Anda di halaman 1dari 5

Dr.

Robyn Cosford : GANGGUAN PERILAKU BISA


DISEBABKAN OLEH MAKANAN

CHILDREN ALLERGY CENTER


INFORMASI DAN EDUKASI ALERGI PADA ANAK : Atasi alergi bukan dengan obat tapi identifikasi dan
hindari penyebabnya. 

Posted by: Indonesian Children | December 6, 2009

GANGGUAN PERILAKU BISA DISEBABKAN OLEH MAKANAN

Anak mudah tersinggung, sering mengamuk, gelisah, sulit konsentrasi? Hal ini bisa disebabkan
oleh makanan yang  sering dimakan akhir-akhir ini. Gejalanya  anak mudah sekali mengamuk
tanpa alasan yang jelas,jika kambuh sering rewel,marah-marah,sering disekolah dianggap
sebagai anak yang nakal. menghindari makanan seperti keju, susu sapi dan tepung-tepungan
selama beberapa waktu. Hasilnya, berangsur-angsur terjadi perubahan perilaku sehinga anak
tidak mudah marah dan mudah untuk berkonsentrasi.
 Menurut Dr. Robyn Cosford, peneliti dari Australian College of Nutritional and Environmental
Medicine dan pengajar di University of Newcastle, Australia, menjelaskan bahwa otak dan usus
halus memiliki hubungan yang spesial. Usus sering dianggap sebagai “otak kedua.”

“Sistem saraf tubuh yang terbesar kedua setelah otak, dan lebih dari 60 persen sistem imunitas
tubuh berpusat di sistem pencernaan. Usus terhubung dengan otak melalui neurotransmitter dan
di ususlah hormon membuat bahagia seperti serotonin diproduksi.” Ujar Cosford.

Penyebab umum gangguan otak adalah abnormalitas flora usus. Usus adalah “rumah” bagi
bakteri-bakteri yang ada di dalam tubuh. Jika jumlah bakteri-baik dalam usus tinggi, maka
produksi nutrisi yang berfungsi untuk menjaga kesehatan dan membantu proses metabolisme
berjalan lancar.

Bakteri-baik juga berperan dalam melindungi dinding usus, menetralkan toksin, dan
meningkatkan sistem imunitas. Jika jumlah bakteri-jahat dalam usus meningkat (yang
disebabkan antara lain oleh pola makan modern, “Pola bakteri usus bayi sama dengan ibunya”)
menjadi lebih banyak dari pada bakter-baik, maka sistem imunitas dalam perlindungan terhadap
dinding usus akan melemah. Tubuh juga kehilangan nutrisi penting yang diserap dari makanan.

Bakteri-jahat memproduksi toksin yang dapat menghancurkan dinding usus sehingga terjadi
“kebocoran usus” (leaky gut). Jika usus bocor, toksin akan masuk ke pembuluh darah dan
mengalir menuju ke otak sehingga terjadi peradangan (inflamasi) di otak yang menghambat
proses metabolisme otak. Akibatnya otak dan usus mengalami kekurangan gizi.
Dr. Cosford menyatakan bahwa ketika usus atau otak mengalami kurang gizi, proses
metabolisme neurotransmitter tidak akan berfungsi dengan baik. Inilah yang kemudian
berkembang menjadi gangguan psikologis dan saraf. Gangguan pada fungsi otak menyebabkan
gejala-gejala sulit konsentrasi, mudah lupa, cepat marah, mudah panik, paranoid, dll.

Teori lain yang menjelaskan hubungan antara gangguan pencernaan dengan gangguan perilaku
adalah gut brain axis theory (teori gangguan perut dan otak) pada penderita autis.

Menurut Dr. Widodo Judarwanto dari Chldren allergy center Jakarta, gangguan pada
saluran cerna akan menyebabkan diproduksinya zat semacam morfin dan beberapa mediator
kimia lainnya yang dapat mengganggu fungsi otak dan mempengaruhi perilaku anak.

Jika Neurotransmitter Terganggu

Gangguan perilaku sebenarnya bisa diatasi asalkan mengetahui cara memilih makanan yang
tepat. Menurut Andang Gunawan, ND, ahli terapi nutrisi, hubungan antara konsumsi makanan
dengan gangguan perilaku berkaitan dengan neurotransmitter. Neurotransmitter adalah kimia
otak yang berfungsi sebagai pembawa pesan atau sinyal antar sel-sel saraf tubuh.
Neurotransmitter juga ada di otak mau pun di pencernaan. Pesan yang diterima neurotransmitter
pencernaan akan ditransfer melalui neurotransmitter-neurotransmitter sampai mencapai
neurotransmitter otak.

Neurotransmitter terbentuk dari asam amino triphopan, vitamin B6, vitamin C dan beberapa jenis
mineral. Pembentukannya sangat tergantung pada pasokan makanan. Jika salah satu atau
beberapa bahan dasar tersebut asupannya rendah, maka pembentukan fungsi neurotransmitter
akan terganggu

Kenapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana mengatasinya? Schizophrenia (kepribadian ganda),
mudah cemas, depresi, gangguan konsentrasi belajar, gangguan tidur, agresivitas dan emosi yang
meningkat.

 Kenali Makanan Penyebabnya

Jenis makanan yang umumnya menimbulkan gangguan perilaku adalah makanan olahan yang
mengandung zat-zat aditif atau sintetis. Dan efeknya bergantung kepada daya tahan masing-
masing individu (bagi orang yang sensitive sekali, reaksinya akan langsung muncul dalam
bentuk gangguan perilaku). Zat-zat aditif dan zat-zat kimia sintetis ini sifatnya memblok atau
meng – ganggu neurotransmitter otak dengan cara meniru cara kerja neurotransmitter otak.
Sehingga mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat aditif dan zat-zat sintetis akan
menyebabkan timbulnya perilaku yang tak terkendali seperti mudah marah, beringas atau loyo.
Bahan makanan tertentu seperti terigu (biskuit dan roti), susu dan makanan yang mengandung
MSG juga dapat menimbulkan gangguan perilaku pada orang-orang tertentu.
 
Dr. Natasha Campbel McBride, ahli gizi sekaligus ahli saraf Amerika dalam bukunya “Gut
And Psychology Syndrome menyatakan bahwa makanan yang mengandung kasein dan gluten
dicurigai dapat mempengaruhi kesehatan usus pada orang-orang tertentu, terutama pada
penderita autis. Kasein adalah protein yang terkandung dalam susu dan produk makanan dan
oats, misalnya tepung terigu, roti, oatmeal dan mie.

Bagi penderita autis, gluten dan kasein dianggap sebagai racun karena tubuh penderita autis tidak
menghasilkan enzim untuk mencerna kedua jenis protein ini. Akibatnya protein yang tercerna
dengan baik akan diubah menjadi komponen kimia yang disebut opioid atau opiate. Opiaid
bersifat layaknya obat-obatan seperti opium, morfin, dan heroin yang bekerja sebagai toksin
(racun) dan mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas. Penderita gangguan perilaku yang
terkait dengan gangguan pencernaan seperti autis disarankan untuk menjalani diet bebas gluten
dan kasein atau diet GFCF (gluten free/ casein free) selama 3-6 bulan.

Perubahan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi merupakan cara yang efektif untuk
mengatasi gangguan perilaku. Tapi karena makanan penyebab gangguan perilaku ini berbeda
untuk masing-masing orang, sebaiknya Anda harus benar-benar menandai dan mengenali jenis
makanan penyebab gangguan perilaku. Dan yang juga sangat perlu diketahui, gangguan perilaku
yang disebabkan makanan bisa terjadi pada orang dewasa!

Nah, kenali makanan yang bisa membahayakan neurotransmitter Anda dan jagalah kesehatan
pencernaan Anda dengan menjalankan pola makan yang benar. Yogurt, kefir, susu fermentasi
dapat meningkatkan bakteri baik dalam usus. Jangan lupa mengkonsumsi sayuran, buah-buahan
sebagai sumber vitamin, mineral dan antioksidan.
4 Jenis Neurotransmitter

Ada 4 jenis neurotransmitter yang berhubungan dengan perilaku dan makanan, yaitu:Serotonin,
yang mempengaruhi nafsu makan dan mood. Jika kurang akan membuat sedih, lemah, malas.
Jika berlebihan akan membuat beringas dan hiperaktif.Asetilkolin, mempengaruhi kemampuan
konsentrasi dan belajar.Dopamin & neropinefrin, menjaga agar tetap bersemangat, waspada,
termotivasi, dan kuat menjalani aktivitas.
Pola Bakteri Usus Bayi Sama Dengan Bayinya

Kesehatan pencernaan juga dipengaruhi oleh pola makan dan pelayanan kesehatan modern. Pola
makan modern yang gemar mengkonsumsi makanan instan dan mengandung gula yang diproses
(refined sugar) akan memberi makan kepada bakteri jahat.

Bahan aditif seperti MSG, zat pengawet dan zat pewarna juga berpengaruh pada
perkembangbiakan bakteri jahat. Konsumsi obat dan antibiotik yang berlebihan juga akan
menghancurkan. Konsumsi obat dan antibiotik yang berlebih juga akan menghancurkan bakteri
baik dan menghancurkan bakteri jahat untuk semakin banyak berkembang. Polusi lingkungan,
bahan kimia, logam berat dan toksin dalam makanan juga menyebabkan gangguan pada pola
koloni bakteri yang hidup dalam usus.

Menurut Dr Cosford, pola koloni bakteri di dalam usus seseorang ditentukan saat kelahiran.
“Ketika bayi dilahirkan secara normal lewat vagina ibunya, bayi itu akan mendapatkan pola
bakteri yang sama dengan ibunya. Jika ibunya mempunyai pola bakteri yang baik, maka bayi itu
juga akan mempunyai pola bakteri yang baik. Tetapi kenyataannya, gaya hidup modern membuat
pola bakteri dari ibu hamil zaman sekarang justru semakin buruk.”
Pola makan modern dan konsumsi aneka obat serta suplemen yang diberikan kepada ibu hamil
akan mengubah pola bakteri usus dan berpengaruh pada pola bakteri bayi yang dilahirkan.

Di zaman sekarang banyak bayi yang dilahirkan lewat operasi caesar, padahal ini juga akan
berpengaruh pada pola bakteri usus bayi. Dr. Cosford mengatakan bahwa bayi yang lahir lewat
operasi caesar bahkan sama sekali tidak mendapat bakteri usus dari ibunya. Bayi ini akan
memiliki pola bakteri yang sama sekali berbeda dari ibunya dan biasanya akan menyebabkan
kondisi kesehatan bayi kurang baik dibandingkan bayi yang lahir normal.

Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan awal kelahiran merupakan solusi dan kesempatan
terbaik untuk meningkatkan populasi bakteri baik dalam usus bayi demi kesehatannya di masa
depan. Menurut penelitian, bayi yang diberi susu formula memiliki resiko lebih besar terkena
infeksi telinga, alergi, asma dan masalah kesehatan dibandingkan bayi yang diberi ASI ekslusif.
Karena itu, sebaiknya tetap berikan ASI eksklusif pada bayi Anda, terutama bila dilahirkan lewat
operasi caesar. Dan jangan lupa, tingkatkan konsumsi minuman probiotik seperti yogurt, kefir,
dan susu fermentasi lainnya untuk meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus.

Provided by
children’s ALLERGY CLINIC

JL TAMAN BENDUNGAN ASAHAN 5 JAKARTA PUSAT, JAKARTA INDONESIA


10210

PHONE : (021) 70081995 – 5703646

htpp://www.childrenallergyclinic.wordpress.com/ 

Clinical and Editor in Chief :

dr Widodo Judarwanto

Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute
for professional medical advice. You should not use the information on this web site for
diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product
packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your
professional healthcare provider.
Copyright © 2009, Children Allergy Clinic Information Education Network. All rights
reserved.

Anda mungkin juga menyukai