Anda di halaman 1dari 4

Kualitas Mikroba dari Sampel Susu Raw dan pasteurisasi yang dikumpulkan dari tempat yang berbeda di Kabupaten

Warangal, India
Oleh: G. Srujana, A. Rajender Reddy, V. krishna Reddy dan S. Ram Reddy (Departemen Mikrobiologi & Botani, Kakatiya University, Warangal-506009, India)

Susu merupakan bagian penting dari kebutuhan harian bagi pertumbuhan anak dan ibu hamil. Susu, merupakan konstituen utama bagi tubuh, yang jaminan kualitas yang dianggap penting untuk kesejahteraan masyarakat. Susu adalah makanan bergizi untuk manusia, namun juga berfungsi sebagai medium pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan dari banyak mikroorganisme, khususnya Lactobacillus, Streptococcu Aureus, Micrococcus s,p Staphylococcus aureus, Escherichia Escheritia, Bacillus subtilis, Salmonella

typhi, dan coliform feacal. Kontaminasi bakteri dari susu mentah dapat berasal dari sumber yang berbeda dari hewan seperti udara, peralatan pemerahan, pakan, tanah, kotoran dan rumput. Micorflora Susu mencakup pembusukan dan mikroorganisme patogen. Banyak susu membawa penyakit seperti TBC, brucellosis, demam tifoid dan banyak lagi. Susu biasanya terbawa oleh berbagai mikroorganisme beberapa di antaranya patogen, Susu yang sudah terkontaminasi jika dikumpulkan dalam tempat yang tidak hygine dan jika ditangani sembarangan dapat menyebabkan pembusukan yang cepat. Susu sering terkontaminasi oleh bakteri seperti Escherichia coli, bakteri tersebut dipengaruhi oleh kondisi sanitasi yang buruk dan dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Kelompok paracoliform bakteri didefinisikan sebagai indikator (feses coliform) yaitu kesesuaian susu untuk dikonsumsi. Padahal susu adalah makanan bergizi dan penting bagi manusia. Dalam penelitian tersebut diterangkan bahwa susu mentah lebih banyak terkontaminasi oleh bakteri dari pada susu pasteurisasi. Penelitian tersebut menggunakan 240 sampel susu mentah dan susu 72 pasteurisasi , sampel didapat dari tempat yang berbeda di Kabupaten Warangal India. Setelah dianalisis untuk kualitas mikroba, Di antara sampel susu mentah (raw milk), hanya 19,1% dari sampel kualitas yang baik, dan 28,3% adalah kualitas yang sangat jelek. Dalam sampel susu pasteurisasi 81,9% adalah sampel baik untuk dikonsumsi manusia. Bakteri yang diisolasi dari sampel susu tersebut yaitu Lactobacillus, Staphylococcus aureus, Escherichia Escheritia, Bacillus subtilis, Salmonella

typhi, dan coliform feacal dari uji MBRT dan Escherichia serta uji penanaman bakteri pada media yang setelah itu diperiksa secara reaksi Gram dan koloni morfologi (bentuk, ukuran, warna, tekstur). Ternyata bakteri-bakteri tersebut juga ditemukan dalam pupuk kandang, tanah dan air. Bakteri tersebut dapat masuk ke susu, karena susu dan peralatan kontak langsung dengan permukaan dari susu. Jadi penelitian ini menunjukkan bahwa 53% dan 49% dari susu mentah sampel dari kategori sangat buruk & buruk, tetapi dalam kasus sampel susu pasteurisasi, 86% dari sampel berkualitas baik karena dilakukannya pasteurisasi. Studi ini menunjukkan bahwa mikroba flora yang dominan terkait dengan buruknya sampel susu, dalam dan di sekitar Warangal Distrik, tingkat banyaknya bakteri urutanya yaitu Lactobacillus, Aureus Aures, Escherichia coli, Bacillus subtilis, Salmonella typhi, tinja coliform. Kemudian Dalam susu pasteurisasi sampel juga mempunyais kualitas yang sangat buruk tercatat hanya di bulan Mei dan Juni karena merupakan musim panas.

