Anda di halaman 1dari 3

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Sampai dengan permulaan abad 20, limbah masih banyak dibuang begitu saja

meskipun penanganan limbah dengan tricking filter mulai dikembangkan. Semakin meningkatnya jumlah limbah, para ilmuwan mulai intensif mengembangkan berbagai metode. Penggunaan senyawa pembentuk flok mulai digunakan untuk menggantikan teknologi tricking filter, begitu juga dengan diketemukannya teknologi activated sludge oleh Ardern dan Lockett pada tahun 1914 yang kemudian disempurnakan oleh Sawyer pada tahun 1965. Perkembangan berikutnya dilakukan secara aerob maupun anaerob. Berbagai teknik pengolahan limbah cair untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan limbah cair terbagi menjadi 3 metode yaitu pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau kombinasi. Pengolahan Secara Fisik Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap limbah cair, dilakukan proses pemisahan bahan padatan. Penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk memisahkan padatan yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat dipisahkan melalui proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolisis di dalam bak pengendap. Terdapat berbagai macam jenis pengolahan limbah cair secara fisik diantaranya adalah flotasi, filtrasi dan presipitasi. 1. Flotasi Flotasi merupakan unit operasi yang digunakan untuk memisahkan padatan dalam sebuah larutan. Pada pengolahan limbah, flotasi digunakan untuk menghilangkan material tersuspensi seperti minyak dan lemak serta memekatkan lumpur endapan. Keuntungan penggunaan flotasi melalui proses sedimentasi adalah dapat menghilangkan partikel dengan ukuran yang sangat kecil dalam waktu yang lebih pendek. Partikel yang mengapung pada permukaan dapat dihilangkan melalui operation skimming. 2. Presipitasi Presipitasi pada umumnya digunakan untuk menghilangkan logam berat dari limbah cair yang bersumber dari sepuhan logam, baja dan besi. Presipitasi juga biasa dikenal sebagai pengendapan yaitu proses pemisahan atau pengendapan yang menggunakan prinsip gravitasi. Parktikel logam berat yang lebih berat daripada air akan mengendap. 3. Filtrasi Proses filtrasi dapar digunakan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dari limbah cair industri. Filtrasi dilakukan dengan cara melewatkan limbah cair untuk disaring melalui filter bed composed baik dengan aatau tanpa penambahan bahan kimia. Dengan filter bed, penghilangan padatan tersuspensi yang terkandung dalam limbah cair dilakukan oleh proses yang kompleks melalui satu atau lebih mekanisme penghilangan, seperti straining, interception, impaction, sedimentation dan adsorbsi.

Pengolahan Secara Kimiawi Pengolahan limbah cair secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikelpartikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang dibutuhkan. Menurut Nurika (2006), proses pemisahan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan yang semula tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil dari reaksi oksidasi. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan menambahkan elektrolit yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga dapat diendapkan. Pemisahan logam berat dan fosfor dilakukan dengan menambahkan larutan alkali sehingga terbentuk endapan logamlogam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permenganat, aerasi, ozon hydrogen peroksida. Proses pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan: 1. Netralisasi Netralisasi biasa digunakan untuk limbah industri dengan pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Netralisasi merupakan proses dengan bahan asam yang ditambahkan pada limbah alkali atau bahan alkali yang ditambahkan pada limbah asam untuk mengubah pH limbah ke nilai yang dapat diterima. Netralisasi biasanya tidak dibutuhkan untuk mencapai pH netral (7,0), netralisasi hanya dibutuhkan untuk mengubah pH hingga mencapai nilai yang dapat diterima (Bishop, 2000). 2. Proses Oksidasi dan Reduksi Sistem oksidasi dan reduksi digunakan untuk menangani beberapa jenis limbah industri. Reaksi reduksi dan oksidasi harus digabungkan bersama karena elektron bebas tidak dapat berada dalam larutan. Dalam pengolahan limbah industri, bahan pencemar dioksidasi atau direduksi menjadi produk yang lebih sedikit mengandung racun, lebih mudah didekomposisi dan lebih mudah dihilangkan melalui proses adsorbsi. Bahan-bahan yang digolongkan sebagai oksidator adalah sianida, sulfida, fenol, pestisida dan beberapa bahan organik lainnya. Sedangkan yang berperan sebagai reduktor adalah ferrous sulfate, sodium metabisulfat, sodium borohydried, dan sulfur dioksida (Bishop, 2000). 3. Koagulasi Banyak limbah industri mengandung partikel tersuspensi dan koloid yang sangat kecil tingkat efektivitasnya jika dihilangkan dengan cara separasi. Koagulasi merupakan hasil dari penambahan dan pencampuran koagulan dengan limbah cair. Koagulan yang paling banyak digunakan adalah aluminium sulfat, ferric chloride, ferrous sulfate, dan ferric sulfate (Bishop, 2000). 4. Penukaran Ion (Ion exchange)

Penukaran ion merupakan proses pengolahan secara kimia yang digunakan untuk menghilangkan ion yang tidak dikehendaki dari limbah cair. Dalam pengolahan limbah cair industri, penukaran ion sebagian besar digunakan untuk menghilangkan kation seperti logam berat, tapi penukaran ion juga dapat digunakan untuk menghilangkan anion seperti sianida, arsenat dan kromat (Bishop, 2000). 5. Karbon Aktif Adsorbsi menggunakan karbon aktif dapat digunakan untuk menghilangkan kontaminan organik yang sulit dihalngkan oleh proses lain. Adsorpsi terdiri dari pemindahan kontaminan dari air limbah ke permukaan bahan penjerap (adsorbent). Bahan penjerap yang sering digunakan adalah karbon aktif karena mempunyai permukaan yang luas, kemampuan untuk menyerap sangat luas, dan biaya relative rendah disbanding bahan penjerap lainnya. Pengolahan Secara Biologis Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Pada umumnya pengolahan biologi dapat dibedakan atas reaktor pertumbuhan tersuspensi dan reaktor pertumbuhan lekat. Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolisis selama 12-18 jam di dalam kolam oksidasi maupun lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaereasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh diatas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Sistem lumpur aktif dirancang untuk memelihara populasi bakteri dan oksigen. Populasi bakteri dalam jumlah besar akan dapat mendegradasi bahan organik dalam limbah cair dengan cepat. Bakteri biasanya berkoloni, membentuk partikel kecil. Lumpur aktif harus diproses dan diatur dengan aman. Jumlah lumpur yang harus dibuang setiap harinya sama dengan jumlah biomassa yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai