Anda di halaman 1dari 52

PENGELOLAAN SUMBER DAYA

APARATUR
DALAM REFORMASI BIROKRASI
OLEH : HARRY SOERATIN
2
3
4
5
STRATEGI REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

UU APARATUR SIPIL
NEGARA
Peraturan Pelaksana: 19 PP, 4 PERPRES, 1 PERMEN
1. Makro :
Kerangka Regulasi RUU Administrasi Pemerintahan
Nasional RUU Sistem Pengawasan Internal Pemerintah

9 Program Percepatan Reformasi Birokrasi

1. Penataan Struktur Organisasi Pemerintah


2. Penataan Jumlah dan Distribusi PNS
3. Pengembangan Sistem Seleksi dan Promosi Secara Terbuka
4. Peningkatan Profesionalisasi PNS
5. Pengembangan Sistem Pemerintahan Elektronik yang terintegrasi
6. Peningkatan Pelayanan Publik
7. Peningkatan Integritas dan Akuntabilitas Kinerja Aparatur
8. Peningkatan Kesejahteraan Pegawai Negeri
2. Mikro : 9. Peningkatan Efisiensi Belanja Aparatur
Program/kegiatan
8 Area Perubahan
pd tingkat Instansi
(K/L dan Pemda) 6
TUJUAN UTAMA UU ASN
Meningkatkan:
•Independensi dan Netralitas
•Kompetensi
•Kinerja/ Produktivitas Kerja
•Integritas
•Kesejahteraan
•Kualitas Pelayanan Publik
•Pengawasan Dan Akuntabilitas

7
PRINSIP DASAR UU ASN
Pengembangan “sistem merit ” dalam kebijakan dan manajemen ASN dengan ciri-ciri:
1.Seleksi dan promosi secara adil dan kompetitif
2.Menerapkan prinsip fairness
3.Penggajian, reward and punishment berbasis kinerja
4.Standar integritas dan perilaku untuk kepentingan publik
5.Manajemen SDM secara efektif dan efisien
6.Melindungi pegawai dari intervensi politik & dari tindakan semena-mena.

Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan
latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status
pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan. 8
ASN SEBAGAI PROFESI

• Memiliki standar pelayanan profesi


• Memiliki dan menegakkan kode etik dan kode perilaku profesi
• Memiliki sistem pendidikan dan pelatihan profesi
• Memiliki standar sertifikasi profesi
• Memiliki organisasi profesi yang independen

9
PEGAWAI ASN
2. PPPK (PASAL 1 BUTIR 4 &
1. PNS (PASAL 1 BUTIR 3 & PASAL 7) PASAL 7)

• Berstatus pegawai • Diangkat dengan


tetap dan Memiliki perjanjian kerja
NIP secara sesuai kebutuhan
Nasional; instansi dan
ketentuan Undang-
• Menduduki jabatan Undang.
pemerintahan. • Melaksanakan tugas
pemerintahan.

• berkedudukan sebagai unsur aparatur negara


• melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
• harus bebas dari pengaruh/intervensi golongan & partai politik
JABATAN ASN

JABATAN JABATAN PIMPINAN


JABATAN FUNGSIONAL
ADMINISTRASI TINGGI
• Jabatan Administrator • Jabatan fungsional • JPT utama;
memimpin pelaksanaan keahlian, terdiri atas: • JPT madya; dan
seluruh kegiatan pelayanan a. ahli utama; • JPT pratama.
dan administrasi b. ahli madya;
c. ahli muda; dan Berfungsi memimpin dan
• Jabatan Pengawas d. ahli pertama. memotivasi setiap Pegawai
mengendalikan pelaksanaan ASN melalui:
kegiatan • Jabatan fungsional • kepeloporan
keterampilan, terdiri atas: • pengembangan kerja sama;
• Jabatan Pelaksana a. penyelia; dan
melaksanakan kegiatan b. mahir; • keteladanan.
pelayanan dan administrasi c. terampil; dan
pemerintahan dan d. pemula.
pembangunan

1. Jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN.


2. Jabatan ASN tertentu dapat diisi dari prajurit TNI dan anggota Polri
HAK PEGAWAI ASN
PNS PPPK
PNS berhak memperoleh: PPPK berhak
•gaji, tunjangan, dan memperoleh:
fasilitas;
•cuti; •gaji dan tunjangan;
•jaminan pensiun dan •cuti;
jaminan hari tua;
•perlindungan; dan
•perlindungan; dan
•pengembangan •pengembangan
kompetensi. kompetensi.
PEMBINAAN DAN MANAJEMEN ASN
1. Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi, dan Manajemen
ASN.

2. Untuk menyelenggarakan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


Presiden mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada:
• Menteri/Kementerian PANRB;
• KASN;
• LAN; dan
• BKN.

13
KEWENANGAN & HUB OTORITAS
LEMBAGA

MENTERI/KEMENTERIAN PANRB BKN


1. Perumusan dan penetapan 1. Penyelenggaraan manajemen ASN
kebijakan,
2. Koordinasi dan sinkronisasi 2. Pengawasan dan pengendalian
kebijakan, pelaksanaan NSPK manajemen
3. Pengawasan atas pelaksanaan ASN
kebijakan ASN; ( Mengelola Pegawai ASN )

LAN KASN

1. Penelitian, pengkajian kebijakan Monitoring, evaluasi kebijakan, dan


manajemen ASN, rekomendasi yang mengikat untuk
menjamin perwujudan sistem merit &
2. Pembinaan dan
pengawasan penerapan asas, kode etik,
penyelenggaraan Diklat ASN
dan kode perilaku ASN
KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

1. Sebagai Lembaga Non Struktural, Mandiri, bebas dari intervensi politik;


2. Tujuan : mewujudkan Sistem Merit ASN yang profesional, dan berfungsi
sebagai perekat NKRI;
3. Menjaga netralitas, melakukan pengawasan atas pembinaan profesi dan
melaporkan hasil kepada Presiden;
4. Wewenang : mengawasi proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi;
5. Keanggotaannya : dari unsur Pemerintah dan/atau Non Pemerintah,
dibantu Asisten dan Tenaga Ahli;
6. Tidak ada perwakilan di daerah.

15
TINDAK LANJUT KEPUTUSAN KASN

Keputusan KASN:
Ada pelanggaran kode etik dan PPK dan PyB wajib Ditindaklanjut
pelanggaran kode perilaku Pegawai menindaklanjuti i
ASN

Tidak
Ditindaklanjut
Hasil i
pengawasan
KASN
KASN merekomendasikan kepada
Presiden untuk menjatuhkan sanksi
terhadap PPK dan PyB yang melanggar
Tidak ada prinsip Sistem Merit dan ketentuan
pelangaran
peraturan perundang-undangan.

Sanksi sebagaimana dimaksud berupa:


a. peringatan;
b. teguran;
c. perbaikan, pencabutan, pembatalan, penerbitan keputusan, dan/atau pengembalian pembayaran;
d. hukuman disiplin untuk PyB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. sanksi untuk PPK, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 16
KEWENANGAN MENJATUHKAN SANKSI

Penjatuhan Sanksi atas pelanggaran Sistem Merit:


• Presiden selaku pemegang kekuasan tertinggi pembinaan
ASN, terhadap keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian; dan
• Menteri PANRB terhadap keputusan yang ditetapkan oleh
Pejabat yang Berwenang, dan terhadap Pejabat Pembina
Kepegawaian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

17
PEJABAT PEMBINA KEPEGAWAIAN

Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat


mendelegasikan kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan,
dan pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi utama dan
madya, dan pejabat fungsional keahlian utama kepada:

 Menteri di kementerian;
 Pimpinan lembaga di LPNK;
 sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan LNS;
 gubernur, di provinsi; dan
 bupati/walikota, di kabupaten/kota.

Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan


menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan
pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

18
PEJABAT YANG BERWENANG

1. Presiden dapat mendelegasikan kewenangan pembinaan Manajemen


ASN kepada Pejabat yang Berwenang di kementerian, sekjen/
sekretariat LN, sekretariat LNS, Sekda provinsi dan kabupaten/kota.
2. Pejabat yang Berwenang dalam menjalankan fungsi Manajemen
ASN di Instansi Pemerintah berdasarkan Sistem Merit dan
berkonsultasi dengan Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi
masing-masing.
3. Pejabat yang Berwenang memberikan rekomendasi usulan kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.
4. Pejabat yang Berwenang mengusulkan pengangkatan, pemindahan,
dan pemberhentian Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional
kepada Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.

Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan


melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
19
MANAJEMEN PNS
Manajemen PNS meliputi:
a. penyusunan dan penetapan kebutuhan; i. penggajian dan tunjangan;
j. penghargaan;
b. pengadaan;
k. disiplin;
c. pangkat dan jabatan; l. pemberhentian;
d. pengembangan karier; m. pensiun dan tabungan hari
tua; dan
e. pola karier;
n. perlindungan.
f. promosi;
g. mutasi;
h. Penilaian kinerja

20
PENETAPAN KEBUTUHAN DAN PENGENDALIAN
JUMLAH
1. Dasar penetapan kebutuhan :
a. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan berdasarkan
analisis jabatan dan analisis beban kerja.
b. Perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun dengan rincian per tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan
c. Ditetapkan oleh Menteri secara nasional.

2. Metode: analisis jabatan dan analisis beban kerja

21
PENGADAAN PNS

1. Dasar pengadaan:
a. pengisian kebutuhan jabatan yang lowong
b. sesuai kebutuhan pegawai yang ditetapkan Menteri

2. Tahapan :
a. Perencanaan
b. Pengumuman lowongan
c. Pelamaran
d. Seleksi (administrasi, kompetensi dasar, dan kompetensi bidang)
e. Pengumuman hasil seleksi
f. Masa percobaan
g. Pengangkatan menjadi PNS

22
PANGKAT DAN JABATAN

PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu.


• Setiap jabatan dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan PNS
yang menunjukkan kesamaan karakteristik, mekanisme, dan
pola kerja.
• PNS dapat berpindah antar dan antara JPT, Jabatan
Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan
Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan penilaian
kinerja.
• PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan
instansi TNI dan Polri yang pangkat/jabatannya disesuaikan
dengan pangkat dan jabatan di lingkungan instansi TNI dan
Polri.

23
PENGEMBANGAN KARIER
Dilakukan berdasarkan:
1. kualifikasi;

2. Kompetensi (teknis, manajerial, sosial kultural);


3. penilaian kinerja, dan
4. kebutuhan Instansi Pemerintah.
Dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas.

24
PENGEMBANGAN KOMPETENSI

1. Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk


mengembangkan kompetensi antara lain melalui: pendidikan
dan pelatihan, seminar, kursus, dan penataran.
2. Harus dievaluasi oleh PyB dan digunakan sebagai salah satu
dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karier.
3. Wajib disusun dalam rencana pengembangan kompetensi
tahunan dalam rencana kerja anggaran tahunan instansi.

PNS diberikan kesempatan untuk melakukan praktik kerja di instansi lain


di pusat/daerah yang dilakukan melalui pertukaran antara PNS dengan
pegawai swasta dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun dan
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh LAN dan BKN.

25
PROMOSI PNS
Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk
dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.
Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara:
- kompetensi;
- kualifikasi;
- persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan;
- penilaian atas prestasi kerja;
- kepemimpinan, kerja sama, kreativitas; dan
- pertimbangan dari Tim Penilai Kinerja PNS pada Instansi
Pemerintah
“ tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan.”
Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh
PPK setelah mendapat pertimbangan Tim Penilai Kinerja PNS pada
Instansi yang dibentuk oleh PyB.
26
MUTASI PNS
1. Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam satu Instansi Pusat,
antar-Instansi Pusat, satu Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-
Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan NKRI di luar negeri.
2. Dilakukan oleh PPK dalam wilayah kewenangannya.
3. Perpindahan PNS antarkabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan oleh
Gubernur setelah memperoleh pertimbangan Kepala BKN.
4. Mutasi PNS antar provinsi ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setelah
memperoleh pertimbangan Kepala BKN.
5. Mutasi PNS daerah ke Instansi Pusat atau sebaliknya, ditetapkan oleh Pejabat
yang Berwenang setelah mendapatkan pertimbangan teknis dari Kepala BKN.
6. Mutasi PNS antar Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala BKN.

• Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan “ konflik


kepentingan” .
• Pembiayaan sebagai dampak mutasi dibebankan pada APBN dan APBD.

27
PENILAIAN KINERJA PNS

Dilakukan berdasarkan : perencanaan kinerja pada tingkat individu dan


tingkat unit atau organisasi;
Memperhatikan :
target, sasaran, hasil, dan manfaat yang dicapai, serta perilaku PNS.
Metode : objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.
Berada di bawah kewenangan PyB, didelegasikan secara berjenjang
kepada atasan langsung dari PNS, dan dapat mempertimbangkan
pendapat rekan kerja setingkat dan bawahannya.
Hasil penilaian kinerja PNS disampaikan kepada Tim Penilai Kinerja
PNS.

PNS yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja


dikenakan sanksi administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
28
PENGGAJIAN DAN TUNJANGAN PNS
• Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS
serta menjamin kesejahteraan PNS.
• Dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, & resiko
pekerjaan.
• Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
• PNS di pusat dibebankan pada APBN, PNS di daerah dibebankan
APBD. 
• Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas yang meliputi:
 tunjangan kinerja dan (dibayar sesuai pencapaian kinerja)
 tunjangan kemahalan (dibayar sesuai tingkat kemahalan: indeks harga di daerah)
• Tunjangan PNS dibebankan pada APBN dan APBD

29
PENGHARGAAN PNS

PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran,


kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan. 
Penghargaan sebagaimana dimaksud dapat berupa pemberian:
 tanda kehormatan;
 kenaikan pangkat istimewa;
 kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi;
dan/atau
 kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.

30
PEMBERHENTIAN PNS

PNS diberhentikan dengan hormat karena:


•meninggal dunia;
•atas permintaan sendiri;
•mencapai batas usia pensiun;
•perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pensiun dini; atau
•tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas
dan kewajiban.
PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena:
•dihukum penjara/kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan
hukuman pidana penjara singkat 2 (dua) tahun dengan tidak berencana.
PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena:
•melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.

31
PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT

PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:


a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUDNRI 1945;
b. dihukum penjara/kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum;
c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
d. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang
dilakukan dengan berencana.

32
PEMBERHENTIAN SEMENTARA PNS

PNS diberhentikan sementara, apabila:


• diangkat menjadi pejabat negara;
• diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga
nonstruktural; atau
• ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
• Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan sementara
dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

33
BATAS USIA PENSIUN

Batas usia pensiun PNS yaitu:


 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;
 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi; dan
 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat
Fungsional.

34
JAMINAN PENSIUN & JAMINAN HARI TUA

Hak bagi PNS yang berhenti bekerja.


PNS diberikan jaminan pensiun apabila:
 meninggal dunia;
 atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu;
 mencapai batas usia pensiun;
 perampingan organisasi /kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini; atau
 tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.
Jaminan pensiun dan jaminan hari tua mencakup jaminan pensiun dan jaminan
hari tua yang diberikan dalam program jaminan sosial nasional.
Sumber pembiayaan berasal dari pemerintah selaku pemberi kerja dan iuran
PNS yang bersangkutan.

35
PERLINDUNGAN

Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:


 jaminan kesehatan;
 jaminan kecelakaan kerja;

Mencakup jaminan sosial
jaminan kematian; dan
yg diberikan dalam
 bantuan hukum.
program jaminan sosial
-> berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait
pelaksanaan tugasnya.
nasional

36
MANAJEMEN PPPK
Manajemen PPPK meliputi:
a. penetapan kebutuhan;
b. pengadaan;
c. penilaian kinerja;
d. gaji dan tunjangan;
e. pengembangan kompetensi;
f. pemberian penghargaan;
g. disiplin;
h. pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
i. perlindungan.

