Anda di halaman 1dari 10

7.

SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM) II

1. TEORI DASAR

Penyemenan suatu sumur merupakan salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya dalam suatu operasi pemboran. Berhasil atau tidaknya suatu pemboran, salah satu diantaranya adalah tergantung dari berhasil atau tidaknya penyemenan sumur tersebut. Penyemenan sumur secara integral, merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam suatu operasi pemboran, baik sumur minyak maupun gas. Semen ter-sebut digunakan untuk melekatkan rangkaian pipa selubung dan mengisolasi zona produksi serta mengantisipasi adanya berbagai masalah pemboran. Perencanaan penyemenan meliputi : Perkiraan kondisi sumur (ukuran, tem-peratur, tekanan, dsb.) Penilaian terhadap sifat lumpur pem-boran Pembuatan suspensi semen (slurry de-sign) Teknik penempatan Pemilihan peralatan, seperti centralizers, scratchers, dan float equipment

Program perencanaan penyemenan secara tepat, merupakan hal pokok yang akan mendukung suksesnya operasi pemboran. Pada dasarnya operasi penyemenan bertujuan untuk : 1. Melekatkan pipa selubung pada dinding lubang sumur, 2. Melindungi pipa selubung dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi pem-boran (seperti getaran), 3. Melindungi pipa selubung dari fluida formasi yang bersifat korosi, dan

4. Memisahkan zona yang satu terhadap zona yang lain dibelakang pipa selubung.

1.1 KOMPONEN, KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SEMEN

Komponen utama semen Portland diperlihatkan oleh Tabel 7-1. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa C3S dan C2S merupakan komponen utama. C3S memiliki laju hidrasi yang paling tinggi dan berpengaruh pada sifat ketahanan semen secara keseluruhan. C2S merupakan komponen yang tidak begitu reaktif dan berpengaruh pada peningkatan kekuatan semen secara bertahap. C3 A berpengaruh pada pengerasan awal karena sifat hidrasinya yang cepat. C4AF hampir sama dengan C3A akan tetapi sangat tergantung pada temperatur dan persentase additif.

Tabel 1. Komposisi Kimiawi Komponen Penyusun Semen

Komponen Tricalcium Silicate Dicalcium Silicate Tricalcium Aluminate Tetracalcium Aluminofferite Oksida lain (gipsum, magnesium, sulfat, khusus lainnya CaO dan additif

Rumus Kimia 3CaO.SiO2 2CaO.SiO2 3CaO.Al2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3

Nama Dagang C3S C2S C3A C4AF

Jumlah 50% 25% 10% 10% 5%

Bahan dasar pembuatan semen diambil dari batuan jenis Calcareous dan Argillaceous seperti limestone, clay dan shale, serta jenis bahan lainnya dengan kandungan kalsium karbonat yang tinggi. Suspensi semen yang dipompakan ke dalam lubang sumur terdiri dari : Semen, Jenis semen yang biasa digunakan adalah semen potland Additiv khusus zat tambahan ini digunakan untuk mengatur karakteristik semen, seperti tickening time, densitas dan compressive strengths. Air air merupakan bagian yang penting dalam penyemenan, sehingga sample semen dan air harus ditest sebelum digunakan dalam penyemenan yang sebenarnya.

Tabel 2 Komposisi Semen berdasarkan Standar API


Class Compounds, % Fineness, WaterCement API A B C D G H J C3S 53 47 70 26 52 52 53,8 SiO2 C2S 24 32 10 54 32 32 C3A 8 3 3 2 8 8 38,8 CaO C4AF 8 12 13 12 12 12 sq cm/g 1500-1900 1500-1900 2000-2400 1100-1500 1400-1600 1200-1400 1240-2480 Ratio 0,46 0,46 0,56 0,38 0,44 0,38 0,44 0,435

Tabel 3.

Sifat Semen berdasarkan Standar API


Cement Class Mix Water, gal/sack Slurry Density, lb'gal Slurry Yield, cu-ft/sack A C G H 5,2 6,3 5,0 4,3 15,6 14,8 15,8 16,5 1,18 1,32 1,15 1,05 Approx Thickening Time, 113 F, hr 2 1 1 2
o

