Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Matematika merupakan ratunya ilmu dan sekaligus sebagai pelayannya. Matematika sebagai ratunya ilmu memiliki arti bahwa matematika merupakan sumber dari ilmu lain sehingga banyak ilmu-ilmu lain yang penemuan dan pengembangannya bergantung pada matematika. Matematika juga berfungsi untuk melayani ilmu pengetahuan, atau dengan kata lain matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu dan untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya (Erman, 2003: 25). Hal ini berarti matematika mempunyai peranan penting dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan lain. Menurut Sri (2008: 2) Pada SI Mata Pelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melaksanakan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan hasilnya. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lainnya untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk mata pelajaran matematika yang disebutkan di atas adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemahaman matematis dan koneksi matematis perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Dalam National Council Teacher Mathematics (NCTM) 2000 disebutkan bahwa pemahaman matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika. Siswa dalam belajar matematika harus disertai dengan pemahaman. Skemp (1976) menyatakan bahwa ada 2 jenis pemahaman yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman relasional memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemahaman instrumental karena pada

pemahaman relasional diperlukan pemahaman konsep yang cukup untuk suatu masalah agar bisa menjawabnya sedangkan pemahaman instrumental hanya diperlukan prosedur rutin untuk menjawabnya.. Pemahaman relasional ini erat kaitannya dengan kemampuan koneksi matematis karena dalam

pemahaman relasional siswa dituntut untuk bisa memahami lebih dari satu konsep dan merelasikannya. Koneksi matematika dapat diartikan sebagai hubungan ide-ide matematika. National Council Teacher Mathematics (NCTM) (dalam Ruspiani, 2000: 10) membagi koneksi matematika menjadi dua jenis yaitu hubungan antara dua representasi (gambaran) yang ekivalen dalam matematika dengan prosesnya yang saling berkorespondensi dan hubungan antara matematika dengan situsi masalah yang berkembang di dunia nyata atau pada disiplin ilmu lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa koneksi matematika tidak hanya menghubungkan antar topik dalam matematika, tetapi juga menghubungkan matematika dengan berbagai ilmu lain dan dengan kehidupan. Lebih lanjut, Utari (2010: 6) menguraikan indikator koneksi matematik, sebagai berikut: 1. Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur 2. Memahami hubungan antar topik matematika 3. Menerapan matematika dalam bidang lain 4. Memahami representasi ekuivalen suatu konsep 5. Mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen 6. Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika Menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) (2000: 64), indikator untuk kemampuan koneksi matematika yaitu: (a)

Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika; (b) Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren; (c) Mengenali dan menerapkan matematika dalam kontekkonteks di luar matematika. Kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu aspek kemampuan matematika yang penting yang harus dicapai melalui kegiatan belajar matematika karena dengan mengetahui hubungan-hubungan

matematika, siswa akan lebih memahami matematika dan juga memberikan mereka daya matematik lebih besar. Bruner (dalam Ruseffendi, 1991: 152) juga mengemukakan bahwa agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan, baik kaitan antara dalil dan dalil, antara teori dan teori, antara topik dan topik, maupun antara cabang matematika (aljabar dan geometri misalnya). Selain itu, Ruspiani (2000: 20) berpendapat bahwa jika suatu topik diberikan secara tersendiri, maka pembelajaran akan kehilangan satu momen yang sangat berharga dalam usaha meningkatkan prestasi siswa dalam belajar matematika secara umum. Jadi, kemampuan koneksi matematis diperlukan untuk

menghubungkan berbagi macam gagasan atau ide-ide matematis yang diterima oleh siswa. Agar kemampuan pemahaman matematis siswa bisa berkembang dengan optimal maka kemampuan koneksi matematis juga harus dikembangkan. Dengan dikembangkannya kemampuan koneksi matematis

siswa maka kemampuan pemahaman matematis siswa akan bertambah.. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dengan meningkatnya kemampuan siswa untuk menghubungkan antar konsep dan ide-ide matematika maka kemampuan pemahaman relasional siswa tersebut akan ikut bertambah. Namun pada kenyataannya, tujuan yang ideal tersebut tidak selalu mudah dicapai oleh sekolah. Hal tersebut dapat dilihat pada kenyataannya dimana hasil belajar matematika siswa masih rendah. Banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal terkait menuliskan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk model matematika. Siswa juga masih kesulitan dalam menghubungkan antar konsep dalam matematika. Selain itu, siswa juga masih kesulitan dalam menentukan rumus apa yang akan dipakai jika dihadapkan pada soal-soal yang berkaitan dengan masalah kehidupan seharihari. Kesulitan-kesulitan yang telah disebutkan tersebut merupakan unsurunsur kemampuan koneksi matematis. Dari kesulitan-kesulitan yang dialami siswa tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa masih belum optimal. Berdasarkan pemaparan di atas, untuk mengembangkan kemampuan koneksi matematis siswa maka dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal ini dikarenakan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu model pembelajaran yang diduga kuat bisa mengembangkan kemampuan koneksi matematis. Johnson dalam Rusman (2011: 187) mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah

pembelajaran yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran kontekstual memusatkan pada bagaimana peserta didik mengerti makna dari apa yang dipelajari, apa manfaatnya bagaimana mencapainya, dan bagaimana mereka mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengutamakan pengalaman nyata, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dan dekat dengan kehidupan nyata. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual Atau Contextual Teaching And Learning (CTL). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Siswa masih kesulitan dalam menentukan rumus apa yang akan dipakai jika dihadapkan pada soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan seharihari 2. Siswa masih kesulitan dalm menghubungkan antar konsep dalam bidang matematika 3. Siswa masih kesulitan dalam menghubungkan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dengan yang akan dipelajari

1.3. Pembatasan Masalah Kemampuan koneksi matematika siswa dibatasi pada kemampuan siswa memahami hubungan antar topik matematika dan hubungan matematika dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 1.4. Perumusan Masalah Bagaimana kemampuan koneksi matematis siswa setelah dilakukan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika? 1.5. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa setelah dilakukan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Bagi mahasiswa matematika
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika, mengingat mahasiswa adalah pendidik. calon

1.6.2. Bagi guru


Model pembelajaran kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan

kemampuan koneksi matematika siswa.

1.6.3. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman peneliti mengenai pembelajaran di sekolah dan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah peneliti dapatkan selama perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai