Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Pasar adalah tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk

menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu. Permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bersifat fluktuatif yang sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar. Syarat suatu tempat untuk dikatakan sebagai pasar adalah apabila terdapat tempat untuk berniaga, barang dan jasa yang akan diperdagangkan, penjual barang tertentu, pembeli barang dan adanya hubungan dalam transaksi jual beli. Oleh karena itu, pasar berfungsi sebagai sarana distribusi yaitu terjadinya hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya antara produsen kepada konsumen. Sebagai pembentuk harga, pasar berperan dalam proses terjadinya tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga terbentuklah harga dan sebagai sarana promosi, dengan berbagai macam cara para produsen memperkenalkan hasil produksi kepada konsumen sehingga para konsumen berniat membeli barang tersebut (anonim, 2010). Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki potensi pasar yang cukup besar. Baik pasar modal, pertanian, perikanan dan pasar barang dan jasa lainnya. Sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan, Yogyakarta memiliki beberapa pasar tradisional yang di dalamnya memperjualbelikan produk-produk perikanan. Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik yang menerapkan sistem transaksi tawar menawar dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan atau daerah disekitarnya ( Sinaga, 2008). Pasar Patuk merupakan salah satu dari beberapa pasar tradisional yang terdapat di Yogyakarta dan menyediakan tempat bagi para pedagang ikan untuk menjual produk hasil perikanan baik yang berasal dari hasil budidaya maupun dari perikanan tangkap. Karena letaknya yang berada di tengah kota, maka akses menuju pasar tersebut sangatlah mudah. Sifat atau kebiasaan hidup konsumen akan berpengaruh terhadap pasar. Konsumen yang berpendapatan tinggi dan memiliki kebiasaan hidup yang sangat konsumtif akan sangat menguntungkan penjual karena semakin memudahkan dalam

penjualan barang. Lokasi pasar yang mudah dijangkau adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruh banyak sedikitnya pembeli ataupun pemasok barang. Lokasi pasar yang mudah dijangkau dengan alat transportasi akan semakin memudahkan para pembeli untuk memperoleh barang pemuas kebutuhan mereka. Demikian pula pada pemasok, adanya ketermudahan dalam mencapai lokasi pasar akan semakin memudahkan para pemasok dalam mengirimkan barang yang dibutuhkan oleh pedagang di pasar tersebut. Kemudahan transportasi ini juga akan semakin menurunkan biaya operasional sehingga barang yang dijual memiliki harga yang tidak memberatkan konsumen sebagai pihak ketiga. Dilihat dari segi konsumen, pasar perikanan di Yogyakarta dipengaruhi oleh tingkat konsumsi ikan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih sangat rendah, mencapai sekitar 4 kg/kapita/tahun (Anonim, 2009). Pola konsumsi ikan juga tidak merata di samping rendahnya konsumsi ikan. Rendahnya konsumsi ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta diduga antara lain disebabkan oleh rendahnya produksi perikanan, sosial budaya, dan rendahnya pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan pedagang ikan di pasar-pasar tradisional khususnya di Pasar Patuk merupakan salah satu cara untuk mengatasi kurangnya ketersediaan produk perikanan budidaya maupun produk perikanan tangkap. Secara tidak langsung kondisi sosial ekonomi para pedagang ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor produsi maupun faktor konsumen. Kehidupan sosial ekonomi sendiri adalah perilaku sosial masyarakat yang menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan dan pemanfaatannya (Sembiring,2009). Oleh karena itu, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi para pedagang ikan di Pasar Patuk, maka dilakukan pengamatan, observasi dan wawancara lapangan di Pasar Patuk Yogyakarta yang telah terlaksana pada tanggal 13 Desember 2011.

B.

Tujuan 1. 2. Mengetahui Harga produk perikanan di Pasar Pathuk Mengetahui permasalahan - permasalahan yang dihadapi pedagang ikan di Pasar Patuk 3. Mengetahui Saluran Pemasaran produk perikanan di Pasar Pathuk

C.

Manfaat 1. Mampu mengembangkan kemampuan dalam menganalisis permasalahan yang dihadapi para pedagang ikan di Pasar Patuk 2. Memberikan kesempatan untuk mengembangkan solusi-solusi yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi para pedagang ikan di Pasar Patuk 3. Mampu memberikan Informasi terhadap harga produk perikanan di Pasar Pathuk

D.

Waktu dan Tempat Praktikum ini telah kami dilaksanakan pada : Hari : Selasa

Tanggal : 13 Desember 2011 Waktu : 06.00 08.00 WIB Tempat : Pasar Patuk Yogyakarta

BAB II PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

A.

Observasi a. Pengertian Observasi Menurut Nawawi & Hadari (1992) observasi adalah pengamatan dan pencatatan

secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejalagejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Observasi barangkali menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmuilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Observasi adalah suatu aktivitas dalam mengenal tingkah laku individu dan biasanya diakhiri dengan mencatat hal-hal yang penting dan merupakan studi yang dilakukan dengan sengaja dan secara sistematis melalui proses pengamatan atau gejala-gejala spontan yang terjadi pada saat itu (Poerwandari, 2007). Banister dkk (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan bahwa observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah. Sedangkan menurut Patton (dalam Poerwandari, 2007) observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif.

b. Tujuan Observasi Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitasaktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus akurat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai

catatan panjang lebar yang tidak relevan. Patton (dalam Poerwandari, 2007) mengatakan data hasil observasi menjadi data penting karena: 1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dimana suatu hal yang diteliti ada atau terjadi. 2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. 3. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh partisipan atau subjek penelitian sendiri kurng disadari. 4. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara. 5. Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain. 6. Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap intospektif terhadap penelitian yang dilakukannya. Patton (dalam Poerwandari, 2007) menjelaskan bahwa data hasil penelitian menjadi penting karena peneliti akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang konteks dimana hal itu terjadi. Peneliti akan dapat bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. c. Bentuk-bentuk Observasi Menurut Moleong (1998), observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Keterlibatan pengamat dalam kegiatan orang-orang yang diamati, yaitu : a. Observasi Partisipan Suatu observasi dimana pengamat ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau diamati seolah-olah pengamat merupakan bagian dari mereka. b. Observasi Non Partisipan Observasi dimana pengamat berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.

2. Cara pengamatan dibedakan atas : a. Observasi Berstruktur Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya

menggunakan pedoman pengamatan. b. Observasi Tidak Berstruktur Observasi dimana pengamat dalam melaksanakan observasinya melakukan pengamatan secara bebas. Metode observasi yang dilakukan pada praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara survey langsung terhadap sejumlah responden dari pedagang ikan di Pasar Demangan dan Pasar Patuk yang dapat mewakili keseluruhan pedagang ikan di kedua pasar tersebut. Sebelum pelaksanaan praktikum dilakukan, diadakan koordinasi dengan pengurus pasar dan para pedagang ikan agar pelaksanaan praktikum dapat berjalan lancar. Observasi dilakukan dengan cara peninjauan dan pengamatan langsung ke lapangan menggunakan kuisioner berupa wawancara (tanya jawab), pengambilan video dan pengambilan gambar(foto). Pengisian kuisioner dilakukan oleh praktikan sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden.

B.

Wawancara 1. Pengertian Wawancara Moleong (1998) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sedangkan menurut Poerwandari (2007) wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara sendiri merupakan suatu teknik dalam mengali informasi yang diinginkan dalam suatu proses tanya jawab (Arismunandar, 2006). 2. Bentuk-bentuk Wawancara Menurut Moleong (1998) metode wawancara dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Wawancara berstruktur Merupakan metode wawancara dimana pewawancara menggunakan (mempersiapkan) daftar pertanyaan atau daftar isian sebagai penuntun selama proses wawancara. b. Wawancara semi terstruktur Proses wawancara yang menggunakan panduan wawancara yang berasal dari pengembangan topik. Sistem yang digunakan dalam menggajukan pertanyaan dan penggunaan terminology lebih fleksibel daripada wawancara terstruktur. c. Wawancara tidak terstruktur Merupakan metode wawancara dimana pewawancara tidak menggunakan (mempersiapkan) daftar pertanyaan atau isian sebagai penuntun selama proses wawancara. Sedangkan Patton (dalam Poerwandari, 2007) membedakan tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara, yaitu : a. Wawancara Informal Proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya

pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara demikian umumnya dilakukan peneliti yang melakukan observasi partisipatif. Dalam situasi demikian, orang-orang yang diajak berbicara mungkin tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai secara sistematis untuk menggali data. b. Wawancara dengan Pedoman Umum Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dipertanyakan. Wawancara dengan pedoman sangat umum ini dapat berbentuk wawancara terfokus, yakni wawancara yang mengarahkan pembicaraan pada hal-hal atau aspek-aspek tertentu dari kehidupan atau pengalaman subjek.

c. Wawancara dengan Pedoman Terstandar yang Terbuka Dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai sekuensi yang tercantum, serta menanyakannya dengan cara yang sama pada responden-responden yang berbeda.

Wawancara pada praktikum kali ini dilakukan selama satu hari yaitu tanggal 13 Desember 2011 di Pasar Patuk pukul 06.00 pagi hari. Wawancara dilakukan pada pagi hari untuk menyesuaikan kegiatan para pedagang ikan di pasar agar informasi yang didapatkan sesuai dengan kegiatan sehari-hari responden. Alat yang digunakan dalam pengambilan data berupa alat tulis dan lembar kuisioner. Wawancara dan tanya jawab dilakukan sesuai kesepakatan antara responden dengan pewawancara agar tidak mengganggu kegiatan perdagangan para responden.

BAB III KEADAAN LOKASI & SISTEM PEMASARAN PRODUK PERIKANAN DI PASAR PATUK YOGYAKARTA
A. Keadaan Lokasi Pasar Patuk merupakan salah satu pasar tradisional yang terdapat di Yogyakarta. Lokasi Pasar Patuk cukup jauh dari sisi Barat Malioboro. Letaknya yang dekat daerah pecinan kota Yogyakarta menyebabkan banyak makanan khas warga keturunan Cina dijual disini. Berdasarkan informasi dari pengurus Pasar, Pasar patuk berdiri tahun 1979, pada awalnya pasar tersebut merupakan daerah perkampungan yang dekat dengan Bioskop Samurai. Kemudian setelah terjadi kebakaran, maka lahan tersebut diambil alih oleh pemerintah dan dijadikan pasar yang sekarang dikenal dengan Pasar Patuk. Aktivitas di Pasar Patuk dimulai pukul 04.30 pagi hingga 17.00. Penataan kios pedagang di pasar ini sudah cukup baik, di bagian kanan pasar terdapat para penjual sayuran, pedagang makanan di bagian kiri dan los daging ayam serta ikan berada di bagian belakang pasar, sedangkan kios penjual daging sapi berada di bagian depan pasar. Jika dilihat dari kebersihan pasar, Pasar Patuk termasuk pasar tradisional yang cukup bersih dan tertib. Karena pasar ini merupakan pasar di dekat daerah pecinan, maka sebagian besar pembeli merupakan warga keturunan cina. Pasar Patuk memiliki struktur organisasi resmi dari pemerintah (slampiran 2). Organisasi pasar ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu; ketua, sekretaris, bendahara, dan keamanan. Posisi ketua dijabat oleh Bapak Sugeng, beliau bertugas untuk mengkoordinasikan serta memantau segala kegiatan yang berlangsung di pasar dan menghadiri kegiatan-kegiatan di luar pasar yang berasal dari pemerintah yang Gambar 3. Pasar Patuk Yogyakarta

kemudian diinformasikan kepada para pedagang di pasar. Ibu Sri Lestari sebagai

sekretaris bertugas untuk mengurus segala jenis administrasi dan surat-menyurat yang melibatkan pihak pasar. Sedangkan bendahara menangani keuangan yang keluar masuk pasar baik dari biaya sewa kios, atau pengelolaan dana pemerintah untuk pembangunan Pasar. Bendahara Pasar Patuk dijabat oleh Ibu Mini. Bagian keamanan berfungsi untuk menjaga stabilitas kegiatan pasar, baik dari segi regulasi pasar ataupun kebersihan pasar. Sehingga, keadaan pasar bisa kondusif dan nyaman bagi konsumen ataupun para pedagang.

B. Sistem Pemasaran Produk Perikanan a. Profil Responden Teknik pengambilan data pengamatan praktikum pengantar ekonomi perikanan dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung dengan para pedagang ikan di Pasar Patuk. Wawancara dengan enam responden diharapkan dapat mewakili data pengamatan di pasar tersebut. Hasil wawancara terhadap enam responden adalah sebagai berikut: 1. Nama Umur Alamat : Partin : 57 : Jati Mulyo

Ibu Suti merupakan penjual komoditas perikanan yang unik. Beliau hanya menjual daging kodok saja. Jenis kodok yang dijual adalah kodok hijau Pendapatan yang didapatkan setiap harinya tidak menentu tergantung pada permintaan daging kodok dari konsumen langganannya. Harga yang dipasang Bu Suti sekitar Rp.25.000,00 per kilo. Dalam satu hari dapat terjual sebanyak 20 kg. Sehingga dengan jumlah anggota keluarga empat orang dari hasil berjualan sudah dapat mencukupi kebutuhan seharihari.

2. Nama Umur Alamat

: Kong Lo : 26 : Gamping

Kong Lo merupakan pedagang muda yang belum berkeluarga. Beliau sudah berjualan selama 3 tahun. Jenis ikan yang dijual adalah udang, cumi-cumi, gurame dan bandeng. Pendapatan kotor yang didapatkan setiap harinya sekitar Rp 1.000.000,00

10

Rp 2.000.000,00 dengan pendapatan bersih sebesar Rp 200.000,00 Rp 300.000,00. Kong Lo sudah memiliki tempat yang paten dan cukup bersih untuk berjualan sehinga ikan yang dijual cukup higienis. Penghasilan sebesar Rp 200.000,00 - Rp 300.000,00 sangat cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari untuk seorang lajang. yang masih

3. Nama Umur Alamat

: Pak Sugianto : 34 : Jatimuyo, Yogyakarta

Pak Sugianto adalah pedagang asal Yogyakarta tepatnya daerah Jatimuyo. Komoditas perikanan yang ditawarkan antara lain adalah cumi-cumi, udang, tengiri, gurame dan tongkol. Dalam satu hari didapatkan Rp 350.000,00 untuk pendapatan kotornya. Sedangkan pendapatan bersihnya sekitar Rp 200.000,00. Kios tempatnya berjualan merupakan kios yang di sewa dengan biaya Rp 4000,00 per harinya.

4. Nama Umur Alamat

: Pak Joko : 43 : Jogonegaran

Keluarga Joko adalah salah satu pedagang ikan di Pasar Patuk. Bapak dan Ibu Joko berjualan di dua tempat yang berbeda. Jenis ikan yang dijual adalah gurameh, udang, cumi dan kakap. Sehari mereka reta-rata mendapatkan penghasilan kotor sekitar Rp.2.000.000,00 Rp.3.000.000,00. Setelah dipotong biaya lain-lain maka didapatkan keuntungan sebanyak Rp 300.000,00 Rp 600.000,00 per harinya.

5. Nama Umur Alamat

: Siswono : 33 : Samodaran

Pak Siswono berasal dari Samodaran Yogyakarta. Jenis ikan yang dijual antara lain adalah tengiri, udang, kakap, gurameh, cumi-cumi dan barakuda. Beliau sudah memiliki langganan yang membeli ikan-ikan yang dijualnya, sehingga hampir setiap hari barang dagangannya laku terjual. Menurut beliau tidak ada kebijakan pemerintah yang merugikan bagi pedagang. Kendala yang beliau hadapi adalah saat terang bulan

11

dan stok ikan sedikit, maka beliau harus mengurangi jatah pesanan para pelanggannya dan membaginya secara merata agar tidak ada pelanggan yang kecewa karena tidak mendapat barang pesanannya.

6. Nama Umur Alamat

: Pak Wanto : 45 : Gamping

Pak Wanto adalah pedagang asli Yogyakarta. Barang dagangannya adalah udang, kakap, gurame, cumi setiap hari pasti habis, karena sudah dipesan oleh restoran yang berlangganan. Pendapatan kotor dalam satu hari sekitar Rp 2.000.000,00 dengan pendapatan bersih sekitar Rp 100.000,00. Biaya produksi biasanya dihabiskan untuk biaya pembelian es, transportasi dan biaya-biaya lain yang mencapai sekitar Rp 500.000,00 Rp.800.000,00. Dengan pendapatan yang didapatkan setiap hari, beliau mampu menghidupi kehidupan sehari-harinya.

b. Aktivitas Perdagangan Pasar Patuk mulai beraktivitas pukul 04.30 pagi. Pada jam tersebut keadaan pasar masih sepi karena baru sedikit pedagang yang menjajakan dagangannya. Distributor ikan Pasar Patuk berasal dari Semarang dan Pati yang diantarkan sekitar pukul 03.30 atau 04.00. Ikan yang disetorkan sesuai dengan pesanan pedagang. Pasar Patuk merupakan pasar kelima yang didatangi distributor. Sebagian pedagang sudah memiliki konsumen langganan baik restoran maupun perorangan, sehingga barang dagangan mereka habis setiap hari. Para pedagang mulai menjual ikan pukul 05.30 hingga siang sekitar pukul 12.30 wib karena konsumen mulai berdatangan pada jam-jam tersebut. Sama seperti pedagang di Pasar Demangan, pedagang ikan disini juga mengambil untung sekitar 5-10% dari harga yang di tetapkan distributor. Alur aliran ikan yang terjadi di Pasar Patuk dapat digambarkan dengan flowchart di bawah ini :

Produsen dari Semarang

Distributor

Pedagang ikan Pasar Patuk

Konsumen

Produsen dari Pati

Perorangan

Restoran/ rumah makan 12

Gambar 4. Flowchart aliran produksi ikan dari distributor ke konsumen di Pasar Patuk

Produk Ikan Udang Udang Windu Kakap Gurame Tengiri Cumi Bandeng Bawal Putih Kepiting

Harga Beli/Kg (Rp.) 35.000 75.000 28.000 28.000 37.000 33.000 25.000 50.000 25.000

Harga Jual/Kg (Rp.) 38.000 85.000 32.000 32.000 40.000 38.000 28.000 55.000 30.000

Margin/Kg (Rp.) 3.000 10.000 4.000 4.000 3.000 5.000 3.000 5.000 5.000

Volume Pembelian/pedangang (Kg) 50 50 50 50 50 50 50 50 50

Tabel rata-rata harga jual dan beli produk ikan di pasar Pathuk

c. Analisis Pendapatan Ilmu usaha tani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008). Berhasilnya suatu usaha dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang/pelaku usaha dalam mengelola aliran dana yang dimilikinya. Pendapatan sendiri merupakan sisa dari pengurangan nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif. Soekatarwi (2002) mengemukakan bahwa penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. TR = Y . Py ,dimana : TR Y = Total Penerimaan = Produksi yang diperoleh

13

Py

= Harga Y

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pd = TR TC ,dimana : Pd TR TC = Pendapatan Usaha tani = Total Penerimaan = Total biaya

Salah satu ukuran yang bisa dijadikan indikator untuk mengetahui keuntungan usaha tani yang dilihat dari segi pendapatan adalah perbandingan antara penerimaan (Return) denga biaya (cost) atau R/C. Jika nilai R/C>1 berarti penerimaan yang diperoleh akan lebih besar dari pada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut sehingga kegiatan usaha tani efisien untuk dilakukan. Sebaliknya, jika R/C<1 maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari pada penerimaan yang diperoleh sehingga usaha yang dilakukan tidak efisien. Alat yang digunakan untuk menganalisis keuntungan usaha tani adalah R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut : A = R/C R = Py. Y C = FC + VC A = {( Py.Y ) / ( FC + VC )} ,dimana : R C Py Y FC = Penerimaan = Biaya = Harga Output = Biaya Tetap = Biaya tidak tetap