24-hr Comp Strength, 110 o F, psi 4000 2700 3000 3700

1.2. JENIS PENYEMENAN Berdasarkan alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua, yaitu primary cementing, dan squee-ze cementing. Primary Cementing Merupakan penyemenan pertama kali yang dilakukan setelah pipa selubung diturunkan kedalam sumur. Penyemenan antara formasi dengan pipa selubung bertujuan untuk : 1. Melindungi formasi yang akan dibor dari formasi sebelumnya dibelakang pipa selubung yang mungkin bermasalah . 2. Mengisolasi formasi tekanan tinggi dari zona dangkal sebelumnya. 3. Melindungi daerah produksi dari water-bearing sands. Suspensi semen biasanya ditempatkan dibelakang pipa selubung. Suatu kondisi pemboran tertentu mungkin mengharuskan untuk penyemenan annulus tanpa penyemenan annulus secara keseluruhan. Penyebab yang umum adalah adanya zona lost circulation yang memungkinkan semen bersirkulasi kembali keatas. Sebab lain yang mungkin adalah kesalahan dalam pembuatan suspensi semen. Liner disemen dengan suspensi semen yang lebih ringan daripada rangkaian pipa selubung. Pada saat liner diturunkan kedalam lubang sumur, suspensi semen

harus langsung dipompakan. Pensirkulasian suspensi semen dengan volume berlebih dapat me-nyebabkan masalah-masalah pemboran, antara lain : 1. Jika suspensi semen dengan volume berlebih disirkulasikan keatas melalui annulus, mungkin akan diperlukan waktu tambahan, dimana kemungkinan semen akan mengeras di annulus. 2. Sedangkan jika suspensi semen dengan volume berlebih tersebut sirkulasinya dikembalikan melalui pipa bor, tekanan hidrostatik dan tekanan friksi pada dudukan pipa selubung akan menyebabkan terjadinya lost circulation.

Squeeze Cementing Untuk menyempurnakan dan menutup rongga-rongga yang masih ada setelah primary cementing, dapat dilakukan squeeze cementing. Aplikasi pokok untuk squeeze cementing antara lain adalah : 1. Menyempurnakan primary cementing ataupun untuk perbaikan terhadap hasil penyemenan yang rusak. 2. Mengurangi water-oil ratio, gas-oil ratio dan water-gas ratio 3. Menutup kembali zona produksi yang diperforasi apabila pemboran mengalami kegagalan dalam mendapatkan minyak. 4. Memperbaiki kebocoran pada pipa selubung 5. Menghentikan lost circulation yang terjadi pada saat pemboran berlangsung Pertimbangan yang paling penting dalam operasi squeeze cementing adalah teknik penempatan dan pembuatan suspensi semen yang akan digunakan. Squeeze cementing juga dapat digunakan untuk menurunkan ratio fluida produksi. Volume gas yang besar memungkinkan untuk terjadinya pengurangan tekanan reservoir lebih cepat, bersamaan dengan pembentukan harga pemisah yang berlebih pada fasilitas produksi permukaan oleh volume air yang besar. Bagian perforasi tertentu mungkin harus ditutup dengan pemompaan suspensi

semen, sehingga volume gas dan air dapat dikurangi dengan penyemenan dibagian atas dan bawah perforasi secara berurutan Lost circulation seringkali dapat diatasi dengan squeeze cementing, dengan catatan proses penyemenan harus sesuai dengan jenis lost circulation yang terjadi. Ada empat metode squeeze cementing yang saat ini digunakan, yaitu bradenhead methods, packer squeeze methods, balanced plug methods, dan dump bailer methods.

a. Bradenhead Method Dalam metode ini drill pipe diturunkan hingga berada tepat diatas perforasi (atau zona) yang akan mendapatkan squeezed off. Kemudian semen ditempatkan guna menutupi zona tersebut. Pipe rams lalu ditutup dan diterapkan tekanan hasil perhitungan dari permukaan guna melakukan squeeze off terhadap perforasi tersebut. b. Packer Squeeze Method Pada metode ini retrievable packer atau retainer packer diturunkan hingga berada tepat diatas zoana yang akan di sqieezed off. Retrievable packer, ditempatkan pada pipa bor. Retainer packer dijalankan dengan wire line dan diset dengan special setting kit. Jika volume total semen telah di squeezed off, maka semen berlebih harus dipompakan agar kembali sehingga tidak akan menyemen pipa bor. c. Hesitation Squeeze Metode ini secara khusus digunakan pada zona dengan permeabilitas rendah. Sebuah pipa bor digunakan dalam menempatkan semen sepanjang zone of interest dan bubur semen dipompa dan dihesitasi. d. Plugging-back Operation Operasi ini meliputi penempatan cemen plug sepanjang zona yang akan di plug off.

Plug semen digunakan untuk : Meninggalkan lower depleted zones. Plug off atau meninggalkan seluruh sumur atau sebagian dari sebuah open hole. Memberikan kick of point untuk operasi side track drilling. Menutup zona lost circulation pada open hole. e. Balanced Plug Method Pada metode ini hanya digunakan pipa bor. Pre-flush dipompakan sebelum semen dan lalu diikuti oleh fluida pembatas (spacer). Prinsipnya adalah menempatkan kolom semen pada pipa bor yang tingginya harus sama dengan yang terdapat pada annulus.

1.3. METODE PENYEMENAN Berdasarkan pada metode yang digunakan, proses penyemenan dapat dibedaka menjadi dua jenis, yaitu single stage cementing, dan multy stage cementing. a. Single Stage Cementing Single stage cementing umumnya digunakan untuk melakukan penyemenan terhadap pipa konduktor dan surface. Sejumlah lumpur disiapkan dan dipompakan ke dalam casing. Perlu dicatat pula bahwa seluruh bagian internal dari peralatan casing, termasuk float shoe, wiper plug dan lain sebagainya merupakan peralatan yang dengan mudah dapat hancur bila dibor. b. Multi Stage Cementing Multi stage cementing diterapkan pada penyemenan rangkaian casing yang panjang khususnya guna : Mengurangi tekanan total pemompaan .

Mengurangi tekanan total hidrostatis pada formasi-formasi lemah sehingga tidak terjadi atau terbentuk rekahan. Memungkinkan pemilihan penyemenan daripada formasi. Memungkinkan penyemenan keseluruhan total panjang casing. Memastikan penyemenan efektif di sekeliling shoe dari rangkaian casing sebelumnya. Pada multi stage cementing sebuah stage cementer dipasang pada posisi tertentu pada rangkaian casing. Posisi stage cementer ditentukan oleh panjang total kolom semen dan kekuatan formasi. Untuk pekerjaan two-stage cementing, sebuah one-stage cementer digunakan pada rangkaian casing. Casing lalu diturunkan ke dasar lubang. Kemudian casing disirkulasikan dengan sejumlah volume sebesar dua kali kapasitas lubang. Tahap pertama penyemenan ditujukan sebagai operasi tahap tunggal, akan tetapi bagian top kolom semen berakhir tepat dibawah stage cementer. Tahap kedua diawali dengan menjatuhkan sebuah opening bomb dari permukaan sehingga memungkinkan untuk jatuh pada opening seat pada stage collar. Saat bomb telah ditempatkan, tekanan pemompaan sebesar 1200 - 1500 psi diatas tekanan sirkulasi diterapkan pada penyeretan pin penahan dan memungkinkan sebuah bottom sleeve bergerak turun. Gerakan sleeve akan membuka terminal, sehingga menetapkan hubungan antara bagian dalam (internal) casing dengan annulus. Lumpur kemudian disirkulasikan guna mengkondisikan sumur yang ditujukan untuk memulai tahap kedua. Volume semen yang diperlukan untuk tahap kedua lalu dipompakan dan diikuti dengan sebuah closing plug. Bubur semen melewati terminal dari stage cementer dan akan ditempatkan pada annular area. Jika plug telah mencapai stage cementer maka tekanan sebesar 1500 psi diatas tekanan yang diperlukan untuk mensirkulasikan semen diterapkan pada closing plug sehingga

mendorong upper sleeve turun dan dengan demikian akan menutup terminal dan menyekat ruang antara casing dengan annulus. Sehingga dengan demikian keseluruhan rangkaian casing telah disemen.

1.4. MEKANIKA PENYEMENAN Persiapan dan pemompaan bubur semen Tergantung pada kedalaman lubang dan temperatur dasar lubang yang diperkirakan, additiv kimia yang ditambahkan untuk mengontrol sifat-sifat semen yang akan dimiliki setelah semen mengeras. Bubur semen disiapkan dengan mencampurkan semen kering dengan sebuah water jet. Hasil campuran diarahkan ke dalam sebuah tangki, dimana akan diuji densitas dan viskositasnya. Bubur semen kemudian dihisap oleh sebuah pompa tripleks yang kuat dan dipompakan pada tekanan tinggi sehingga masuk ke dalam casing melalui cementing head. Cementing head menghubungkan top dari casing dengan unit pompa. Pada alat ini terdapat dua katup penahan yang berfungsi menahan top dan bottom wiper plugs. Alat ini juga dilengkapi dengan sebuah manifold yang dapat dihubungkan dengan unit pompa semen atau sebuah pompa rig. Operasi penyemenan berlanjut dengan membuka katup penahan bottom wiper plugs dan mengarahkan bubur semen melewati top valve. Kemudian bubur semen akan mendorong bottom plug masuk ke dalam casing sampai plug mencapai dan duduk diatas float collar. Pemompaan diteruskan hingga meruntuhkan diafragma sentral pada plug yang akan memungkinkan semen agar dapat mengalir lewat dan menempati sekeliling casing. Jika volume keseluruhan semen telah tercampur, maka pemompaan dihentikan dan top wiper plug ditempatkan pada cementing head. Kemudian lumpur pemboran dipompakan melalui top valve, yang akan mendorong top wiper plug turun

ke dalam casing. Jika top plug telah mencapai bottom plug maka sumur ditutup dan bubur semen dibiarkan agar mengeras.

Anda mungkin juga menyukai