Anda di halaman 1dari 45

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1

Deskripsi Proyek Mengenai gambaran tentang Proyek Pembangunan Gedung Manajemen

RSU Provinsi dr. Soedono yang didapatkan dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai berikut: 1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSUP dr. Soedono Madiun 2. 3. 4. Objek Lokasi Data Teknis : Gedung Pelayanan dan Manajemen : Jl. dr. Soetomo No. 29, Madiun, Jawa Timur : - Status tanah - Luas lahan - Luas bangunan - Jumlah lantai : SHM RSUP Madiun : 832 m2 : 2253 m2 : 4 lantai

Dengan uraian sebagai berikut: Lantai 1 dan 2: Untuk pelayanan umum dan Instalasi Rawat Jalan (IRJA) Lantai 3: Untuk administrasi dan manajemen Lantai 4 Untuk kepegawaian - Jenis fondasi : Pile Square 250x250 mm

- Struktur bangunan : Beton Bertulang - Mutu beton a. Pile Square 25x25 cm : K-250 fc 25 Mpa dan fc 30 Mpa b. Balok dan Pelat Lantai : K-250 fc 20 Mpa s/d fc25 Mpa c. Kolom
27

28

K-250 fc 20 Mpa s/d 25 Mpa - Mutu baja a. Baja Pokok : : U39 D12, D16, D22

b. Baja Sengkang : U39 10 5. 6. 7. 8. 9. Pemberi Proyek Kontraktor Subkontraktor Nilai Proyek Sumber Pendanaan : Pemerintah Provinsi Jawa Timur : PT. Anggrek Merah : CV. Yoss Form Work : Rp 8.500.000.000,00 : DPA RSUP dr. Soedono th. Anggaran 2011 : 17 Januari 2011 s/d 15 Juli 2011 : 180 hari

10. Jadwal Pelaksanaan 11. Lama Pelaksanaan

12. Konsultan Perencana : PT. Rancang Persada 13. Konsultan Pengawas : CV. Nindira

Setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), maka pihak kontraktor akan segera melaksanakan pekerjaan persiapan diantaranya:

pengukuran, pembuatan dokumentasi dari 0%, serta melaksanakan pekerjaan mobilisasi baik mobilisasi peralatan maupun mobilisasi tenaga kerja. Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSUP dr. Soedono ini akan dilaksanakan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender, adapun lingkup pekerjaan yang terdapat pada proyek ini adalah: A. Pekerjaan Pendahuluan A.1 Pekerjaan Persiapan A.2 Pekerjaan Tanah A.3 Pekerjaan Urugan B. Pekerjaan Sub Struktur B.1 Pekerjaan Pondasi Utama B.2 Pekerjaan Pondasi Pendukung C. Pekerjaan Lantai-I-(0.00) C.1 Pekerjaan Struktur C.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

29

C.3.1 Pekerjaan Elektrikal C.3.3 Pekerjaan Instalasi Air D. Pekerjaan Lantai-II-(+4.50) D.1 Pekerjaan Struktur D.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal D.3.1 Pekerjaan Elektrikal D.3.3 Pekerjaan Instalasi Air E. Pekerjaan Lantai-III-(+8.50) E.1 Pekerjaan Stuktur E.2 Pekerjaan Arsitektural E.2.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran E.2.2 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding E.2.3 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, Asses-Kaca E.2.4 Pekerjaan Plafond E.2.5 Pekerjaan Pengecatan E.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal E.3.1 Pekerjaan Elektrikal E.3.3 Pekerjaan Instalasi Air F. Pekerjaan Lantai-IV-(+12.50) F.1 Pekerjaan Struktur F.2 Pekerjaan Arsitektural F.2.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran F.2.2 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding F.2.3 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, Asses-Kaca F.2.4 Pekerjaan Plafond F.2.5 Pekerjaan Pengecatan F.2.6 Pekerjaan Sanitair/Fixture Unit F.2.7 Pekerjaan Besi F.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal F.3.1 Pekerjaan Elektrikal F.2.3 Pekerjaan Pendingin Ruangan/Air Condition

30

F.3.3 Pekerjaan Instalasi Air F.3.4 Pekerjaan Instalasi Kabel TV F.3.3 Pekerjaan Instalasi Hydrant F.3.4 Pekerjaan Instalasi Telp/PABX G. Lantai R. Mesin Lift (+16.50) G.1 Pekerjaan Struktur G.2 Pekerjaan Arsitektural F.2.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran F.2.2 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding F.2.3 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, Asses-Kaca F.2.4 Pekerjaan Pengecatan F.2.5 Pekerjaan Besi F.2.6 Pekerjaan Baja dan Besi G.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal G.3.1 Pekerjaan Elektrikal G.3.2 Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir G.4 Pekerjaan Plumbing dan Septictank + Sumur Resapan Sesuai dengan konsentrasi penyusun yang merupakan bangunan gedung (3BG), maka penyusun mengambil objek Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSUP dr. Soedono Madiun, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Diharapkan dengan dibangunnya fasilitas Gedung Pelayanan dan Manajemen ini, maka masyarakat bisa mendapat pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik.

Gambar 3.1 Design Gedung Pelayanan dan Manajemen

31

3.2

Layout Plan Proyek Layout Plan atau peta lokasi adalah suatu gambar tampak atas suatu

bangunan dan situasi sekitarnya dengan skala tertentu yang berfungsi sebagai memperjelas letak suatu tempat atau lokasi dan pada prinsipnya Layout dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan untuk memudahkan didalam

pelaksanaan, pengawasan, pembongkaran, luas kebutuhan rancangan yang diperlukan dan langsung berhubungan dengan kebutuhan lapangan. Lokasi pada proyek Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU Provinsi dr. Soedono Madiun ini terletak di Jl dr. Soetomo No.29, Kec. Kartoharjo, Madiun. Adapun letak lokasi Gedung Admnistrasi dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Lokasi Proyek

Gambar 3.2 Layout Plan

32

3.3

Jadwal Penyelesaian Laporan Akhir

Tabel 3.1 Jadwal TA Minggu Kalender Akademik Semester VI Jur.Teknik Sipil 2011 NO JENIS KEGIATAN 10 1 2 3 4 8 9 10 Bab I Pendahuluan Bab II Tinjauan Pustaka Bab III Pembahasan Bab IV Metode Pelaksanaan Bab V Penutup Finalisasi Laporan Lain lain 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Keterangan: Pelaksanaan Deadline Lain-Lain

Dilaksanakan sesuai jadwal kalender yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 di atas Politeknik Negeri Malang.

3.4

Metode Pelaksanaan Laporan Akhir Penyusunan laporan akhir ini penyusun akan menggunakan langkah-

langkah untuk melakukan percepatan pelaksanaan dalam proyek. Sehingga didapat perhitungan RAB baru untuk proyek agar didapatkan jadwal pelaksanaan proyek berupa kurva S. Langkah-langkah pembahasan permasalahan yang ada: (Gambar 3.3) 1. 2. Mempersiapkan semua data yang telah diperoleh dari proyek. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang mungkin untuk dipercepat a. b. c. Pekerjaanpekerjaan yang sangat penting / pekerjaan utama proyek. Pelaksanaan pekerjaan yang berada dalam jalur kritis. Dengan melihat kurva S rencana yang terlalu landai sehingga memungkinkan untuk dipercepat.

33

3.