37
PENETAPAN KEBUTUHAN
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan Presiden.
Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang
diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
Kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan
Keputusan Menteri.

38
PENGADAAN PPPK
Pengadaan PPPK merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pd Instansi.
Pengadaan calon PPPK dilakukan melalui tahapan:
 perencanaan,
 pengumuman lowongan,
 pelamaran,
 seleksi,
 pengumuman hasil seleksi, dan
 pengangkatan menjadi PPPK.
Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian
secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan Instansi
Pemerintah, dan persyaratan lain yang dibutuhkan dalam jabatan.

Pengangkatan calon PPPK ditetapkan oleh PPK untuk masa perjanjian kerja
minimal 1 tahun & dapat diperpanjang sesuai kebutuhan & penilaian kinerja. 

PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS. Untuk diangkat
menjadi calon PNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi yang
dilaksanakan bagi calon PNS dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 39
PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI

40
PENGISIAN JPT DARI NON-PNS

• JPT utama dan madya tertentu dapat berasal dari non-PNS dengan
persetujuan Presiden yang pengisiannya dilakukan secara terbuka dan
kompetitif serta ditetapkan dalam KEPRES.
• JPT dapat diisi oleh prajurit TNI dan anggota Polri setelah mengundurkan
diri dari dinas aktif apabila dibutuhkan dan sesuai dengan kompetensi yang
ditetapkan melalui proses secara terbuka dan kompetitif.
• JPT di lingkungan Instansi Pemerintah tertentu dapat diisi oleh prajurit TNI
dan anggota Polri sesuai dengan kompetensi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

41
PENGISIAN JPT UTAMA DAN MADYA K/L PUSAT

8 Laporan PRESIDEN 7

KEPUTUSAN PRESIDEN
6 JPT TERPILIH
MEMASTIKAN KASN
SISTEM MERIT MENYAMPAIKAN 3 CALON

PENGAWASAN PEMBENTUKAN PIMP K/L /PPK


2 PANSEL DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT
1
KOORDINASI MENYAMPAIKAN
MEMBENTUK 5 3 CALON JPT

PANSEL
PENGAWASAN PELAKSANAAN
4
SELEKSI DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT 3 MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA 42
MEKANISME SELEKSI JPT PRATAMA K/L PUSAT

7 Laporan PRESIDEN 8

Pembatalan, Peringatan
dan Teguran
KASN
6
MEMASTIKAN
SISTEM MERIT
PPK MEMILIH &
2 PENGAWASAN PEMBENTUKAN MENETAPKAN
PANSEL DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT 5
1 MEMBENTUK
KOORDINASI PyB MENYAMPAIKAN
3 CALON JPT

4 PENGAWASAN PELAKSANAAN
PANSEL
SELEKSI DAN KEPUTUSAN 3
MENGIKAT MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA 43
MEKANISME SELEKSI JPT MADYA DI DAERAH

9 Laporan
PRESIDEN 6
MENYAMPAIKAN
KEPUTUSAN PRESIDEN 8 3 CALON
KASN JPT TERPILIH

MENDAGRI
MEMASTIKAN 7 PENGAWASAN DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT
SISTEM MERIT
2 PENGAWASAN PEMBENTUKAN GUBERNUR/ PPK
PANSEL DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT
MEMBENTUK MENYAMPAIKAN
1 5 3 CALON JPT
KOORDINASI

PANSEL
PENGAWASAN PELAKSANAAN
4
SELEKSI DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT 3 MENYELEKSI JPT SECARA TERBUKA
44
MEKANISME SELEKSI JPT PRATAMA DI DAERAH

