Anda di halaman 1dari 44

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Pertambahan volume kendaraan, perkembangan sifat gerakan dan
ukuran kendaraan, sifat pengendara dalam mengendalikan gerak
kendaraannya, serta karakteristik arus lalu lintas yang senantiasa terus
berkembang dari waktu ke waktu menjadi penting untuk
dipertimbangkan dalam perencanaan jalan sehingga dapat dihasilkan
bentuk dan ukuran jalan serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi
tingkat keamanan dan kenyamanan sesuai dengan yang direncanakan.
Perencanaan geometrik jalan tak lepas dari komponen-komponen
yang sangat berpengaruh dalam perencanaan geometrik jalan itu sendiri.
Adapun komponen-komponen yang berkaitan dengan perencanaan
geometrik jalan adalah klasifikasi medan, alinyemen horizontal,
alinyemen vertikal serta potongan melintang jalan. Setiap komponen-
komponen dalam perencanaan geometrik jalan merupakan bentuk
perencanaan fisik yang dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu
memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas.

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

2
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Perencanaan geometrik jalan merupakan salah satu bagian dari
teknik sipil, khusunya dalam perencanaan jalan yang berhubungan
langsung dengan bentuk dan dimensi jalan beserta bagian-bagiannya
sehingga dapat memenuhi fungsi dan syarat jalan secara optimum, baik
dari segi keamanan maupun kenyamanannya. Untuk dapat menghasilkan
suatu rencana jalan yang baik, maka diperlukan pula data yang baik dan
mendekati keadaan yang sebenarnya. Tujuan utama dari perencanaan
geometrik jalan yaitu menghasilkan jalan yang aman dan nyaman,
sehingga para pengguna jalan dapat merasakan keamanan dan
kenyamanan saat berkendara.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan dan sistematika
penulisan.
BAB 2 PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN JALAN
Berisi tentang perhitungan-perhitungan perencanaan jalan yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
BAB 3 ALINYEMEN HORIZONTAL
Berisi tentang perhitungan-perhitungan perencanaan alinyemen
horizontal jalan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
BAB 4 JARAK PANDANG
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

3
Berisi tentang perhitungan jarak pandang henti dan jarak pandang
mendahului berdasarkan data-data perencanaan yang telah
diperoleh.
BAB 5 ALINYEMEN VERTIKAL DAN STASIUN
Berisi tentang perhitungan-perhitungan perencanaan alinyemen
vertikal jalan dan perencanaan stasiun yang sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari perhitungan dan analisis
yang telah dilakukan.

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

4
BAB 2
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN JALAN

2.1 URAIAN UMUM
Jalan yang baik merupakan jalan yang dapat memenuhi fungsi dan
syaratnya, sehingga dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada
setiap pengguna jalan pada saat menggunakan jalan tersebut. Keamanan
dan kenyamanan ini dapat ditentukan oleh berbagai parameter,
contohnya: kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume dan kapasitas
jalan serta tingkat pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut.
Dari berbagai parameter tersebut, kecepatan rencana merupakan
parameter yang sangat berpengaruh dalam perencanaan jalan. Kecepatan
rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk keperluan perencanaan
setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jarak pandang, dan
lain sebagainya.
Sebelum menentukan kecepatan rencana, perencana terlebih
dahulu harus mencari dan menentukan medan jalan tersebut, baik itu
medan datar, perbukitan maupun pegunungan. Klasifikasi medan jalan
dapat ditentukan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan
yang diukur tegak lurus garis kontur dan sangat berguna dalam rangka
menghemat biaya perencanaan.
Klasifikasi jalan berdasarkan fungsi jalan dibagi menjadi tiga,
yaitu jalan arteri, kolektor dan lokal. Jalan arteri merupakan jalan yang
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

5
melayani kendaraan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah kendaraan masuk dibatasi secara
efisien. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani kendaraan pengumpul
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah kendaraan masuk dibatasi. Sedangkan jalan lokal adalah jalan
yang melayani kendaraan lokal dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek,
kecepatan rata-rata rendah dan jumlah kendaraan masuk dibatasi.
Dari segi syarat fungsi jalan, jalan arteri membutuhkan kebebasan
samping, keamanan dan kenyamanan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jalan kolektor dan jalan lokal.
Klasifikasi jalan menurut medan jalan dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu medan datar, medan perbukitan dan medan pegunungan.
Klasifikasi ini didasarkan pada kecepatan truk ketika melewati jalan
tersebut dibandingkan dengan kecepatan mobil penumpang.
Medan dikatakan datar apabila kecepatan truk sama atau
mendekati kecepatan mobil penumpang. Medan dikatakan perbukitan
apabila kecepatan truk berkurang sampai di bawah kecepatan mobil
penumpang tetapi belum merangkak. Sedangkan medan dikatakan
pegunungan apabila kecepatan truk berkurang banyak dibandingkan
dengan mobil penumpang dan truk melewati jalan tersebut dengan
frekuensi yang sering. Kecepatan rata-rata di medan datar lebih tinggi jika
dibandingkan dengan medan perbukitan dan medan pegunungan.
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

6
Spesifikasi standar untuk perencanaan geometrik jalan antar kota
dari Bina Marga memberikan rekomendasi sebagai berikut:
Tabel 2.1
Spesifikasi Standar Klasifikasi Medan
Jenis Medan Kemiringan Melintang Rata-rata
Datar 0 - 3 %
Perbukitan 3 - 25 %
Pegunungan > 25 %
Sumber: Departemen PU, 1997
Berdasarkan uraian di atas dan data yang diperoleh dari
pembacaan peta kontur direncanakan sebuah jalan sepanjang 6 km yang
terbentang dari titik A yang terletak pada azimut 140 derajat dan
ketinggian sekitar 100,748 m sampai dengan titik B yang terletak pada
ketinggian 75 m dimana terdapat dua buah tikungan sepanjang bentang
jalan A-B tersebut.

2.2 KLASIFIKASI MEDAN JALAN
Klasifikasi medan jalan ditentukan berdasarkan kondisi sebagian
besar kemiringan medanyang diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi
medan ini penting untuk menentukan klasifikasi fungsi jalan serta
kecepatan rencana (V
R
).
Berdasarkan trase jalan yang sudah direncanakan dapat diketahui
ketinggian dari sisi kiri jalan (y
1
), sumbu jalan serta sisi kanan jalan (y
2
).
Dengan menggunakan data ketinggian tersebut dapat ditentukan
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

7
kemiringan dari masing-masing titik dengan menggunakan persamaan
berikut :
Kemiringan (%) =
% 100
60
y
1 2

y

Dimana :
y
2
= kemiringan pada jarak +30 m (kanan sumbu jalan)
y
1
= kemiringan pada jarak -30 m (kiri sumbu jalan)
Berdasarkan data ketinggian titik-titik pada trase jalan yang sudah
direncanakan dan dengan menggunakan persamaan kemiringan di atas
dapat diperoleh data kemiringan medan jalan.
Contoh perhitungan :
Untuk titik pertama dengan stasiun 0+000, diketahui data :
ketinggian kontur untuk y
1
(-30) = 109,322 m;
ketinggian kontur untuk sumbu jalan (0) = 109,322 m;
ketinggian kontur untuk y
2
(+30) = 108,174m;
Maka kemiringan medan untuk titik tersebut adalah :
Kemiringan (%) =
% 100
60
109,322 108,174


Kemiringan (%) = 913 , 1
Sesuai dengan tabel spesifikasi standar klasifikasi medan maka station
0+000 termasuk ke dalam medan datar. Perhitungan kemiringan medan
dan data klasifikasi medan untuk stasiun 0+050 sampai dengan 6+000
sebagai berikut :

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

8
Tabel 2.2
Kemiringan Medan Jalan
No Sta
Ketinggian Kontur (m) Kemiringan
medan (%)
Klasifikasi
medan -30 0 +30
1 0+000 109,322 108,748 108,174 1,913 Datar
2 0+050 109,166 108,651 108,136 1,717 Datar
3 0+100 100,000 100,000 100,000 0,000 Datar
4 0+150 100,000 100,000 100,000 0,000 Datar
5 0+200 100,000 100,000 100,000 0,000 Datar
6 0+250 100,000 100,000 100,000 0,000 Datar
7 0+300 100,000 100,000 100,000 0,000 Datar
8 0+350 100,000 100,000 100,000 0,000 Datar
9 0+400 100,000 100,000 100,000 0,000 Datar
10 0+450 97,716 97,205 96,695 1,701 Datar
11 0+500 87,500 87,500 87,500 0,000 Datar
12 0+550 87,500 87,500 87,500 0,000 Datar
13 0+600 87,500 87,500 87,500 0,000 Datar
14 0+650 87,500 87,500 87,500 0,000 Datar
15 0+700 87,500 87,500 87,500 0,000 Datar
16 0+750 87,500 87,500 87,500 0,000 Datar
17 0+800 87,500 87,500 87,500 0,000 Datar
18 0+850 87,311 86,882 86,454 1,429 Datar
19 0+900 87,134 86,725 86,315 1,365 Datar
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

9
20 0+950 86,936 86,545 86,155 1,302 Datar
21 1+000 75,000 75,000 75,000 0,000 Datar
22 1+050 75,000 75,000 75,000 0,000 Datar
23 1+100 75,000 75,000 75,000 0,000 Datar
24 1+150 75,000 75,000 75,000 0,000 Datar
25 1+200 75,000 75,000 75,000 0,000 Datar
26 1+250 67,234 66,169 65,104 3,551 Bukit
27 1+300 72,997 72,709 72,422 0,957 Datar
28 1+350 73,100 72,814 72,528 0,952 Datar
29 1+400 73,335 73,054 72,772 0,939 Datar
31 1+500 72,760 71,983 71,206 2,589 Datar
32 1+550 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
33 1+600 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
34 1+650 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
35 1+700 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
36 1+750 66,871 66,197 65,523 2,246 Datar
37 1+800 53,998 52,446 50,894 5,173 Bukit
38 1+850 55,014 53,635 52,257 4,595 Bukit
39 1+900 62,481 61,101 59,721 4,600 Bukit
40 1+950 62,333 59,662 56,991 8,902 Bukit
41 2+000 65,253 64,061 62,869 3,974 Bukit
42 2+050 67,501 66,614 65,728 2,954 Datar
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

10
43 2+100 65,426 64,767 64,108 2,198 Datar
44 2+150 67,657 67,175 66,693 1,607 Datar
45 2+200 62,435 62,087 61,738 1,161 Datar
46 2+250 62,127 61,703 61,279 1,414 Datar
47 2+300 63,057 62,361 61,665 2,321 Datar
48 2+350 64,128 63,343 62,557 2,619 Datar
49 2+400 65,493 64,811 64,129 2,273 Datar
50 2+450 66,197 65,522 64,846 2,252 Datar
51 2+500 66,031 65,385 64,739 2,154 Datar
52 2+550 66,109 65,435 64,760 2,249 Datar
53 2+600 66,150 65,450 64,750 2,334 Datar
54 2+650 66,061 65,336 64,610 2,419 Datar
55 2+700 66,045 65,238 64,431 2,691 Datar
56 2+750 68,468 67,782 67,096 2,287 Datar
57 2+800 69,490 68,850 68,211 2,132 Datar
58 2+850 69,288 68,654 68,021 2,111 Datar
59 2+900 68,631 68,008 67,386 2,074 Datar
60 2+950 67,966 67,333 66,700 2,110 Datar
61 3+000 67,790 67,086 66,382 2,347 Datar
62 3+050 68,079 67,282 66,486 2,654 Datar
63 3+100 69,528 68,486 67,444 3,473 Bukit
64 3+150 72,166 70,669 69,171 4,992 Bukit
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

11
65 3+200 70,038 68,051 66,064 6,623 Bukit
66 3+250 61,753 61,360 60,968 1,309 Datar
67 3+300 60,980 60,609 60,238 1,237 Datar
68 3+350 59,832 59,515 59,197 1,057 Datar
69 3+400 67,477 66,376 65,274 3,672 Bukit
70 3+450 63,953 63,581 63,209 1,239 Datar
71 3+500 63,501 63,232 62,963 0,897 Datar
72 3+550 61,534 61,180 60,826 1,180 Datar
73 3+600 54,093 52,380 50,666 5,712 Bukit
74 3+650 54,369 53,875 53,382 1,644 Datar
75 3+700 53,774 53,136 52,499 2,124 Datar
76 3+750 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
77 3+800 66,151 65,420 64,688 2,438 Datar
78 3+850 67,655 66,670 65,686 3,282 Bukit
79 3+900 67,007 65,757 64,508 4,165 Bukit
80 3+950 66,466 65,087 63,707 4,599 Bukit
81 4+000 63,668 61,941 60,214 5,756 Bukit
82 4+050 66,323 64,899 63,474 4,749 Bukit
83 4+100 66,388 64,981 63,574 4,691 Bukit
84 4+150 66,602 65,119 63,636 4,944 Bukit
85 4+200 66,282 65,028 63,774 4,180 Bukit
86 4+250 64,851 63,897 62,943 3,181 Bukit
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

12
87 4+300 65,120 63,781 62,441 4,465 Bukit
88 4+350 61,098 60,158 59,219 3,132 Bukit
89 4+400 64,538 62,946 61,353 5,308 Bukit
90 4+450 64,184 62,860 61,536 4,414 Bukit
91 4+500 66,036 64,543 63,050 4,976 Bukit
92 4+550 66,813 65,038 63,263 5,917 Bukit
93 4+600 68,738 67,142 65,546 5,321 Bukit
94 4+650 68,492 66,702 64,912 5,967 Bukit
95 4+700 67,653 66,154 64,654 5,000 Bukit
96 4+750 64,785 63,140 61,496 5,482 Bukit
97 4+800 68,990 67,744 66,499 4,152 Bukit
98 4+850 74,378 72,423 70,469 6,515 Bukit
99 4+900 73,912 72,158 70,404 5,847 Bukit
100 4+950 73,980 71,656 69,333 7,745 Bukit
101 5+000 80,469 79,159 77,850 4,365 Bukit
102 5+050 80,095 78,656 77,216 4,799 Bukit
103 5+100 78,942 77,434 75,927 5,025 Bukit
104 5+150 72,058 68,941 65,824 10,391 Bukit
105 5+200 81,840 72,860 63,879 29,935 Gunung
106 5+250 65,866 58,148 50,429 25,728 Gunung
107 5+300 60,253 58,829 57,405 4,746 Bukit
108 5+350 56,557 55,596 54,635 3,204 Bukit
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

13
109 5+400 53,741 52,278 50,814 4,880 Bukit
110 5+450 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
111 5+500 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
112 5+550 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
113 5+600 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
114 5+650 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
115 5+700 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
116 5+750 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
117 5+800 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
118 5+850 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
119 5+900 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
120 5+950 62,500 62,500 62,500 0,000 Datar
121 6+000 75,000 75,000 75,000 0,000 Datar
Sumber: Perhitungan

2.3 PENENTUAN MEDAN
Berdasarkan data kemiringan medan jalan dapat dilakukan
pengelompokan medan jalan dengan menghitung presentase banyaknya
setiap jenis medan. Dari hasil perhitungan diperoleh kriteria medan jalan
sebagai berikut:

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

14
Tabel 2.3
Frekuensi dan Presentase Kriteria Medan
Kriteria Medan Frekuensi Presentase
Datar 78 64,463
Bukit 41 33,884
Gunung 2 1,653
Jumlah 121 100
Sumber: Perhitungan
Dari data presentase kriteria medan jalan di atas dapat diketahui
bahwa presentase medan yang datar sebesar 64,463% atau lebih dari 50%
sehingga diketahui bahwa sebagian besar medan perencanaan jalan
merupakan daerah datar. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa jalan
yang direncanakan merupakan jenis jalan datar kolektor.