Penganalisaan metode-metode pelaksanaan untuk melakukan percepatan tersebut yang meliputi: a. b. c. Metode pelaksanaan percepatan proyek pembangunan. Perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan. Perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan pelaksanaan proyek.

4.

Membuat RAB akibat percepatan Agar kita dapat mengetahui jumlah biaya yang harus dikeluarkan akibat adanya percepatan dalam pelaksanaan pekerjaan.

5.

Membuat penjadwalan proyek yang baru Berdasarkan slope biayabiaya yang ada setelah ada percepatan disusun penjadwalan baru. Membuat kurva S baru Kurva S baru untuk mengetahui jadwal pekerjaan dalam proyek akibat percepatan sehingga dapat dibandingkan dengan jadwal pekerjaan sebelum ada percepatan. Adapun tahap-tahap pembahasan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

6.

34

3.5

Diagram Penyelesaian Masalah


START PERMASALAHAN

STUDI PUSTAKA

Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang mungkin dipercepat.

Penganalisaan metode pelaksanaan pekerjaan proyek dan perhitungan waktu akibat percepatan.

Menentukan biaya satuan dan jumlah tenaga kerja berdasarkan analisa dari daftar harga bahan dan upah berdasarkan HSP

Membuat RAB

Membuat jaringan kerjanya, kemudian penjadwalan dengan kurva S

Memberikan analisa dan kesimpulan dari hasil tersebut

SELESAI Gambar 3.3 Diagram Alir Pembahasan

3.6

Organisasi Kontraktor dan Konsultan Pengawas Organisasi proyek merupakan sekelompok orang dari berbagai latar

belakang ilmu dan keahlian yang terorganisir dan terkoordinasi dalam suatu wadah tertentu yang melaksanakan tugas pelaksanaan proyek dengan cara

35

tertentu. Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU Provinsi dr. Soedono Madiun ini terdiri dari 2 Struktur Organisasi yaitu Struktur Organisasi Proyek dan Struktur Organisasi Konsultan Pengawas. Adapun struktur Organisasi Kontraktor dan Konsultan dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5:

a) Struktur Organisasi Kontraktor (PT

Gambar 3.4 Struktur Organisasi PT. Anggrek Merah

b) Struktur Organisasi Konsultan Pengawas

Gambar 3.5 Struktur Organisasi CV. Nindira(

36

3.7

Macam Pekerjaan Metode pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik

pelaksanaan pekerjaan di lapangan dari awal sampai selesai. Secara umum Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU Provinsi dr. Soedono Madiun tidak berbeda dengan bangunan-bangunan lain sehingga metode pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan standart-standart yang ada. Pekerjaan dimulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan pengukuran, pekerjaan struktur, arsitektur, dan pekerjaan ME.

3.7.1 Pekerjaan Pendahuluan 1. Pekerjaan Persiapan/Bongkaran Pekerjaan ini adalah pekerjaan awal untuk menyiapkan prasarana kerja, seperti: pembersihan areal dari pohon-pohon dan semak, pagar pengaman, direksi keet, gudang, MCK, barak material dan pekerja, dokumentasi, papan nama proyek, listrik dan air kerja sementara, keamanan proyek, pengukuran, mobilisasi peralatan & pekerja, untuk menunjang pekerjaan Struktur, Finishing dan MEP, yang dijelaskan dibawah ini. Pekerjaan persiapan terdiri dari: a. Pengukuran tapak kembali dan Pembersiah Lapangan Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan diamankan dari bangunan-bangunan, fasilitas yang mengganggu. Sebelum

pekerjaan lain dimulai, lapangan selalu dijaga tetap bersih dan rata. Diadakan pengukuran dan gambar kembali. Lokasi pembangunan dilengkapi dengan keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kebenarannya. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antar gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya segera dilaporkan kepada Perencana/Pengawas untuk diminta keputusannya. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat water pass/theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.

37

b.

Pekerjaan Pemagaran Lokasi Proyek Pemagaran keliling lokasi proyek perlu dilaksanankan dengan tujuan demi keamanan proyek dan tidak mengganggu lingkungan sekitar misalnya dapat sedikit meredam debu yang timbul pada saat proyek berlangsung. Pemagaran juga berfungsi untuk pembatasan aktifitas proyek dengan aktifitas sekitarnya. Adapun pemagaran lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Pemasangan Pagar Sementara

c.

Kantor Sementara (direksi keet) Kantor proyek harus direncanakan mampu menampung semua karyawan dengan leluasa sesuai organisasi yang ditentukan, dilengkapi pendingin ruangan, musholla dan sistem sanitari yang memadai. Direksi Keet berupa bangunan sementara yang berukuran minimal 3.00 x 9.00 m2. Penataan ruangan dan furniture direncanakan untuk kenyamanan bekerja dan kokoh. Menampung aktifitas personil kontraktor maupun konsultan pengawas dalam suatu ruang kerja, akan dibuatkan bangunan sementara (directie keet) yang juga akan digunakan untuk menyimpan arsip proyek dan menerima tamu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Direksi keet akan di dirikan didalam areal proyek di luar lokasi gedung yang akan dibangun. Setelah struktur gedung berdiri directie keet menumpang sementara dalam gedung utama. Ruangan yang dibangun nantinya ada 3 (tiga) buah, satu untuk ruang pengawas, satu untuk ruang kontraktor dan satu ruang rapat

38

bersama. Adapun direksi keet / kantor sementara proyek dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Direksi Keet / Kantor Sementara.

d. Gudang Proyek Gudang proyek didirikan dengan tujuan untuk menampung material dan peralatan kerja. Gudang diperuntukkan untuk menyimpan sementara bahan/stocking dan juga penyimpanan peralatan bantu. keamanan dan keselamatan guharus direncanakan tertutup rapat dengan jumlah pintu terbatas, terlindung dari cuaca langsung dan hujan. Pembuatan gudang perlu memperhatikan agar gudang tidak lembab dan dipasang kunci yang dipegang oleh logistik kontraktor. Keberadaan gudang harus didukung sistem pengamanan dan juga keselamatan kerja (pemadam kebakaran dan batasan-batasan lain). Adapun gudang proyek dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Gudang Proyek

e.

Toilet dan KM / WC sementara Toilet dan kamar mandi akan dibuat terpisah antara toilet / KM untuk personil proyek dan toilet/KM untuk pekerja. Posisi letak Ruang Toilet / MCK maupun barak pekerja bisa dibuat disampirng

39

bangunan, lengkap dengan bak air bersih secukupnya dan diatur saluran pembuangan airnya agar kondisi tetap bersih. f. Sarana Penunjang Pekerjaan Penyediaan Air Bersih Air yang dipergunakan untuk pekerjaan Pembangunan Gedung diambil dari air yang memenuhi persyaratan sebagai bahan baku untuk bangunan. Penyediaan Pasokan Listrik Kerja Pasokan listrik untuk proyek akan diambil dari PLN atau genset yang akan disediakan oleh kontraktor. Pasokan listrik akan dipakai untuk: aktivitas directie keet, kebutuhan listrik untuk peralatan pekerjaan dan penerangan untuk kerja malam. g. Pembuatan foto proyek / Dokumentasi Setiap progress pekerjaan untuk masing masing item pekerjaan yang sedang/sudah dilaksanakan, kontraktor wajib membuat

dokumen berupa foto proyek sebagai pendukung/bukti ke JMK bahwa progress/kemajuan pekerjaan sesuai dengan keadaan phisik dilapangan. h. Pekerjaan Shop drawing dan As built drawing Pihak Kontraktor membuat rencana kerja berupa gambar kerja/shop drawing sebagai pedoman dasar, yang merupakan gambar-gambar detail dari masing-masing pekerjaan yang diajukan dan disetujui oleh Direksi Lapangan, untuk memudahkan pelaksanaan

dilapangan. Apabila terjadi perubahan perubahan konstruksi dilapangan Pemborong wajib mengajukan perubahan (surat & gambar) ke Pemilik Proyek untuk mendapatkan persetujuan dan perubahan tersebut akan dijadikan bahan pembuatan as built drawingnya. Sesudah pelaksanaan pekerjaan, wajib membuat dan menyerahkan gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan (as built drawing) yang lengkap, benar dan sudah

