Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PUPUK LAWA “A GOLD FERTILIZER IN TIME”
MENYUBURKAN TANAMAN BAWANG MERAH
DI KABUPATEN BREBES

Bidang Kegiatan:
PKM – GT (Gagasan Tertulis)

Diusulkan oleh:
Shinta Widyastuti 4401409061 Tahun Angkatan 2009
Indras Kurnia Setiawati 4201409083 Tahun Angkatan 2009
Nur Hapipah 2601410022 Tahun Angkatan 2010

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2011
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Pupuk Lawa “A Gold Fertilizer in Time” Menyuburkan


Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Brebes
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (√) PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Shinta Widyastuti
b. NIM : 4401409061
c. Jurusan : Biologi
d. Universitas : Universitas Negeri Semarang
e. Alamat Rumah : Jln Menteri Supeno 17 Tegal, 52125
f. No Tel./HP : 085641279514
g. Alamat email : shinta.ndud@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Moh. Abdullah, S.Si
b. NIP : 198112032006041001
c. Alamat Rumah : Perumahan Green Village 119, Ngijo Gunungpati,
Semarang, 50275
d. No Tel./HP : 081325461100

Semarang, Februari 2011

Menyetujui,
Ketua Jurusan Biologi Ketua Pelaksana Kegiatan

Dra. Aditya Marianti, M.Si Shinta Widyastuti


NIP. 196712171993032001 NIM. 4401409061

Pembantu Rektor Bidang DosenPendamping


Kemahasiswaan

Dr. Masrukhi, M.Pd. Moh. Abdullah, S.Si.


NIP. 196205081988031002 NIP. 198112032006041001
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT


atas segala limpahan karunia dan rahmat-Nya pada kita semua sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis
dengan judul Pupuk Lawa “ A Gold Fertilizer in Time” Menyuburkan
Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Brebes. Karya tulis ini berisi gagasan
untuk para petani bawang di daerah Brebes agar tidak terlalu banyak memakai
pupuk buatan dan petani dapat memanfaatkan kotoran kelelawar yang banyak
tersebar di daerah tersebut karena kotoran kelelawar merupakan pupuk organik
yang memiliki kandungan zat-zat yang diperlukan untuk tanaman bawang.

Karya tulis ini tidak akan selesai tanpa dorongan dari semua pihak yang
membantu kelancaran tugas kami, oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang,


2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
3. Ketua Jurusan Biologi Universitas Negeri Semarang,
4. Bapak Moh. Abdullah, S.Si. selaku Dosen Pendamping,
5. Orang Tua kami tercinta yang selalu memberikan kami semangat,
6. Kakak kami tersayang yang selalu memotivasi kami dalam
menyelesaikan karya tulis,
7. Teman-teman kami di Unnes,
8. Dan semua pihak yang telah membantu kami dalam membantu
menyelesaikan karya tulis PKM ini yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu.

Semoga karya tulis ini nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya sebagaimana yang diharapkan. Amin.

Semarang, Februari 2011

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR ISTILAH........................................................................................ vi
RINGKASAN.................................................................................................. vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang....................................................................................... 1
Tujuan.................................................................................................... 2
Manfaat.................................................................................................. 2
GAGASAN
Kondisi Kabupaten Brebes..................................................................... 2
Sektor Pertanian Bawang Merah
Potensi Kotoran Kelelawar
Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Bawang Merah
Penggolongan Pupuk.............................................................................. 3
Tinjauan Umum tentang Bawang Merah................................................ 4
Asal usul
Kebutuhan Nutrisi
Tinjauan tentang Kelelawar.................................................................... 4
Taksonomi
Kotoran Kelelawar
Solusi yang telah Ditawarkan................................................................. 5
Gagasan Baru.......................................................................................... 6
Hubungan Tanaman Bawang Merah dengan Kotoran Kelelawar
Pembuatan Pupuk Lawa
Pihak-pihak Terkait yang Menunjang Keberhasilan Gagasan................ 7
Dinas Pertanian
Penyuluh Pertanian
Petani Bawang Merah
Produsen Pupuk
Masyarakat
Pelaksanaan Penggunaan Pupuk Kotoran Kelelawar............................. 8
Tahap Awal
Tahap Penyampaian Informasi
Tahap Pelaksanaan
KESIMPULAN.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 10
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................... 11
DAFTAR ISTILAH