Beberapa kendala yang mempengaruhi produksi usahatani adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari kondisi (kuantitas dan kualitas) unsur-unsur produksi seperti lahan, tenaga kerja dan modal. Sedangkan faktor kendala ekstern meliputi adanya pasar bagi produksi yang dihasilkan, tingkat harga baik sarana produksi maupun hasil, termasuk tenaga kerja buruh dan sumber kredit, tersedianya informasi teknologi yang mutakhir dan kebijaksanaan pemerintah yang menunjang. Berhasilnya suatu usaha tani, dalam hal ini pedagang ikan juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan dalam diagram dibawah ini:

14

Gambar 3. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha tani ............... Dari berbagai teori mengenai analisis pendapatan di atas, maka analisis pendapatan yang dapat dilakukan dari hasil wawancara adalah sebagai berikut : 1) Kong Lo Pendapatan ( /hari) - Penerimaan : Rp 2.000.000,00 - Cost : Rp 1.700.000,00

- Pendapatan ;Rp 300.000,00 Revenue Cost Ratio ( R/C ) 2.000.000,00 = 1,17 1.700.000,00 Benefit Cost Ratio ( B/C ) 300.000,00 1.700.000,00 2) Sugianto Pendapatan ( /hari) - Penerimaan : Rp 350.000,00 - Cost : Rp 150.000,00 = 0,17

15

- Pendapatan ;Rp 200.000,00 Revenue Cost Ratio ( R/C ) 350.000,00 150.000,00 Benefit Cost Ratio ( B/C ) 200.000,00 150.000,00 3) Joko Pendapatan ( /hari) - Penerimaan : Rp 3.000.000,00 - Cost : Rp 2.400.000,00 = 1,3 = 2,3

- Pendapatan ;Rp 600.000,00 Revenue Cost Ratio ( R/C ) 3.000.000,00 = 1,25 2.400.000,00 Benefit Cost Ratio ( B/C ) 600.000,00 2.400.000,00 4) Pak Wanto Pendapatan ( /hari) - Penerimaan : Rp 2.000.000,00 - Cost : Rp 1.900.000,00 = 0,25

- Pendapatan ;Rp 100.000,00 Revenue Cost Ratio ( R/C ) 2.000.000,00 = 1,05 1.900.000,00 Benefit Cost Ratio ( B/C ) 100.000,00 1.900.000,00 = 0,05

16

Analisis pendapatan tidak dapat dilakukan kepada semua responden, karena tidak semua responden mau meberikan keterangan mengenai pendapatan yang didapatnya setiap hari. Oleh karena itu, analisis pendapatan hanya dilakukan kepada responden yang meberikan data lengkap. Cost yang dikeluarkan para pedagang adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menunjang proses jual beli. Kegiatan pemasaran ikan oleh para pedagang ikan di Pasar Demangan dan Patuk membutuhkan beberapa alat dan bahan pembantu aktivitas berdagang. Adapun alat yang dibutuhkan dalam penjualan ikan berupa timbangan meja, pisau, talenan (alas untuk memotong daging), ember, baskom, gentong plastik, gayung, kantong plastik, batu asah pisau, dan keranjang. Sementara bahan-bahan pendukung adalah air bersih dan es batu. Semua biaya tersebut dimasukkan sebagai biaya operasional ( Cost).

d. Permasalahan dan Solusi Berdasarkan data hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan bahwa pedagang ikan di Pasar Patuk sebagian besar berasal dari daerah Yogyakarta dan merupakan penduduk lokal saja. Pedagang yang berjualan ikan di Pasar Patuk mayoritas adalah pekerjaan utama mereka dan telah lama digeluti oleh mereka. Hasil wawancara dengan para pedagang menunjukan bahwa ada beberapa permasalahan yang dirasakan. Permasalahan-permasalah tersebut antara lain : 1. Berkurangnya pasokan ikan air laut saat terang bulan. 2. Adanya isu ikan berformalin yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan konsumen. 3. Kurangnya penanganan ikan sehingga ikan lebih cepat mengalami kemunduran kualitas. 4. Perlu biaya lebih untuk penyimpanan ikan yang tidak habis terjual.

