Ketika filsafat dijadikan sebagai alat untuk mendukung jalannya ijtihad, pemikiran keagamaan Islam mulai menapaki era baru, pencerahan. Melalui struktur logis yang dibangun dalam tradisi filsafat, para intelektual muslim berupaya mengembangkan ilmu keislaman menjadi beragam disiplin ilmu seperti kalam, fiqh, tafsir dan lain-lain. Sayangnya penggunaan filsafat tidak sepenuhnya diterima oleh para ulama. Akibatnya, bangunan pemikiran Islam mengalami stagnasi, bahkan keruntuhan. Makalah ini berupaya mengkaji signifikansi filsafat sebagai alat studi ilmu-ilmu keislaman dan beragam kritik terhadap kelemahannya. Sekaligus juga mengemukakan beberapa alternatif pendekatan untuk menyempurnakannya.
Filsafa Sebag Pendeka endekatan Filsafat Sebagai Pendekatan Kritik Nalar Islam
Oleh Hasyim Muhammad*
Kata Kunci: mainstream, ortodoksi, kritik Epistemologis, analisis silkulermultidimemensional
Pendahuluan
Sejak abad ke-13 M. pemikiran Islam tidak mengalami perkembangan yang berarti. Bangunan pemikiran konservatif telah mendominasi alam pikir mayoritas umat Islam hingga saat ini. Alam pikir konservatif telah menjadi pandangan dunia Islam (world view) yang mapan sejak masa pembentukannya. Sejak saat itu, hampir tidak ada geliat pemikiran yang berarti, karena setiap upaya kelompok tertentu yang berusaha keluar dari mainstream selalu harus berhadapan dengan kekuatan status quo yang sulit ditaklukkan. Pada awal pertumbuhannya pemikiran Islam bergerak secara dinamis dan menghasilkan khazanah ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi, bagai mercusuar yang sulit tertandingi. Namun, sejak abad ke13, khazanah pemikiran Islam mengalami kemandekan, justru di saat Barat mulai menampakkan kreatifitasnya dalam membangun peradaban. Hingga pada akhirnya, Barat berhasil menyusul dan mengunggulinya.
Belenggu Ortodoksi
Muhammad Arkoun mensinyalir terjadinya proses pensyakralan pemikiran keagamaan (taqdis al-afkar al-diniy) sejak abad ke-12 hingga abad ke-19, di mana teks keagamaan tidak bisa dikaji ulang (ghairu qabilin li al-niqas).2 Ia mengemukakan, bahwa pemikiran teologi Islam dalam sejarahnya telah mengkristal dalam bentuk format ortodoksi, di mana hal ini berimbas pada disiplin keilmuan lain di luar teologi, seperti pendidikan, hukum, etika, sosial budaya dan filsafat. Sayangnya, pemikiran tersebut mengalami stagnasi, tidak beranjak dari hasil rumusan abad tengah, baik menyangkut tatanan sosial kemasyarakatan maupun ilmu pengetahuan.3 Corak pemikiran Islam justru masih diwarnai oleh alam
20
21
22
Pernyataan Russell di atas tentu tidak berlebihan, karena pada dasarnya, baik filsafat maupun agama sama-sama berbicara tentang nilainilai fundamental (fundamental values) dan nilai-nilai etik (ethical values). Dalam pandangan Amin Abdullah, hanya pendekatan agamis-filosofis yang dapat membantu verifikasi dan menjernihkan kategori-kategori sosio-politik yang terlanjur mapan dan kokoh terpatri dalam khazanah
23
24
25
26
27
28
29
Analisis Sirkuler-Multidimensional