Ekholokasi : Suatu fenomena malam hari, dimana kelelawar akan


mengeluarkan suara yang berada di atas ambang batas pendengaran manusia dan
pantulan kepada kelelawar tersebut dalam bentuk gema (echoes).
Frugivora : Binatang pemakan buah-buahan.
Karnivora : Hewan yang makanannya kebanyakan adalah daging, baik yang
dimakan hidup-hidup atau berasal dari daging hewan yang sudah mati.
Nectarivora : Jenis hewan pemakan nectar.
Nocturnal : Aktif pada malam hari (mencari makan, dll.)
Omnivora : Hewan pemakan segalanya baik tumbuhan maupun daging.
Piscivora : Jenis hewan pemakan ikan.
Sanguivora : Kelompok hewan pemakan darah.
RINGKASAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya dan
merupakan Negara Agraris. Kondisi pertanian di Kabupaten Brebes 45 persennya
dari petani di Brebes merupakan petani bawang merah. Kabupaten Brebes
menyuplai 75 persen produksi bawang merah di Jawa Tengah dan 35 persen
kebutuhan nasional. Namun dibalik keberhasilan ditingkat produksi ternyata
petani bawang merah di Kabupaten Brebes cenderung menggunakan pupuk urea
(CO(NH2)2) yang merupakan pupuk buatan atau pupuk kimia. Sementara itu, saat
ini berkembang sistem pertanian organik (organic farming) maupun sistem
pertanian alami ( natural farming). Petani bawang merah dapat menggunakan
pupuk organik yang ramah lingkungan. Pupuk organik dapat menggunakan
kotoran hewan misalnya kotoran kelelawar. Kelelawar yang memiliki nama lain
Lawa (bahasa Jawa) biasanya tinggal di dalam gua, pepohonan atau di dalam
bangunan-bangunan. Di Kabupaten Brebes banyak ditemukan kelelawar yang
menghuni bangunan-bangunan tua tak terawat oleh manusia. Didalamnya
tersimpan segudang emas yang sangat bermanfaat yaitu sisa makanan dan sisa
metabolisme kelelawar. Sisa metabolisme atau kotoran kelelawar belum banyak
dimanfaatkan. Padahal kotoran kelelawar memiliki banyak manfaat diantaranya
dapat dimanfaatkan menjadi pupuk yang sangat bagus karena mengandung
nitrogen, fosfor dan potassium untuk mendukung pertumbuhan tanaman
khususnya tanaman bawang merah.
Karya tulis ini disusun bertujuan agar pembaca dapat mengetahui manfaat
kotoran kelelawar dan petani di Indonesia dapat menyadari pentingnya
menggunakan pupuk organik dan beralih menggunakan pupuk lawa.
Metode penulisan yang digunakan adalah analisis data dan informasi yang
bersifat deskriptif dan eksplanatory.
Kotoran kelelawar mengandung zat-zat yang dapat digunakan menjadi
pupuk yang baik seperti Nitrogen content ± 5 %, K2O min 1 % (dry basic), P2O5
Total min 1 % (dry basic), Powder mesh 60, Kadar air ± 8. Sedangkan tanaman
bawang membutuhkan pupuk yang mengandung N dan K serta pupuk yang
memiliki kandungan phospat yang cukup tinggi. Oleh karena itu pupuk lawa
merupakan pupuk yang sangat cocok untuk mendukung pertumbuhan tanaman
bawang.
Karya tulis ini direkomendasikan kepada petani bawang agar dapat
menggunakan pupuk organik khusunya pupuk yang berasal dari kotoran
kelelawar.
PUPUK LAWA “A GOLD FERTILIZER IN TIME” MENYUBURKAN
TANAMAN BAWANG MERAH DI KABUPATEN BREBES
Oleh :
Shinta Widyastuti, dkk.
Universitas Negeri Semarang