40

disetujui oleh Direksi Lapangan, yang kemudian diserahkan kepada Pemberi Tugas dalam bentuk print out dan soft copy. i. Mobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja Pelaksanaan mobilisasi meliputi: 1. Peralatan Kerja Penunjang pekerjaan ini, alat-alat yang dimobilisasi antara lain: Dump truck Dozer Mesin Jack Hammer (pancang) Wales/roller Concrete pump, mixer truck, vibrator Schaffolding Mobile crane Bar bender / Cutter, dll Masing-masing alat tersebut untuk mobilisasi dan demobilisasi menyesuaikan jadwal kebutuhan dilapangan. 2. Material/Bahan Pengadaan material/bahan pokok akan dijadwalkan khusus mengacu kepada jadwal induk pekerjaan (Master schedule). 3. Tenaga Kerja (SDM) SDM proyek dapat dibagi menjadi 2 bagian pokok yaitu, tenaga inti proyek yang terdiri dari Project Manager (PM) dan staff-staffnya, serta tenaga pekerja proyek. Tenaga inti segera didatangkan begitu pelaksanaan proyek dimulai, sedang untuk para pekerja, jumlah serta keahliannya akan disesuaikan dengan jenis dan volume pekerjaan yang sedang berlangsung. 4. Safety / Keselamatan kerja Proyek Kesehatan dan keselamatan kerja mengikuti standar yang ada pada safety engineer dari pihak JMK. Seperti perlengkapan standar pada proyek yaitu helm, safety shoes, ID card, dsb.

41

j.

Pekerjaan pengukuran Bersama pengawas, kontraktor menentukan elevasi lantai + 0.00 (finishing). Titik-titik bantu elevasi diletakkan pada tempat yang aman dan dibuat permanen untuk menghindari adanya perubahan dan kerusakan yang mungkin terjadi. Bila dimungkinkan adanya perubahan akibat kondisi existing, maka kontraktor berkewajiban melaporkan ke pengawas. Peralatan yang digunakan adalah theodolith/waterpass 1 unit (Gambar 3.9), yang dilengkapi dengan meteran 50 M dan 5 M. Tenaga kerja yang digunakan untuk

pekerjaan ini berjumlah minimal 2 orang (1 kepala pengukuran dan 1 asisten pengukuran). Pengukuran sudut siku dengan prisma atau segitiga phytagoras hanya dilakukan untuk bagian-bagian kecil saja. Tahapan pelaksanaannya: Penentuan Benchmark (BM) sebagai referensi. Titik acuan dapat menggunakan yang sudah ada di lapangan atau menurut petunjuk perencana. Setting Out Setting out dilakukan harus menggunakan alat Theodolite. Marking Konstruksi Terdiri dari marking elevasi slab dan as, marking bangunan secara vertikal. Pemindahan As Bangunan Pemindahan as bangunan harus menggunakan referensi pinjaman yang dibuat sebelumnya di lantai di bawahnya dengan menggunakan theodolite. Pemindahan Elevasi dilakukan dengan menarik meteran dari marking lantai di bawahnya ke lantai diatasnya. Pengecekan Pengecekan vertikalisasi kolom/dinding/bekesting

42

Pengecekan elevasi lantai dengan theodolite sebelum pengecoran. Adapun alat Theodolite dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Penggunaan Theodolith di Lapangan

2. Pekerjaaan Tanah Tahapan pelaksaannya: Galian Tanah Pondasi Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk Pile Cap, balok pondasi dan struktur lainnya yang terletak didalam atau diatas tanah, sesuai gambar rencana. Air Pada Galian. Mengantisipasi air yang terdapat pada dasar galian maka disediakan pompa air atau pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai untuk menghindari genangan air dan lumpur pada dasar galian. Pekerjaan Urugan Pasir Padat. Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan diatas dasar galian tanah, di bawah lapisan lantai kerja dan digunakan untuk semua struktur beton yang berhubungan dengan tanah seperti Pile Cap, balok pondasi dan pekerjaan beton yang lain yang berhubungan langsung dengan tanah. Pasir yang digunakan adalah pasir yang mengandung butir-butir yang bersih, tajam dan keras, bebas dari lumpur, tanah lempung dan

43

organis dan yang telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Begitupun air yang bersih dan tidak mengandung minyak, digunakan adalah air asam alkali dan bahan

organis lainnya, serta dapat diminum. Sebelum digunakan air diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan. Cara Pengurugan dan Pemadatan. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal lapisan 20 cm dan pemadatan dilakukan sampai mencapai kepadatan Maximum pada kadar air optimum yang ditentukan di dalam gambar rencana. Pemadatan urugan dilakukan dengan memakai alat pemadat yang

disetujui oleh konsultan Pengawas. Jika tidak tercantum dalam gambar rencana, maka pemadatan harus dilakukan sampai mencapai derajat kepadatan 98%.

3.7.2

Pekerjaan Sub Struktur 1. Pekerjaan Pondasi Pekerjaan Pondasi yang dilaksanakan terdiri dari: a. b. c. Pondasi Tiang Pancang (Gambar 3.10) Galian Tanah Pondasi dan Lantai Kerja di bawah Pondasi Pondasi Beton Pile Cap

Berikut ini merupakan uraian penjelasaan mengenai tahapan-tahapan pekerjaan pondasi: a. Pondasi Tiang Pancang Tahapan pelaksanaannya: Dokumen rencana/schedule pelaksanaan tiang pancang akan diserahkan kepada pengawas untuk mendapat persetujuan yang menunjukkan rencana detail pile (Gambar 3.10), panjang tiang, ukuran penampang melintang, ujung tiang, penulangan, beugel dan alat pengangkatnya.

44

Gambar 3.10 Pile/Pondasi Tiang Pancang

Menunjukkan rencana pemancangan (urut-urutan pemasangan tiang pancang). Harus disetujui dahulu oleh pengawas sebelum pekerjaan dimulai. Persiapan pengukuran as-as untuk penentuan titik-titik patok pancang (setting out), dibuat patok dari bambu dan di-cat agar jelas. Mobilisasi material tiang pancang secara bertahap, sampai sesuai kebutuhan volume pemakaian dilapangan. Setting untuk alat Pancang / Jack Hammer dengan Mobil Crane, yang dilaksanakan Operator pancang beserta anggotanya yang sudah terampil dan pengalaman. Adapun Mobil Crane proyek dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Mobil Crane

Adapun Mesin Jack Hammer dapat dilihat pada Gambar 3.12.

45

Gambar 3.12 Mesi Jack Hammer

Tiang pancang yang terkirim diturunkan di dekat posisi alat pancang, lalu diangkat 1/3 L lalu dimasukkan dalam posisi yang siap dipancang. Kemudian alat pancang digeser dan diposisikan sedemikian

rupa sehingga garis sumbu vertikal jack hammer (tekan pancang) tepat diatas posisi titik pancang. Tiang ditarik dengan sling dari posisi penempatan tiang secara hati-hati, kemudian diatur agar ujung atas tiang masuk kedalam helmet dan ujung bawah tiang tepat berada diatas posisi titik pancang yang akan dipancang. Pemancangan dimulai/start dari arah belakang terus ke-samping kiri dan kanan, di lanjutkan sampai ke depan / finish akhir (Lihat gambar ilustrasi rencana/skedul alur pemancangan). Setelah itu tiang ditekan perlahan-lahan agar ujung bawah tiang tertancap ke permukaan tanah, sehingga kedua ujung tiang terpegang dengan baik (ujung atas terpegang helmet dan ujung bawah oleh permukaan tanah). Posisi dan vertikalitas tiang diperiksa dengan menggunakan waterpass. Setelah posisi dan vertikalitas tiang sudah benar, maka pemancangan dimulai dengan mengangkat pile besi jack hammer ditekan pada pile sehingga tiang masuk kedalam tanah,

46

prosedur ini diulang sampai tiang mencapai kedalaman tanah keras, yang ditandai dengan final set (set akhir) sebesar maximum 1400 Mpa. Penyambungan Tiang dilakukan apabila kedalaman tanah keras lebih dalam dari panjang tiang standart (> 8 M), maka tiang tersebut akan disambung dengan segmen tiang selanjutnya, yaitu dengan sistem las listrik pada pelat sambungan tiang satu dan dua, yang dilaksanakan dengan metode pengelasan keliling penuh. Bila terjadi friction piles, pemancangan dapat dihentikan bila kepala tiang telah mencapai level muka tanah atau level yang ditentukan dalam gambar rencana. End bearing piles,

pemancangan dapat dihentikan bila ujung tiang telah mencapai kedalaman lapisan tanah keras yang ditunjukkan oleh

tercapainya final set. Perpindahan alat pancang dari satu titik pancang ke titik pancang berikutnya dilaksanakan dengan sistem geser diatas rel besi. Pencatatan dan Laporan Pemancangan dilakukan bertahap dan dibuatkan laporan pemancangan yang meliputi tanggal

pemancangan, nomor urut pancang, posisi as titik pancang dan ukuran tiang pancang, kedalaman tiang, jenis dan ukuran hammer dan final set yang dipakai. Setelah selesai pekerjaan pemancangan, alat pancang maka akan seluruh

dilaksanakan

demobilisasi

beserta

peralatannya dan juga pengambilan kembali tiang-tiang pancang yang tidak terpakai / rusak. Pengujian daya dukung tiang pancang dengan menentukan 2 titik untuk di test PDA yang sudah disepakati dengan konsultan pengawas. (Gambar 3.13) Mobilisasi Alat PDA untuk loading test.

47

Pelaksanaan Test PDA sesuai berat loading yang disyaratkan oleh Direksi lapangan. Pencatatan dan laporan setiap test yang dilakukan Adapun skema pengujian test PDA pada proyek RSUP dr. Soedono Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Skematik Pengujian PDA

b. Galian Tanah Pondasi dan Lantai Kerja di bawah Pile Cap Tahapan pelaksanaannya: pembersihan area lokasi yang akan dikerjakan. mobilisasi alatalat bantu dan material bahan di lokasi proyek. Galian pondasi pile cap sesuai ukuran dalam gambar lapangan. Potong/bobok kepala tiang pancang sesuai bottom level pile cap dan stek besi pancang siap dijangkar sesuai ukuran. Gelar pasir pasang/urug untuk urugan pasir untuk leveling yang disetujui direksi lapangan. Pemadatan urugan pasir di daerah bawahl pondasi pile cap dan sampai rata. Persiapan lantai kerja menggunakan adukan semen, pasir dan koral untuk spesi 1 Pc : 3 Pasir : 5 Kerikil, dicampur air yang

48

bersih secukupnya dengan beton molen/concrete mixer, lalu adukan mortar tersebut digelar dengan ketebalan 5 cm sampai rata. Pekerjaan urugan kembali dilaksanakan setelah pondasi pile cap selesai di cor, tanah diurug bertahap sampai rata. c. Pondasi Beton Pile Cap Tahapan pelaksanaannya: (Gambar 3.11- 3.13) Pembersihan area lokasi yang akan dikerjakan Mobilisasi alatalat bantu dan meterial bahan di lokasi proyek. Pengukuran dimensi pondasi pile cap, dengan patok kayu dan ditarik benang. Gelar Besi pile cap yang sudah difabrikasi dan sudah sesuai gambar pelaksanaan yang sudah dibuat Bar Bending Schedule / BBS. Pasang Bekisting terdiri dari adukan spesi semen, pasir 1 : 5 untuk pemasangan dinding batako sesuai ukuran dimensi pondasi dalam gambar. Pengecekan kembali dan pembersihan areal pondasi dengan compressor. Pengecoran beton ready mix menggunakan mutu beton K-250 secara bertahap, dan diratakan pemadatannya dengan vibrator untuk mengisi ruang kosong pada bekisting dan adukan beton menjadi lebih padat dan berisi. Adapun pemagaran lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.14-3.16.

Gambar 3.14 Pekerjaan Galian Pile Cap

49

Gambar 3.15 Perataan dan Pemadatan Galian Tanah

Gambar 3.16 Begisting Menggunakan Batako

3.7.3 Pekerjaan Stuktur Pekerjaan struktur adalah pekerjaan yang terdiri dari pekerjaan struktur bawah sampai struktur atas. Jadi dapat dikatakan bahwa pekerjaan struktur termasuk pekerjaan pokok dalam pelaksanaan pembangunan. Aplikasi pekerjaan beton bertulang pada pekerjaan struktur digunakan dalam struktur utama di bawah ini: a. Beton Sloof Struktur Sloof berfungsi sebagai ikatan pada rangkaian pondasi bangunan. Sloof dapat meminimalisir penurunan bangunan yang tidak merata dan memikul beban dinding lantaai dasar . Urutan pelaksanaan sebegai berikut: Tahapan pelaksanaannya: Penentuan as sloof dengan theodolite dan benang. Pembuatan bekisting. Pengerjaan pembesian. Pengecoran ready mix dengan menggunakan concrete. Pemadatan beton dengan concrete vibrator. Pemeliharaan/curing. Adapun Sloof dapat dilihat pada Gambar 3.17.

