Anda di halaman 1dari 4

Mengendalikan Hama dengan Diversikasi Tanaman

Oleh: Miguel A. Altieri, Luigi Ponti, dan Clara I. Nicholls

ertanian dengan pendekatan ekologis atau agroekologi mengajak kita untuk mengembangkan diversikasi ekosistem pertanian dalam wujud perpaduan keanekaragaman hayati hewan dan tanaman. Keberhasilan perpaduan hewan dan tanaman ini dapat memperkuat interaksi positif dan mengoptimalkan fungsi serta proses yang terjadi dalam ekosistem, misalnya pengendalian hama berbahaya, daur ulang unsur hara, produksi biomassa, dan penyediaan bahan-bahan organik. Dengan cara ini, ekosistem pertanian menjadi lebih tangguh. Karena itu, penting bagi para petani untuk mengetahui dan mendukung proses-proses apa saja yang bisa memperkuat fungsi ekosistem pertanian. Proses-proses tersebut mencakup beberapa hal sebagai berikut. Pengendalian hama secara alami. Penurunan tingkat residu racun di alam dengan menghindari penggunaan bahan kimia pertanian. Pengoptimalan penguraian bahan organik dan daur unsur hara. Keseimbangan sistem-sistem pengaturan misalnya daur unsur hara, keseimbangan air, aliran energi, serta populasi tumbuhan dan hewan. Pelestarian dan regenerasi sumber daya tanah dan air serta keanekaragaman hayati yang lebih baik. Peningkatan dan keberlanjutan produktivitas jangka panjang. Saat ini, terdapat berbagai pilihan cara dan teknologi untuk memperkuat fungsi ekosistem pertanian. Jika ekosistem pertanian dikembangkan sedemikian rupa sehingga harmonis dengan kondisi lingkungan dan sosio ekonomi yang ada, hasilnya adalah kelestarian ekologis yang lebih baik. Dengan menerapkan sistem pengelolaan utama pertanian secara ekologis, para petani dapat meningkatkan kestabilan dan ketangguhan ekosistem pertanian seperti misalnya: meningkatkan keragaman spesies tumbuhan dan genetik di dalam dan sekitar area pertanian dari waktu ke waktu, memperkuat keanekaragaman hayati fungsional (contohnya musuh alami hama),

meningkatkan kandungan bahan organik maupun aktivitas biologis tanah, mengurangi tanah yang gundul serta meningkatkan kemampuan kompetisi tanaman, dan meniadakan asupan dan residu beracun di alam. Dalam artikel ini kita membahas sebuah contoh agroekologi, yaitu peremajaan dan pengelolaan keanekaragaman hayati di lahan pertanian untuk mengendalikan hama pada kebun anggur monokultur di California, Amerika Serikat. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk memperbaiki kondisi kebun anggur monokultur yang rentan secara ekologis tersebut, dapat juga diterapkan pada sistem-sistem pertanian sederhana lainnya. Keanekaragaman hayati yang telah diperbaiki menciptakan dasar di mana proses-proses ekologis utama, seperti pengendalian hama dapat berfungsi secara efektif. Keanekaragaman hayati juga penting untuk pertahanan tanaman: semakin beragam tumbuhan, hewan, dan organisme-organisme tanah dalam suatu sistem pertanian, semakin beragam pula komunitas organisme menguntungkan yang bisa melawan hama. Pada kebun-kebun anggur, petani dapat meningkatkan keanekaragaman hayati dengan cara: meningkatkan keanekaragaman tanaman dengan menanam tanaman budidaya lain di antara tanaman anggur, menanam tanaman pelindung di antara tanaman anggur,

18 MARET 2007

mengatur vegetasi di lahan sekitar untuk mengundang datangnya organisme yang menguntungkan, merancang lorong-lorong tanaman yang memungkinkan organisme-organisme yang menguntungkan berpindah dari hutan atau vegetasi alami sekitar menuju ke pusat kebun, atau dengan memilih tanaman nonbudidaya untuk ditanam berjajar membentuk lajur-lajur di kebun, yang bunganya memenuhi kebutuhan organisme menguntungkan. Semua strategi tersebut pada intinya mengarah pada ketersediaan makanan (serbuk sari dan nektar) sekaligus tempat berlindung bagi musuh alami dan tawon parasit, sehingga meningkatkan keanekaragaman dan jumlah musuh alami di dalam kebun anggur. Faktor-faktor itu berperan dalam mengoptimalkan proses ekologis utama, yaitu pengendalian hama. Keanekaragaman Hayati dalam Kebun Anggur Ada dua jenis keanekaragaman hayati dalam kebun anggur. Jenis keanekaragaman hayati yang pertama disebut keanekaragaman hayati terencana, mencakup tanaman anggur dan tanaman lain seperti tanaman pelindung dan tanaman lorong. Jenis kedua disebut keanekaragaman hayati terasosiasi, mencakup semua ora dan fauna yang datang dari lingkungan sekitar dan yang tinggal di dalam kebun anggur, dan dengan pengelolaan yang benar akan bertahan hidup di sana. Hubungan antara kedua jenis keanekaragaman hayati tersebut dijelaskan pada bagan 1.

biasanya menyerang tanaman anggur dan ini merupakan bagian dari keanekaragaman hayati terasosiasi. Merupakan tantangan bagi para petani guna menentukan jenis keanekaragaman hayati yang ingin dipertahankan dan diperbaiki pada lahan pertanian mereka untuk kegunaan ekologis tertentu (yaitu pengendalian hama), dan memutuskan cara-cara terbaik dalam mengembangkan keanekaragaman hayati tersebut. Berdasar pengalaman kami, pemberian tanaman pelindung dan penciptaan habitat-habitat di dalam dan di sekitar kebun anggur adalah strategi kuncinya. Peningkatan Keanekaragaman Hayati Di California, banyak petani mengatur vegetasi tanah atau menanam tanaman pelindung untuk menyediakan habitat bagi musuh alami selama musim dingin. Caracara tersebut mengurangi jumlah tungau dan kutu loncat, tetapi seringkali tidak bisa diandalkan untuk menghindari kerugian ekonomis akibat serangan hama. Masalah ini biasanya disebabkan oleh kebiasaan memotong dan membajak tanaman pelindung musim dingin atau vegetasi gulma yang umum dilakukan pada awal masa pertumbuhan. Akibatnya, dari musim semi akhir dan seterusnyayang merupakan awal musim pertumbuhan kebun anggur menjadi monokultur tanpa keanekaragaman tumbuhan. Pengendalian hama akan berjalan lebih baik dengan menyediakan habitat dan makanan bagi musuh alami sepanjang musim pertumbuhan, dan bukan di waktu-waktu tertentu saja. Oleh karenanya, tanaman pelindung yang hijau harus dipertahankan sepanjang musim semi dan musim panas. Salah satu trik untuk mencapainya adalah dengan menanam secara menyebar, tanaman pelindung musim panas yang berbunga lebih awal dan terus berbunga sepanjang musim. Cara ini menyediakan sumber makanan yang selalu ada, banyak, dan tersebar merata, selain menyediakan habitat mikro bagi beragam komunitas musuh alami. Dengan demikian ada peluang untuk meningkatkan jumlah musuh alami dalam sistem pertanian sejak awal musim pertumbuhan, yang membantu menjaga populasi hama pada tingkat yang dapat ditolerir. Di kebun anggur dekat Hopland, California bagian utara, tanaman pelindung musim panas seperti buckwheat (Fagopyrum Sp.) dan bunga matahari dipertahankan keberadaannya sepanjang musim pertumbuhan. Keragaman tumbuhan bunga tersebut meningkatkan jumlah musuh alami terasosiasi dan mengurangi jumlah kutu loncat jenis western dan thrips bunga western (lihat tabel 1). Selama dua tahun berikutnya (19961997), lahan kebun anggur dengan tumbuhan pelindung berbunga memiliki kepadatan hama thrips dan kutu loncat lebih rendah dan memiliki lebih banyak musuh alami daripada lahan tanaman anggur monokultur. Secara umum, jumlah musuh alami lebih sedikit di awal musim kemudian meningkat seiring dengan bertambahnya mangsa saat

Bagan 1. Hubungan antar beberapa tipe keanekaragaman hayati dan fungsi mereka di dalam sistem pengendalian hama pada ladang anggur yang terdiversikasi.