2.4 KECEPATAN RENCANA (V
R
)
Kecepatan rencana pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang
dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan
kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi
cuaca cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang
tidak berarti.
Kecepatan rencana ini diperlukan dalam perencanaan tikungan,
kemiringan jalan, jarak pandang dan lain-lain. Besarnya nilai kecepatan
rencana daapat ditentukan berdasarkan tabel berikut:

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

15
Tabel 2.4
Kecepatan Rencana (V
R
)
Fungsi
Kecepatan Rencana (V
R
)
(Km/jam)
Datar Bukit Pergunungan
Arteri 70-120 60-80 40-70
Kolektor 60-90 50-60 30-50
Lokal 40-70 30-50 20-30
Sumber: Departemen PU, 1997
Dari tabel diatas kecepatan rencana yang diizinkan untuk jenis
medan jalan datar dengan fungsi jalan kolektor adalahsebesar 60-90
km/jam, sehingga dapat diambil kecepatan rencana sebesar 60 km/jam.

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

16
BAB 3
ALINYEMEN HORIZONTAL

3.1 URAIAN UMUM
Penentuan alinyemen horizontal (trase jalan) dititikberatkan pada
perencanaan sumbu jalan. Alinyemen itu sendiri terdiri dari bagian lurus
dan bagian lengkung yang disebut tikungan. Pada perencanaan ini, akan
dapat terlihat apakah jalanan tersebut lurus, menikung ke kanan atau ke
kiri.
Perencanaan geometrik jalan memfokuskan pada pemilihan letak
dan panjang dari sumbu jalan sesuai dengan medannya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan pengoperasian lalu lintas dan keamanan serta
kenyamanannya. Sedangkan untuk geometrik jalan pada bagian lengkung
(tikungan) direncanakan untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang
diterima oleh kendaraan saat berjalan melewati tikungan sesuai dengan
kecepatan rencana yang telah ditentukan.
Faktor keselamatan pemakaian jalan penting untuk diperhitungkan
dalam merencanakan geometrik jalan pada tikungan. Ditinjau dari segi
kelelahan pengemudi, panjang maksimum bagian jalan lurus harus
ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit sesuai dengan kecepatan
rencana yang telah ditentukan.
Panjang bagian lurus maksimum untuk masing-masing fungsi dan
medan jalan yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

17
Tabel 3.1
Panjang Bagian Lurus Maksimum
Fungsi
Panjang Bagian Lurus Maksimum
(m)
Datar Perbukitan Pergunungan
Arteri 3000 2500 2000
Kolektor 2000 1750 1500
Lokal 1500 1200 750
Sumber: Departemen PU, 1997
Dengan demikian, sesuai dengan perencanaan sebelumnya, untuk
medan jalam datar dan fungsi jalan koletor, panjang bagian lurus
maksimim yang telah ditentukan adalah sebesar 2000m.
Berdasarkan pada Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota tahun 1997 terdapat tiga jenis bentuk bagian lengkung (tikungan),
yaitu :
1. Spiral-Circle-Spiral (SCS);
2. Full Circle (FC); dan
3. Spiral-Spiral (SS).
Selain memperhatikan panjang bagian lurus maksimum dan
bentuk tikungannya, dalam perencanaan geometrik jalan juga perlu
diperhatikan superelevasi suatu tikungan.
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang
berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

18
saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan rencana (V
R
). Nilai
superelevasi maksimum ditetapkan sebesar 10%.

3.2 JARI-JARI TIKUNGAN
Dalam perencanaan geometri jalan bagian tikungan telah
ditetapkan besarnya jari-jari tikungan minimum sesuai dengan besarnya
kecepatan rencana (V
R
) yang telah ditentukan sebelumnya. Besarnya nilai
jari-jari tikungan minimum ditentukan dengan persamaan berikut:
R
min
=
( ) f e
V
R

max
2
127

Dimana :
R
min
= Jari-jari tikungan minimum (m)
V
R
= Kecepatan rencana (km/jam)
e
max
= superelevasi maksimum (%)
f = koefisien gesek untuk perkerasan aspal f = 0,14 - 0,24
Besarnya nilai jari-jari minimum yang telah dibulatkan untuk kecepatan
rencana 20-120 km/jam adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Panjang Jari-jari Minimum (dibulatkan)
V
R
km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jari-jari min (R
min
) M 600 370 210 110 80 50 30 15
Sumber: Departemen PU, 1997


Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

19
Jalan yang telah direncanakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Sudut Tikungan
Sumber: Gambar kerja
Sesuai dengan gambar di atas dapat dilihat sudut dari masing-
masing tikungan dengan bentang sebagai berikut :
1. Jarak A C = 1,5 km
2. Jarak C D = 2,5 km
3. Jarak D E = 2 km
Berdasarkan pada perencanaan awal yaitu kolektor datar dengan
kecepatan rencana sebesar 60 km/jam, maka jari-jari minimum (R
min
)
yang digunakan yaitu 110 meter seperti yang tertera pada table 3.2.
Untuk mengetahui jenis tikungannya, kita dapat memulai dengan
menentukan terlebih dahulu nilai R (m), yang bisa dilihat dari tabel di
bawah ini :


Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

20
Tabel 3.3
Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi yang
Dibutuhkan

Sumber: Departemen PU, 1997
Keterangan :
LN = Lereng jalan normal, diasumsikan 2%
LP = Lereng luar diputar, sehingga perkerasan mendapat
superelevasi sebesar lereng jalan normal 2%
Ls = Diperhitungkan dengan mempertimbangkan rumus
modifikasi Short, landai relatif maksimum, jarak tempuh 3
detik dan lebar perkerasan 2 x 3,75 m
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

21
Dalam penentuan jenis tikungan, mula-mula tikungan diasumsikan
sebagai tikungan Spiral-Circle-Spiral (SCS) dengan persyaratan sebagai
berikut :











Gambar 3.2 Bagan Pemilihan Tikungan
Sumber: Bina Marga, 1997

3.3 PERHITUNGAN TIKUNGAN
Sesuai dengan petunjuk dalam bagan pemilihan tikungan
sebelumnya, mula-mula tikungan diasumsikan sebagai tikungan SCS,
kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Tikungan Spiral - Circle - Spiral
Lc < 25 ?
< 0,10 ?
E < min
(0,04 atau
Tikungan Spiral - Spiral
Tikungan Spiral - Circle - Spiral
Tikungan Full Circle
Tikungan Full Circle
Ya
Ya
Ya
Tida
Tida
Tida
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

22

1. Tikungan pertama (sudut 50
0
)
Dari tabel 3.3 didapat data sebagai berikut:
Diketahui V
R
= 60 km/jam, dengan mencoba nilai R
rencana
= 119 m
maka dengan didapatkan nilai e = 0,100 serta nilai Ls = 60 m.
Tikungan pertama diasumsikan sebagai tikungan SCS, dengan
perhitungan sebagai berikut:
a. Cek nilai Lc (Panjang Lingkaran) :
=


=


= 452 , 14
14 , 3 2 119 2
360 60
2 2
360
t
u
R
L
s
s

= = = A = A 096 , 21 904 , 28 50 452 , 14 2 50 2
s c
u
042 , 5
119 6
60
6
2
2
=

= =
R
L
Y
s
c

m R L
c
c
793 , 43 119 14 , 3 2
360
096 , 21
2
360
=

=
A
= t

Karena nilai Lc > 25 m, maka diperiksa nilai P
b. Cek nilai P :
( ) ( ) 277 , 1 452 , 14 cos 1 119
119 6
60
cos 1
2
=

= =
s c c
R Y P u

Karena nilai P > 0.10, maka diperiksa nilai e

c. Cek nilai e :
Nilai e yang didapat dari tabel panjang lengkung peralihan
minimum dan superelevasi adalah 0,100.
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

23
Karena nilai e > 0.04, maka tikungan yang didapat adalah
tikungan SpiralCircleSpiral.

Gambar 3.3 Contoh tikungan Spiral-Circle-Spiral (SCS)
Sumber: Departemen PU, 1997

t
u
2
360
2
=
R
L
s
s

s
c u 2 A = A
R
c
L
c
t 2
360

A
=

R
L
Y
s
c
6
2
=

2
3
40R
L
L X
s
s c
=

s c
R X k u sin =
( )
s c
R Y p u cos 1 =

k p R Ts +
A
+ =
2
tan ) (

R
p R
Es
A
+
=
2
cos
) (

s c total
L L L 2 + =

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

24
Perhitungan lanjutan untuk tikungan SCS adalah sebagai berikut:
m
R
L
L X
s
s c
619 , 49
119 40
60
60
40
2
3
2
3
=

=

m R X K
s c
920 , 19 452 , 14 sin 119 619 , 49 sin = = = u
999 , 12 119
2
50
cos
632 , 0 119
2
cos
=
+
=
A
+
= R
P R
E
s

( ) ( ) m K P R T
s
705 , 75 920 , 19
2
50
tan 632 , 0 119
2
tan = + + = +
A
+ =

m L L L
s c total
793 , 163 60 2 793 , 43 2 = + = + =


Gambar 3.4 Tikungan Spiral-Circle-Spiral (SCS)
Sumber: Gambar Kerja, 2012

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

25
Keterangan gambar :
Ts = 86,006 m Yc = 5,042 m
Xc = 59,619 m s = 14,452
o

Es = 13,711 m K = 29,920
c A
= 21,096
o



Gambar 3.5 Diagram superelevasi tikungan Spiral-Circle-Spiral (SCS)
Sumber: Gambar Kerja

2. Tikungan kedua (sudut 22
0
)
Dari tabel 3.3 didapat data sebagai berikut:
Diketahui V
R
= 60 km/jam, dengan mencoba nilai R
rencana
=1146 m
maka dengan didapatkan nilai e = 0,020 serta nilai Ls = 50.
Tikungan pertama diasumsikan sebagai tikungan Spiral-Circle-
Spiral (SCS), dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Cek nilai Lc (Panjang Lingkaran) :
s
u =
=


=


251 , 1
14 , 3 2 1146 2
360 50
2 2
360
t R
L
s

= = = A = A 498 , 19 502 , 2 22 251 , 1 2 22 2
s c
u

366 , 0
1146 6
50
6
2
2
=

= =
R
L
Y
s
c

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

26
791 , 389 1146 14 , 3 2
360
498 , 19
2
360
=

=
A
= R L
c
c
t

Karena nilai Lc > 25 m, maka diperiksa nilai P
b. Cek nilai P :
( ) ( ) 093 , 0 251 , 1 cos 1 1146 366 , 0 cos 1 = = =
s c c
R Y P u

Karena nilai P > 0.10, maka tikungan yang didapat adalah
tikungan Full Circle (FC).

Gambar 3.6 Contoh tikungan Full Circle (FC)
Sumber: Departemen PU, 1997
A =
2
1
tan R Tc
R Lc t 2
360

A
=
R
R
Ec
A
=
2
cos
atau
A =
4
1
tan Tc Ec

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

27
Perhitungan lanjutan untuk tikungan Full Circle (FC) sebagai berikut:
759 , 222 22
2
1
tan 1146 = = Tc
809 , 439 1146 14 , 3 2
360
22
= = Lc

449 , 21 22
4
1
tan 759 , 222 = = Ec


Gambar 3.7 Tikungan Full Circle (FC)
Sumber: Gambar Kerja
Keterangan gambar:
Tc = 222,70 m Lc = 439,809 m
Ec = 21, 449 m R = 1146 m
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

28


Gambar 3.8 Diagram superelevasi tikungan Full Circle (FC)
Sumber: Gambar kerja, 2012

















Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

29
BAB 4
JARAK PANDANG

4.1 URAIAN UMUM
Jarak pandang adalah suatu jarak yang dibutuhkan oleh seorang
pengemudi pada saat mengemudi untuk melihat halangan atau kendaraan
yang ada di depannya, sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan
yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan tindakan antisipasi
untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman tanpa adanya
kecelakaan lalu lintas.
Menurut ketentuan Bina Marga, jarak pandang dibagi menjadi dua
macam, yaitu jarak pandang henti dan jarak pandang mendahului.

4.2 JARAK PANDANG HENTI
1. Jarak minimum
Jarak minimum yang diperlukan setiap pengemudi untuk
menghentikan kendaraannya dengan aman ketika melihat
halangan yang berada di depannya. Setiap titik di sepanjang
jalan harus memenuhi ketentuan Jh.
2. Asumsi tinggi
Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi
adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah 15cm yang diukur
dari permukaan jalan.
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

30
3. Rumus yang digunakan
Jh dalam satuan meter dapat dihitung dengan rumus :
Jhr Jht Jh + = ................................................................(1)
f p g
Vr
T
Vr
Jh

|
.
|

\
|
+ =
2
6 , 3
6 , 3
2
....................................................(2)
Dimana :
Vr = Kecepatan rencana (km/jam)
T = Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
G = Percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det
2

Fp =Koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan
perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,28-0,45 (menurut
AASHTO), fp akan semakin kecil jika kecepatan (Vr) semakin
tinggi dan begitu pula sebaliknya. (Menurut Bina Marga, fp =
0,35-0,55)

Persamaan (2) dapat disederhanakan menjadi :
a) Untuk jalan datar :
fp
Vr
T Vr Jh

+ =
254
278 , 0
2
............................................(3)
b) Untuk jalan dengan kelandaian tertentu :
( ) L fp
Vr
T Vr Jh

+ =
254
278 , 0
2
....................................(4)
Dimana :
L = Landai jalan dalam (%) dibagi 100
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

31

Tabel 3.4
Jarak pandang henti (Jh) minimum
Vr (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
Sumber: Departemen PU, 1997
Berdasarkan klasifikasi medan jalan yang di dapat, yaitu medan
jalan datar, maka rumus yang digunakan adalah rumus (4). Perhitungan
nilai Jh untuk medan jalan datar dengan asumsi nilai fp sebesar 0,40
adalah sebagai berikut:
fp
Vr
T Vr Jh

+ =
254
278 , 0
2

40 , 0 254
60
5 , 2 60 278 , 0
2

+ = Jh
133 , 77
6 , 101
3600
7 , 41 = + = Jh

Dari perhitungan di atas, dapat diketahui nilai jarak pandang henti
(Jh) sebesar 77,133 meter dengan kecepatan rencana (Vr) sebesar 60
km/jam dan mengasumsikan nilai fp sebesar 0,40.
4.3 JARAK PANDANG MENDAHULUI
1. Jarak minimum
Jarak minimum yang diperlukan setiap pengemudi untuk
mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai
kendaraan tersebut kembali ke lajur semula.

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

32

2. Asumsi tinggi
Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi dan
tinggi halangan adalah 105 cm.
3. Rumus yang digunakan
Jd dalam satuan meter dapat dinyatakan dengan rumus berikut :
Jd = d
1
+ d
2
+ d
3
+ d
4






Gambar 3.9 Jarak pandang mendahului (Jd)
Sumber: Departemen PU, 1997
Dimana :
d
1
= Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d
2
=Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan
kembali ke lajur semula (m)
d
3
=Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan
yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului
selesai (m)

d
4
=Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah
berlawanan.
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

33
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai d
1
, d
2
, d
3
dan d
4
yaitu
sebagai berikut :
|
.
|

\
|
+ =
2
278 , 0
1
1 1
T a
m Vr T d
............................................(5)
2 2
278 , 0 T Vr d = ..................................................................(6)
=
3
d antara30-100m .............................................................. (7)

Tabel 3.5
Panjang jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang
datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai
berdasarkan kecepatan rencana (Vr)
Vr (km/jam) 60-65 65-80 80-95 95-110
d
3
(m) 30 55 75 90
Sumber: Departemen PU, 1997
2 4
3
2
d d = .......................................................................................(8)
Dimana :
T
1
= Waktu dalam (detik), 2,12 + 0,026 x Vr
T
2
= Waktu kendaraan berada di jalur lawan (detik) 6,56 + 0,048 x
Vr
A = Percepatan rata-rata (km/jam/detik) 2,052 + 0,0036 x Vr
M = Perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan
yang disiap (biasanya diambil 10-15 km/jam)

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

34
Tabel 3.6
Panjang jarak pandang mendahului berdasarkan Vr
Vr (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jd (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
Sumber: Departemen PU, 1997
Dari data dan rumus-rumus yang telah kita ketahui, maka kita
dapat menghitung nilai jarak pandang mendahului (Jd) dengan
menghitung dan menambahkan nilai d
1
, d
2
, d
3
dan d
4
terlebih dahulu.
Perhitungan untuk mencari nilai jarak pandang mendahului (Jd) adalah
sebagai berikut:
1) Mencari nilai d
1

Mengasumsikan nilai perbedaan kecepatan kendaraan yang menyiap
dan kendaraan yang disiap (m) sebesar 10 km/jam.
a) Menghitung nilai T
1
dengan rumus sebagai berikut :

68 , 3 60 026 , 0 12 , 2 026 , 0 12 , 2
1
= + = + = Vr T detik
b) Menghitung nilai a dengan rumus sebagai berikut :

268 , 2 60 0036 , 0 052 , 2 0036 , 0 052 , 2 = + = + = Vr a km/jam/detik
c) Menghitung nilai d
1
dengan rumus sebagai berikut :

|
.
|

\
|
+ =
2
278 , 0
1
1 1
T a
m Vr T d


|
.
|

\
|
+ =
2
68 , 3 268 , 2
10 60 68 , 3 278 , 0
1
d


( ) 17312 , 4 10 60 68 , 3 278 , 0
1
+ = d

421 , 55 17312 , 54 68 , 3 278 , 0
1
= = d meter
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

35
2) Mencari nilai d
2

a) Menghitung nilai T
2
dengan rumus sebagai berikut :

44 , 9 60 048 , 0 56 , 6 048 , 0 56 , 6
2
= + = + = Vr T detik
b) Menghitung nilai d
2
dengan rumus sebagai berikut :

2 2
278 , 0 T Vr d =

459 , 157 44 , 9 60 278 , 0
2
= = d meter
3) Mencari nilai d
3

Berdasarkan tabel 3.5, diperoleh nilai d
3
sebesar 30 meter.
4) Mencari nilai d
4

Menghitung nilai d
4
dengan rumus sebagai berikut :
2 4
3
2
d d =
973 , 104 459 , 157
3
2
4
= = d meter
Setelah didapatkan nilai d
1
, d
2
, d
3
dan d
4
, maka barulah kita dapat
menghitung panjang jarak pandang mendahului (Jd) dengan
menggunakan rumus berikut ini :

853 , 347 853 , 347 973 , 104 459 , 157 421 , 55 = + + + = Jd meter
Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa panjang jarak
pandang mendahului (Jd) sebesar 347,853 meter.

4 3 2 1
d d d d Jd + + + =
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

36
BAB 5
ALINYEMEN VERTIKAL

5.1 URAIAN UMUM
Alinyemen vertikal atau yang seringkali dikenal sebagai
penampang memanjang merupakan perpotongan bidang vertikal dengan
bidang permukaan perkerasan jalan. Profil ini menggambarkan tinggi
rendahnya jalan terhadap muka yanah asli, sehingga memberikan
gambaran terhadap kemampuan kendaraan naik atau turun dan bermuatan
penuh. Alinyemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian
lengkung vertikal.
Pada alinyemen vertical bagian yang kritis adalah pada bagian
lereng, dimana kemampuan kendaraan dalam keadaan pendakian
dipengaruhi oleh panjang kritis, landai dan besarya kelandaian.
Terdapat tiga jenis landai vertikal apabila ditinjau dari titik awal
perencanaan yaitu landai positif yang berupa tanjakan, landai negatif yang
berupa turunan serupa landai nol yang berupa bidang datar. Sedangkan
bagian lengkung vertikalnya dapat berupa lengkung cekung dan lengkung
cembung.

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

37
5.2 KELANDAIAN MAKSIMUM
Landai jalan adalah suatu besaran untuk menunjukkan besarnya
kenaikan atau penurunan vertikal dalam suatu satuan jarak horizontal
(mendatar) dan pada umumnya dinyatakan dalam persen (%). Kelandaian
maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan bergerak terus
tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang
bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan
tidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi
rendah.
Besarnya nilai kelandaian maksimum berdasarkan nilai kecepatan
rencana adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1
Nilai kelandaian maksimum berdasarkan nilai kecepatan rencana
VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian
Maks
(%) 3 3 4 5 8 9 10 10
Sumber: Departemen PU, 1997
Kemampuan kendaraan pada kelandaian umumnya ditentukan
oleh kekuatan mesin dan bagian mekanis dari kendaraan tersebut.

Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

38
5.3 LENGKUNG VERTIKAL
Lengkung vertikal dibuat pada setiap pergantian landai untuk
mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian serta menyediakan
jarak pandang henti demi terciptanya keamanan, kenyamanan dan
drainase yang baik. Lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung
parabola sederhana. Lengkung vertikal adalah suatu perencanaan
alinyemen vertikal untuk membuat suatu jalan tidak terpatah-patah.
Terdapat dua jenis lengkung vertikal, yaitu:
1. Lengkung vertikal cembung, yaitu lengkung dimana titik
perpotongan antara kedua tangent berada diatas permukaan jalan.



Gambar 5.1 Lengkung vertikal cembung
Sumber: Departemen PU, 1997

Berikut ini adalah hubungan antara panjang lengkung (L) dengan
perbedaan aljabar kelandaian berdasarkan nilai jarak pandang henti dan
jarak pandang mendahului:


Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

39
a. Panjang L, berdasarkan J
h

J
h
< L, maka :
399
h
A J
L

=
J
h
> L , maka :
399
2
h
L J
A
=
b. Panjang L, berdasarkan J
d

J
d
< L, maka :
2
840
d
A J
L

=
J
d
> L, maka :
840
2
d
L J
A
=



Gambar 5.2 Panjang Lengkung Vertikal Cembung berdasarkan Jarak
Pandang Henti (J
h
)
Sumber: Departemen PU, 1997
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

40
Ketentuan tinggi menurut Bina Marga untuk lengkung vertical
cembung adalah seperti table di bawah ini :
Tabel 5.2
Ketentuan tinggi untuk jenis jarak pandang
Jenis jarak pandang
h1 (m)
tinggi mata
h2 (m)
tinggi objek
Jarak pandang henti (Jh) 1,05 0,15
Jarak pandang mendahului (Jd) 1,05 1,05
Sumber: Bina Marga, 1997

2. Lengkung vertikal cekung, yaitu lengkung dimana titik
perpotongan antara kedua tangent berada dibawah permukaan
jalan.

Gambar 5.3 Lengkung vertikal cekung
Sumber: Departemen PU, 1997

Berikut ini adalah hubungan antara panjang lengkung (L) dengan
perbedaan aljabar kelandaian berdasarkan nilai jarak pandang henti:
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

41
J
h
< L, maka:
2
120 3, 5
h
h
A J
L
J

=
+

J
h
> L, maka:
120 3, 5
2
h
h
J
L J
A
+
=


Gambar 5.4 Panjang Lengkung Vertikal Cekung berdasarkan Jarak
Pandang Henti (J
h
)
Sumber: Departemen PU, 1997




Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

42
Persamaan lengkung vertikal yang digunakan pada perhitungan
lengkung vertikal ini adalah sebagai berikut:
800
AL
e = dan
2
200
X
L
A
y =
( )
2 1
g g A

= = perbedaan aljabar untuk kelandaian (%)
Kelandaian naik (pendakian) diberi tanda (+), sedangkan
kelandaian turun (penurunan) diberi tanda (-). Ketentuan pendakian atau
penurunan ini ditinjau dari arah kiri.


Gambar 5.5 Lengkung Vertikal
Sumber: Departemen PU, 1997

Titik A merupakan titik peralihan dari bagian tangen ke bagian
lengkung vertikal, titik ini biasa diberi simbol PLV (peralihan lengkung
vertikal). Titik B merupakan titik peralihan dari bagian lengkung vertikal
ke bagian tangen, titik ini biasa diberi simbol PTV (peralihan tangen
vertikal).
Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

43
Perhitungan:
Jalan yang akan direncanakan berupa jalan kolektor datar, dengan
kecepatan rencana (V
R
) = 60 km/jam.

Tabel 5.3
Kelandaian Maksimum yang diijinkan
V
R
(km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian
Maksimum (%)
3 3 4 5 8 9 10 11
Sumber: Departemen PU, 1997

Tabel 5.4
Perubahan Kelandaian Maksimum yang diijinkan
V
R
(km/jam) 100 90 80 70 60 50 40 30

(m/m)
1/227 1/213 1/200 1/182 1/167 1/150 1/143 1/133
Sumber: RSNI T-14-2004

Tabel 5.5
Jarak Pandang Henti (J
h
) minimum
V
R
(km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
J
h
minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
Sumber: Departement PU, 1997

Tabel 5.6
Jarak Pandang Henti (J
h
) minimum
V
R
(km/jam) 100 90 80 70 60 50 40 30
J
h
minimum (m) 185 160 130 105 75 65 50 35
Sumber: RSNI T-14-2004




Responsi Perencanaan Geometrik Jalan

44
Tabel 5.7
Jarak Pandang Mendahului (J
d
) minimum
V
R
(km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
J
h
minimum (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
Sumber: Departement PU, 1997

Anda mungkin juga menyukai