daerahnya adalah
Lawa. Kelelawar atau lawa yang masuk kedalam ordo Chiroptera merupakan
mamalia pemakan buah-buahan. Kelelawar hidup berkoloni di daerah gua maupun
pepohonan. Lawa ini banyak ditemukan di beberapa kecamatan di Brebes. Banyak
bangunan di Kabupaten Brebes ini dijadikan tempat bersarang Kelelawar ini.
Beberapa bangunan merupakan rumah kosong tak berpenghuni dan hanya
kelelawar yang bersemayam didalamnya meninggalkan sisa makanan dan sisa
metabolisme di dalam bangunan tersebut. Dari waktu ke waktu kotoran tersebut
menumpuk dan menimbulkan bau yang sangat menyengat. Namun dibalik bau
yang ditimbulkannya tersimpan kandungan “emas” didalamnya. Emas dalam
artian memiliki kandungan yang sangat bernilai jika dimanfaatkan khususnya
dimanfaatkan untuk sektor pertanian. Kabupaten Brebes yang notabene
berprestasi dalam hasil produksi bawang merah alangkah indahnya jika mau
memanfaatkan sisa metabolism dari kelelawar tersebut. Karena dari kotoran
kelelawar yang telah diteliti terkandung zat-zat organik yang cocok untuk
dipadukan dalam dunia tanam menanam. Kotoran tersebut dapat dijadikan pupuk
organic super yang bernilai emas. Dibalik bau yang dimiliki tersimpan kandungan
seperti N (nitrogen) dan P (phosphor) yang tinggi. Zat phosphor sangat diperlukan
untuk pembiakkan (generatif) , mendorong dan memajukan pembentukkan buah
serta sebagai perangsang akar agar dapat memanjang dan kuat sehingga tahan
kekeringan. Selain itu unsur yang terkandung dapat memelihara dan memperbaiki
unsur tanah yang telah rusak karena pemakaian pupuk anorganik (kimia) dalam
jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan gagasan berkaitan dengan
hal di atas.
Tujuan
Karya tulis ini dibuat dengan tujuan :
a. Pembaca dapat mengetahui manfaat kotoran kelelawar yang banyak
tersebar di Indonesia,
b. Para petani di Indonesia dapat lebih menyadari kegunaan pupuk
organik dan beralih menggunakan pupuk lawa.
Manfaat
Karya tulis ini memiliki manfaat diantaranya :
a. Menambah wawasan pembaca mengenai pemanfaatan kotoran
kelelawar,
b. Meningkatkan kesadaran petani untuk beralih ke sistem pertanian
organik melalui penggunaan pupuk lawa.
GAGASAN
Penggolongan Pupuk
Pada hakekatnya pupuk dibagi menjadi dua, yaitu
1. Pupuk Alam
Pupuk alam merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan yang hidup
misalnya dari tanaman atau kotoran hewan. Pupuk alam disebut juga pupuk
organik. Pupuk ini terbagi lagi menjadi pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk
hijau. Pupuk kandang berasal dari kotoran hewan. Pupuk ini berisi berbagai
macam zat (zat lemas/ Nitrogen, phosphor, kalium, kapur, magnesium, dll.) dan
berfungsi dalam melonggarkan susunan tanah (terutama tanah liat), membuat
tanah berpasir menjadi lebih padat, menyuburkan bakteri tanah yang berguna
dalam mengubah unsur hara di dalam tanah. Kotoran hewan yang akan dijadikan
pupuk harus mengalami pengolahan seperti pembusukkan agar dapat berfungsi
denagn maksimal.
Pupuk kompos merupakan pupuk yang berasal dari campuran daun dan
ranting muda, sampah pasar, rumput, jerami, dll. dan telah ditimbun beberapa
waktu agar busuk dan hancur. Pupuk kompos memiliki kandungan yang sama
dengan pupuk kandang, hanya saja prosentasenya lebih rendah. Sedangkan pupuk
hijau adalah pupuk yang terbuat dari bagian-bagian tanaman (daun, ranting, dsb.)
yang mudah membusuk di dalam tanah. Tanaman yang bagiannya biasa
digunakan sebagai pupuk hijau diantaranya tanaman legumenosa seperti
Calopogonium, Centrosema, lamtoro, kacang tanah, kedelai, turi, dll.
2. Pupuk Buatan
Pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat di pabrik-pabrik dengan
menggunakan bahan-bahan kimia. Pupuk buatan sangatlah beragam jenisnya,
diantaranya pupuk ZA (Zwavelzure ammoniak) yang mengandung zat lemas ± 21
persen zat lemas dan apabila ZA terus menerus digunakan dapat mengakibatkan
tanah menjadi asam; Urea atau Ureum, pupuk ini mengandung 45 persen hingga
46 persen zat lemas; Sendawa Chili (Chilisalpeter), mengandung ± 15 persen zat
lemas; DS (Dubbel Super- Poshpat) mengandung 34 persen hingga 38 persen
asam phosphor; Phospat Cirebon mengandung 25 persen hingga 28 persen asam
phosphor; Tepung Kapur, pupuk ini lebih banyak digunakan pada tanah yang
bersifat asam.