Keanekaragaman hayati terencana memberikan pengaruh secara langsung pada lahan. Contohnya, tanaman pelindung menyuburkan tanah lewat serasahnya sehingga membantu pertumbuhan tanaman anggur. Selain itu, tanaman pelindung juga memiliki fungsi tak langsung, yaitu bunganya mengandung nektar yang menarik tawon. Tawon ini merupakan musuh/parasit alami dari hama yang

18 MARET 2007

musim berganti. Musuh alami dominan di sini mencakup laba-laba, Nabis Sp., Orius Sp., Geocoris Sp., kepik, dan Chrysoperla Sp. Merancang Lorong Jumlah dan keragaman serangga yang menguntungkan di dalam kebun tergantung pada keragaman tumbuhan di area sekitar kebun. Untuk memanfaatkan keragaman serangga ini, sebagian petani telah membuat lorong yang terdiri dari beberapa spesies tanaman berbunga, yang terhubung dengan hutan di sekitar sumber-sumber air yang melintasi kebun-kebun anggur mereka. Lorong tersebut berfungsi sebagai jalan tol biologis bagi pergerakan dan penyebaran musuh alami maupun tawon parasit ke tengah kebun anggur. Penelitian yang dilakukan di kebun-kebun anggur organik di Hopland menunjukkan bahwa spesis musuh alami, termasuk laba-laba, sering ditemukan pada bunga tanaman di lorong tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa populasi spesies musuh alami utama terbentuk dan bergerak di dalam lorong itu. Dalam dua tahun periode penelitian (19961997), ditemukan bahwa pada deretan tanaman anggur dekat lorong tersebut, jumlah kutu loncat dewasa yang berbahaya lebih rendah dan secara bertahap meningkat pada deretan tanaman anggur yang semakin dekat ke tengah kebun. Konsentrasi tertinggi hama belalang dan thrips terdapat pada deret ke-20 sampai ke25 (sejauh 30 sampai 40 meter dari lorong) sejajar dengan arah tiupan angin dari lorong. Dalam dua tahun tersebut, secara nyata terdapat lebih banyak hama thrips ditemukan di deret-deret tanaman anggur di tengah daripada di deret-deret dekat lorong. Pulau Bunga Menciptakan habitat pada bagian lahan pertanian yang paling tidak produktif untuk mengonsentrasikan musuh alami merupakan strategi penting lainnya. Pendekatan ini digunakan di lahan pertanian biodinamik di wilayah Sonoma, tempat pulau bunga (yang terdiri dari rumpun

semak dan herba berbunga) diciptakan di tengah kebun anggur. Peran pulau bunga di sini adalah sebagai sistem pendorongpenarik bagi spesies musuh alami. Pulau bunga tersebut menyediakan serbuk sari, nektar, dan serangga netral dari awal April hingga akhir September bagi berbagai jenis predator dan parasit, termasuk tawon Anagrus. Saat musim panas tahun 2004, pulau bunga tersebut didominasi oleh serangga-serangga netral yang menjadikan semak dan herba sebagai sumber makanannya, dan serangga-serangga ini menjadi makanan bagi musuh-musuh alami. Akibatnya, jumlah musuh alami di kebun anggur perlahan-lahan meningkat seiring berjalannya musim. Banyak musuh alami berpindah dari pulau bunga tersebut ke kebun anggur yang berjarak hingga 60 meter. Orius Sp. dan kepik pindah ke kebun anggur pada awal musim, diikuti kemudian oleh lalat syrphid dan tawon Anagrus. Parasitisasi telur hama kutu loncat oleh tawon Anagrus banyak ditemukan khususnya pada tanaman-tanaman anggur dekat gerumbulan tersebut, namun parasitisasi ini semakin sedikit pada tanaman anggur yang berada di pusat ladang. Langkah ke Depan

18 MARET 2007

Strategi kunci dalam agroekologi adalah meningkatkan keanekaragaman hayati pada tingkat bentang lahan dan kebun. Pada kebun anggur, diversikasi ekosistem pertanian mengembangkan ciri-ciri ekologis yang meningkatkan kemampuan ekosistem tersebut untuk mengatur dirinya sendiri. Dasar pengelolaan hama secara ekologis adalah peningkatan keanekaragaman hayati ekosistem pertanian. Hal