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Agraris yang kaya akan sumber daya alam.
Kawasan Indonesia sangat berpotensi dalam pengembangan pertanian. Hampir
disetiap daerah memiliki komoditi unggulan seperti kopi , jagung, beras, kakao,
kopra, bahkan bawang merah. Bawang merah merupakan komoditi unggulan di
Kabupaten Brebes. Kabupaten yang terletak di ujung barat provinsi Jawa Tengah
memenuhi 35% kebutuhan bawang merah nasional.
Dewasa ini berkembang sistem pertanian organik (organic farming)
maupun sistem pertanian alami ( natural farming). Hal ini menuntut petani
menggunakan bahan-bahan organik salah satunya menggunakan pupuk organik
yang kini jarang diminati oleh para petani. Sebenarnya pupuk organik mudah
didapat karena pupuk ini banyak tersebar di sekeliling kita. Misalnya sampah
sayuran, daun-daun kering, bahkan kotoran ternak yang tak tersentuh tangan
manusia. Pengolahan dan penggunaannya pun cukup mudah, hampir sama dengan
pupuk kimia. Selain itu pupuk organik memiliki kelebihan yaitu hasil yang
didapat lebih sehat daripada hasil yang menggunakan pupuk kimia.
Petani bawang merah di Kabupaten Brebes lebih cenderung menggunakan
pupuk urea (CO(NH2)2) yang merupakan pupuk buatan atau pupuk kimia. Setiap
bulannya, pupuk yang diperlukan berkisar 1000 ton untuk pertanian bawang
merah. Karena produksinya yang didapat lebih cepat dan lebih bagus, namun
penggunaan pupuk kimia memiliki banyak efek negatif salah satunya merusak
unsur hara tanah. Penggunaan pupuk organik untuk tanaman bawang di
Kabupaten Brebes sangat jarang. Padahal bahan untuk membuat pupuk organik
sangat mudah ditemukan seperti kotoran hewan.
Kabupaten Brebes memiliki potensi sumber daya fauna yang banyak dan
kotorannya dapat dimanfaatkan seperti sapi, burung, kerbau, dan yang tidak
banyak dimanfaatkan adalah kelelawar yang dalam bahasa daerahnya adalah
Lawa. Kelelawar atau lawa yang masuk kedalam ordo Chiroptera merupakan
mamalia pemakan buah-buahan. Kelelawar hidup berkoloni di daerah gua maupun
pepohonan. Lawa ini banyak ditemukan di beberapa kecamatan di Brebes. Banyak
bangunan di Kabupaten Brebes ini dijadikan tempat bersarang Kelelawar ini.
Beberapa bangunan merupakan rumah kosong tak berpenghuni dan hanya
kelelawar yang bersemayam didalamnya meninggalkan sisa makanan dan sisa
metabolisme di dalam bangunan tersebut. Dari waktu ke waktu kotoran tersebut
menumpuk dan menimbulkan bau yang sangat menyengat. Namun dibalik bau
yang ditimbulkannya tersimpan kandungan “emas” didalamnya. Emas dalam
artian memiliki kandungan yang sangat bernilai jika dimanfaatkan khususnya
dimanfaatkan untuk sektor pertanian. Kabupaten Brebes yang notabene
berprestasi dalam hasil produksi bawang merah alangkah indahnya jika mau
memanfaatkan sisa metabolism dari kelelawar tersebut. Karena dari kotoran
kelelawar yang telah diteliti terkandung zat-zat organik yang cocok untuk
dipadukan dalam dunia tanam menanam. Kotoran tersebut dapat dijadikan pupuk
organic super yang bernilai emas. Dibalik bau yang dimiliki tersimpan kandungan
seperti N (nitrogen) dan P (phosphor) yang tinggi. Zat phosphor sangat diperlukan
untuk pembiakkan (generatif) , mendorong dan memajukan pembentukkan buah
serta sebagai perangsang akar agar dapat memanjang dan kuat sehingga tahan
kekeringan. Selain itu unsur yang terkandung dapat memelihara dan memperbaiki
unsur tanah yang telah rusak karena pemakaian pupuk anorganik (kimia) dalam
jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan gagasan berkaitan dengan
hal di atas.

Tujuan
Karya tulis ini dibuat dengan tujuan :
a. Pembaca dapat mengetahui manfaat kotoran kelelawar yang banyak
tersebar di Indonesia,
b. Para petani di Indonesia dapat lebih menyadari kegunaan pupuk
organik dan beralih menggunakan pupuk lawa.
Manfaat
Karya tulis ini memiliki manfaat diantaranya :
a. Menambah wawasan pembaca mengenai pemanfaatan kotoran
kelelawar,
b. Meningkatkan kesadaran petani untuk beralih ke sistem pertanian
organik melalui penggunaan pupuk lawa.

GAGASAN

Kondisi Kabupaten Brebes


1. Sektor Pertanian Bawang Merah
Kabupaten Brebes mempunyai luas wilayah sebesar 166.117 ha. 38,15
persen atau 63.375 ha di antaranya berupa sawah. Selebihnya adalah hutan negara,
pekarangan, tegal/perkebunan, tambak, hutan rakyat, dan peruntukan lainnya.
Kabupaten Brebes juga salah satu daerah yang 45 persennya merupakan petani
bawang merah.
Masyarakat Brebes menganggap bawang merah adalah urat nadi bagi
mereka. Tidak hanya petani yang bergantung pada komoditas tersebut. Mulai dari
kuli, tukang becak, para makelar, tengkulak, penyewa lapak, hingga pejabat
berdasi turut maraup manisnya bisnis bawang merah. Bahkan, dari 2,444 triliun
produk domestik regional bruto (PDRB) yang di dapat Kabupaten Brebes untuk
sektor pertanian pada 2005, 75 persennya berasal dari bawang merah. Kabupaten
yang terletak di paling ujung propinsi Jawa Tengah ini menyuplai 75 persen
produksi bawang merah di Jawa Tengah dan 35 persen kebutuhan nasional. Dari
luasan areal sawah di atas, 20.000 ha selama ini ditanami bawang merah.
Komoditas ini ditanam di 10 kecamatan, seperti Brebes, Larangan, Losari,
Tanjung, Bulakamba, Jatibarang, Kersana, dan Wanasari.
Menurut data yang disodorkan dinas pertanian setempat, produksi bawang
merah di Brebes rata-rata telah mencapai 15 s.d 17 ton per ha. Bahkan untuk jenis
bibit tertentu ada yang mencapai hingga 20 ton per ha.

2. Potensi Kotoran Kelelawar


Keadaan geografis di Kabupaten Brebes yang kebanyakan berupa
pegunungan memiliki potensi menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
masyarakatnya. Contohnya saja banyak kelelawar yang hidup di kabupaten
Brebes. Mereka dapat ditemui di gua, rumah kosong atau atap rumah, pohon-
pohon yang terletak di kebun para warga. Kelelawar sangat mudah ditemukan di
kabupaten Brebes, tetapi masyarakat tidak mau memanfaatkannya.

3. Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Bawang Merah


Data yang disebutkan Dinas Pertanian Kabupaten Brebes bahwa petani
bawang merah di kabupaten Brebes lebih cenderung menggunakan pupuk urea
(CO(NH2)2) yang notabene adalah pupuk kimiawi yang banyak merugikan. Para
petani tersebut hanya menginginkan usaha yang praktis, mudah didapat. Mereka
kebanyakan tidak peduli dengan lingkungan sekitar, baik lingkungan tanah atau
lingkungan air. Mereka hanya mementingkan hasil yang dicapai yaitu
menghasilkan untung yang banyak dengan modal seminim mungkin. Mungkin
karena mereka malas mengolahnya dan takut akan terjadi apa-apa terhadap
tanaman bawang merahnya. Mereka lebih percaya kebiasaan yang dilakukan para
petani Brebes yang menggunakan pupuk urea atau pupuk kimia lainnya untuk
menyuburkan bawang merah.

Penggolongan Pupuk
Pada hakekatnya pupuk dibagi menjadi dua, yaitu
1. Pupuk Alam
Pupuk alam merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan yang hidup
misalnya dari tanaman atau kotoran hewan. Pupuk alam disebut juga pupuk
organik. Pupuk ini terbagi lagi menjadi pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk
hijau. Pupuk kandang berasal dari kotoran hewan. Pupuk ini berisi berbagai
macam zat (zat lemas/ Nitrogen, phosphor, kalium, kapur, magnesium, dll.) dan
berfungsi dalam melonggarkan susunan tanah (terutama tanah liat), membuat
tanah berpasir menjadi lebih padat, menyuburkan bakteri tanah yang berguna
dalam mengubah unsur hara di dalam tanah. Kotoran hewan yang akan dijadikan
pupuk harus mengalami pengolahan seperti pembusukkan agar dapat berfungsi
denagn maksimal.
Pupuk kompos merupakan pupuk yang berasal dari campuran daun dan
ranting muda, sampah pasar, rumput, jerami, dll. dan telah ditimbun beberapa
waktu agar busuk dan hancur. Pupuk kompos memiliki kandungan yang sama
dengan pupuk kandang, hanya saja prosentasenya lebih rendah. Sedangkan pupuk
hijau adalah pupuk yang terbuat dari bagian-bagian tanaman (daun, ranting, dsb.)
yang mudah membusuk di dalam tanah. Tanaman yang bagiannya biasa
digunakan sebagai pupuk hijau diantaranya tanaman legumenosa seperti
Calopogonium, Centrosema, lamtoro, kacang tanah, kedelai, turi, dll.
2. Pupuk Buatan
Pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat di pabrik-pabrik dengan
menggunakan bahan-bahan kimia. Pupuk buatan sangatlah beragam jenisnya,
diantaranya pupuk ZA (Zwavelzure ammoniak) yang mengandung zat lemas ± 21
persen zat lemas dan apabila ZA terus menerus digunakan dapat mengakibatkan
tanah menjadi asam; Urea atau Ureum, pupuk ini mengandung 45 persen hingga
46 persen zat lemas; Sendawa Chili (Chilisalpeter), mengandung ± 15 persen zat
lemas; DS (Dubbel Super- Poshpat) mengandung 34 persen hingga 38 persen
asam phosphor; Phospat Cirebon mengandung 25 persen hingga 28 persen asam
phosphor; Tepung Kapur, pupuk ini lebih banyak digunakan pada tanah yang
bersifat asam.

Tinjauan Umum Tentang Bawang Merah


1. Asal-usul
Bawang merah berasal dari Syria yang memiliki nama latin Allium
ascalonicum. Tanaman bawang merah tumbuh dan berkembang baik di daerah
yang beriklim kering dengan keadaan udara yang cerah seperti di Kabupaten
Brebes. Tanaman bawang merah peka terhadap keasaman tanah. Derajat
keasaman tanahnya berkisar anatara pH 5,5 s.d. 6,5. Apabila keadaan tanah terlalu
asam akan mengakibatkan garam Aluminium (Al) yang larut bersifat racun dan
mengakibatkan tanaman menjadi kerdil. Sedangkan apabila keasaman tanah
terlalu rendah maka unsure Mangan (Mn) tidak dapat digunakan sehingga
menghasilkan ubi yang kecil dan produksinya rendah. Oleh karena itu dibutuhkan
usaha pemupukan yang sesuai agar dapat memperkaya unsur hara (unsur makanan
tanaman) yang dibutuhkan tanaman sehingga produksinya tinggi.
Bawang merah di Indonesia terdapat beberapa jenis diantaranya bawang
Australia, bawang Banten, bawang Betawi, bawang Lampung, bawang Bima.
Menanam bawang merah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, karena
apabila dilakukan penanaman saat musim hujan memiliki resiko kegagalan yang
terlalu tinggi karena tanaman mudah busuk dan mudah terserang penyakit.
2. Kebutuhan Nutrisi
Tanaman bawang merah membutuhkan pupuk yang mengandung N dan K
50 s.d. 75 kg/ha (250 – 350 kg ZA) dan pupuk yang mengandung P berkisar 100
s.d. 125 kg/ha (290 s.d. 350 kg DS). Jumlah ini masih perlu disesuaikan dengan
keadaan tanah yang akan ditanami bawang merah.

