APARATUR
DALAM REFORMASI BIROKRASI
OLEH : HARRY SOERATIN
2
3
4
5
STRATEGI REFORMASI BIROKRASI NASIONAL
UU APARATUR SIPIL
NEGARA
Peraturan Pelaksana: 19 PP, 4 PERPRES, 1 PERMEN
1. Makro :
Kerangka Regulasi RUU Administrasi Pemerintahan
Nasional RUU Sistem Pengawasan Internal Pemerintah
7
PRINSIP DASAR UU ASN
Pengembangan “sistem merit ” dalam kebijakan dan manajemen ASN dengan ciri-ciri:
1.Seleksi dan promosi secara adil dan kompetitif
2.Menerapkan prinsip fairness
3.Penggajian, reward and punishment berbasis kinerja
4.Standar integritas dan perilaku untuk kepentingan publik
5.Manajemen SDM secara efektif dan efisien
6.Melindungi pegawai dari intervensi politik & dari tindakan semena-mena.
Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan. 8
ASN SEBAGAI PROFESI
9
PEGAWAI ASN
2. PPPK (PASAL 1 BUTIR 4 &
1. PNS (PASAL 1 BUTIR 3 & PASAL 7) PASAL 7)
13
KEWENANGAN & HUB OTORITAS
LEMBAGA
LAN KASN
15
TINDAK LANJUT KEPUTUSAN KASN
Keputusan KASN:
Ada pelanggaran kode etik dan PPK dan PyB wajib Ditindaklanjut
pelanggaran kode perilaku Pegawai menindaklanjuti i
ASN
Tidak
Ditindaklanjut
Hasil i
pengawasan
KASN
KASN merekomendasikan kepada
Presiden untuk menjatuhkan sanksi
terhadap PPK dan PyB yang melanggar
Tidak ada prinsip Sistem Merit dan ketentuan
pelangaran
peraturan perundang-undangan.
17
PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN
Menteri di kementerian;
Pimpinan lembaga di LPNK;
sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan LNS;
gubernur, di provinsi; dan
bupati/walikota, di kabupaten/kota.
18
PEJABAT YANG BERWENANG
20
PENETAPAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN
JUMLAH
1. Dasar penetapan kebutuhan :
a. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan berdasarkan
analisis jabatan dan analisis beban kerja.
b. Perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun dengan rincian per tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan
c. Ditetapkan oleh Menteri secara nasional.
21
PENGADAAN PNS
1. Dasar pengadaan:
a. pengisian kebutuhan jabatan yang lowong
b. sesuai kebutuhan pegawai yang ditetapkan Menteri
2. Tahapan :
a. Perencanaan
b. Pengumuman lowongan
c. Pelamaran
d. Seleksi (administrasi, kompetensi dasar, dan kompetensi bidang)
e. Pengumuman hasil seleksi
f. Masa percobaan
g. Pengangkatan menjadi PNS
22
PANGKAT DAN JABATAN
23
PENGEMBANGAN KARIER
Dilakukan berdasarkan:
1. kualifikasi;
24
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
25
PROMOSI PNS
Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk
dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.
Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara:
- kompetensi;
- kualifikasi;
- persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan;
- penilaian atas prestasi kerja;
- kepemimpinan, kerja sama, kreativitas; dan
- pertimbangan dari Tim Penilai Kinerja PNS pada Instansi
Pemerintah
“ tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan.”
Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh
PPK setelah mendapat pertimbangan Tim Penilai Kinerja PNS pada
Instansi yang dibentuk oleh PyB.
26
MUTASI PNS
1. Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam satu Instansi Pusat,
antar-Instansi Pusat, satu Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-
Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan NKRI di luar negeri.
2. Dilakukan oleh PPK dalam wilayah kewenangannya.
3. Perpindahan PNS antarkabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan oleh
Gubernur setelah memperoleh pertimbangan Kepala BKN.
4. Mutasi PNS antar provinsi ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah
memperoleh pertimbangan Kepala BKN.
5. Mutasi PNS daerah ke Instansi Pusat atau sebaliknya, ditetapkan oleh Pejabat
yang Berwenang setelah mendapatkan pertimbangan teknis dari Kepala BKN.
6. Mutasi PNS antar Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala BKN.
27
PENILAIAN KINERJA PNS
29
PENGHARGAAN PNS
30
PEMBERHENTIAN PNS
31
PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT
32
PEMBERHENTIAN SEMENTARA PNS
33
BATAS USIA PENSIUN
34
JAMINAN PENSIUN & JAMINAN HARI TUA
35
PERLINDUNGAN
36
MANAJEMEN PPPK
Manajemen PPPK meliputi:
a. penetapan kebutuhan;
b. pengadaan;
c. penilaian kinerja;
d. gaji dan tunjangan;
e. pengembangan kompetensi;
f. pemberian penghargaan;
g. disiplin;
h. pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
i. perlindungan.
37
PENETAPAN KEBUTUHAN
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan Presiden.
Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang
diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.
38
PENGADAAN PPPK
Pengadaan PPPK merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pd Instansi.
Pengadaan calon PPPK dilakukan melalui tahapan:
perencanaan,
pengumuman lowongan,
pelamaran,
seleksi,
pengumuman hasil seleksi, dan
pengangkatan menjadi PPPK.
Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian
secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan Instansi
Pemerintah, dan persyaratan lain yang dibutuhkan dalam jabatan.
Pengangkatan calon PPPK ditetapkan oleh PPK untuk masa perjanjian kerja
minimal 1 tahun & dapat diperpanjang sesuai kebutuhan & penilaian kinerja.
PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS. Untuk diangkat
menjadi calon PNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi yang
dilaksanakan bagi calon PNS dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 39
PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI
40
PENGISIAN JPT DARI NON-PNS
• JPT utama dan madya tertentu dapat berasal dari non-PNS dengan
persetujuan Presiden yang pengisiannya dilakukan secara terbuka dan
kompetitif serta ditetapkan dalam KEPRES.
• JPT dapat diisi oleh prajurit TNI dan anggota Polri setelah mengundurkan
diri dari dinas aktif apabila dibutuhkan dan sesuai dengan kompetensi yang
ditetapkan melalui proses secara terbuka dan kompetitif.
• JPT di lingkungan Instansi Pemerintah tertentu dapat diisi oleh prajurit TNI
dan anggota Polri sesuai dengan kompetensi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
41
PENGISIAN JPT UTAMA DAN MADYA K/L PUSAT
8 Laporan PRESIDEN 7
KEPUTUSAN PRESIDEN
6 JPT TERPILIH
MEMASTIKAN KASN
SISTEM MERIT MENYAMPAIKAN 3 CALON
PANSEL
PENGAWASAN PELAKSANAAN
4
SELEKSI DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT 3 MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA 42
MEKANISME SELEKSI JPT PRATAMA K/L PUSAT
7 Laporan PRESIDEN 8
Pembatalan, Peringatan
dan Teguran
KASN
6
MEMASTIKAN
SISTEM MERIT
PPK MEMILIH &
2 PENGAWASAN PEMBENTUKAN MENETAPKAN
PANSEL DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT 5
1 MEMBENTUK
KOORDINASI PyB MENYAMPAIKAN
3 CALON JPT
4 PENGAWASAN PELAKSANAAN
PANSEL
SELEKSI DAN KEPUTUSAN 3
MENGIKAT MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA 43
MEKANISME SELEKSI JPT MADYA DI DAERAH
9 Laporan
PRESIDEN 6
MENYAMPAIKAN
KEPUTUSAN PRESIDEN 8 3 CALON
KASN JPT TERPILIH
MENDAGRI
MEMASTIKAN 7 PENGAWASAN DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT
SISTEM MERIT
2 PENGAWASAN PEMBENTUKAN GUBERNUR/ PPK
PANSEL DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT
MEMBENTUK MENYAMPAIKAN
1 5 3 CALON JPT
KOORDINASI
PANSEL
PENGAWASAN PELAKSANAAN
4
SELEKSI DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT 3 MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA
44
MEKANISME SELEKSI JPT PRATAMA DI DAERAH
8
7 LAPORAN PRESIDEN
Pembatalan,
Peringatan dan
KASN Teguran
MEMASTIKAN
SISTEM MERIT 6
GUBERNUR/PPK MENETAPKAN JPT
2 PENGAWASAN PEMBENTUKAN
PANSEL DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT
5
KOORINASI 1 MEMBENTUK PyB MENYAMPAIKAN
3 CALON JPT
46
ORGANISASI ASN
47
SISTEM INFORMASI ASN
48
PENYETARAAN
49
KETENTUAN TRANSISI
50
KETENTUAN AFIRMATIF
51
TERIMA KASIH
52