Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa kami telah menyelesaikan tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru dengan membahas Pribadi Sehat dan Tidak Sehat. Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini. 2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kita sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Bandung, April 2012

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................................i Daftar Isi........................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kepribadian......................................................................................................2 B. Pengertian Pribadi Sehat Menurut Beberapa Mazhab.......................................................3 BAB III PENUTUP.......................................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10

BAB I PENDAHULUAN

Konsep Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal ( psikologis,intelektua, spiritual dan penyakit ) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi). Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi jugameliputi seluruh aspek

kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkankonsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994): 1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh. 2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. 3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahteradari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.Dalam

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kepribadian Menurut pendapat Gordon W. Allport bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup : 1. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat. 2. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. 3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen 4. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa. 5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindak atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi. 6. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan.

B. Pengertian Pribadi Sehat Menurut Beberapa Mazhab.

Dalam teori psikologi modern, setidaknya ada tiga mazhab besar yang berusaha menjelskan bagaimana kepribadian sehat itu. Kepribadian yang tidak dipeyoratifkan sebagai topeng atau kedok yang sarat dengan kepalsuan. Berikut 3 mazhab psikologi tersebut. 1. Menurut Mazhab Psikologi Analisa Psikologi analisa dalam menggambarkan kepribadian sehat atau kepribadian yang tidak bertopeng, selalu dikaitkan dengan tidak atau minimnya konflik antara tiga unsure utama jiwa, yaitu id, ego dan super ego. Alam bawah sadar tempat tiga unsure jiwa itu berada, dapat saling bersinergi. Id sebagai energy psikis, dapat disalurkan oleh ego (pengatur) tanpa mendapat hambatan berarti dari super ego. (normal atau control social). 2. Menurut Mazhab Behavioristik Dalam pandangan mazhab Behavioristik, seseorang yan punya sifat atau karakter spontanits, kegembiraan hidup dan penuh kreativitas adalah pribadi yang sehat. Cirri-ciri kepribadian sehat menurut mazhab ini adalah : a. Manusia adalah makhluk perespons, lingkungan mengontrol perilaku, b. Manusia tidak memiliki sikap diri sendiri, c. Mementingkan factor lingkungan d. Menekankan pada factor bagian e. Sifatnya mekanis mementingkan masa lalu f. Menekankan pada tingkah laku yang tamapak dengan menggunakan metode objektif 3. Menurut Mazhab Humanistik Mazhab humanistic menekankan pada kebebasan individu untuk mengontrol diri sendiri dan kecendrungannya. Tidak terikat oleh pengaruh lingkungan atau konflik masa lalu. Kepribadian yang sehat ketika ia merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Untuk detailnya, individu itu punya cirri : mampu menilai diri sendiri dan situasi secara realistis, menerima dan mapu bertanggung jawab, punya jiwa mandiri, mampu

mengontrol emosi, punya tujuan dalam setiap perbuatannya, bisa manghargai orang lain, dan punya sifat simpati dan empati yang kuat. Inilah cirri dari seseorang yang mempunyai jiwa yang kuat menurut aliran Humanistik. Cirri Cirri Kepribadian Yang Sehat : 1. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. 2. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna. 3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik. 4. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. 5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya. 6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak) 7. Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan. 8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan

terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya. 9. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain. 10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya. 11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktorfaktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang) Cirri-ciri Kepribadian yang tidak sehat : 1. Mudah marah (tersinggung) 2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan 3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi) 4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang 5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum 6. Kebiasaan berbohong 7. Hiperaktif 8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas 9. Senang mengkritik/ mencemooh orang lain 10. Sulit tidur 11. Kurang memiliki rasa tanggung jawab 12. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yangbersifat organis)

13. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama 14. Pesimis dalam menghadapi kehidupan 15. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

Berdasarkan konsep hakekat manusia yang sudah diuraikan sebelumnya, di mana unsur rohani manusia dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi tiga yaitu hati nurani, akal, dan nafsu, dan ketiga unsur tersebut yang menentukan karakter dan tingkah laku manusia, maka yang dimaksud penulis dengan pribadi, atau kepribadian pada pembahasan ini adalah kesatuan antara sistem hati nurani, akal, dan nafsu yang menimbulkan karakter dan tingkah laku seseorang. Definisi kepribadian yang Penulis ajukan di atas, di samping didasarkan atas fungsifungsi yang dijalankan oleh hati nurani, akal, dan nafsu, juga merupakan hasil adaptasi dari definisi kepribadian yang dikemukan oleh Freud dan yang dikemukakan oleh Adler. Menurut Freud, kepribadian adalah integrasi dari id, ego, dan superego, sedangkan menurut Adler, kepribadian adalah gaya hidup individu, atau karakteristik seseorang dalam mereaksi masalahmasalah hidup, termasuk tujuan-tujuan hidupnya. Konsep tentang pribadi yang sehat dalam Islam selalu dikaitkan dengan kualitas keimanan atau aqidah seseorang. Rasulullah saw menyatakan bahwa iman itu tumbuh dalam hati, oleh sebab itu dapat diambil pemahaman bahwa hati -- sebagai tempat tumbuhnya iman -merupakan faktor yang sangat menentukan bagi sehat atau tidak sehatnya pribadi seseorang. Manusia dapat dikatakan baik atau buruk tidak dinilai dari penampilan fisiknya, tetapi dinilai dari isi hati nuraninya. Pernyataan ini ditegaskan oleh Rasulullah saw sebagaimana yang diriwayatkan Imam Thabrani sebagai berikut:

Hati nurani merupakan alat sensori yang dapat berfungsi membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang salah, disamping itu hati cenderung kepada kebaikan dan menolak kejahatan, serta merupakan tempat tumbuhnya iman. Bila hati bersih maka iman dapat tumbuh dengan baik, dan bila iman dapat tumbuh dengan baik maka manusia

akan selalu cenderung untuk melakukan ha-hal yang baik dan benar. Sebaliknya jika hati kotor, maka iman tidak dapat tumbuh dengan baik dan hati tidak dapat melakukan fungsinya untuk membimbing manusia kepada kebenaran. Al-Ghazali mengibaratkan hati nurani sebagai sebuah cermin yang bersih tak bernoda, namun ketika manusia melakukan perbuatan dosa maka terdapat titik noda pada cermin tersebut, semakin banyak manusia berbuat dosa maka semakin banyak pula titik-titik noda yang mengotori cermin tersebut, sampai akhirnya cermin tersebut tertutup sama sekali oleh titik-titik noda. Bila hati nurani yang diibaratkan sebuah cermin sudah tertutup noda, maka hati tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu membimbing manusia menuju jalan kebenaran. Iman yang tumbuh dalam hati nurani seseorang tidak akan sempurna sebelum ia memiliki akal yang sempurna, hal ini dinyatakan oleh Rasulllah saw sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnul Mahbar sebagai berikut:

Menurut Shihab, iman dalam arti kepercayaan atau pembenaran hati nurani terhadap ajaran agama meskipun diambil dari akar kata yang berarti aman atau tenteram, namun iman -khususnya dalam tahap-tahap awal -- tidak selalu menghasilkan ketenteraman. Selanjutnya, dengan mengutip pendapat Dr. Abdul Karim Al-Khatib, seorang ulama pengarang kitab Qadhiyyat al-Uluhiyyat, Shihab (1997: 301-302) menyebutkan: Iman adalah kerinduan yang mendorong seseorang membuka tabir kebenaran mutlak, serta usaha terus menerus untuk mencapainya disertai dengan rasa cemas yang mencekam, di tengah-tengah keputusasaan dan harapan serta tanda tanya yang timbul di tengah-tengah keraguan dan keyakinan. Memperhatikan pendapat di atas, maka orang yang beriman di samping harus selalu mengasah dan mengasuh hati nuraninya, akalnya pun harus selalu diarahkan untuk menemukan argumentasi-argumentasi baru yang berhubungan dengan objek keimanannya. Dengan bantuan akal untuk menemukan argumentasi-argumentasi baru yang berhubungan dengan objek keimanannya, maka keimanan seseorang akan selalu bertambah dari waktu ke waktu sampai akhirnya ia mencapai suatu tingkatan di mana ia merasakan ketenteraman dan ketenangan dalam jiwanya. Paparan di atas mengandung makna bahwa seseorang yang dikatakan mempunyai

