Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku Pengarang Penerbit Tahun Kota Terbit Tebal Buku ISBN

: Surapati : Abdoel Moeis : Balai Pustaka : 1950 : Jakarta : 211 halaman : 979-407-315-6

Belanda mulai memiliki tanah Batavia sejengkal demi sejengkal. Mulamula Belanda diperkenankan membeli sebidang tanah oleh Pangeran Wijaya Krama dengan harga 1200 real (Rp2.700,00). Setelah itu mereka meminta izin mendirikan benteng di Jakarta tetapi permintaan itu ditolak. Mereka hanya boleh mendirikan loji di sebelah timur Sungai Ciliwung. Maka diperintahkan Pieterszoon Coen. Sejak saat itu jumlah orang Belanda semakin bertambah. Mereka mendirikan kampung pembesar Kompeni di pinggir laut yang disebut kasteel. Tidak jauh dari kasteel terdapat pasar budak. Budak-budak itu adalah korban dari perang-perang kolonial. Di dalam kasteel hiduplah seorang saudagar derpangkat edeleer, Moor namanya. Ia memiliki anak perempuan bernama Suzanne yang berumur 16 tahun dan sangat cantik. Karena ayahnya terlalu sibuk, ia hanya dapatbermain dengan budak pengasuh saja. Salah satu dari budak pengasuh itu adalah Untung. Sebenarnya si Untung adalah anak bangsawan dari Bali tetapi ia sudah dijual sebagai budak sejak berumur tujuh tahun. Sejak kecil si Untung bergaul dengan Suzanne hingga lambat laun terjalin tali persaudaraan. Walaupun sejak kecil si Untung sudah diperlakukan sebagai anak angkat Belanda, dia merasa sedih melihat nasib budak-budak lain yang

disiksa. Untung selalu datang ke Kiai Ebun untuk berunding mengenai hal tersebut. Kiai Ebun adalah orang alim. Ia dianggap orang Belanda sebagai orang runcing tanduk. Di antara anak-anak Kiai Ebun, si Untunglah yang dianggap sebagai anak angkatnya. Pada suatu hari ketika awan berkumpul di sebelah Utara Suzanne mengajak Untung ke laut. Untung menasihati Suzanne karena cuaca seperti ini adalah pertanda laut akan menggila. Suzzane tidak percaya dan ia pun tetap ke laut. Untung sebagai budak pengasuh harus mengikuti Suzanne ke mana pun ia pergi. Perahu yang mereka tumpangi makin lama menjauh dari pelabuhan. Ombak besar datang membelah tepi perahu mereka. Mereka mulai panik. Suzanne menimba air yang masuk ke perahu dan Untung mendayung berbalik ke tepi pelabuhan. Laut semakin gila. Ombak besar menenggelamkan mereka. Untung segera menyambar Suzanne berenang ke tepi. Suzanne yang lemah dibawa dengan tandu oleh Untung dan pesuruh edeleer Moor lainnya. Suzanne sadar bahwa semua yang dikatakan Untung benar. Suzanne mulai merasa

persahabatannya dengan Untung berubah menjadi percintaan tetapi ia berusaha menghilangkan hal tersebut karena kulit putih tak akan mungkin bercinta dengan kulit hitam. Suzanne juga akan dinikahkan dengan Herman de Wilde oleh ayahnya. Beberapa hari kemudian Suzanne termenung memikirkan Untung. Tak lama kemudian Untung datang. Ia mengatakan bahwa ia jatuh cinta kepada Suzanne. Merahlah muka Suzanne. Untung tahu kalau Suzanne pun merasakan hal yang sama dengan Untung. Untung lalu mengajak Suzanne untuk menikah. Pergilah mereka ke Kiai Ebun. Banyak hal yang menghambat pernikahan mereka yaitu kedudukan mereka, perbedaan agama, dan edeleer Moor. Akhirnya mereka pun menikah tanpa sepengetahuan ayah Suzanne. Beberapa bulan kemudian Suzanne hamil. Perutnya semakin membesar. Dia tidak mungkin menyembunyikan kehamilannya maka dia memberi tahu edeleer Moor. Marahlah edeleer Moor kepada si Untung dan Kiai Ebun. Untung