50

Gambar 3.17 Sloof

b. Beton Kolom Struktur Kolom berfungsi sebagai penahan beban vertikal konstruksi bangunan, pengerjaan kolom struktur dilaksnanakan setelah sloof selesai. Penentuan as kolom dengan theodolite dan benang. Tahapan pelaksanaannya: Pembuatan bekisting. Pengerjaan pembesian. Pengecoran site mix dengan bantuan concrete mixer agar campuran spesi dapat memenuhi mutu yang diinginkan. Pemadatan beton dengan concrete vibrator. Pemeliharaan/curing. Berikut penjelasannya: Mobilisasi alatalat bantu dan material/bahan di lokasi sesuai kebutuhan rencana dalam gambar. Setelah pekerjaan pengecoran pile cap dan sloof telah selesai (beton telah kering) maka segera dilakukan pengukuran as-as kolom dan pembesian pada kolom struktur. Pemasangan besi kolom struktur dipasang setelah as-as kolom selesai dilaksanakan (pekerjaan BBS / fabrikasi terlebih dahulu dikerjakan). Pada saat yang bersamaan bekisting kolom dapat difabrikasi dan segera dipasang pada lokasi pembesian kolom. (Gambar 3.18)

51

Sebelum dipasang telah dipastikan bahwa seluruh sparing-sparing pekerjaan M/E, beton deking dan pelapisan minyak bekisting telah dilakukan. Bahan bekisting terdiri dari multiplek 12 mm dengan rangka kayu kombinasi ukuran 5/7 dan 6/12. Bekisting diberi lapisan oli pelumas untuk mempermudah pembukaan pada saat pembongkaran bekisting kolom. Sebagai penguat bekisting kolom maka digunakan tie rod untuk menghindari terjadinya kolom bunting pada saat pengecoran kolom strukturnya. Support dapat digunakan pipe support atau balok kayu ukuran 6/12. Sebelum pengecoran dilakukan slump test terlebih dahulu sesuai standart 10 + 2 dimulai dari kolom, balok dan dilanjutkan ke plat lantai, serta tangga beton. Pengecoran kolom beton jadi dituang secara bertahap sesuai kebutuhan volume beton setiap jadwal pengecoran, volume dalam beton mixer dimasukkan dengan alat bantu talang cor, yang dilakukan secara manual. Setelah selesai dicor baru dilanjutkan dengan pekerjaan bekisting dan besi pada balok, lantai dan tangga. Pekerjaan area bangunan dilaksanakan dengan 2 zona, agar pekerjaan lebih cepat. Adapun Kolom dapat dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18 Kolom

52

c. Beton Balok Struktur Balok berfungsi sebagai penahan beban horizontal konstruksi bangunan, pengerjaan balok dilaksanakan setelah kolom selesai dan pekerjaan balok dapat diikuti bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan plat lantai apabila terdapat pekerjaan lantai 2 dan seterusnya. Tahapan pelaksanaannya: Penentuan as balok dengan theodolite dan benang. Pembersihan lokasi di bawah untuk penempatan scaffolding. Penempatan bekisting balok menggunankan bekisting produksi pabrik dan multiplek 13 mm dengan penguat kayu 5/7. Pemasangan dibantu dengan bidikan theodolite untuk memastikan ketepatan koordinat dan alat waterpass untuk ketepatan leveling. Penempatan bekisting disangga oleh perancah/scaffolding. Pengecoran site mix dengan bantuan concrete mixer agar campuran spesi dapat memenuhi mutu yang diinginkan. Pemadatan beton dengan concrete vibrator. Pemeliharaan/curing. Berikut penjelasannya: Pekerjaan balok beton dan plat lantai 1 dilakukan secara simultan setelah seluruh acuan / bekisting kolom selesai dibuka. Pekerjaan ini dimulai dengan pemasangan steiger (perancah) dari schaffolding (U head jack, Mainframe, Cross base, Joint pen, Base jack) sebagai penunjang pelaksanaan bekisting balok dan plat lantai beton. (Gambar 3.19 3.21) Selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting menggunakan sistem

konvensional dari bahan kayu yang terdiri dari multiplex 12 mm, balok 5/10, 6/12 dan kaso 5/7. Berikut Contoh gambar ilustrasi dari Form work balok & plat lantai:

53

Gambar 3.19 Denah Formwork Balok & Pelat Lantai

Gambar 3.20 Penampang Formwork Balok & Plat Lantai

Gambar 3.21 Penampang Formwork Balok & Plat Lantai

Setelah pekerjaan bekisting selesai, maka dilakukan pembesian pada balok, plat dan lisplang beton (pekerjaan BBS / fabrikasi terlebih dahulu dikerjakan). Di antara permukaan dalam bekisting dan besi diberi jarak kosong minimal 2,5 cm agar besi tertutup cor beton dan diberi tahu beton. Melakukan pengecoran menggunakan mutu beton K-250 dan dibantu dengan alat concrete pump untuk didorong keatas, lalu beton ditarik

54

dengan cangkul / sekop, lalu diratakan dengan balok kayu, dan pemadatan memakai bantuan vibrator (untuk pengecoran balok dan plat lantai), dimulai dari balok dan dilanjutkan ke plat lantai. Selama pengeringan beton dilakukan selama + 21 hari sesudah pengecoran selesai, untuk pemeliharaan curing beton dilakukan dengan pemakaian geotextile / karung dibasahi air selama + 14 hari sampai pengeringan beton cukup dan agar terhindar dari retak rambut, kemudian dilanjutkan pembongkaran schaffolding dan bekisting kayu secara bertahap, mulai dari plat lantai, balok dan tangga, untuk dapat memulai pekerjaan tahap selanjutnya. Adapun Balok dapat dilihat pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22 Balok

d. Pasang Cor Beton Balok dan Plat Pekerjaan beton bertulang mempunyai bobot fisik paling besar dan beton bertulang merupakan struktur utama bangunan. Asumsi di atas maka disimpulkan pelaksanaan pekerjaan beton bertulang menuntut pelaksanaan pembuatan secara baik dan benar sesuai dalam dokumen proyek. Tahapan pelaksanaanya: Pembersihan lahan kerja dari kotoran dan material lain yang mengganggu atau dapat mengurangi mutu beton. Penempatan bahan pokok dan peralatan kerja agar mudah dijangkau. Penerangan (lampu) untuk kerja di malam hari.

55

Perancah/staiger yang digunakan adalah scaffolding yang digunakan sebagai penopang bekisting/cetakan beton. Perancah disusun secara bertingkat untuk mencapai level plat dan balok yang ditentukan dengan ukuran yang telah ditentukan. Adapun Scaffolding dapat dilihat pada Gambar 3.23.

Gambar 3.23 Scaffolding

3. Pembesian Pabrikasi besi beton dilakukan di tempat pabrikasi, setelah bekisting siap, besi beton yang sudah di pabrikasi siap untuk dipasang/distel di lokasi sesuai dengan kebutuhan besi pada struktur balok dan plat. Adapun lokasi Pabrikasi Pembesian dapat dilihat pada Gambar 3.24.

Gambar 3.24 Pabrikasi Pembesian

Masing-masing sambungan besi diberi pengait. Pembesian pada balok dilakukan terlebih dahulu sebelum pembesian plat beton, setelah besi balok terangkai dengan benar, lalu diikuti pembesian plat lantai dengan mengaitkan besi balok, kolom dan plat secara bersamaan.

56

4. Pembuatan Bekisting Tahapan pelaksaannya: Perlu ditekankan bahwa bentuk dan dimensi beton bertulang akan mengikuti dari pada bentuk cetakan (bekisting), maka di dalam membuat bekisting harus sesuai dengan rencana bentuk dan di mensi beton tersebut. Menggunakan bekisting pabrikasi agar kedudukan bekisting stabil sebelum dan sesudah pengecoran diberi klem dan baut yang kuat, untuk pengecoran balok maka penulangan dilakukan terlebih dahulu. Adapun proses pmbuatan Bekisting dapat dilihat pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25 Bekisting

5. Pengecoran Tahapan pelaksanaanya: Karena dalam pekerjaan ini, pengecoran beton dalam volume besar, maka perlu dipastikan bekisting dan tulangan harus sudah benar dan stabil. Sebelum pengecoran dipastikan juga semua persiapan pekerjaan dengan baik. Produksi ready mix dari batching plant lancer. Kesiapan peralatan pendukung (air compressor, comcrete mixer, concrete pump, concrete vibrator) dan alat bantu lainnya. Adapun Concrete Pump dapat dilihat pada Gambar 3.26.

