Anda di halaman 1dari 4

Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Surveilans Gizi DETERMINAN DAN VARIABEL OBESITAS

KELOMPOK 2 : 1. Ian Kuswendi 100810117 2. Lailis Saadah 100810342 3. Rona Laksmi 100810345 4. Santi Wahyuni 100810346 5. Nur Hidayati 100810347 6. Stephany P. 100810349 7. Meilisa Purnama 100810350 8. Ana fauziah 100810351 9. Kharisma Farizza 100810355 10. Amelia Puspitasari 100810356 11. Ovy Puspitasari 100810357 12. Era Puspitasari 100810359 13. Nanda P. 100810360 14. Titis Widya Kristi 100810361 15. Meyra K.H. 100810362 16. Budi Eko S. 100810363 17. Marinda Wibisono 100810364 18. Novi Turendah 100810365 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 2010 Siklus obesitas manusia dimulai sejak masih dalam kandungan. Sebuah penelitian t erbaru menemukan bahwa wanita hamil yang kelebihan berat badan, merokok, dan mem iliki kebiasaan makan yang buruk, meningkatkan risiko obesitas pada anak-anak me reka di masa depan, meskipun saat lahir berat bayi masih kurang. Times Magazine melansir bahwa satu dari 10 anak di bawah usia dua tahun kelebihan berat badan. Penelitian lain yang dilakukan sedasawarsa lalu menunjukkan anak-anak yang lahir dari ibu yang menderita diabetes selama hamil (gestational diabetes) cenderung memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi sepanjang masa kanak-kanak mereka . Itulah sebabnya, wanita dengan kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badan sebelum kehamilan. Hal ini penting untuk mencegah risiko diabetes p ada anak-anak mereka. FAKTOR DETERMINAN OBESITAS 1. Faktor Internal a. Genetik Merupakan faktor keturunan dari orang tua yang sulit dihindari. Bila ayah atau i bu memiliki kelebihan berat badan, maka hal ini dapat diturunkan pada anak. Jika kedua orang tua mengalami obesitas maka kemungkinan anak menjadi obes yaitu 80% dan jika salah satu orang tua maka kemungkinannya 40%. Faktor genetik merupakan faktor yang paling dominan, faktor ini sudah menjadi garis keturunan seseorang. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gay a hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisah kan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahw a rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. b. Bangsa atau suku Keturunan atau latar belakang pada suatu bangsa atau suku akan berpengaruh besar baik secara langsung atau tidak langsung misalnya kebiasaan makan makanan yang mengandung banyak energi dan kurang olahraga c. Gangguan emosi Sebab terpenting timbulnya obesitas pada anak-anak dan remaja yaitu misalnya ana

k yang sedang bersedih dan memisahkan diri dari lingkungan timbul rasa lapar yan g berlebih sebagai kompensasi terhadap masalahnya. Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang ge muk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan be rat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999). Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang dengan berat b adan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang, dengan menyajik an kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang meng undang emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah seks ual dan sebuah ceramah yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan kripik setela h menyaksikan film yang tegang dibanding setelah menonton film yang membosannkan . Sedangkan pada orang dengan berat badan kurang selera makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang maupun film yang membosankan. d. Kerusakan pada salah satu otak Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak y ang disebut hipotalamus sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubu ngan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga lebi h mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus late ral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus ventr omedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat ken yang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menola k untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan mi num (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseor ang akan menjadi rakus dan kegemukan. e. Faktor kesehatan Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya: Hipotiroidisme Sindroma Cushing Sindroma Prader-Willi Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan. f. Obat-obatan Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan. g. Faktor perkembangan Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertamb ahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lem ak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel. 2. Faktor Eksternal a. Makanan cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak seb agian besar menyukai makanan cepat saji atau fast food bahkan banyak anak yang a kan makan dengan lahap dan menambah porsi bila makan makanan cepat saji. Padahal makanan seperti itu umunya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabk an obesitas. Orang tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang pra ktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka walaupun kandungan gizinya bur uk untuk anak. Makan cepat saji meski rasanya nikmat namun tidak memiliki kandun gan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan cepat saj i sering kita sebut dengan istilah junk food atau makanan sampah. Selain itu kes ukaan anak-anak pada makanan tingan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan

b. Minuman ringan Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki k andungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkon sumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini. c. Kurangnya aktivitas fisik Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu permainan anak umumnya adalah p ermainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Te tapi hal itu tergantikan dengan game, elektronik, komputer, internet atau televi si yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan d. Pola makan berlebihan Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dala m jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada mala m hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge m irip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang tel ah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindrom a makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikut i dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari. Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan norma l terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya w aktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan m akan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka suli t untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah ra ga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan u ntuk mempertahankan fungsi minimal tubuh.Meski aktivitas fisik hanya mempengaruh i satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga, kalori terbakar. Makin banyak berolahraga maka s emakin banyak kalori yang hilang.Kalori secara tidak langsung mempengaruhi siste m metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu si klus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kur ang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaru hi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut.Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan j uga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal. nggung jawab d ua pertiga dari pengeluaran energi orang normal. e. Lingkungan Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemak muran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Sela ma pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang ob esitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemuk an. Variabel Obesitas 1. Variabel Bebas a. Pola makan Pola makan dengan indikator kualitatif meliputi penaksiran apa saja yang dikonsumsi dalam satu hari (24 jam), apa saja jenis makanan yang dikonsumsi, be rapa jumlah konsumsinya dan frekuensi konsumsinya. Penghitungan ini bisa dilakuk an dengan metode Recall, Dietary Record dan metode yang lainnya. b. Kegiatan/aktivitas Fisik Aktivitas fisik dengan indikator tipe atau klasifikasi aktivitas fisik, durasi ( lama waktu ), frekuensi aktivitas fisik.

No Variabel Subvariabel Indikator 1. Pola Makan a. Konsumsi Pangan Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Kebiasaan makan dan Frekeunsi makan b. Preferensi Pangan Kesukaan atau pilihan te rhadap pangan yang dipengaruhi : kondisi fisik dari pangan dan informasi media m assa 2. Aktivitas Fisik a. Klasifikasi atau tipe aktifitas fisik b. Durasi ( lama waktu) c. Frekuensi aktivitas fisik Aktivitas fisik Ringan Aktivitas fisik sedang Aktivitas fisik berat 2.Variabel Terikat 1. Asupan lemak 30 % dari keseluruhan jumlah kalori yang dikonsumsi. Kondisi tersebut dinilai berdasarkan : a. Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index = BMI) > 30 BMI=BB(kg)/TB2 (m2), dengan penilaian sbb: BMI 30.0 34.9 : Obesitas tingkat I BMI 35.0 39.9 : Obesitas tingkat II BMI > 40.0 : Obesitas kelas II b. Lingkar pinggang Pria 90 cm dikatakan memiliki indikasi obesitas, sedangkan pada wanita 80 cm. P engukuran ini dilakukan tepat di bawah tulang pinggul. c. Daftar Proporsi Obesitas Obesitas Obesitas Pustaka Berat Bedan ringan : kelebihan berat badan 30-40% sedang : kelebihan berat badan 41-100% berat : kelebihan berat badan >100%

Hudha, Luthfiana Arifatul. 2006. Hubungan antara Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Obesitas Remaja Kelas II SMP Theresiana I Yayasan Bernadus Semarang. Dalam http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH87e5.dir/doc.pdf di akses tanggal 30 Maret 2011 [05.30] Yatim, Faisal. 2005. 30 Gangguan Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah. Jakarta: Pust aka Populer Obor.

Anda mungkin juga menyukai