Tinjauan Umum Tentang Kelelawar


1. Taksonomi
Kelelawar masuk ke dalam ordo Chiroptera yang merupakan anggota
dari mamalia. Masuk ke dalam ordo Chiroptera yang mempunya arti “sayap
tangan” dikarenakan tungkai depannya bermodifikasi sebagai sayap yang berbeda
dengan sayap burung (DeBlase dan Martin, 1981). Sayap tersebut disokong oleh
jari kedua dan kelima dan ditutupi oleh patagium atau selaput terbang. Ordo
Chiroptera ini merupakan anggota mamalia yang memiliki perbedaan yang
mencolok dengan mamalia yang lain yaitu karena anggota dari ordo ini dapat
terbang dan beristirahat dengan cara bergantung terbalik. Ordo ini dibagi menjadi
2 Subordo yaitu Megachiroptera dan Microchiroptera. Subordo Megachiroptera
meliputi kelelawar besar pemakan buah. Ciri lain adalah kelelawar ini mempunyai
moncong memanjang tanpa daun hidung, memiliki telinga luar yang sederhana
tanpa tragus, jari kedua kaki depan bercakar dan mata berkembang relatif baik
(Nowak dan Paradiso, 1983). Subordo ini hanya mencakup 1 familia yaitu
Pteropodidae, contohnya Pteropus vampires. Sedangkan subordo Microchiroptera
meliputi kelelawar kecil pemakan serangga dengan moncong pendek serta
memiliki daun hidung. Kebanyakan Microchiroptera adalah insectivora dan hanya
sebagian kecil yang omnivora, karnivora, piscivora, frugivora, nectarivora atau
sanguivora (Findley, 1993).
Kelelawar termasuk hewan Nocturnal, dan pada siang hari bersembunyi
di dalam gua, dalam rumah atau gulungan daun pisang ataupun menggantung di
dalam kayu serta memiliki kemampuan ekholokasi.
Kelelawar memiliki nama lain “Lawa” di daerah Jawa.
Di dunia pertanian, kelelawar berperan dalam pemencar biji buah-buahan
(jambu air, jambu biji, keluwih, dll.), penyerbuk tumbuhan bernilai ekonomis,
sebagai pengendali hama serangga, sebagai penghasil guano dan tambang fosfat di
gua-gua, sebagai obyek ekowisata.
2. Kotoran Kelelawar
Kotoran kelelawar dapat menjadi pupuk yang sangat bagus karena kotoran
kelelawar khususnya yang hidup digua-gua mengandung senyawa organik.
Kotoran kelelawar yang dalam dunia pertanian disebut pupuk guano mengandung
nitrogen, fosfor dan potassium sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan,
merangsang akar dan pembungaan serta kekuatan batang tanaman.
Manfaat pupuk lawa sebagai berikut :
1. Dapat memperbaiki dan memperkaya struktur tanah (40 persennya berupa
zat-zat organik)
2. Kandungan N-P-K di dalamnya, menjadikan kotoran kelelawar cocok untuk
digunakan sebagai pupuk. Tentunya dengan dosis dan aturan pemupukan
yang tepat.
3. Mempunyai daya Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang baik sehingga
tanaman mudah menyerap unsur yang bermanfaat dalam pupuk,
4. Menguatkan batang dan mengoptimalkan pertumbuhan daun baru dan proses
fotosintesis pada tanaman,
5. Kaya akan unsur makro fosfor (P) dan nitrogen (N). Oleh karena itu jenis
pupuk ini lebih dikenal sebagai pupuk organik fosfor,
6. Rendah kandungan mercury dan zat berbahaya lain,sehingga dapat digunakan
untuk semua jenis tanaman.