Kritik epistemologis sebagaimana di kemukakan di atas dimaksudkan untuk mengkaji seluruh bangunan keilmuan Islam, dengan memandangnya sebagai produk sejarah yang berdimensi relatif. Analisis epistemologis harus dapat digunakan untuk mengkaji teks suci maupun profan, historis maupun filosofis, teologis maupun yuridis, sosiologis maupun antropologis, terlepas dari kedudukanya sebagai sebuah tradisi keyakinan, pemikiran maupun pemahaman. 29 Dengan demikian akan dapat dihasilkan pemahaman yang lebih komprehensif dan kontekstual Tentu saja, filsafat sebagai sebuah pendekatan dalam kajian agama tidak dapat bekerja sendiri. Kajian yang bersifat linier, yang hanya mengandalkan satu disiplin keilmuan sebagai pendekatan, tidak akan menghasilkan pemahaman yang konprehensif terhadap obyek kajian. Disiplin lain seperti, antropologi, sosiologi, psikologi dan sejarah diperlukan sebagai pendekatan dalam menganalisis beragam dimensi yang melingkupi teks atau doktrin keagamaan. Beragam pendekatan tersebut kemudian dianalisis secara sirkuler-multidimensional. Yakni dengan meramu masingmasing pendekatan ilmu sedemikian rupa menjadi satu unit analisis, bukan menempatkan masing-masing sebagai unit kajian yang berdiri sendiri secara paralel. Dengan dukungan beragam pendekatan ilmu-ilmu social seperti psikologi, sosiologi dan antropologi, filsafat tidak hanya bergerak pada wilayah mantiqiyyah (logika), tabiiyyah dan ilahiyyah (ketuhanan), tetapi dapat menjangkau dimensi tarikhiyyah (kesejarahan), dan insaniyyah (kemanusiaan) sebagaimana harapan Hassan Hanafi di muka.30 Karena kajian keislaman yang hanya berwacana di atas langit, hanya akan menjauhkan Islam dari pemeluknya yang berjibaku di atas bumi. Pendekatan ilmu-ilmu sosial yang lebih membumi akan membawa kajian keislaman masuk pada wilayah kemanusiaan dan menghantarkannya berdialektika dengan problem-problem kemanusiaan yang bersifat majmuk (plural) dan terus-menerus bergerak secara dinamis. Untuk dapat masuk pada wilayah kemanusiaan, pemahaman terhadap manusia sebagai obyek tradisi keagamaan mutlak diperlukan. Inilah alasan pentingnya pendekatan disiplin ilmu Humaniora (kemanusiaan).
30
31
Penutup
Model sirkuler-multidimensioanal yang dikemukakan di atas diharapkan akan mendorong kajian keislaman yang lebih konprehensif dan mengeliminasi ketagangan diantara para pengkaji Islam yang masingmasing cenderung menganggap pendekatan ilmu tertentu lebih baik dibanding yang lain. Kesulitan dalam mempertemukan beragam
Catatan Akhir:
*Penulis adalah dosen Tafsir pada Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang, saat ini sedang menempuh studi program Doktor di IAIN Walisongo. Alamat Jl. Karonsih Selatan VIII/624, Ngaliyan Semarang. Telp. 7620245. Hp. 08122544908 1 Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Posmodernisme, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 1995, h. 19
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali, Al-Munqidh min alDlala, Qahira, Mathbaah al-Ilamiyyah, 1303 H. al-Asymawi, Muhammad Said Nalar Kritis Syariah, terj. Tuthfi Thomafi, Yogyakarta: LKiS, 2004 Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Posmodernisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995 Betrans Russell, Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno hingga sekarang, terj. Sigit Jatmiko, dkk. Yogyakarta: pustaka Pelajar, 2002 Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad, terj. Anas Wahyudin, Bandung: Pustaka, 1984 Harb, Aliya, Relativitas Kebenaran Agama, Kritik dan Dialog,terj. Umar Bukhory & Ghazi Mubarak, Yogyakarta: IRCiSod, 2001 Hassan Hanafi, Dirasat Islamiyah, Mesir, Maktabat al-Anjilu al-Misriyah,
34
35