Anda di halaman 1dari 2

Ki Ajhari

Ki Ajhari adalah sosok kiayi yang mempunyai ilmu laduni. ilmu ini diperoleh suatu ketika ketika Ki Ajhari sedang mengembalakan kambing ada makanan yang ia temukan di hutan. Makanan yang ia makan adalah hidangan dari surga, setelah kejadian itu Ki Ajhari mempunyai kemampuan pengetahuan tanpa belajar. Adapun karomah ki ajhari diantaranya : Ulama dan Kiyai yang ada di tatar Tangerang dan sekitarnya pada jaman beliau ketika menghadapi masalah selalu minta fatwa kepada beliau. Suatu hari dating seorang tamu yang hendak bertanya dan meminta fatwa apakah lauk (ikan) peda itu hukumnya haram, hal ini dikarenakan bahwa ketika makan ikan peda kotorannya selalu tidak buang, langsung dimasak. Ketika baru masuk, sang tamu dipersilahkan untuk langsung makan bersama Ki Ajhari, dalam kesempatan itu, sebelum tamu bertanya, Ki Ajhari langsung memanggil istrinya untuk menyuguhkan ikan peda. Sang tamu-pun langsung menemukan jawabannya. Inilah yang anugrah yang diberikan Allah kepada Ki Ajrai tentang hal yang bakal terjadi. Pada suatu ketika ada orang yang mau berkorbang kambing ke Ki Ajhari di Lengkong, saudara orang yang berkorbang mengalangi dan agar tidak berkorban ke Ki Ajhari. Ketika orang tersebut memmbawa kambing dan sampai di kediaman Ki Ajhari, beliau menyuruh agar kambing tersebut tidak di potong di Lengkong melainkan di kampunng halaman oaring yang berkorbar. Karena kemurahan hati Ki Ajhari suatu ketika ada tukang menteng, karena merasa iba Ki Ajhari membeli semua menteng itu, padahal menteng itu semuanya masam. Ki Ajhari pernah berwudhu di atas punggung buaya sewaktu mengambil air wudhu untuk sembahyang subuh. Lengkong Ulama, Pagutan, Rumpak Sinang sejaman dulu adalah tempat para ulama berkumpul. Jika ada permasalahan di Rumpak Sinang atau Pagutan maka sering Kiyai di Rumpak Sinang dan Pagutan mengutus santerinya untuk menenyakan perihal permasalahan kepada Ki Ajhari. Sering terjadi ketika Kiyai dari Pagutan hendak menyampaikan surat berisi pertanyaan seputar agama, maka Ki Ajhari sudah menuliskan jawabannya, biasanya Ki Ajhari mengutus santerinya untuk memberikan jawabannya, padahal santeri dari Pagutan belum sampai. Akibatnya antara santeri Pagutan dan Lengkong bertemu di Leuweng. Sebelum santeri dari Pagutan memberikan suratnya, santeri Ki Ajhari langsung memberikan surat jawaban dari Ki Ajhari. Ki Ajhari meninggal dalam perjalan pulang dari Kademangan di daerah Kibasale (Sampora) setelah mengambil air wudhu. Jenajahnya di bawa oleh kusir/pakatinya yang bernama Ki Ahmad (ayah dari H.Subki) dengan mengandari delman kendaraan Ki Ajhari. Peninggalang Ki Ajhari adalah stempel, mangkok dan kitab jalalen yang masih dirawat oleh cucunya yang bernama Ust.Daud bin Tabrani bin Ki Ajahari. Turunan Ki ajhari banyak menyebar di daerah Lengkong dan sekitar Tangerang, bahkan ada yang tinggal di Belanda.

Ki Mustaqim Ki Mustaqim adalah ulama yang selalu berjikir dalam hati setiap waktu. Alas yang digunakan ketika ia tidur adalah batok kelapa, hal ini dimaksudkan agar ketika ia berjikir, ia ngantuk maka kepala beliau langsung jatuh dari batok itu. Maka iapun langsung bangkit untuk mengambil air wudhu dan berjikir kembali walau dalam keadaan berbaring. Suatu ketika Ki Mustaqim pergi ke Tangerang, entah tanpa sengaja ada semut yang menempel di pundak beliau, ketika ia sampai di Lengkong betapa kaget beliau melihat ada semut yang menempel di pundak beliau. Ki Mustaqim langsung pergi ke Tangerang lagi dan mengembakikan semut yang menempel tadi ke tempat asalnya sambil berkata hai semut, ini tempat tinggal kamu, di sini banyak teman dan kerabatmu. Ki Muhtar Hal ini dialami oleh banyak orang Lengkong, suatu ketika rombongan orang Lengkong hendak ke Bogor, sebelum berangkat mereka bertemu dengan Ki Mukhtar dan mengajaknya untuk bersama-sama pergi ke Bogor. Ki Mukhtar menolaknya dan meyuruh rombongan tersebut pergi dahulu memakai mobil. Namun sungguh aneh, ketika sampai di Bogor rombongan di kejutkan dengan kehadiran ki Mukhtar. Padahal mereka berangkat dengan memakai mobil, sedangkan Ki Mukhtar memakai sepeda. Ki Mukhtar kemana-mana mengendarai sepeda, sepeda yang di pakai Ki Mukhtar semuanya terbuat dari kayu. Ketika mengendarai sepeda Ki Mukhtar selalu membaca Al-Quran dan hatam. Suatu ketika ada orang Lengkong yang melihat Ki Mukhtar mengendarai sepeda di atas Sungai Ci Sadane.

Ki Unus (Jawara Pemakan hantu) Ki Unus terkenal dengan keimuan agama dan kejawaraannya. Suatu ketika Ki Unus pergi pada malam hari. Dalam perjalanan ada buah kelapa jatuh. Ki Unus membelah kelapa itu menjadi dua bagian dan memakan yang sebagiannya. Namun kelapa yang tersisa berkata bahwa untuk ia tidak di makan.

Anda mungkin juga menyukai