57

Gambar 3.26 Concrete Pump

Penerangan sementara (untuk pengerjaan malam hari) Penempatan beton decking (tahu-tahu) yang tebalnya sesuai tebal rencana selimut beton dan ditempatkan secara merata agar tidak tereser waktu terinjak pekerja. Panjang penyaluran besi sesuai dokumen proyek. Check ulang ukuran tebal baok dan plat. Pendistribusian campuran beton yang melewati pipa harus dijatuhkan secara vertikal agar tidak segregasi atau penumpukan agregat. Lokasi pengecoran yang sulit seperti pada sudut atau tempat yang banyak tulangan berjajar harus menggunakan vibrator lebih lama agar campuran masuk merata dan tidak keropos. Test slump perlu dilakukan sebelum pengecoran dilaksanakan. Nilai slump yang dipakai sebagai acuan adlah yang telah ditentukan konsultan perencana. Adapun Test Slump dapat dilihat pada Gambar 3.27.

Gambar 3.27 ConcTest Slump

58

Test kuat tekan beton di laboratorium dilakukan untuk menjamin beton menjamin bahwa beton yang dipakai adalah sesuai dengan mutu yang telah direncanakan oleh konsultan perencana. 6. Pemeliharaan/curing, meliputi: Pasca pengecoran, beton yang terpasang tidak boleh ditinggalkan begitu saja, beton akan mengalami proses pengerasan sampai dengan titik jenuh (kekuatan maksimal). Agar proses pengerasan berjalan baik dan optimal, maka selama proses tersebut harus dilakukan

perawatan/curing/pemeliharaan minimal 1 x 12 jam setelah pengecoran. Tahapan pelaksanaannya: Pada lantai beton, permukaan ditutup karung basah dan dipastikan kondisinya selalu jenuh air. Pada kolom, ditutup plastic agar kandungan air tidak cepat menguap. Hindari kondisi beton terkena sinar matahari langsung supaya tidak cepat mengering. Menghindari pengeringan ekstrim dipakai curing compound. Dilakukan penyiraman rutin.

3.7.4 Pekerjaan Arsitektural Pekerjaan arsitektur adalah pekerjaan yang terdiri dari pekerjaan finishing. Jadi dapat dikatakan bahwa pekerjaan arsitektural termasuk pekerjaan penyelesaian atau terakhir dalam pelaksanaan pembangunan. Adapun pekerjaan Arsitektural pada RSUP dr. Soedono Madiun adalah sebagai berikut: 1. Pasangan Batu Bata Tahapan pelaksanaannya: (Gambar 3.28) Pemasangan pemandu kelurusan (tegak) dan kerataan menggunakan bahan kaso 5/7 dan benang. Kaso dipasang tegak lurus dan dipastikan tidak mudah bergeser dengan di paku ke struktur bangunan.

59

Pekerjaan pemasangan dilakukan waterpass (horizontal) dengan menggunakan benang dan tiap kali di cek kerataannya. Lapisan satu dengan lapisan yang di atasnya dipasang secara zig zag (berselangseling dengan perbedaan separuh panjang). Pekerjaan pemasangan pipa/ alat-alat yang tertanam di dalam dinding dibuat pahatan dengan kedalaman yang cukup pada pasangan dinding sebelum diplester. Pada saat pekerjaan plesteran, pahatan tersebut harus diplester bersamaan dengan plesteran seluruh bidang. Dalam pemasangan dinding bata, bahan adukan menggunakan campuran dari semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 2 dan 1 : 5. Untuk area toilet / lembab khusus digunakan campuran adukan dengan perbandingan 1 pc : 2 pasir dan untuk area selain toilet digunakan campuran adukan dengan perbandingan 1 pc : 5 pasir. Pemasangan bata dilakukan secara manual sebagaimana umumnya. pada setiap pertemuan kolom praktis dan pasangan bata, dalam tinggi 11,5 meter, kolom dicor terlebih dahulu untuk mengikat pasangan agar menjadi lebih kuat dan baru diteruskan untuk pasangan berikutnya. Pasangan bata hanya bisa dilaksanakan setelah kolom praktis selesai dicor. Pada pasangan dinding bata yang bertemu kolom struktur, diberi angkuur besi pada setiap 3 lapis untuk memperkuat sambungan. Pada pasangan dinding dengan ketinggian lebih dari 3 meter, maka dibuatkan perancah/stager menggunakan schaffolding untuk

pekerjaannya.

60

Gambar 3.28 Isometri Alur Pelaksanaan Pemasangan Dinding Bata

2.

Pekerjaan Plesteran dam Acian Pasangan plesteran dan acian dikerjakan setelah pemasangan dinding batako selesai secara keseluruhan. Jenis plesteran dan acian yang akan dikerjakan terdiri dari: Plesteran dan acian kedap air (1 : 2). Jenis ini digunakan pada area dinding-dinding kedap air, seperti dinding toilet dan dinding di atas permukaan lantai. Plesteran dan acian biasa (1 : 5). Jenis ini di gunakan pada area dinding dalam dan luar bangunan selain dinding toilet. Tahapan pelaksanaan pekerjaan: (Gambar 3.29 - 3.32)

61

Permukaan yang akan diplester dan aci terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran-kotoran dan disiram terlebih dahulu. Permukaan kolom beton yang akan diplester dan aci diketrik terlebih dahulu agar plesteran dapat mengikat beton lebih baik. Pada setiap dinding yang akan diplester, dibuat kepalaan plesteran menggunakan kepingan dari plywood 9 mm untuk patokan kerataan bidang pada tiap-tiap jarak 1 meter secara vertikal, setelah selesai barulah plesteran dilakukan dengan cara vertikal dan horizontal (menyilang) menggunakan jidar dengan mengikuti alur kepalaan yang sudah dibuat sebelumnya untuk meratakan alur kepalaannya. Setelah plesteran selesai, setelah berumur + 1 minggu maka dilakukan pengacian menggunakan bahan semen yang sudah dicampur dengan air dengan catatan permukaan plesteran sudah rata / tidak bergelombang. Permukaan plesteran yang sudah kering harus disiram air terlebih dahulu sebelum di aci untuk menghindari terjadinya retak rambut pada dinding setelah di aci.

Gambar 3.29 Pembuatan Kepalaan Plesteran Pada Area Tepi Bata (titik A, B, C dan D)

Gambar 3.30 Pembuatan Kepalaan Plesteran Pada Tiap Jarak 1 M

62

Gambar 3.31 Pembuatan Kepalaan Plesteran Pada Bidang Vertikal

Gambar 3.32 Pembuatan Plesteran Menggunakan Jidar Panjang

3.