Pemantauan, Pencegahan, dan Pengobatan milk faver dan hypocalcemia subklinis pada Sapi Perah
Oleh: Jesse P. Goff (Pusat Penyakit Hewan Nasional, USDA-Agricultural Research Service, Ames, IA 50010, USA)

Konsentrasi kalsium(ca) darah yang tidak memadai dapat menyebabkan sapi kehilangan kemampuan untuk bangkit berdiri karena Ca diperlukan untuk fungsi syaraf dan otot. Hal ini menyebabkan metabolisme penyakit yang dikenal sebagai milk faver, meskipun lebih baik disebut periparturient hipokalsemia atau periparturient paresis. Milk faver merupakan hal yang harus diperhatikan, Milk faver dapat menyebabkan gangguan yaitu sapi menurun maka dari itu terjadi, kelemahan pada rumen dan motilitas usus, produktivitas berkurang, dan meningkatkan susceptibility untuk metabolisme lainnya serta sumber terkena penyakit-penyakit menular lainnya. Kasus Milk faver subklinis harus diperhatikan karena merupakan pintu gerbang penyakit yang sangat besar serta mengurangi produktivitas dalam laktasi berikutnya. Bukan itu saja tapi kasus kekurangan Kalsium(Ca) dapat menyebabkan Hypocalcemia yang dapat mengurangi kerja rumen dan motilitas abomasal, pengurangan nafsu makan, mengurangi kontraksi otot termasuk sphincter, kemudian juga dapat menyebabkan risiko terkena mastitis. Sapi mengalami transisi dari non-lactating ke lactating pada tahap calving. Hewan ini harus mempertahankan homeostasis kalsium. Sapi yang gagal mengembangkan milk faver, maka gangguan klinis yang akan mengancam kehidupan sapi dan menyebabkan predispose hewan untuk berbagai gangguan-gangguan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memantau kejadian hypocalcemia dan metode untuk mengobati milk faver. Faktor fisiologis yang menyebabkan milk faver dan strategi untuk pencegahan milk faver dibahas dengan fokus pada diet efek kation-anion, karena perbedaan dapat memiliki sensitivitas jaringan terhadap hormon paratiroid. Faktor risiko utama untuk milk faver dan hypomagnesemia diamati ketika hewan diberi makan dalam jumlah memadai dari magnesium, atau beberapa faktor zat yang masuk kedalam makanan yang mencegah terjadinya penyerapan pada magnesium. Faktor-faktor yang mempengaruhi homeostasis Ca pada tingkat sel yaitu Alkalosis metabolik yang dimana sebagian besar merupakan akibat dari pola makan dengan sup lapisan kation(K, Na, Ca, dan Mg) yang berlebih(jadi harus dikurangi) serta perlu untuk meningkatkan anion (Chlo naik [Cl], sulfat [SO4], Dan fosfat [PO4]) Untuk darah. Dan kemudian Hypomagnesemia yaitu mempengaruhi metabolisme Ca dalam dua cara, pertama

dengan mengurangi Hormon Paratiroid (PTH) sekresi sebagai respon terhadap hipokalsemia, dan kedua dengan mengurangi sensitivitas jaringan untuk PTH tersebut. Dari penelitian ini menyebutkan bahwa mengurangi dan meningkatkan pola makan perbedaan dari kation-anion dapat mencegah terjadinya hypocalcemia dan Milk faver. Makanan dengan bahan kation utama hadir dalam feed dan muatan yang mereka bawa yaitu Na (+1), K (+1), Ca (+2), dan Mg (+2). Kemudian untuk anion ditemukan di feed berupa Cl (A1), SO4(A2), dan fosfat (diasumsikan A3). Secara teori semua kation dan anion mampu mengerahkan pengaruh pada muatan listrik. Kation atau anion yang terdapat dalam makanan hanya akan mengubah muatan listrik dari darah jika mereka diserap ke dalam darah, dan perbedaan antara jumlah antara partikel kation dan anion ini menentukan keseimbangan asam-basa dalam tubuh dan juga pH darah. Kemudian Suplementasi dari Vitamin D juga dapat mencegah Hyopcalcemia dan milk faver.

Anda mungkin juga menyukai