8
7 LAPORAN PRESIDEN
Pembatalan,
Peringatan dan
KASN Teguran

MEMASTIKAN
SISTEM MERIT 6
GUBERNUR/PPK MENETAPKAN JPT
2 PENGAWASAN PEMBENTUKAN
PANSEL DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT
5
KOORINASI 1 MEMBENTUK PyB MENYAMPAIKAN
3 CALON JPT

PENGAWASAN PELAKSANAAN PANSEL


4
SELEKSI DAN KEPUTUSAN
MENGIKAT 3 MENYELEKSI JPT SECARA
TERBUKA 45
POLA KARIR JPT
• Diduduki maksimal selama 5 (lima) tahun.
• Pejabat yang habis masa jabatannya harus mengikuti seleksi/uji kompetensi
kembali untuk menduduki jabatan yang sama pada periode berikutnya.
• Pejabat ybs harus memenuhi target kinerja yang diperjanjikan dengan atasan.
• Pejabat yang tidak memenuhi kinerja yang diperjanjikan dalam waktu 1 (satu)
tahun pada suatu jabatan, diberikan kesempatan selama 6 (enam) bulan untuk
memperbaiki kinerjanya.
• Dalam hal Pejabat sebagaimana dimaksud tidak menunjukan perbaikan kinerja,
maka Pejabat yang bersangkutan harus mengikuti seleksi ulang uji kompetensi
kembali. Dari hasil seleksi ulang tersebut Pejabat ybs dapat dipindahkan pada
jabatan lain sesuai dengan kompetensi yang dimiliki atau ditempatkan pada
jabatan yang lebih rendah.

46
ORGANISASI ASN

1. Kedudukan: Wadah Korps Profesi Pegawai ASN RI untuk menyalurkan


aspirasinya.
2. Tujuan :
a. Menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN: dan
b. Mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
3. Fungsi :
a. Pembinaan dan pengembangan profesi ASN
b. Memberikan perlindungan hukum dan advokasi terhadap dugaan pelanggaran sistem
merit dan masalah hukum dalam melaksanakan tugas
c. Memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik instansi terhadap pelanggaran kode
etik profesi dan kode perilaku profesi
d. Menyelenggarakan usaha-usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi
ASN RI sesuai dengan peraturan perudang-undangan
Pasal 109 RUU ASN

47
SISTEM INFORMASI ASN

1. Tujuan: Efisiensi, Efektivitas, Akurasi Pengambilan Keputusan dalam


manajemen ASN.

2. Sifat: Nasional dan terintegrasi antar instansi.

3. Pembangunan dan pemutakhiran Data secara berkala.

4. Berbasis TI yang mudah diaplikasikan, mudah diakses dan memiliki sistem


keamanan terpercaya.

5. Pengelola: BKN dan dapat digunakan/diakses oleh instansi terkait baik


untuk keperluan update data maupun untuk pengambilan keputusan.

48
PENYETARAAN

• Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, terhadap jabatan PNS


dilakukan penyetaraan:
• jabatan eselon Ia kepala LPNK setara dengan JPT utama;
• jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan JPT madya;
• jabatan eselon II setara dengan JPT pratama;
• jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator;
• jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas; dan
• jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan jabatan pelaksana,
• sampai dengan berlakunya peraturan pelaksanaan mengenai Jabatan ASN
dalam Undang Undang ini.

49
KETENTUAN TRANSISI

• Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus sudah ditetapkan


paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
• Ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kode etik dan
penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik bagi jabatan fungsional
tertentu dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-Undang ini.
• Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah disebut
sebagai Pegawai ASN.

50
KETENTUAN AFIRMATIF

 Kebijakan dan Manajemen ASN yang diatur dalam Undang-


Undang ini dilaksanakan dengan memperhatikan:
a.kekhususan daerah-daerah tertentu; dan/atau
b.Warganegara berkebutuhan khusus.

 Penjelasan Pasal: Yang dimaksud dengan daerah-daerah


tertentu misalnya daerah yang memiliki otonomi khusus,
daerah tertinggal, daerah konflik, daerah terpencil, daerah
istimewa dan lain-lain.

51
TERIMA KASIH

52

Anda mungkin juga menyukai