Pekerjaan Lantai dan Dinding a. Pekerjaan Sub Lantai Pekerjaan sub lantai ini dilakukan di bawah lapisan finishing lantai yang berlangsung di atas tanah (lantai dasar yang tidak memakai plat beton) serta sesuai detail yang disebutkan atau ditunjukkan pada gambar. b. Pekerjaan Lantai Screed Pekerjaan lantai screed meliputi area diatas plat-plat beton, bawah lantai tangga serta untuk seluruh detail seperti yang

disebutkan/ditunjukkan dalam gambar. Pekerjaan screeding lantai, dibagi dalam 2 jenis, yaitu: Screeding Tebal 1 - 3cm, dilaksanakan pada area toilet Screeding tebal 5 cm, dilaksanakan pada area teras keliling dan lantai atap. Screeding tebal 1 - 3cm Tahapan pelaksanaannya: pembersihan area permukaan yang sudah diwaterproofing

63

persiapan alat-alat kerja dan material dilokasi pekerjaan dilakukan levelling secara keseluruhan dengan terlebih dahulu dibuat kepalaan untuk screeding lantainya pada setiap jarak + 1 meter. Perataan permukaan menggunakan jidar kayu dan dibantu dengan alat roskam pada umumnya. Screeding tebal 5 cm Tahap pelaksanaannya: Pembersihan area di lokasi pekerjaan. Mobilisasi alat-alat kerja dan material/bahan di lapangan. Screeding area teras keliling, dilakukan penggalian pada tanah pada level yang sudah ditentukan. Dilakukan pengurugan dengan pasir yang dipadatkan dengan ketebalan + 10 cm. Dilakukan levelling lantai dan kemiringan/slope menggunakan alat bantu: waterpass dan benang. Setelah pasir padat, mulai dengan rabat beton menggunakan campuran semen, pasir, koral dan air dengan perbandingan adukan 1pc : 3 pasir : 5 koral dengan ketebalan 5 cm tanpa tulangan. Screeding area lantai atap, dilakukan setelah pekerjaan

waterproofing selesai dan sudah dilakukan testing perendaman selama 1 x 24 jam dengan hasil baik/kedap air. Dilakukan levelling lantai dan kemiringan/slope menggunakan alat bantu: waterpass dan benang, terutama di daerah basah. Campuran adukan menggunakan semen, pasir dan air dengan perbandingan adukan 1 pc : 3 pasir dengan ketebalan 5 cm. c. Pekerjaan Waterproofing Bagian yang diberi lapisan waterproofing ialah: Sheet Membrane pada area plat atap, terutama plat beton yang berhubungan langsung dengan air/ talang.

64

Liquid pada area toilet, serta bagian lain yang dinyatakan dalam gambar

Sebelum dikerjakan, area toilet, dak lantai atap dan talang beton yang akan di water proofing dibersihkan dari kotoran dan debu terlebih dahulu. Tahap pelaksanaannya: Area yang akan dikerjakan dibersihkan dari kotoran dan debu dengan sapu/sikat. Persiapan alat-alat bantu dan material waterproofing. Pemilihan warna bahan waterproofing ditentukan kemudian oleh konsultan. Dimulai dengan permukaan dinding bawah lantai dengan cara dilabur dengan primer coating secara merata dengan kuas secara menyilang sampai 3 kali, dengan tinggi laburan + 20 cm dari lantai. Kemudian dilanjutkan dengan permukaan lantainya. Dilakukan test genangan selama 1 hari (1 x 24 jam) Setelah hasil pengetesan baik, pada area toilet langsung dilakukan screeding dengan ketebalan 1 3 cm. d. Pekerjaan Lantai Keramik Sebelum pemasangan keramik dimulai, didahulukan pekerjaan plester + acian telah selesai untuk menghindari kotoran yang bisa menempel pada keramik. Tahapan pelaksanaannya: Pembersihan permukaan lantai yang akan dipasang dari kotorankotoran. Keramik direndam terlebih dahulu didalam air selama + 30 menit / sampai jenuh. Seleksi volume den jenis keramik yang akan dipasang. Cek terhadap elevasi lantai pada saat membuat kepalaan awal.

65

Adukan menggunakan campuran 1 pc : 3 pasir. Pasir adukan harus diayak terlebih dahulu agar mendapatkan gradasi material yang seragam dan air yang dipakai memenuhi syarat / bersih dari limbah. Pemasangan keramik harus dipastikan bahwa spesi/adukan dibawah keramik benar-benar padat / tidak berongga dengan cara dipukul pelan-pelan dengan palu kepala karet. Cek kerataan pasangan keramik dengan jidar atau dengan waterpass. Adapun tahapan pemasangan lantai keramik dapat dilihat pada Gambar 3.33.

Gambar 3.33 Pemasangan Lantai Keramik Ruangan

a.

Setelah pemasangan keramik selesai, dilakukan pengisian nat/grouting dengan semen pengisi nat. Dilakukan setelah umur pemasangan keramik di atas 3 hari untuk memberi kesempatan spesi dibawah keramik mengering dahulu.

c. Keramik Dinding Tahap pelaksanaannya: Pembersihan permukaan dinding yang akan dipasang. Keramik direndam terlebih dahulu didalam air selama + 30 menit / sampai jenuh.

66

Seleksi volume den jenis keramik yang akan dipasang. Cari center line/as dari dinding, untuk menghindari pemotongan las-lasan pada keramik. Buat 2 titik horizontal (kiri dan kanan) setinggi start keramik dinding yang akan dipasang. Hubungkan titik 1 dan 2 dengan benang nylon, kemudian di waterpass. Pasang keramik dengan posisi center line / as pada dinding. Buat kepalaan keramik secara horizontal dan vertikal. Selanjutnya pasangan keramik mengikuti alur kepalaan dari keramik sebelumnya. Pada posisi-posisi sudutan keramik merupakan daerah buangan keramik yang simetris. Pada plint keramik, pemasangan mengikuti alur dari pemasangan keramik lantainya. Setelah pasangan selesai, maka dilakukan pengisian pada natnat dinding keramik menggunakan grouting pengisi nat yang warna disesuaikan dengan warna keramiknya. 4. Pekerjaan Pelapis Batu Alam Tahapan pelaksanaannya: Pekerjan dinding batu alam dilakukan pada seluruh detail yang disebutkan atau ditunjuk dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. 5. Pekerjaan Penutup Atap dan Talang a. Penutup Atap b. Talang Sebagai talang miring dipakai dimensi sesuai gambar rencana. Tahapan pelaksanaanya: Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan penutup atap, dan talang untuk bagian bangunan tertentu. bahan dari galvanis dengan

67

Setelah pemasangan rangka atap selesai, maka dilakukan pembersihan pada area rangka atap yang akan ditutup dengan atap Genteng Press. Material atap Genteng Press, pengerjaan modulnya di lakukan langsung dilokasi / proyek dengan mengikuti dokumen gambar yang sudah disetujui konsultan pengawas. Pada pemasangan atap Genteng Press, dimulai dari lapisan bawah keatas, sehingga pemasangannya bisa rapi. Setelah pemasangan atap Genteng Press selesai, maka dilanjutkan dengan pemasangan genteng bubungan sekaligus pemasangan penangkal petir , untuk mortar dipakai adukan campuran 1 pc : 3 pasir, dan diberi kawat ayam (wire mesh) untuk menghindari retakan dikemudian hari. 6. Pekerjaan Gypsum Tahapan pelaksanaanya: Pemasangan panel-panel gypsum board 9 mm melintang dengan rangka untuk meminimalkan jumlah sambungan ujung ditengahtengah area pada tiap panel. Plasterboard gypsum akan ditutup sepanjang sambungan dengan stopping compound yang dicampur sesuai dengan petunjuk pabrik, agar sambungan-sambungan dan sekrup/paku tertutup sekaligus di amplas agar hasil menjadi rata dan halus. 7. 8. Pekerjaan Rangka Partisi + Gantungan Plafond Gypsum Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela, Pengunci, dan Kaca a. b. c. d. e. Pekerjaan Kusen Aluminium Pekerjaan Daun Pintu Dan Jendela Pekerjaan Daun Pintu Rangka Kayu. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci Pekerjaan Kaca dan Cermin