ini merupakan dasar membentuk interaksi-interaksi menguntungkan yang akan mendorong terjadinya prosesproses ekologis yang diperlukan untuk pengendalian hama. Menciptakan keragaman tumbuhan penting untuk menarik jumlah optimal dan komposisi musuh alami. Ukuran dan bentuk bunga menentukan jenis serangga yang akan tertarik, karena hanya serangga yang mampu mendapatkan serbuk sari dan nektar bungalah yang akan memanfaatkan sumber makanan yang tersedia. Kebanyakan serangga yang menguntungkan, termasuk tawon parasit, tertarik pada bunga berukuran kecil dan cenderung terbuka. Tumbuhan semacam ini khususnya berasal dari famili Compositae (contohnya bunga aster dan bunga matahari) serta Umbelliferae. Selain ukuran dan bentuk bunga, periode waktu tersedianya bunga juga tidak kalah penting. Banyak serangga menguntungkan yang aktif hanya pada saat dewasa dan pada periode tertentu dalam musim pertumbuhan. Serangga-serangga tersebut membutuhkan serbuk sari dan nektar selama periode aktif ini, terutama pada awal musim saat mangsa masih jarang. Berdasarkan pengetahuan ini, para petani dapat menyediakan campuran berbagai tanaman yang waktu berbunganya relatif lama dan periode berbunganya yang berbda-beda. Pengetahuan yang ada saat ini mengenai tanamantanaman yang bermanfaat sebagai sumber serbuk sari, nektar, habitat, dan kebutuhan penting lainnya, masih jauh dari lengkap. Para ilmuwan masih harus mempelajari lebih banyak tumbuhan apa berasosiasi dengan serangga menguntungkan yang mana, serta bagaimana dan kapan tanaman yang sesuai harus disediakan. Karena interaksi menguntungkan antara tumbuhan dan serangga sangat tergantung pada tempat, lokasi geogras maupun pengelolaan lahan pertanian secara keseluruhan merupakan aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan. Perencanaan Lahan Pertanian Setelah memahami lebih baik tentang sifat-sifat, kebutuhan, maupun musuh alami hama utama di lahan pertanian, para petani dapat mengembangkan sebuah strategi pengelolaan. Beberapa pedoman yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut. Mempertimbangkan ukuran habitat yang hendak dikembangkan (contohnya luasan setingkat kebun atau bentang lahan). Memahami perilaku musuh alami-parasit yang akan dipengaruhi oleh pengelolaan habitat. Menentukan pengaturan tanaman paling menguntungkan (di dalam atau di sekeliling kebun) dengan mempertimbangkan kondisi setempat dan waktu berbunga. Memilih spesies tanaman yang paling sesuai, terutama yang memiliki berbagai manfaat sekaligus. Misalnya, meningkatkan pengendalian hama, meningkatkan

kesuburan tanah, dan mengurangi populasi gulma. Selalu waspada bahwa menambah tanaman-tanaman baru ke dalam ekosistem pertanian dapat memengaruhi upaya-upaya pengelolaan agronomi lainnya, karena itu petani perlu melakukan persiapan untuk mengembangkan cara-cara mengatasi hal ini.

Miguel A. Altieri, Luigi Ponti dan Clara I. Nicholls. University of California, Berkeley. ESPM-Division of Insect Biology, 201 Wellman Hall-3112, Berkeley, California 94720-3112, U.S.A. E-mail: agroeco3@nature.berkeley.edu Referensi Altieri, M.A. dan C.I. Nicholls, 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystems. Food Products Press, Binghamton, New York, Amerika Serikat. Altieri, M.A., L. Ponti dan C.I. Nicholls, 2005. Manipulating Vineyard Biodiversity for Improved Insect Pest Management: Case Studies from Northern California. Journal of Biodiversity Science and Management, 1: 191-203. Landis, D.A., S.D. Wratten, dan G.M. Gurr, 2000. Habitat Management to Conserve Natural Enemies of Arthropod Pests in Agriculture. Annual Review of Entomology, 45, 175-201. Nicholls, C.I., M. Parrilla dan M.A. Altieri, 2001. The Effects of a Vegetational Corridor on the Abundance and Dispersal of Insect Biodiversity within a Northern California Organic Vineyard. Landscape Ecology, 16, 133-146. Nicholls, C.I., M. Parrella dan M.A. Altieri, 2000. Reducing the Abundance of Leafhoppers and Thrips in a Northern California Organic Vineyard through Maintenance of Full Season Floral Diversity with Summer Cover crops. Agricultural and Forest Entomology, 2, 107-113.

Kunjungi website: http://salam.leisa.info

18 MARET 2007

Anda mungkin juga menyukai