Anda di halaman 1dari 3

Bengkak pada wajah, lengan dan perut ...

Pengertian Edema, Kausa dan Mekanisme Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan). Edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general). Edema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema pulmonum). Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema di banyak tempat dinamakan edema umum (general edema). Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma. Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitas kapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air. Mekanisme: 1. Adanya kongesti Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema). 2. Obstruksi limfatik Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis). 3. Permeabilitas kapiler yang bertambah Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang

meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik. 4. Hipoproteinemia Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum. 5. Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema. Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema. 6. Retensi natrium dan air Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema. Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen.

Pada wajah dan kaki

Wajah terusun oleh jaringan ikat longgar, sehingga cairan plasma yang merembes keluar akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar, Karena distribusi edema tergantung pada 2 faktor, yaitu gravitasi dan tahanan jaringan lokal. Itu sebabnya edema pada muka dan palpebra sangat menonjol waktu bangun pagi oleh karena adanya jaringan ikat longgar pada daerah tersebut. Cairan dalam Rongga Potensial tubuh Contoh dari rongga potensial adalah : rongga pleura, rongga perikardium, rongga peritoneal, dan rongga sinovia, meliputi rongga sendi dan bursa sendi. Hampir semua rongga potensial ini mempunyai permukaan yang hampir bersentuhan satu

sama lain, hanya dengan satu lapisan tipis di antaranya, dan permukaan ini bergesekan satu sama lain. Untuk mempermudah pergesekan ini, terdapat suatu cairan kental mengandung protein yang melumasi permukaan tersebut. Cairan bertukar tempat antara kapiler dan rongga potensial. Membran permukaan rongga potensial biasanya tidak mempunyai resistensi yang cukup bermakna bagi jalannya cairan, elektrolit, atau bahkan protein, yang dengan mudah keluar masuk antara rongga dan cairan interstisial di jaringan sekitarnya. Oleh karena itu, masing-masing rongga potensial sebenarnya adalah rongga jaringan yang besar. Akibatnya, cairan dalam kapiler yang berdekatan dengan rongga potensial akan berdifusi tidak hanya ke dalam cairan interstisial tetapi juga ke dalam rongga potensial. Pembuluh limfe mengeluarkan protein dari rongga potensial. Protein terkumpul dalam rongga potensial akibat kebocoran kapiler, sama seperti akumulasi protein di rongga interstisial di seluruh tubuh. Protein harus dikeluarkan melalui saluran limfe atau saluran lainnya dan kembali lagi ke sirkulasi. Setiap rongga potensial berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan pembuluh limfe. Pada beberapa kasus, seperti rongga pleura dan rongga peritoneal, pembuluh limfe besar langsung berasal dari rongga itu sendiri. Cairan edema pada rongga potensial disebut efusi. Ketika terjadi edema pada jaringan subkutan yang berdekatan dengan rongga potensial, cairan edema biasanya akan terkumpul di rongga potensial, dan cairan ini disebut efusi. Jadi, hambatan aliran limfe atau setiap kelainan yang dapat menimbulkan filtrasi kapiler yang berlebihan dapat menyebabkan efusi dengan cara yang sama seperti timbulnya edema interstisial. Rongga abdomen merupakan tempat yang terutama rentan untuk terjadinya pengumpulan cairan efusi, dan pada keadaan ini, efusi disebut asites. Pada kasus yang berat, bisa terjadi pengumpulan cairan asites sampai 20 liter atau lebih.

Anda mungkin juga menyukai