Kusen pintu, jendela, daun pintu dan jendela difabrikasi di bengkel/workshop, baik yang berada dalam site maupun yang di luar,

68

dengan spesifikasi sesuai dengan dimensi/ukuran serta detail yang ditunjukkan pada gambar kerja yang telah disetujui oleh pihak konsultan pengawas. Tahapan pelaksanaannya: Menyiapkan alat-alat kerja yang diperlukan di lokasi / proyek. Sebelumnya dinding yang akan dipasang kusen sudah dibuat opening berupa kolom dan balok praktis untuk kusen dan difinish acian serta dicek kesikuan dindingnya terlebih dahulu. Dimulai dengan pemasangan frame/kusen aluminium pintu dan jendela pada posisi dan jenis yang sudah ditentukan dalam shop drawing. Dilakukan pengecekan terhadap sudutan/kesikuan dan kelurusan kusen terhadap dinding menggunakan waterpass/lotting dan benang. Penginstallan/pemasangan kusen dengan menggunakan fisher dan sekrup yang ditanam ke dinding untuk memperkuat pasangan kusen terhadap dinding. Dilanjutkan dengan pemasangan daun pintu beserta

hardware/komponennya. Sebelum pemasangan dimulai, kondisi lantai dan dinding keramik sudah selesai dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan dilapangan mengikuti dokumen gambar yang sudah disetujui pihak konsultan pengawas. 9. Pekerjaan Sanitair a. b. c. Pekerjaan Drainase Pekerjaan Sanitair Pekerjaan Metal Sink

Tahapan pelaksanaanya: Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga tercapai hasil

69

pekerjaan yang bermutu dan sempurna /operasinya.

dalam pemakaian

Pekerjaan ini meliputi pemasangan wastafel, urinal, klosed, keran, perlengkapan kloset, floor drain, clean out dan metal sink. Pekerjaan, peralatan dan perlengkapan sanitair ini sesuai dengan yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar rencana, uraian dan syarat-syarat perencanaan. 10. Pekerjaan Pengecatan (Emulsi & Weathershield) a. b. Pekerjaan Pengecatan Dinding dan Plafond Pekerjaan Pengecatan Kayu

Tahapan pelaksanaannya: Mobilisasi alatalat kerja dan material/bahan di lokasi pekerjaan. Pembersihan area bidang yang akan dilakukan pengecatan dari debu dan kotoran. Jika didapatkan lubang-lubang di dinding, plafond dan daun pintu, maka lubang tersebut diisi dan diratakan dengan filler/dempul. Seluruh permukaan diamplas dan dibersihkan dari debu-debu yang menempel. Dinding dalam (kecuali exterior dan plafond), sebelum dicat maka dilakukan plamur pada temboknya dengan wall filler / plamur terlebih dahulu untuk menutup pori-pori yang ada pada dinding dan kemudian dimplas, baru dilakukan pengecatan. Bila terdapat retak-retak pada bidang cat akan diperbaiki dengan plamur, diamplas kemudian di cat kembali sampai baik. Sebelumnya permukaan diamplas, debu dibersihkan dan didempul untuk meratakan permukaan dan diamplas lagi sampai rata. Semua pengecatan (kecuali daun pintu) menggunakan roll system (konvensional) pada umumnya. Pengecatan dinding exterior diperlukan alat bantu berupa rangkaian schaffolding mengingat volume yang besar pada bidang catnya.

70

Proses pengecatan bisa dimulai setelah pekerjaan finish acian telah selesai, dan diperlukan waktu 2 minggu untuk memulai pengecatan. 11. Pekerjaan Site Development 12. Pekerjaan Mekanikal a. b. Pekerjaan Instalasi Sistim Plumbing Pembuatan Pengadaan Bak Air Bersih dan Kelengkapannya.

Tahapan pelaksanaanya: Beton cor ditempat. Dinding, tutup, dan lantai reservoir dari konstruksi beton bertulang cor setempat dilaksanakan dengan campuran beton mutu K-250. Pekerjaan Mekanikal merupakan pekerjaan pelengkap yang sebagian diselesaikan bersamaan dengan pekerjaan struktur /arsitektur selesai dilaksanakan. 13. Pekerjaan Elektrikal 14. Pengadaan/Pemasangan Instalasi Udara (System Air Condition) dan Panel AC 15. Pekerjaan Sistim Penangkal Petir 16. Pekerjaan Tata Suara

3.7.5 Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan Pabrikasi dan pekerjaan baja dilakukan setelah menjelang pekerjaan cor pondasi sepatu dan kolom-kolom. Tahap pelaksanaannya: Segera setelah pengadaan material baja, maka pabrikasi joint-joint baja, dimana dibuat harus benar-benar tepat lubang bautnya dan tepi-tepi platnya, dimensi zincromate dan diusahakan tidak boleh ada tumpuan baja, yang dipaksakan terhadap beban gaya. Baja yang digunakan untuk kuda-kuda rafter dan kolom WF 298.149.5,5.8 kolom H-beam 298.149.5,5.8 konsol WF 298.149.5,58 gording CNP 150.65.20.3,2 adalah dimensi produk-produk baja tanpa toleransi dan meni zycromate serta finishing dengan cat besi.

71

Bersamaan dengan cor kolom-kolom, pemasangan angker-angker 2 x 2 19 mm, p = 400 mm dengan kondisi harus lurus dan timbang/rata air serta meni zycromete kemudian finishing dengan cat besi. Pemasangan baja kolom WF 298.149.5,5.8, kolom H-beam

298.149.5,5.8 akan dilakukan setelah mendapatkan kondisi usia beton dan angker-angker telah siap untuk menerima beban di atasnya, dimana dipasang harus berbaris lurus dan rata, serta jaraknya sesuai dengan ggambar kerja. Pemasangan baja kuda-kuda rafter WF 298.149.5,5.8, gording CNP 150.65.20.3,2 (setelah dilengkapi dengan kupingan-kupingan untuk ikatan anginnya dan jarum keras) dilakukan dengan alat bantu crane.erection sehingga diperoleh joint condition dengan kolom-kolom WF dan kolom H-beam, dimana dipasang harus lurus dan tertarik benang, serta jaraknya sesuai denga gambar kerja. Pemasangan ikatan angina, jarum keras, trekstang, dan regelan segera setelah selesainya rafter dan konso serta gording, dengan mengaitkan ke lubang-lubang yang telah disiapkan pada plat-plat kupingan, dimana dipasang harus rapih dan jaraknya sesuai dengan gambar kerja. Jumlah baut dan mur pada setiap joint-joint konstruksi baja akan dicek dan harus sesuai gambar kerja.

Anda mungkin juga menyukai