Solusi yang telah Ditawarkan


Untuk meningkatkan produksi bawang merah di Kabupaten Brebes,
muncul berbagai metode yang diterapkan Dinas Pertanian maupun para petani
bawang merah. Salah satu metode yang mereka gunakan adalah menggunakan
pupuk agar tanaman bawang merah dapat tumbuh maksimal. Pupuk yang
digunakan mayoritas adalah pupuk kimiawi seperti ZA, Urea, SP36, KCL, Kamas
( KMO3 ). Kadang-kadang para petani juga memakai pupuk kompos yang berasal
dari sampah guna mengembalikkan unsur hara yang kurus akibat pemakaian
pupuk kimia dan pestisida. Namun, kebanyakan kadar pupuk kimia lebih besar
daripada pupuk kompos yang sebagai penetral pH tanah. Hal ini akan
mengakibatkan tanah akan tetap rusak.
Pemerintah Kabupaten Brebes sangat peduli dengan pertanian bawang
merah. Maka kegiatan penyuluhan dikerahkan. Para penyuluh pertanian disebar
untuk memberi pengetahuan kepada para petani. Sayangnya, tidak semua daerah
di kabupaten Brebes tersentuh dengan penyuluhan tersebut. Para penyuluh
menyarankan pupuk yang digunakan adalah pupuk yang mempunyai potensi
bisnis yang besar. Namun, tidak sedikit penyuluh memberi pengetahuan tentang
pupuk organik dan tidak sedikit pula petani hanya melewatkan informasi tersebut,
mereka tetap senang dengan pupuk urea yang praktis tersebut.

Gagasan Baru
1. Hubungan Tanaman Bawang Merah dengan Kotoran Kelelawar
Kegiatan pertanian memerlukan pupuk sebagai pendukungnya. Dari kebutuhan
pupuk tanaman bawang dapat dipenuhi oleh kotoran kelelawar. Karena kotoran kelelawar
mengandung N--PK yang bagus dijadikan sebagai pupuk dan kaya akan kandungan
phosphor dan nitrogen. Pupuk dari kotoran kelelawar ini tidak kalah dengan pupuk
buatan atau pupuk kimia. Karena kandungan yang dimiliki kotoran kelelawar tidak jauh
berbeda dengan pupuk buatan. Dilihat dari kondisi tanah, pupuk dari kotoran kelelawar
ini memiliki efek jauh lebih baik dibandingkan dengan pupuk buatan. Sehingga pupuk
kotoran kelelawar ini termasuk ke dalam pupuk organic.
2. Pembuatan Pupuk Kotoran Kelelawar
Untuk proses pembentukannya, secara alami pupuk dari kotoran kelelawar
ini terjadi dengan siklus sebagai berikut:
1. Kelelawar memakan serangga atau biji-bijian,
2. Proses pengeluaran kotoran/feces dan urine dari kelelawar tersebut di
sekitar sarangnya ,dan
3. Kotoran tersebut dimakan kembali/diuraikan oleh kumbang atau
mikroba lainnya hingga terbentuk pupuk organik.
Kotoran kelelawar juga dapat dibentuk dalam pupuk cair. Pupuk cair
adalah pupuk yang berbentuk cairan, dibuat dengan cara melarutkan kotoran
kelelawar ke dalam air. Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kesehatan tanaman bawang
merah. Meskipun bau pupuk ini mengganggu, namun kelebihan pupuk ini
dibanding dengan pupuk alam yang lain (pupuk kandang, pupuk hijau dan
kompos) adalah lebih cepat diserap tanaman. Alat – alat yang diperlukan antara
lain
 Drum/ember atau wadah lain untuk membuat pupuk cair.
Bila menggunakan drum akan memperoleh pupuk cair sebanyak 100
liter. Pupuk dari bahan kotoran kelelawar, dapat memupuk tanaman di
lahan seluas 200 m2.
 Karung beras/goni/plastik/nila, atau lainnya sebagai tempat bahan
pupuk cair. Alat-alat ini digunakan karena air dapat meresap ke dalam
pori-pori karung tersebut dan bahan dalam karung tidak bisa keluar.
 Penutup drum/plastik hitam atau tutup lain, supaya sinar matahari
maupun air hujan tidak dapat masuk ke dalam drum/wadah.
 Tali pengikat, untuk mengikat ujung karung sehingga bahan dalam
karung tidak bisa keluar.
 Batu untuk pemberat, supaya karung dapat tenggelam.
Adapun cara pembuatannya sebagai berikut
1. Mengisi karung dengan kotoran kelelawar yang masih segar sampai
kira-kira ¾ karung, lalu mengikatnya dengan tali.
2. Memasukkan karung yang berisi kotoran kelelawar tadi ke dalam drum
kosong / ember, kemudian mengisinya dengan air. Perbandingan
antara air dan berat isi karung adalah 2 liter air untuk 1 kg berat isi
karung.
3. Meletakkan batu yang cukup berat di atas karung sehingga karung
tersebut dapat tenggelam. Mengusahakan keadaan drum selalu tertutup
agar tidak ada unsur hara yang hilang akibat penguapan.
4. Mengangkat karung dari dalam drum setelah kira-kira 2-3 minggu.
Larutan dalam drum atulah yang disebut dengan pupuk cair. Ampas
yang di dalam karung dapat digunakan untuk menyuburkan tanah.
Setelah pembuatan tersebut, pupuk cair tersebut dapat digunakan dengan
cara pengenceran yaitu mencampurnya dengan air agar tidak kental.
Perbandingannya adalah 1 bagian pupuk cair dan 4-6 bagian air. Selanjutnya yang
terakhir adalah penyiraman ke tanaman bawang merah yang akan dipupuk setelah
berumur 2-3 minggu dan pemupukan dilakukan setiap 2 minggu.