Saat terang bulan, jumlah stok ikan air laut menurun sehingga pendapatan para pedagang juga ikut berkurang. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut para pedagang menyiasati dengan memperbanyak jenis ikan air tawar atau saling berbagi stok antar pedagang. Karena permasalahan musim ikan, harga jadi naik sekitar 10 %. Adanya isu ikan berformalin cukup berpengaruh terhadap penjualan ikan. Isu tersebut menyebabkan permintaan berkurang. Oleh karena itu, para pedagang

17

mengaharapkan pemerintah serius menangani ikan berformalin. Selain itu, perlu adanya aturan yang lebih tegas terhadap para pedagang yang tidak memiliki ijin berjualan di pasar agar pedagang-pedagang liar yang tidak mempunyai ijin dapat ditertibkan. Pemasaran hasil produksi ikan dan penanganannya juga merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para penjual ikan. Penjual ikan menginginkan agar ikan tetap segar sampai di tangan konsumen. Hasil tangkapan ikan itu selalu mengalami perubahan fisik dan kimia dan secara bertahap mengarah ke pembusukan apabila tidak ditangani dengan baik. Ada dua cara untuk menghambat pembusukan ikan, yaitu penanganan hasil perikanan dengan bersih dan perlakuan pendinginan. Pendinginan ikan harus dilakukan dengan benar, karena apabila terlalu dingin akan mengakibatkan penurunan kualitas ikan. Peningkatan produksi perikanan perlu diimbangi dengan perbaikan dan peningkatan cara-cara penanganan serta pengawetan, karena dalam usaha perikanan kedua hal tersebut memegang peranan penting. Beberapa faktor penting dalam penanganan hal tersebut yaitu pendinginan dan pengendalian kualitas, sejak ikan diangkut dari tempat hidupnya sampai ke tempat pengolahan, serta tersedianya bahanbahan penolong seperti air bersih, es, dan peralatan pengangkutan agar produk terjaga kualitasnya (anonim,2009).

18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Permasalahan yang dihadapi pedagang ikan dari Pasar Demangan dan Patuk adalah kurangnya pasokan saat terang bulan, barang dagangan yang berupa ikan tidak habis terjual, isu ikan berformalin dan penanganan ikan yang kurang baik. 2. Sebagian besar produk perikanan dibeli dari Semarang dan pati

B. Saran Sebaiknya pihak pengurus Pasar Patuk menyediakan tempat penyimpanan ikan (cold storage) sebagai bentuk fasilitas yang diberikan kepada para pedagang. Sehingga pedagang tidak perlu mengeluarkan biaya terlalu besar untuk melakukan penyimpanan terhadap barang dagangan mereka yang tidak habis terjual.

19

DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2009. Penanganan Pemasaran Ikan. <http://www.iptekda.lipi .co.id/root/ buletin_detail.asp?Berita_id=100>. Diakses tanggal 13 Desember 2011. Anonim. 2010. Implementasi Kebijakan Perenovasian Pasar Demangan, Jalan Gejayan Untuk Menangani PKL Di Sekitarnya. Tugas mata kuliah Kebijakan Publik pada semester genap tahun akademik 2006/2007, FISIPOL UGM. Arismuanadar,S.2006.TeknikWawancara.<http://satrioarismunandar6.blogspot.com/200 9/06/teknikwawancara.htm. >. Diakses tanggal 13 Desember 2011. Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta. Kompas. 2010. Menelusuri Kembali Pasar Patuk.<

http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/23/menelusuri-kembali-pasar-patukyogyakarta/>. Diakses tanggal 13 Desember 2011. Moleong, L. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nawawi, H dan Hadari, M. M. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Poerwandari, E. K. 2007. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. LPSP3. Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia. Depok. Sembiring, K. 2009. Skripsi : Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas ( Aron ) di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe kabupaten Karo. Fakultas Isipol. Universitas Sumatera Utara. Medan. Sinaga, P. 2008. Menuju Pasar Yang Berorientasi Konsumen. Bahan paper Pertemuan Nasional yang Membahas Pengembangan Pasar Tradisional oleh Koperasi dan UKM di Puncak tanggal 12-18 Agustus 2008. Soekartawi, dkk. 2002.Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani.

20

Anda mungkin juga menyukai