Gagasan Baru
1. Hubungan Tanaman Bawang Merah dengan Kotoran Kelelawar
Kegiatan pertanian memerlukan pupuk sebagai pendukungnya. Dari kebutuhan
pupuk tanaman bawang dapat dipenuhi oleh kotoran kelelawar. Karena kotoran kelelawar
mengandung N--PK yang bagus dijadikan sebagai pupuk dan kaya akan kandungan
phosphor dan nitrogen. Pupuk dari kotoran kelelawar ini tidak kalah dengan pupuk
buatan atau pupuk kimia. Karena kandungan yang dimiliki kotoran kelelawar tidak jauh
berbeda dengan pupuk buatan. Dilihat dari kondisi tanah, pupuk dari kotoran kelelawar
ini memiliki efek jauh lebih baik dibandingkan dengan pupuk buatan. Sehingga pupuk
kotoran kelelawar ini termasuk ke dalam pupuk organic.
2. Pembuatan Pupuk Kotoran Kelelawar
Untuk proses pembentukannya, secara alami pupuk dari kotoran kelelawar
ini terjadi dengan siklus sebagai berikut:
1. Kelelawar memakan serangga atau biji-bijian,
2. Proses pengeluaran kotoran/feces dan urine dari kelelawar tersebut di
sekitar sarangnya ,dan
3. Kotoran tersebut dimakan kembali/diuraikan oleh kumbang atau
mikroba lainnya hingga terbentuk pupuk organik.
Kotoran kelelawar juga dapat dibentuk dalam pupuk cair. Pupuk cair
adalah pupuk yang berbentuk cairan, dibuat dengan cara melarutkan kotoran
kelelawar ke dalam air. Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kesehatan tanaman bawang
merah. Meskipun bau pupuk ini mengganggu, namun kelebihan pupuk ini
dibanding dengan pupuk alam yang lain (pupuk kandang, pupuk hijau dan
kompos) adalah lebih cepat diserap tanaman. Alat – alat yang diperlukan antara
lain
Drum/ember atau wadah lain untuk membuat pupuk cair.
Bila menggunakan drum akan memperoleh pupuk cair sebanyak 100
liter. Pupuk dari bahan kotoran kelelawar, dapat memupuk tanaman di
lahan seluas 200 m2.
Karung beras/goni/plastik/nila, atau lainnya sebagai tempat bahan
pupuk cair. Alat-alat ini digunakan karena air dapat meresap ke dalam
pori-pori karung tersebut dan bahan dalam karung tidak bisa keluar.
Penutup drum/plastik hitam atau tutup lain, supaya sinar matahari
maupun air hujan tidak dapat masuk ke dalam drum/wadah.
Tali pengikat, untuk mengikat ujung karung sehingga bahan dalam
karung tidak bisa keluar.
Batu untuk pemberat, supaya karung dapat tenggelam.
Adapun cara pembuatannya sebagai berikut
1. Mengisi karung dengan kotoran kelelawar yang masih segar sampai
kira-kira ¾ karung, lalu mengikatnya dengan tali.
2. Memasukkan karung yang berisi kotoran kelelawar tadi ke dalam drum
kosong / ember, kemudian mengisinya dengan air. Perbandingan
antara air dan berat isi karung adalah 2 liter air untuk 1 kg berat isi
karung.
3. Meletakkan batu yang cukup berat di atas karung sehingga karung
tersebut dapat tenggelam. Mengusahakan keadaan drum selalu tertutup
agar tidak ada unsur hara yang hilang akibat penguapan.
4. Mengangkat karung dari dalam drum setelah kira-kira 2-3 minggu.
Larutan dalam drum atulah yang disebut dengan pupuk cair. Ampas
yang di dalam karung dapat digunakan untuk menyuburkan tanah.
Setelah pembuatan tersebut, pupuk cair tersebut dapat digunakan dengan
cara pengenceran yaitu mencampurnya dengan air agar tidak kental.
Perbandingannya adalah 1 bagian pupuk cair dan 4-6 bagian air. Selanjutnya yang
terakhir adalah penyiraman ke tanaman bawang merah yang akan dipupuk setelah
berumur 2-3 minggu dan pemupukan dilakukan setiap 2 minggu.
KESIMPULAN
SARAN
Ketua Pelaksana
Shinta Widyastuti
NIM. 4401409061