Anda di halaman 1dari 3

Nama NIM Tugas

: Oktavia Rahayu Ulfah : I1A008040 : IKM

1. Pemeriksaan Antropometri Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropometri. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dan berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameternya adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul, dan tebal lemak dibawah kulit. a. Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh. b. Berat Badan Berat badan menggambarkan jumlah dari protein,lemak, air dan mineral pada tulang. Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan, sebagai berikut : - Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain. - Mudah diperoleh dan relatif murah harganya. - Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg. - Skalanya mudah dibaca. - Cukup aman untuk menimbang anak balita. c. Tinggi Badan Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa, yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. d. Lingkar Lengan Atas Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah salah satu pilihan untuk menentukan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh serta harga nya relatif murah. Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik. Ada 7 urutan pengukuran LLA, yaitu : - Tetapkan posisi bahu dan siku - Letakkan pita antara bahu dan siku - Tentukan titik tengah lengan - Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan - Pita jangan terlalu ketat - Pita jangan terlalu longgar - Cara pembacaan skala yang benar.

e. Jaringan Lunak Antropometri fisik yang paling sering atau praktis digunakan dilapangan. Bermacammacam Skin-fold Calipers ditemukan, dan alat tersebut mempunyai standar atau jangkauan jepitan (20-40 mm2), dengan ketelitian 0,1 mm, tekanan yang konstan 10 gram/mm2. Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden Calipers. Alat itu memungkinkan jarum diputar ke titik nol apabila terjadi penyimpangan. 2. Pemeriksaan biokimia untuk kasus kwashiorkor, marasmus, kwashiorkor-marasmus. Beberapa parameter biokimia perlu dinilai: a. Serum albumin, mempunyai waktu paruh yang panjang yaitu 21 hari. Kadar albumin < 3.5 g/dL menunjukkan pasien mempunyai risiko malnutrisi. b. Bila Total lymphocyte count, < 1,500 cells per milimeter kubik juga dapat sebagai indikator mempunyai risiko malnutrisi. c. Serum transferrin, waktu paruh 7 hari. Pada beberapa pasien mempunyai kadar transferin < 140 mg/dL, pasien dapat dinyatakan berisiko malnutrisi. d. Serum pre-albumin (transthyretin), waktu paruh 3 hari. Dikatakan berisiko malnutrisi bila kadarnya <17 mg/dL. e. Total iron-binding capacity (TIBC) dikatakan normal bila kadarnya antara 250 and 450 mcg/dL. f. Kadar Kolesterol juga dapat digunakan untuk menilai status gizi, bila kadarnya < 150 mg/dL, menunjukkan ada peningkatan risiko gangguan status gizi. 3. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Penyebab utama GAKY adalah kekurangan iodium. Goitrogenik pada umumnya berperan sebagai penghambat transport aktif ion iodida ke dalam kelenjar tiroid sehingga menghambat fungsi tiroid. Kekurangan iodium yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid. Sintesa hormone tiroid berkurang, maka akan menguras cadangan iodium serta mengurangi produksi tiroksin (T3 dan T4) bebas dalam plasma darah. Pengurangan produksi T3 dan T4 didalam darah memicu sekresi TSH yang menyebabkan kelenjar tiroid lebih giat lagi, sehingga sebagai proses kompensasi kelenjar ini membesar, yang disebut gondok. Menurut WHO, apabila disuatu daerah ditemukan jumlah penderita gondok / TGR 5 % dari jumlah penduduk, maka daerah tersebut termasuk daerah endemis. Kriteria epidemiologis untuk menilai endemisitas GAKY suatu daerah berdasarkan indikator TGR adalah non endemis jika TGR < 5 %, endemis ringan jika TGR 5,0-19,9 %, endemis sedang jika TGR 20,0-29,9 % dan endemis berat jika TGR 30 %. GAKY dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid. Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, lahir mati, kelainan bawaab pada bayi, kretinisme. Tanda-tanda klinis GAKY terjadi pembesaran kelenjar tiroid yang diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan fisik berupa inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid. Pemeriksaan biokimiawi pada kasus GAKY yaitu analisis biokimia dan tingkat keparahan gondok. Analisis biokimia meliputi kadar TSH dalam darah dan ekskresi

yodium dalam urine. Tingkat keparahan gondok endemik karena defisiensi yodium diklasifikasikan menurut ekskresi yodium dalam urine yaitu : Tahap 1 : gondok endemik dengan rata-rata ekskresi iodium dalam urine 50 g/gr kreatinin. Pada keadaan ini suplai hormone tiroid cukup untuk perkembangan fisik dan mental normal. Tahap 2 : gondok endemic dengan ekskresi yodium 25-50 g/gr kreatinin. Pada kondisi ini hormone tiroid mungkin tidak cukup, dapat terjadi resiko hipotiroidisme, tetap belum sampai kretinisme. Tahap 3 : ekskresi yodium < 25 % g/gr kreatinin. Populasi memiliki resiko menderita kretinisme. Kandungan yodium dalam bahan pangan dan diet yodium total dipengaruhi oleh keadaan geokimiawi, tanah, dan budaya. Proses memasak seperti proses penggorengan akan mengurangi kadar yodium sebanyak 20%, penggilingan 23% dan perebusan sebesar 58%. Pengobatan defisiensi yodium dengan pemberian garam beryodium, suplementasi yodium pada hewan yang dikonsumsi, suntikan minyak beryodium dan pemberian kapsul minyak beryodium.

Anda mungkin juga menyukai