Anda di halaman 1dari 18

Program dan Kebijakan Pemerintah yang terkait dengan Kesehatan Di Komunitas (Bidan Desa, JamKesMas, JamPersal)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan V (Komunitas)

Disusun oleh : Kelompok 8 Andriani Cacas Cahwati Cicih Sutiani Ersa Purnamasari Safitri 130103097074 130103097061 130103097062 130103097090 130103097075

ANGKATAN V-C

PROGRAM D3 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG

2011 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia - Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Program dan Kebijakan Pemerintah yang terkait dengan Kesehatan Di Komunitas (Bidan Desa, JamKesMas, JamPersal) tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Asuhan Kebidanan V (Komunitas) .Selain untuk menjadi tambahan ilmu yang sangat bermanfaat saat kuliah, dan selanjutnya bisa diaplikasikan disiplin ilmu yang di dapat di lapangan pekerjaan. Dalam

penyusunan makalah, kami sedikit banyak mengalami kendala, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang kami miliki. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi revisi yang lebih baik pada penyusunan makalah selanjutnya. Meskipun demikian, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bandung, Oktober 2011

Penyusun

DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................................................. i Daftar isi.......................................................................................................................................... ii Daftar Gambar ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................................1 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum .................................................................................................................1 1.2.1 Tujuan Khusus ................................................................................................................1

BAB II ISI MATERI 2.1 Bidan Desa .................................................................................................... 2.2 JamKesMas............................................................................................................... 2.3 JamPerSal................................................................................................................. BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan berbasis masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi masih sangat kurang dan perlu dilakukan perbaikan, terutama di pedesaan. Penempatan bidan di desa sebagai tenaga kesehatan berperan sangat penting dalam mengatasi masalah tersebut. Mereka ditempatkan dan bertugas di desa yang mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa dalam melaksanakan tu-gas pelayanan medis baik di dalam maupun di luar jam kerja dan bertanggung-jawab langsung kepada kepala puskesmas. Pendahuluan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang No. 23/1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut pemerintah telah berupaya untuk membuat kebijakan melalui Program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini berupa Bantuan Sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dan diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin, selanjutnya disebut Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai apa dan bagaimana program Jaminan Kesehatan Masyarakat berikut penulis menyajikan dalam beberapa bagian yang diharapkan dapat memberikan penjelasan singkat mengenai program dimaksud. Yang perlu untuk dipahami bersama adalah bahwa program yang dikembangkan tersebut merupakan program baru yang sangat potensial untuk mendukung pencapaian derajad kesehatan masyarakat namun di sisi lain juga masih cukup terbuka lebar dalam wacana untuk pengembangannya. Tahun 2008 jumlah sasaran adalah sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa, sedangkan di Provinsi DIY sasaran mencapai 275,110 RTM atau

942,129 jiwa. Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan oleh Menteri Kesehatan RI. Kepesertaan Program Jamkesmas. Untuk menurunkan AKI dari 228 per 100.000 KH (2007) menjadi 102 per 100.000 KH (2015) diperlukan upaya terobosan. Masih banyak ibu hamil belum memiliki jaminan pembiayaan persalinan. Hal ini menyebabkan banyak persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan dan dilakukan tidak di fasilitas kesehatan. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap persalinan yang sehat, Pemerintah memberikan kemudahan pembiayaan melalui Jaminan Persalinan. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Untuk mengetahui program kebijakanpemerintah yang terkait dengan kesehatan di komunitas. 1.2.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui tentang Bidan Desa Untuk mengetahui tentang Jam Kes Mas Untuk mengetahui tentang Jam Per Sal

BAB II ISI 2.1 Bidan Desa a. Definisi Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan (Depkes RI, 2007b). b. Pelayanan Bidan Pelayanan adalah suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan pertolongan, bimbingan, pendidikan, perlindungan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Menurut Azwar (2004) pelayanan kesehatan yang terdapat dalam masyarakat secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yaitu: 1) Pelayanan Kesehatan tingkat I pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar. 2) Pelayanan kesehatan tingkat II pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis satu bahkan kadang-kadang pelayanan sub-spesialisasi tetapi terbatas. 3) Pelayanan kesehatan tingkat III pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan spesialisasi serta subspesialisasi. c. Tujuan Penempatan Bidan di desa Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan Posyandu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku hidup sehat. Secara khusus tujuan penempatan bidan desa adalah : 1) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

2) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan. 3) Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi. 4) Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan, persalinan dan perinatal. 5) Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare. 6) Meningkatnya kemampuan keluarga untuk sehat dengan membantu pembinaan kesehatan masyarakat. 7) Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk gerakan Dana Sehat (Depkes RI, 2002). d. Kedudukan Bidan Desa Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), diuraikan bahwa bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat desa. e. Tugas Pokok Bidan di Desa Tugas pokok seorang bidan di suatu desa adalah sebagai berikut: 1)Melaksanakan kegiatan di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan,

2)Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2002). f. Fungsi Bidan di Wilayah Kerjanya Fungsi seorang bidan desa di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut: 1) Memberikan pelayanan kesehatan meliputi asuhan kehamilan, asuhan persalinan, asuhan bayi baru lahir, perawatan anak balita, pelayanan keluarga berencana (kontrasepsi), 2) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, 3) Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat, 4) Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi,

5) Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan, 6) Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat, 7) Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada puskesmas kecuali dalam keadaan darurat hams dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya, 8) Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan (Depkes RI, 2002). g. Wewenang Bidan di Desa Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Nomor 572/Menkes/ RI/1996 menjelaskan bahwa bidan di dalam menjalankan prakteknya, berwenang untuk memberikan pelayanan KIA, Wewenang bidan yang bekerja di desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini diatur dengan peraturan Menteri Kesehatan (Depkes RI, 1997). Wewenang tersebut adalah sebagai berikut : 1) Wewenang umum Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat

dipertanggungjawabkan secara mandiri. 2) Wewenang khusus Wewenang khusus adakah untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang diberikan wewenang tersebut. 3) Wewenang pada keadaan darurat Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan profesi. Segera setelah melakukan tindakan darurat tersebut, bidan diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya. 4) Wewenang tambahan Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan program pemerintah pendidikan dan pelatihan yang diterimanya.

h. Tempat Tinggal Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan diwajibkan tinggal di desa (polindes) tersebut serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat (Depkes RI, 1997). i. Peran Bidan Desa Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan Rujukan

j. Upaya-upaya Pemecahan Masalah Pelayanan Bidan Desa Terhadap tingginya Angka kematian ibu adalah 1) Pemerintah a) Memberdayakan tenaga koordinator bidan yang bertugas dan mempunyai wewenang dalam memantau dan membina kinerja bidan desa dalam aspek teknis maupun aspek pengelolaan program KIA, b) Arahan, dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten menjadi unit terdepan dalam pemantauan, pembinaan bidan desa serta bertanggung jawab dalam fasilitas kelancaran pelaksanaan tugas bidan desa di wilayahnya. 2) Masyarakat a) Suami Siaga, b) Bidan Siaga, c) Warga Siaga, d) Desa Siaga k. Masalah-masalah yang di hadapi bidan desa 1) Bidan Tidak Puas Alasan utama bagi bidan meninggalkan pekerjaannya di desa terpencil karena ketidakpuasan mereka terhadap perkembangan karir. Rendahnya minat bidan untuk bekerja di wilayah terpencil ditunjukkan dengan banyaknya desa terpencil yang tidak memiliki bidan. Jumlah bidan di desa telah mencapai 62.812 orang pada tahun 2000 tetapi jumlah ini berkurang pada tahun 2003 menjadi 39.906 orang atau mengalami penurunan 36%.

Dari

prosentase

tersebut

dapat

dilihat

bahwa

22.906

desa

di Indonesia sudah ditinggalkan bidan. Ini terjadi sejak dilaksanakan program penempatan bidan di desa pada tahun 1989 yang dilanjutkan dengan program pengangkatan bidan sebagai pegawai tidak tetap melalui Kepres nomor 23 tahun 1994 dan Kepres nomor 77 tahun 2000. 2) Tanggung Jawab Yang Berat dan Jauh dari Tempat Konsultasi Bidan juga dituntut mampu berperan sebagai tokoh atau pemuka masyarakat selain peran utamanya dalam melaksanakan upaya-upaya kesehatan di desa yang menjadi wilayah kerjanya,. Tanggung jawab ini dirasakan sangat berat karena keterbatasan kemampuan serta tempat konsultasi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di desa terlalu jauh. 3) Fasilitas Pemondokan Dan Tempat Praktik Tidak Layak Bangunan rumah pemondokan bidan desa masih kurang layak huni karena keterbatasan dana pembangunan. Dindingnya hanya terbuat dari papan dan masih dapat diintip. Lokasinya terkadang jauh dari masyarakat bahkan ada yang terletak di tepi kuburan dan di pinggir sungai. Hal ini diperparah dengan kondisi sanitasi yang buruk. 4) Keterbatasan Fasilitas Transportasi dan Komunikasi Fasilitas transportasi di desa khususnya desa terpencil masih menjadi penyebab terkendalanya pelaksanaan program-program kesehatan yang

dilaksanankan oleh bidan. Pada musim hujan jalan menjadi sulit untuk dilalui. Padahal mereka tidak dapat menunda waktu pasien untuk dirujuk ketika ada kasus darurat. Keterbatasan ini juga menjadi halangan mobilitas bagi suami mereka yang bekerja di kota. Sehingga kebanyakan bidan di desa terpencil berusaha pindah ke puskesmas atau desa biasa untuk mendekati tempat tugas suami. Kebanyakan dari desa terpencil tidak memiliki sarana informasi yang memadai seperti telepon dan radio komunikasi. Bidan sangat memerlukan akses informasi yang baik untuk mendukung pelaksanaan tugasnya di desa terpencil. Informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo dan puskesmas sering mengalami keterlambatan bahkan tidak sampai. Akibatnya, pengiriman suratsurat penting harus melalui kurir yang tentu saja memerlukan tambahan biaya.

Keluhan lain yang sering muncul adalah fasilitas pendidikan anak yang sangat terbatas, jauh dari pasar dan tempat hiburan. Demikian juga lapangan pekerjaan yang terbatas, menjadikan mereka enggan untuk terus menetap di desa terpencil. 5) Penghasilan dan Kompensasi Tidak Sesuai Dengan Tanggung Jawab Tunjangan penghasilan bagi bidan di daerah terpencil sebesar

Rp.200.000,- per bulan, dirasakan tidak sebanding dengan kesulitan yang mereka alami. Padahal harga kebutuhan bahan-bahan pokok harian lebih mahal bahkan dapat mencapai 3 kali lipat bila dibandingkan dengan harga pasar di kota. Ditambah lagi dengan sulitnya transportasi yang membutuhkan biaya lebih mahal. 6) Kepastian Karir Beberapa alternatif pilihan karir setelah menyelesaikan masa baktinya sebagai bidan PTT di desa selama 3 tahun adalah sebagai berikut: a) Memperpanjang masa bakti atau mengusulkan diangkat kembali sebagai PTT. b) Mengembangkan praktik mandiri di desa c) bekerja di unit pelayanan kesehatan swasta. d) melanjutkan pendidikan atau menjadi CPNS. Tetapi bagi bidan di desa terpencil pengembangan karir tersebut masih sulit. Ini disebabkan rendahnya kemampuan masyarakat dalam membayar jasa pelayanan bidan. Faktor lain yang menghambat mereka untuk mengembangkan karir adalah keterbatasan sarana, prasarana dan fasilitas. Hal tersebut diperparah oleh tidak tersedianya jaminan perlindungan profesi bila terjadi kasus fatal terhadap pelayanan yang mereka berikan. Sedangkan untuk mengikuti pendidikan ke jenjang D-3 Kebidanan, mereka sudah banyak ketinggalan informasi dan belum lagi mereka harus membayar biaya pendidikan yang mahal secara mandiri. Sedangkan mengenai kesempatan untuk menjadi CPNS, mereka merasa tidak memiliki prioritas serta persaingan yang ada terlalu berat. 7) Dinas Perlu Pengelola Khusus untuk Mengelola Bidan di Desa Apabila pengelolaan sumber daya bidan tidak dilakukan dengan serius oleh Dinas Kesehatan, niscaya akan berdampak pada turunnya minat dan

kebetahan bidan untuk bertugas di desa terpencil. Berbagai hal yang harus diperhatikan oleh Dinas Kesehatan mencakup perbaikan kompensasi, kepastian pengembangan karir di pegawai negeri, penghargaan terhadap prestasi kerja di lapangan, penyelenggaraan pelatihan-pelatihan praktis dan knowledge

update, serta rehabilitasi perumahan bidan di desa terpencil.