dan Kiai Ebun dipenjara. Di dalam penjara mereka bertemu dengan Wirayuda. Kiai Ebun melihat kalau suatu hari nanti aka nada tiga sekawan yang hebat. Mereka adalah Untung, Wirayuda, dan ia sendiri. Mereka berusaha untuk keluar dari penjara dan akhirnya berhasil. Setelah keluar dari penjara, mereka mendapat perintah dari kolonial untuk mencari Pangeran Purbaya di Hutan kaki Gunung Pangrango. Setelah diantar oleh Wulu Kudur mereka bertemu dengan Pangeran Purbaya yang tinggal dengan kedua istrinya yaitu Raden Sepuh dan Raden Gusik Kusuma. Pangeran Purbaya hendak menyerah tetapi Raden Gusik tidak mau. Maka bercerailah Raden Gusik dengan Pangeran Purbaya. Untung, Raden Gusik, Kiai Ebun, dan Wulu Kudur pergi ke ayah angkat Ragen Gusik yang bernama Pangeran Mangkubumi Nerangkusuma di Kerajaan Mataram. Di perjalanan Untung mendapat surat dari Suzanne. Isi surat itu adalah ayah Suzanne telah meninggal maka ia kembali ke Belanda bersama anaknya yang hampir berumur satu tahun. Jika Untung menginginkan Suzanne kembali ke Batavia, Untung harus meminta ampunan ke kolonial. Raja Nerangkusuma melihat kehebatan Untung selama perjalanan ketika bertemu dengan kolonial. Raja Nerangkusuma melihat pula bahwa anaknya telah jatuh cinta dengan Untung maka dinikahkanlah Untung dengan Raden Gusik. Pada pesta pernikahan Raden Gusik koloni melihat dan baru tahu kalau yang mereka cari itu ada di hadapan mereka bahkan sekarang menjadi menantu raja. Surapati bersama istri, tiga orang anaknya (Raden Pengantin, Surodilego, Suropati) dan pasukannya pergi ke Pasuruan untuk mendirikan kerajaan. Semakin lama wilayah kerajaan itu meluas karena rakyat senang dengan pemerintahan Surapati. Sedangkan di tempat lain Kerajaan Mataram diserah koloni. Sunan Mas meminta perlindungan ke Kerajaan Pasuruan. Surapati juga mengirim beberapa pasukan untuk melawan koloni. Koloni selalu kalah melawan pasukan Surapati maka mereka mengirim seorang mata-mata. Sesampainya di Pasuruan, dia bertemu dengan anak-anak Surapati. Dia bisa menjawab dengan bahasa Jawa

tetapi gaya bicaranya tampak seperti orang peranakan. Anak-anak Surapati curiga dengan orang tersebut. Orang itu dibawa ke hadapan Surapati. Surapati kaget karena Robert dengan Pengantin seperti pinang dibelah dua. Setelah menyelidi asal-usul Robert, Surapati mengetahui bahwa Robert adalah anak dari Suzanne. Robert berkata bahwa ibunya telah meninggal. Robert kecewa dengan ayahnya karena Suzanne telah menunggu terlalu lama hingga meninggal. Robert diminta untuk menjadi penerus ayahnya karena dia anak sulung tetapi Robert lebih bangga menjadi orang Belanda. Saat perang perang besar-besaran tanggal 16 Oktober 1706, Surapati lambungnya tertusuk. Sejak saat itu dia sakit-sakitan. Ketika ajal sudah mendekat, dia menawari Robert lagi untuk menjadi penerus Surapati tetapi Robert tetap menolak. Setelah mendengar jawaban dari Robert, meninggallah Surapati. Robert diantar putra sulung Surapati yang bernama Pengantin kembali ke Batavia. Pengantin berkata bahwa dia tidak berharap suatu hari nanti Robert yang menjadi lawannya di medan perang. Herman de Wilde ternyata masih menyimpan dendam kepada Surapati karena dia tidak jadi menikah dengan Suzanne. Wilde datang ke makam Surapati lalu menggali kuburannya. Dia membakar mayat Surapati yang masih tersisa dan membuangnya di laut. Tahun 1767 keturunan Surapati dapat ditewaskan. Bila sihitung sejak Surapati berperang di Kartasura pada tahun 1685 maka turunan Surapati telah bertempur mempertahankan kemerdekaan bangsa dan tanak air lebih dari 80 tahun lamanya. Padahal bibit dari pahlawan-pahlawan itu adalah si Untung yang dari kecil sampai dewasa di tangan Edeleer Moor sebagai budak.

Anda mungkin juga menyukai