Pihak-pihak Terkait yang Menunjang Keberhasilan Gagasan


1. Dinas Pertanian
Untuk terealisasinya pupuk dari kotoran kelelawar sebagai pupuk tanaman
bawang perlu adanya dukungan dan usaha dari berbagai pihak. Dinas pertanian
membuat kebijakan-kebijakan baru terkait dengan penggunaan pupuk organic.
2. Penyuluh Pertanian
Tugas selanjutnya dibantu oleh penyuluh pertanian di Kabupaten Brebes,
untuk melakukan tinjauan lapangan dan penyuluhan terpadu kepada petani
bawang untuk menggunakan pupuk organic dan meberikan informasi yang
mendukung untuk penggunaan pupuk organik.
3. Petani Bawang Merah
Para petani bawang dapat meningkatkan jumlah produksi pertanian
bawangnya dengan menggunakan pupuk organik khususnya pupuk yang berasal
dari kotoran kelelawar.
4. Produsen Pupuk
Apabila petani enggan menggunakan pupuk kotoran kelelawar yang masih
segar, produsen pupuk dapat membantu dengan mengolah kotoran kelelawar
menjadi pupuk cair yang siap pakai, tentunya dengan tidak mengubah kandungan
zat dalam kotoran kelelawar tersebut.
5. Masyarakat
Agar kotoran kelelawar dapat dijangkau oleh petani, masyarakat dapat
membantu dengan mengumpulkan dan menjual kotoran kelelawar kepada para
petani, selain itu masyarakat dapat lebih memilih hasil produksi tanaman bawang
yang menggunakan pupuk organic, karena jika dikonsumsi lebih sehat hasil dari
tanaman berpupuk organic dibandingkan hasil dari tanaman berpupuk buatan atau
kimia.
Dari dukungan berbagai pihak dirasakan dapat membantu terealisasinya
penggunaan pupuk organic terutama pupuk organic yang berasal dari kotoran
kelelawar.
Pelaksanaan Penggunaan Pupuk Kotoran Kelelawar
1. Tahap Awal
Langkah awal agar kotoran kelelawar dapat digunakan sebagai pupuk
untuk para petani bawang merah yaitu Dinas Pertanian membuat kebijakan bahwa
pupuk organik dapat dimanfaatkan lebih banyak daripada pupuk kimia. Salah
satunya dengan pupuk kelelawar bagi para petani bawang merah. Selanjutnya,
Dinas Pertanian juga menambah dan mengerahkan petugas penyuluh pertanian
sehingga setiap desa dapat mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat dari
seorang ahli dalam bidang pertanian.
2. Tahap Penyampaian Informasi
Langkah selanjutnya adalah penyampaian informasi atau kebijakan Dinas
Pertanian oleh petugas penyuluh pertanian. Mereka bertanggung jawab hanya satu
desa saja sehingga akan lebih fokus dalam pemberian informasi atau memantau
kegiatan yang dilakukan para petani. Petugas penyuluh harus lebih mengutamakan
kepentingan petani daripada kepentingan dirinya dengan tidak mengambil
keuntungan dari pupuk kimia. Mereka juga harus lebih saying lagi terhadap bumi
yang notabene sekarang dalam keadaan yang memprihatinkan.
3. Tahap Pelaksanaan
Setelah penyuluhan dari penyuluh pertanian (Dinas Pertanian), petani
mulai menanam tanamanan bawang dengan pemupukan menggunakan pupuk
kotoran kelelawar. Waktu dibutuhkan dari penanaman hingga panen adalah ± 60
hari. Petani mulai menanam bawang merah dengan cara seperti biasanya, yaitu
a. Pengolahan tanah
Sebelum menanam umbi bawang merah tentunya diperlukan lahan dengan
tanah yang memiliki criteria gembur, subur dan berpasir. Kemudian tanah
diolah dengan dibajak atau dicangkul agar tanahnya tidak padat atau
becek, karena dapat menyebabkan tanaman bawang merah mati sebelum
terbentuk umbi.
b. Pemilihan umbi yang baik
Benih yang dibutuhkan adalah umbi yang baik, utuh, sehat dan bulat.
Setelah mendapatkan umbi, umbi dipotong bagian ujung kira-kira
seperempat bagiannya. Kemudian ditanam setelah satu atau dua hari
setelah pemotongan.Setiap umbi akan menghasilkan 4 hingga 6 umbi
anakan.
c. Penanaman
Waktu penanaman setelah akhir musim hujan atau menjelang kahir musim
kemarau. Menanam umbi adalah dengan mengambil umbi yang akar dan
daun mulai tumbuh. Cara menanamnya dengan membenamkan dua per
tiga bagian umbi. Jika tanah kering basahi dahulu tetapi jangan sampai
becek.
d. Penyiraman, penyiangan dan pendangiran
Setelah penanaman dilakukan penyiraman 4 hingga 5 hari di waktu sore
untuk menjaga kelembapan tanah. Namun setelah pemupukan dilakukan
penyiraman 2 kali sehari. Satu minggu setelah penanaman dilkukan
penyiangan yaitu membersihkan rumput-rumput liar disekitar tanaman
bawang merah yang sedang tumbuh, agar rumput-rumput tersebut tidak
merebut zat-zat makanan pada lapisan atas tanah. Jangan lupa melakukan
pendangiran atau penggemburan tanah karena system perakarannya
dangkal.
e. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2 minggu agar unsur hara
di dalam tanah tetap terjaga. Jika menggunakan pupuk cair cukup
disiramkan pada tanaman, namun jika menggunakan kotoran kelelawar
segar, pemupukan dilakukan dengan memendam kotoran di dalam tanah
dengan jarak tidak terlalu jauh dengan tanaman.
f. Pemanenan
Bawang merah dapat dipanen setelah tanaman berumur ± 60 hari.