pribadi yang sehat ialah seseorang yang memiliki hati nurani dan akal yang berfungsi dengan baik dan seimbang. Fungsi hati nurani dan akal harus seimbang, sebab jika hati nurani sebagai sumber rasa dan tempat tumbuhnya iman berfungsi tanpa diimbangi oleh akal, maka manusia hanyut dalam dunia spiritual-rohaniah belaka sehingga melupakan tugas dan kewajiban hidupnya di dunia, sebaliknya, jika akal sebagai sumber ilmu pengetahuan berkembang tanpa dibimbing oleh hati nurani, maka manusia mempunyai kemajuan yang pesat dalam kehidupan duniawi namun cenderung lupa terhadap kewajibannya untuk mempersiapkan kehidupan ukhrawi. Dengan kata lain, ilmu tanpa iman menyebabkan kebutaan, sedangkan iman tanpa ilmu menyebabkan kelumpuhan. Menurut ajaran Islam, kehidupan manusia di dunia merupakan rangkaian yang tidak terputus dari kehidupannya di akhirat, kebahagiaan hidup manusia di akhirat kelak sangat tergantung bagaimana kehidupannya di dunia. Manusia diperintahkan untuk mengisi dan tidak melupakan kehidupan duniawi, tetapi kehidupan duniawi harus diniatkan sebagai bagian dari ibadah untuk menyongsong kehidupan di akhirat. Allah swt memerintahkan manusia untuk selalu berdoa demi kebahagiaan hidupnya di dunia dan di akhirat sebagaimana yang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 201:

OgYBur `B Aq)t !$oY/u $oY?#u $uR9$# ZpuZ|ym ur otzFy$# ZpuZ|ym $oY%ur z>#xt $Z9$#

Unsur rohani manusia yang sering dikaitkan dengan kehidupan duniawi adalah hawa atau nafsu. Pada pembahasan tentang hawa atau nafsu disebutkan bahwa nafsu mendorong akal manusia untuk memikirkan cara-cara hidup di dunia yang lebih baik, nafsu yang mendorong manusia untuk hidup berkeluarga dan berketurunan, nafsu yang membuat hidup manusia di dunia ini menjadi dinamis. Jika manusia tidak mempunyai nafsu, maka tidak ada yang mendorong akal manusia untuk memikirkan bagaimana cara hidup di dunia yang lebih baik, manusia tidak punya keinginan untuk hidup berkeluarga, tidak punya keinginan untuk memiliki keturunan. Oleh sebab itu, di samping disuruh untuk mempersiapkan kebahagiaan hidup diakhirat, manusia disuruh pula untuk tidak lupa memikirkan kebahagiaan hidupnya di dunia sebagaimana firman Allah swt dalam surah al-Qashash ayat 77 sebagai berikut:

tG/$#ur !$yJ 9t?#u !$# u#$!$# notzFy$# ( wur [Ys? y7t7tR B $uR9$# ( `mr&ur !$yJ2 z`|mr& !$# s9) ( wur 7s? y$|x9$# F{$# ( b) !$# w =t tJ9$#

Manusia dapat menikmati kehidupan di dunia, merasakan kebahagiaan, dan melahirkan keturunan karena memiliki nafsu. Oleh sebab itu nafsu merupakan unsur penting yang perlu disyukuri, dijaga dan dipelihara keberadaanya. Tetapi karena dorongan-dorongan nafsu lebih cenderung kepada kejahatan, maka nafsu harus selalu berada di bawah pengawasan dan kendali hati nurani dan akal yang dilandasi iman, sehingga dorongan-dorongan nafsu tetap berjalan pada batas-batas yang wajar, baik dan benar. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan tentang pribadi yang sehat. Pribadi yang sehat ialah pribadi yang memiliki hati nurani dan akal yang berfungsi dengan baik dan seimbang sehingga dapat mengendalikan nafsu, memiliki keimanan dan mempunyai tujuan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Menurut pendapat Gordon W. Allport dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Psikologi analisa dalam menggambarkan kepribadian sehat atau kepribadian yang tidak bertopeng, selalu dikaitkan dengan tidak atau minimnya konflik antara tiga unsure utama jiwa, yaitu id, ego dan super ego. Dalam pandangan mazhab Behavioristik, seseorang yan punya sifat atau karakter spontanits, kegembiraan hidup dan penuh kreativitas adalah pribadi yang sehat. Menurut aliran Humanistik individu yang mempunyai pribadi sehat itu punya cirri : mampu menilai diri sendiri dan situasi secara realistis, menerima dan mapu bertanggung jawab, punya jiwa mandiri, mampu mengontrol emosi, punya tujuan dalam setiap perbuatannya, bisa manghargai orang lain, dan punya sifat simpati dan empati yang kuat. bahwa kepribadian adalah organisasi

dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/topeng-19192.htm http://hidayah-ilayya.blogspot.com/2009/10/pribadi-sehat-dan-tidak-sehat-dalam.html http://juniditha.wordpress.com/2011/03/17/kepribadian-sehat/

Anda mungkin juga menyukai