Ahsanul Minan
Disampaikan dalam acara Sosialisasi Peraturan Pemilu Kada Tahun 2012 bagi Komponen Masyarakat oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Puncak 28 September 2011
Pokok Bahasan
Bagaimana sejarah proses dan mekanisme pengisian jabatan Kepala Daerah di Indonesia ? Bagaimana standard ideal pemilu ? Bagaimana potret penyelenggaraan Pemilu Kada tahun 2010 ? Apa permasalahan utama yang dihadapi ? Apa yang perlu diwaspadai dalam penyelenggaraan Pemilu Kada di DKI ? Bagaimana karakter konflik dalam Pemilu Kada ?
3.
4.
Dalam undang - undang tersebut dinyatakan bahwa kepala daerah menjalankan fungsi eksekutifnya sebagai pemimpin komite nasional daerah, juga menjadi anggota dan ditetapkan sebagai ketua legislatif dalam badan perwakilan daerah. Pada masa undang -undang nomor 1 tahun 1945, kepala daerah yang diangkat adalah kepala daerah pada masa sebelumnya, hal itu dilakukan karena situasi politik, keamanan, dan hukum ketatanegaraan pada saat itu tidak baik. Dalam UU ini, Kepala daerah propinsi (gubernur) diangkat oleh presiden dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi. Untuk kepala daerah kabupaten, diangkat oleh menteri dalam negeri dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten. Demikian juga untuk kepala daerah desa (kota kecil) yang diangkat oleh kepala daerah propinsi dari calon yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Desa (kota kecil). Dalam undang - undang ini, kepala daerah diangkat dan diberhentikan oleh presiden atau menteri dalam negeri melalui calon - calon yang diajukan oleh DPRD.
Penyusunan kerangka hokum, Kerangka hukum pemilu harus disusun sedemikian rupa sehing-ga tidak bermakna ganda, mudah dipahami, dan harus dapat menyo-roti semua unsur sistem pemilu yang diperlukan untuk memastikan pemilu yang demokratis; Pemilihan sistem pemilu, di dalam sistem pemilu ha-rus terdapat badan-badan yang dipilih, frekuensi pemilu, dan lemba-ga penyelenggara pemilu; Penetapan daerah pemilihan, dimana Daerah pemi- lihan dibuat sedemikian rupa sehingga setiap suara setara untuk mencapai derajat keterwakilan yang efektif; Hak untuk memilih dan dipilih, Semua warga negara yangmemenuhi syarat dijamin bisa ikut dalam pemilihan tanpa diskriminasi; Badan penyelenggara pemilu harus dijamin bisa bekerja indepen-den. Hal ini merupakan persoalan penting karena mesin-mesin pe- laksana pemilu membuat dan melaksanakan keputusan yang dapatmempengaruhi hasil pemilu. Oleh karena itu, badan tersebut harus bekerja dalam kerangka waktu yang cukup, memiliki sumberdaya yang mumpuni, dan tersedia dana yang memadai. Kerangka hukum harus membuat ketentuan tentang me-kanisme untuk memproses, memutuskan, dan menangani keluhandalam pemilu secara tepat waktu; Pendaftaran pemilih dan daftar pemilih, Kerangka hukum harus mewajibkan penyimpanan daftar pemilihsecara transparan dan akurat, melindungi hak warga negara yang me-menuhi syarat untuk mendaftar, dan mencegah pendaftaran orangsecara tidak sah atau curang; Akses kertas suara bagi partai politik dan kandidat, Semua partai politik dan kandidat dijamin dapat bersaing dalampemilu atas dasar perlakuan yang adil. Pendaftaran partai politik danketentuan akses kertas suara pada waktu pemilu perlu diatur secara berbeda; Kampanye pemilu yang demokratis, Kerangka hukum harus menjamin setiap partai politik dan kandi-dat menikmati kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan berkumpul, serta memiliki akses terhadap para pemilih dan semua pihak yang terkait (stakeholder ) dalam proses pemilihan;
2. 3. 4. 5.
6.
7.
8.
9.
Akses ke media dan kebebasan berekspresi, Semua partai politik dan kandidat memiliki akses ke media. Kerangka hukum harus menjamin mereka diperlakukan secara adil olehmedia yang dimiliki atau dikendalikan oleh negara;
10. Pembiayaan dan pengeluaran, semua partai politik dankandidat diperlakukan secara adil oleh ketentuan hukum yang meng-atur pembiayaan dan pengeluaran kampanye; 11. Pemungutan suara, Kerangka hukum harus memastikan tempat pemungutan suara dapat diakses semua pemilih. Terdapat pencatatan yang akurat ataskertas suara dan jaminan kerahasiaan kertas suara; 12. Penghitungan dan rekapitulasi suara, Penghitungan suara yang adil, jujur, dan terbuka merupakan da-sar dari pemilu yang demokratis. Oleh karena itu, kerangka hukumharus memastikan agar semua suara dihitung dan ditabulasi atau di-rekapitulasi dengan akurat, merata, adil, dan terbuka; 13. Peranan wakil partai dan kandidat, Guna melindungi integritas dan keterbukaan pemilu, perwakilanpartai dan kandidat harus dapat mengamati semua proses pemungu- tan suara. Kerangka hukum harus menjelaskan hak dan kewajibanperwakilan partai dan kandidat di tempat pemungutan suara danpenghitungan suara; 14. Pemantauan pemilu, Untuk menjamin transparansi dan meningkatkan kredibilitas, ke-rangka hukum harus menetapkan bahwa pemantau pemilu dapatmemantau semua tahapan pemilu;
15. Kepatuhan terhadap hukum; dan penegakan peraturan pemilu, Kerangka hukum pemilu harus mengatur mekanisme dan penye- lesaian hukum yang efektif untuk menjaga kepatuhan terhadap un-dang-undang pemilu.
PEMILU KADA memiliki karakteristik yang berbeda dengan Pemilu Legislatif dan Pilpres, yang dapat dilihat dari indikator:
Tingkat kompetisi dan kontestasi antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sangat besar. Hal ini disebabkan karena terjadinya kristalisasi kepentingan dan dukungan politik kepada 2 (dua) hingga 10 (sepuluh) pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Besarnya potensi konflik antar pendukungan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, yang dipicu oleh dekatnya jarak dan ikatan kepentingan dan ikatan emosional pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan pendukung mereka. Besarnya potensi ketidaknetralan dan parsialitas penyelenggara PemiluKada maupun pengawas PemiluKada, mengingat pengalaman empiric selama ini menunjukkan bahwa arena kompetisi antar pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juga merambah kepada wilayah pemasangan orang mereka dalam institusi penyelenggara PemiluKada. Tingginya potensi pelanggaran terutama menyangkut isu-isu spesifik, antara lain politik uang, abuse of power, dan manipulasi dana kampanye.
244 Pemilukada direncanakan, 224 terlaksana 230 PHPU Daerah masuk ke MK, 26 dikabulkan, tolak 149, tidak diterima 45, tarik kembali 4 Jumlah Putusan 224, sisa 6 22 daerah yang melaksanakan pemungutan suara 2 putaran 103 daerah calon incumbent menang Pemilu Kada; 4 daerah diusung dari unsur perseorangan, & 209 daerah yg calon diusung dari partai politik; 3 daerah incumbent diusung dari unsur perseorangan.
Problem perundang-undangan
Problem Penyelenggaraan Problem di tingkat Penyelenggara Problem di tingkat Kontestan Problem di tingkat masyarakat
Sumber data yang dipergunakan dalam pemutakhiran daftar pemilih. Konflik internal parpol pengusung pasangan calon Pembuktian keterpenuhan persyaratan calon. Ketersediaan anggaran Pemilu Kada Netralitas PNS Penyelahgunaan anggaran APBD untuk kampanye Pemilu Kada Intimidasi, teror dan konflik
nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat sama, nomor identitas kependudukan sama;
nama sama, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama; nama sama, tempat/tanggal lahir sama, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama; nama berbeda, tempat/tanggal lahir berbeda, alamat berbeda, nomor identitas kependudukan sama; dan nama dan identitas pemilih yang sama, tetapi terdaftar di TPS berbeda;
pemilih sudah meninggal dunia tetapi masih terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap;
pemilih belum memenuhi persyaratan domisili sekurang-kurangnya 6 bulan di wilayah penyelenggaraan Pemilu Kada; calon pemilih yang telah pindah domisili ke daerah lain; anggota TNI/Polri aktif yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap; pemilih yang tidak memiliki nomor identitas kependudukan; pemilih yang terdaftar di Daftar Pemilih Sementara tetapi tidak terdaftar di Daftar Pemilih Tetap; pemilih tidak dikenal karena terjadi mobilisasi pemilih dari daerah yang bukan melaksanakan Pemilu Kada; selisih jumlah pemilih yang terlalu mencolok antara Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Pemilu Kada; data pemilih tertukar dengan data pemilih dari TPS lain; pemilih yang tidak dicantumkan tanggal lahirnya dalam Daftar Pemilih Tetap.
TAHAPAN PEMUNGUTAN, PENGHITUNGAN DAN REKAPITULASI SUARA Belum terwujudnya transparansi mengenai hasil penghitungan suara dan rekapitulasi penghitungan suara. Manipulasi penghitungan dan rekapitulasi penghitungan suara dilakukan oleh PPK, KPU Kab/kota, dan KPU Provinsi. Belum lengkapnya instrument untuk mengontrol akuntabilitas PPK, KPU Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi. Keterbatasan saksi-saksi yang dimiliki oleh para pasangan calon.
Panwas
mengontrol
hasil
Sengketa Hasil
Konflik yang berbasis tahapan dalam Pemilukada. Konflik jenis ini antara lain mencakup konflik yang terjadi pada tahapan penetapan pasangan calon, kampanye, penghitungan dan rekapitulasi suara. Konflik yang berbasis non-tahapan pemilukada. Konflik jenis ini kebanyakan berakar dari residu konflik di masa lalu, misalnya konflik antar etnis, perebutan sumber daya ekonomi, dan lain-lain yang muncul kembali dalam proses penyelenggaraan tahapan Pemilukada.
Pemberitaan Media;
Tim Kampanye Paslon; LSM, Preman , dan Ormas; Keterlibatan Orang Asing (Penyusup).
Trigger:
No 1 2 3 4 5 Tahapan Tahapan Pencalonan Kampanye (Black Campaigne) Money Politik Rekapitulasi Pemutakhiran Data No 1 2 Non Tahapan Quick Count Netralitas
Securitizing Agent: Pemerintah; KPU; Aparat Penegak Hukum; Kontraktor/Botoh; Tim Kampanye/Konsultan.
DPT atau surat pemberitahuan (2 daerah) Pencalonan (3 daerah) Pemungutan/ penghitungan suara (3 daerah)
Daerah
Kota Tebing tinggi Kabupaten Konawe Selatan
3. 4.
5. 6. 7. 8. 9.
Kabupaten Gresik Kota Surabaya Mandailing Natal Kotawaringin Barat Kota Tanjungbalai Kabupaten Sumbawa
10.
TERIMA KASIH
Ahsanul Minan
Ahsanul Minan lahir pada bulan April 1976, di Tuban, Jawa Timur. Menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Tuban, lalu melanjutkan sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus di Solo, Jawa Tengah. Pendidikan tingginya ditempuh di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta. Saat ini sedang menempuh studi magister hukum di Universitas Indonesia, jurusan Hukum Tata Negara. Selama kuliah, ia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Solo. Di samping menempuh pendidikan formal, Minan juga beberapa kali mengikuti short-term training di beberapa negara, antara lain di Australia, Jerman, Malaysia, Srilangka. Mendirikan Institute for Research and Empowering Society (INRES), sebuah NGO yang bergerak di bidang community organizing untuk isu penguatan local autonomy dan public services. Pada tahun 2003-2004, menjadi anggota Panitia Pengawas Pemilu Provinsi Jawa Tengah. Sempat 2 tahun menjadi staf ahli DPR RI, lalu bekerja pada Asean Inter-parliamentary Myanmar Caucuss (AIPMC). Pada tahun 2008-2009, Minan menjadi Project Officer untuk Program Election Support di kantor Partnership for Governance Reform. Pada saat yang sama, Minan bekerja sebagai staf ahli Bawaslu RI. Pertengahan 2009-2011, menjadi Consultant UNDP untuk Electoral Dispute Setllement dengan penugasan untuk memberikan konsultansi kepada Badan Pengawas Pemilu RI, dan Consultant UNDP untuk program Electoral Resources and Information Centre (ERIC) dengan penugasan untuk memberikan asistensi kepada KPU dalam membangun sistem pelayanan informasi publik. Di samping itu, Minan juga aktif memberikan pelatihan dalam berbagai bidang antara lain capacity development untuk anggota parlemen, partai politik, dan community development Saat ini bekerja sebagai program manager untuk program anti money politic di Management System International (MSI).