Anda di halaman 1dari 4

Nama

: Annisa Fitriani

No mahasiswa : 20110310083 Rumah Sakit : RSUD Muntilan (bangsal Mawar)

I.

Pengalaman Ditemukan seorang pria 48 tahun, dengan gejala sering merasa lemas dan pusing, diabetes melitus, hipertensi, sakit jantung, stroke, paru, dan kanker. Pada pemeriksaan ditemukan T 128/63, dilakukan pemasangan infus Ringer Laktat (RL) 20 tpm makro, injeksi Ceftriaxon 2gr/24j, injeksi Sotatit 1A/12j, dan injeksi Ranitidin 1A/12j. Kadar gula darah puasanya 489 mg/dL, dan ditemukan adanya pitting edem di kaki kirinya.

II.

Masalah yang Dikaji 1. Kenapa pasien ini diberikan terapi injeksi Ceftriaxon 2gr/24j, injeksi Sotatit 1A/12j, dan injeksi Ranitidin 1A/12j? 2. Apakah pemberian obat-obat ini sudah tepat? Bagaimana penjelasannya? Apa itu akan memperbaiki kondisi pasien? 3. Bagaimana hubungan penyakit yang diderita pasien dengan edem yang muncul di kakinya?

III.

Analisa Kritis Diabetes melitus yang diderita pasien ini merupakan suatu kondisi dimana pasien mengalami hiperglikemia (ditunjukkan dengan GDP 489 mg/dL). Namun kondisi ini juga biasanya disertai dengan kelainan metabolik lainnya, misalnya timbulnya edem pada kaki si pasien. Gangguan ini bukan hanya disebabkan penyakit diabetes melitus saja, melainkan manifestasi dari penyakit hipertensinya juga. Lemas dan pusing yang dialami pasien ini juga merupakan manifestasi dari penyakitnya, terlebih dari hipertensinya. Karena pada hipertensi biasanya ditemukan gejala-gejala seperti pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan. Ceftriaxon merupakan golongan sefalosporin yang mempunyai spektrum luas dengan waktu paruh eliminasinya sekitar 8jam. Dan lasix ini mengandung

furosemid yang biasanya digunakan pada pasien hipertensi dan edema yang disebabkan kegagalan jantung. Namun, obat ini sangat tidak dianjurkan diberikan pada orang yang mengalami sirosis hati ataupun pada orang yang juga mengkonsumsi sefaloridin. Obat ini bisa menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan membantu mengobati edema. Penggunaan obat untuk edema biasanya 20-40 sebagai permulaan. Peningkatan dapat dilakukan sampai mencapai diuresis yang diharapkan. Sementara pada hipertensi biasanya diberikan 40 mg dua kali sehari. Namun dosis ini disesuaikan kondisi peserta itu sendiri. Penggunaan obat-obat ini sudah cukup pada pasien ini karena pada kasus ini pasien mengalami hipertensi dan lemas, dan kedua obat itu meringankan keduanya tanpa berinteraksi menyebabkan reaksi lainnya. Namun, pada dasarnya penggunaan obat itu harus selalu dibawah pengawasan. Bisa saja terjadi sesnsitifitas atau mungkin dosisnya kurang sehingga harus ditingkatkan.

IV.

Dokumentasi Hasil lab: Test Name Result Units Flag Reference Rate Fasting Glucose Ureum Creatinin Asam Urat 59 1,7 5,4 mg/dL mg/dL mg/dL High High 15 45 0,5 1,36 3,3 7,1 489 mg/dL High 70 110

Parameters

Patient Condition

Normal Rate M 5-10 4,5-5,5 13-16 40-48 79 99 27 31 33,0 37,0 150 400 11,5 14,5 35 47 9 13 7,2 11,1 15 40 F 5-10 4-5 12-15 37-43

Units 103/L 103/L gr/dL % fL Pg Gr/dL 103/L % /L /L fL %

WBC RBC HGB HCT MCV MCH MCHC PLT RDW-CV RDW-SD PDW MPV P-LCR

22,73 4,20 12,5 37,4 89,0 29,8 33,4 394 12,5 39,8 13,0 10,9 31,2

V.

Referensi 2008, Data Obat di Indonesia (DOI), Jakarta: PT Muliapurna Jayaterbit. 2001, Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta: Media Aesculapius. T.DiPiro. Joseph, 2005, Pharmacotherapy a patophysiologic Approach Sixth Edition, United States: Mc Graw Hill.

A. Price. Silvia, M. Wilson. Lorraine, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Prosesproses Penyakit Edisi 6, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai