Anda di halaman 1dari 6

PKL SIMPANG LIMA

POTENSI EKONOMI YANG BELUM TERKELOLA DENGAN BAIK


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Studio Proses Perencanaan

Disusun Oleh NAMA : RIKI NIM : L2D 008 064 KELOMPOK : STREET VENDOR

Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang 2010

PKL SIMPANG LIMA


POTENSI EKONOMI YANG BELUM TERKELOLA DENGAN BAIK

1. Latar Belakang Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya. Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter.1 Berkembangnya sektor informal perkotaan dikarenakan sektor formal sudah tidak dapat menampung lagi tenaga kerja yang melimpah di perkotaan. Urbanisasi merupakan salah satu penyebab terjadinya akumulasi SDM baik yang berkualitas maupun yang kurang berkualitas, namun kebanyakan adalah yang kurang berkualitas. Tidak berkembangnya kegiatan ekonomi di desa, menyebabkan masyarakat desa banyak yang mencoba peruntungannya di kota khususnya Kota Semarang. PKL merupakan salah satu daya tarik terjadinya urbanisasi dan juga sebagai alternatif untuk menanggulangi permasalahan pengangguran di perkotaan (Semarang). Alasan-alasan orang lebih memilih menjadi PKL adalah: 1. Adanya peluang (kota sebagai pusat aktivitas). 2. Semua orang bisa menjadi PKL karena tidak ada batasan tingkat pendidikan. 3. Modal tidak terlalu besar. 4. Tidak menuntut keahlian tertentu. 5. Keuntungan relatif lebih besar daripada bekerja di sektor informal lainnya.

"Katanye" Kota Kaki Lima., Departemen Pekerjaan Umum PU-Net. URL diakses pada 13 Desember 2006.
1

RIKI _ L2D 008 064

PKL biasanya memilih lokasi untuk berdagang ditempat-tempat yang padat pemukiman, pusat pendidikan, maupun pusat bisnis. Beberapa titik yang merupakan kantung PKL di Kota Semarang yaitu di Simpang Lima, Perumahan Tlogosari, Kawasan kampus undip Peleburan dan Tembalang, Kawasan sekitar Java Mall, Gajahmungkur,Jatingaleh,dll. Keberadaan PKL khususnya di perkotaan bagaikan dua sisi pedang. Di satu sisi memberikan keuntungan dan di satu sisi memberikan permasalahan baru bagi kota. Adapun manfaat dan dampak dari keberadaan PKL di perkotaan secara umum adalah sebagai berikut:
No 1. 2. 3. 4. Manfaat Mengurangi pengangguran Mempercepat perekonomian Melayani kebutuhan masyarakat kota Melatih masyarakat untuk mandiri Dampak Menjadi penarik terjadinya urbanisasi Kemacetan lalulintas Merusak estetika kota Mengganggu ketertiban, keindahan serta kebersihan lingkungan 5. Menyebabkan kekumuhan kota

Yang menjadi permasalahan setalah mengetahui manfaat dan dampak keberadaan PKL di Perkotaan adalah bagaimana mengakomodasi keberadaan mereka sehingga keberadaan mereka dapat memberikan manfaat secara maksimal serta mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh PKL.

2. PKL Simpang Lima 2.1 Awal Mula PKL di Simpang Lima Simpang Lima boleh dikatakan menjadi tetenger (landmark) Kota Semarang. Tempat ini sudah menjadi magnet Kota Semarang sebagai ibu kota Jawa Tengah yang menyedot potensi kegiatan kawasan lain. Sayang berbagai elemen seperti area pedestrian telah berubah fungsi menjadi ruang pedagang kakilima (PKL). Ruang untuk pejalan kaki dan infrastruktur hampir tidak berfungsi dengan baik. Bahkan tidak diperbarui sejak dibangun. Melihat perkembangan kegiatan masyarakat, Simpanglima seyogyanya tetap dipertahankan sebagai ruang publik dengan manajemen yang baik. Simpang Lima merupakan kawasan Central Business District (CBD) Kota Semarang. Berdasarkan RDTRK Kota Semarang, kawasan ini diperuntukan sebagai pusat perdagangan dan jasa. Sebagai CBD, Simpang Lima memiliki pengaruh yang besar terhadap keberadaan PKL di tempat ini. Awal tumbuhnya PKL di Simpang Lima terjadi pada tahun 1998 ketika terjadi krisis ekonomi. Krisis tersebut mengakibatkan beban ekonomi baik masyarakat, pemerintah maupun swasta menjulang tinggi, sehingga diantaranya mengakibatkan swasta membatasi jumlah pekerjanya dengan melakukan pemutusan masyarakat yang semakin tidak terkendali mengakibatkan masyarakat tersebut mencari lapangan pekerjaan sendiri dengan terjun kedalam sektor

RIKI _ L2D 008 064

informal karena pemerintah tidakmampu mengatasi hal tersebut denganmenampung masyarakat korban PHK dalam sektor formal. Pilihan yang diambil oleh masyarakat tersebut salah satunya dengan menjadi PKL karena dinilai membutuhkan modal dan ketrampilan yang minim. Dari pihak pemerintah sendiri tidak bisa berbuat banyak dalam mengatasi masalah krisis ekonomiini. Pemerintah hanya bisa mendukung masyarakat untuk bergerak disektor informal. Dengan lokasi yang strategis serta sebagai pusatnya Kota Semarang, Simpang Lima dijadikan salah satu pilihan lokasi untuk berjualan. Dan keberadaan PKL di Simpang Lima pada saat itu diperbolehkan oleh pemerintah Kota. Barang-barang yang diperjual belikan di tempat ini juga sangat beragam, mulai dari makanan, pakaian, alat rumah tangga,hingga tanaman hiasjuga diperjual belikan di kawasan ini.

Gambar 2.1 PKL Temporer di Lapangan Pancasila

Namun seiring berjalannya waktu, perekonomian Indonesia seudah membaik tapi para PKL yang berada di Simpang Lima masih tetap berjualan di kawasan CBD tersebut. Bahkan jumlah PKL semakin bertambah banyak sehingga meluber hingga memakan trotoar maupun badan jalan yang berdampak pada terjadinya kemacetan di Simpang Lima. Menanggapi permasalahan tersebut, Walikota Semarang (Sukawi) mengeluarkan surat edaran No. 660.2/2961 yang berisikan tentang aturan untuk berjualan di Simpang Lima yaitu pada hari Sabtu mulai pukul 19.00 sampai pukul 07.00 hari Minggu.

2.2 Karakteristik PKL Simpang Lima Sebagai CBD Kota Semarang, maka tak heran jika kesehariannya Simpang Lima memiliki aktivitas padat. Kepadatan kawasan ini akan semakin meningkat pada Malam Minggu dan Minggu pagi. Pada waktu tersebut, kawasan Simpang Lima tepatnya di sekeliling Lapangan Pancasila Simpang Lima mendadak disulap menjadi pusat aktivitas perdagangan yang sangat sibuk di jamnya. Beragam pedagang dari segala penjuru Kota Semarang muncul dengan membawa barang dagangannya, bahkan dari daerah tetangga. Tidak jarang mahasiswa yang

RIKI _ L2D 008 064

mengumpulkan danus bagi kegiatan di pekuliahannya ikut serta mengobral pakaian bekas di kawasan ini. Begitu pula halnya dengan pengunjung kawasan Simpang Lima. Tak sedikit masyarakat yang berasal dari daerah luar Kota Semarang seperti Demak, Kendal, Purwodadi, dan lain sebagainya. Yang unik dari PKL simpang Lima adalah waktu dagangnya hanya dibatasi dari jam 19.00 hari sabtu sampai pukul 07.00 hari Minggu. Tapi dengan keterbatasan waktu tersebut, tidak menyurutkan pedaganguntuk berjualan di Simpang Lima. Bahkan kini jumlah PKL yang berjualan semakin meningkat hinggameluber ke badan jalan. Alasan pedagang berjualan di Simpang Lima adalah selain dapat meningkatkan volume barang yang terjual,juga dapat meningkatkan harga jual. PKL menjual barang dagangannya biasanya yang berada di dalam lapangan pancasila dengan cara menggelar tikaratau juga dengan cara menggantung barang dagangannya tampa menggunakan tenda. Sedangkan yang berada di luar lapangan cara berjualnya beragam, ada yang dengan menggelar tikar, menggunakan gerobak, membangun tenda, bahkan ada yang memanfaatkan mobil sebagai lapak dagangannya. Dari segi pembeli, pembeli tidak hanya dari Kota Semarang saja melainkan ada yangdariluar kota yang sengaja mengisiliburannya ke Simpanglima. Dengan segala usia dan bermacam latar belakang perekonomian, mengakibatkan barang yang disediakan di simpang LImapun beragam. Mulai makanan, minuman, tanaman hias, pakaian, alat rumah tangga, sampai jasa pemainan seperti odong-odong bagi anakanak.

2.3 PKL Simpang Lima sebagai bagian dari kawasan wisata Simpang Lima

Menurut RDTRK Kota Semarang, Selain sebagai kawasan CBD, Simpang Lima juga merupakan sebagai kawasan wisata atau rekreasi. Simpang Lima merupakan area terbuka hijau yang bisa dimanfaatkan untuk segala aktifitas yang bersifat publik. Seperti yang telah kita ketahui bersama, masyarakat kota lebih menyenangi tempat yang memiliki fungsi campuran. Dan Simpanglima cenderung berkembang ke arah itu, yakni berupa masjid, mal, pertokoan, kantor, hiburan, sekolah, dan lapangan hijau. Ini menyebabkan seseorang dapat melakukan berbagai kegiatan di satu lokasi sehingga dengan manajemen ruang publik yang baik akan meningkatkan ruang kota yang hidup (lifely). Adapun keramahan area pedestrian (citywalk) juga perlu mendapat perhatian karena dapat membantu pengunjung ke berbagai tempat kegiatan. Hal semacam ini akan meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik.

RIKI _ L2D 008 064

Hubungan PKL dengan kawasan wisata Simpang Lima adalah sebagai wisata belanja. Karena tidak jarang masyarakat datang ke simpang lima hanya untuk berbelanja berbagai macam kebutuhan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, manajemen atau pengelolaan PKL haruslah diperhatikan, jangan sampai keberadaan PKL ini malah menjadikan Simpang Lima sebagai daerah yang kacau baik dari segi lalulintas akibat macet, estetika kota yang buruk karena penataan PKL yang kurang baik, atau lingkungan yang kotor akibat sampah. Jangan sampai keberadaan PKL malah merusak fungsi Simpang Lima sebagai ruang publik yang kini mengindikasikan mengarah kesana karena telah terjadi penyerobotan trotoar maupun badan jalan sebagai lapak PKL. Dengan penataan PKL yang baik, maka dualisme PKL yang telah disebutkan diatastidak akan terjadi. Yang terjadi hanyalah manfaat-manfaatyang akan kita rasakan. Dengan adanya PKL,selain dapat meningkatkan perekonomian, PKL juga bisa membuat citra suatu kota menjadi baik dan memiliki keunikan-keunikan tergantung jenis dagangan PKL tersebut.

3. Penutup Sektor informal muncul karena ketidakmampuan sektor formal untuk menampung tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang melimpah tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia sehingga banyak masyarakat yang beralih kesektor informal. PKL Simpang Lima merupakan salah satu jenis sektor informal yang ada di Kota Semarang yang memiliki karakteristik PKL yang unik namun belum memiliki manajemen pengolaan PKL yang baik. Dengan Potensi sebagai kawasan wisata, manajemen pegolaan PKL diharapkan agar lebih baik kedepannya karena pengaruh keberadaan PKL ini sangat besar sekali terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang ini. Selain itu, dengan manajemen yang baik, wajah Simpang lima akan semakin bagus, sehingga menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat baik dari dalam maupun luar Kota Semarang.

RIKI _ L2D 008 064

Anda mungkin juga menyukai