KESIMPULAN

Kotoran kelelawar yang banyak tersebar di beberapa daerah di Indonesia termasuk


di Kabupaten Brebes memiliki banyak manfaat seperti apabila dijadikan pupuk
sangat baik jika digunakan pada pertumbuhan tanaman dengan dosis dan prosedur
pemupukan yang tepat karena kaya akan unsur makro fosfor (P) dan nitrogen (N),
dan masih banyak manfaat yang lain. Kandungan ini yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman bawang, karena tanaman bawang membutuhkan pupuk yang banyak
mengandung unsur phosphor. Oleh karena itu pupuk yang berasal dari kotoran
kelelawar sangat bagus untuk dijadikan pupuk organic bagi tanaman bawang
sehingga baik untuk kelangsungan hidup bersama.

SARAN

Penggunaan pupuk organic sebaiknya dapat dioptimalkan agar program system


pertanian organic maupun system pertanian alami dapat terealisasi. Perlu adanya
kebijakan dari Dinas terkait agar para petani mau menggunakan pupuk organic.
Karena petani saat ini lebih cenderung menyukai penggunaan pupuk buatan
maupun pupuk kimia. Selain itu penyuluh pertanian melakukan pembinaan
kepada kelompok tani untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk organik
khususnya kelompok tani bawang merah. Dalam menunjang terciptanya program
system pertanian organic maupun alami ini perlu adanya pihak yang memproduksi
ataupun memasarkan pupuk organic. Pupuk organic yang didapat berasal dari
limbah organic disekitar misalnya kotoran hewan terutama kotoran kelelawar
yang kini belum banyak dimanfaatkan di daerah Brebes.
DAFTAR PUSTAKA

AAK.1992.Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran.Yogyakarta:Penerbit Kanisius.


Anonymous.2009.Pupuk Guano Betha Nursery. http://e-
kopwansbw.com/produk/pupuk-guano-betha-nursery .[acces, 16 Februari
2011]

Istiyastuti, Triyono Yanuharso.1996.Berbudi Daya Aneka Tanaman


Pangan.Bandung:Trigenda Karya.
Payne Junaidi, Charles M Francis, Karen Phillipps, Sri Nuraini
Kartikasari.2002.Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah,
Sarawak&Brunei Darussalam.Malaysia:The Sabah Society.
Prahana, Naim Emel. 2008. Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya.
http://anokjang.multiply.com/reviews/item/50. [acces, 19 Februari 2011]
Soemadji.1994.Zoologi.Jakarta:Universitas Terbuka, Depdikbud.

Suwarno&Komaruddin Idris.2007.Potensi dan Kemungkinan Penggunaan Guano


Secara Langsung sebagai Pupuk di Indonesia. Bogor: Jurnal Tanah dan
Lingkungan.
Turyanto.2008.Bawang Merah, Urat Nadi Warga Brebes.
http://turyanto.files.wordpress.com/2008/Bawang Merah, Urat Nadi Warga
Brebes.html {diakses 16 Februari 2011}
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Ketua Pelaksana Program
a. Nama Lengkap : Shinta Widyastuti
b. Tempat, tanggal lahir : Tegal, 11 Januari 1992
c. NIM/Tahun Angkatan: 44014061/2009
d. Program Studi : Pendididkan Biologi, S1
e. Fakultas : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
f. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang
2. Anggota Pelaksana I
a. Nama Lengkap : Indras Kurnia Setiawati
b. Tempat, tanggal lahir : Brebes, 2 September 1991
c. NIM/Tahun Angkatan: 4201409083/2009
d. Program Studi : Pendidikan Fisika
e. Fakultas : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
f. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang
3. Anggota Pelaksana II
a. Nama Lengkap : Nur Hapipah
b. Tempat, tanggal lahir : Tegal, 27 September 1992
c. NIM/Tahun Angkatan: 2601410022/2010
d. Program Studi : Pendidikan Bahasa Jawa
e. Fakultas : Fakultas Bahasa dan Seni
f. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Semarang

Semarang, Februari 2011

Ketua Pelaksana

Shinta Widyastuti

NIM. 4401409061

Anda mungkin juga menyukai