2.2 JAMKESMAS a. Definisi Jamkesmas singkatan dari jaminan kesehatan masyarakat, merupakan suatu program yang dibuat pemerintah untuk menjamin kebutuhan kesehatan bagi masyarakat kurang/tidak mampu. Jamkesmas ini sebenarnya bukan suatu program baru. Program ini melanjutkan program terdahulunya yaitu askeskin dan kartu sehat yang semuanya memiliki tujuan yang sama, untuk menjamin pembiayaan kesehatan masyarakat miskin. Keluarga miskin yang berhak masuk sebagai peserta jamkesmas ditentukan oleh pendataan dari BPS / Biro Pusat Statistik dan mekanisme di lapangan diserahkan lewat Kelurahan, RW dan RT. Adapun pelaksana jamkesmas adalah instansi pemerintah secara berjenjang dari bawah, mulai Puskesmas, rumah sakit berbagai tipe. Adapun rumah sakit swasta bisa ikut serta sebagai pelaksana jamkesmas, asalkan sudah ada kesepakatan dengan pemerintah daerah setempat. Dan puskesmas di sini hanya sebagai pelayan kesehatan pemilik kartu tersebut. Akan tetapi karena berbicara masalah kesehatan, maka kenyataan di lapangan malah menjadi terbalik, seolah masyarakat merasa jamkesmas di keluarkan oleh puskesmas. Sehingga saat ada masyarakat yang memerlukan, banyak masyarakat yang datang dan juga menyalahkan puskesmas kenapa yang jelas-jelas miskin tidak mendapat kartu jamkesmas. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di lapangan juga banyak mendapat keluhan dari masyarakat mengenai berbagai hal. Misalnya memang benar bahwa pasien tidak mengeluarkan biaya apapun, tetapi masalah lain yang ikutan muncul adalah biaya transportasi dan makan keluarga yang

menunggu, biaya makan keluarga yang di rumah, kalau kebetulan yang sakit adalah tulang punggung keluarga tersebut. Bahkan masalah sikap tenaga medis di rumah sakit yang di rasa membedakan terhadap pemegang kartu jamkesmas, belum lagi masalah obat-obatan yang kadang sering sekali habis, dan anehnya kalau dikatakan akan membayar tunai, obat langsung ada. Ditambah lagi masalah kepengurusan administrasi, banyak pasien yang dimintai uang dengan alasan supaya kepengurusan cepat dan lancar. Sebenarnya keinginan masyarakat miskin sangat sederhana, mereka ingin meski pembiayaan gratis tetapi mohon kejelasan administrasi dan prosedur karena banyak yang tidak tahu menahu tentang prosedur penggunaan kartu, oleh karena itu puskesmas telah melakukan serangkaian penyuluhan kepada masyarakat miskin pengguna jamkesmas agar mengerti tata cara, hak dan kewajiban pemegang kartu jamkesmas. b. TATA LAKSANA KEPESERTAAN JAMKESMAS (SESUAI PEDOMAN PELAKSANAAN JAMKESMAS TAHUN 2010) 1) Peserta JAMKESMAS adalah setiap orang yang membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. 2) Peserta JAMKESMAS adalah fakir miskin dan orang yang tidak mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayar oleh Pemerintah sejumlah 76,4 juta jiwa bersumber dari data makro BPS tahun 2006. 3) Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas meliputi: a) Masyarakat tidak mampu yang telah ditetapkan oleh Surat Keputusan (SK) Bupati/ Wali Kota tahun 2008 berdasarkan pada kuota Kabupaten Kota (BPS) yang dijadikan database nasional. b) Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas. c) Semua peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah memiliki Jamkesmas. d) Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 1185/ Menkes/ SK/ Xii/ 2009 tentang peningkatan kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lapas serta Korban Bencana.

4) Apabila masih ada masyarakat miskin yang tidak masuk dalam SK Bupati/ Wali kota maka jaminan kesehatannya menjadi tanggung jawab Pemda. 5) Peserta Jamkesmas ada yang memiliki kartu dan ada yang tidak memiliki kartu. Peserta yang memiliki kartu meliputi: Peserta sesuai SK, Penghuni panti social, korban bencana pasca tanggap darurat. Peserta yang tidak memiliki kartu meliputi: Gelandangan, pengemis, anak terlantar, penghuni lapas, peserta program keluarga harapan, bayi yang lahir dari keluarga peserta Jamkesmas 6) Peserta yang tidak memiliki kartu maupun yang memiliki kartu, PT. Askes wajib menerbitkan SKP. 7) Apabila terjadi kehilangan kartu, peserta melaporkan ke PT. Askes untuk selanjutnya dilakukan pengecekan database kepesertaannya. 8) Peserta yang telah meninggal dunia, hanya hilang dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain 9) Verifikasi Kepesertaan Jamkesmas dengan mencocokkan kartu Jamkesmas dari peserta yang berobat dengan database kepesertaan untuk selanjutnya diterbitkan SKP. Verifikasi dilengkapi dengan dokumen berupa Kartu Keluarga (KK)/ Kartu Tanda Penduduk (KTP)/ identitas lainnya untuk pembuktian kebenarannya. 10) Bagi gelandangan, pengemis dan anak terlantar yang tidak mempunyai identitas cukup dengan surat keterangan/ rekomendasi dari Dinas/ Instansi Sosial setempat. Khusus untuk penghuni lapas dan rutan, cukup dengan surat rekomendasi dari Kepala Lapas/ Kepala Rutan setempat. 2.3 JAMPERSAL (Jaminan Persalinan) a. Definisi Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. b. Tujuan 1) Tujuan Umum

Menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB

2) Tujuan Khusus Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan. Meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan. Meningkatnya cakupan pelayanan KB pasca persalinan. Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel c. Sasaran Ibu hamil Ibu bersalin Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan) Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari) d. Manfaat Jampersal 1. Bagi Masyarakat Biaya pelayanan dijamin Pemerintah Ibu hamil akan mendapatkan pelayanan antenatal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan. Ibu bersalin akan mendapat pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Ibu nifas akan mendapat pelayanan nifas 3 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan Ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir yang mempunyai masalah kesehatan akan ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan yang lebih mampu (Puskesmas, Puskesmas mampu PONED, RS). 2. Bagi Tenaga Kesehatan Mendukung program Pemerintah dalam rangka menurunkan AKI, AKB, dan meningkatkan cakupan KB.

Adanya kepastian akan menerima jasa pelayanan medis sesuai ketentuan yang berlaku. Peluang bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan jumlah klien yang ditangani. Adanya kepastian mekanisme rujukan sehingga kasus dapat ditangani dan dirujuk lebih dini. Peluang bagi bidan di desa untuk meningkatkan kemitraan dengan dukun beranak

3. Bagi Dinas Kesehatan Melaksanakan program Pemerintah dalam rangka meningkatkan cakupan, menurunkan AKI dan AKB. Peluang untuk meningkatkan kemitraan dengan fasilitas kesehatan swasta Peluang untuk memperkuat sistem pencatatan dan pelaporan program KIA dan KB. Peluang untuk memperbaiki sistem rujukan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal.

BAB III KESIMPULAN Tujuan Penyelenggaraan Program Jamkesmas Secara umum Jamkesmas dibangun untuk memberikan akselerasi dalam peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Secara khusus program ini ditujukan untuk meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu guna mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit. Melalui program ini pula diharapkan akan terjadi proses penyelenggaraan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntable yang pada akhirnya akan berdampak kepada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Sasaran Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA 1. Maelani Niken, 2009. Kebidanan Komunitas, Fitramaya ; Yogyakarta 2. http://zweetscorpioluv.blogspot.com/2010/06/permasalahan-terkait-bidan-desa.html 3. http://ehsablog.com/pengertian-bidan-desa-info-kesehatan-ibu-dan-anak.html 4. http://www.epuskesmas.com/kabar-kesehatan/informasi-kesehatan/20-jamkesmas 5. http://rsud.bulelengkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=62:tatalaksana-jamkesmas&catid=53:berita-terkini. 6. http://www.dinkes.jogjaprov.go.id/index.php/cjamkes/read/70.html.

Anda mungkin juga menyukai