Anda di halaman 1dari 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Kesehatan Kesehatan tertulis di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

tahun 1992 tentang Kesehatan Bab 1 pasal 1 yaitu Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Definisi kesehatan di dalam Undang-undang tersebut menyatakan bahwa kesehatan memiliki arti yang luas. Jika diartikan, sehat menurut Undang-Undang Negara ini tidak hanya kondisi absennya atau ketiadaan sakit, namun juga sehat secara menyeluruh baik dari aspek mental, sosial dan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran atau indikator kesehatan seseorang itu tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Usaha dalam mewujudkan kesehatan yang menyeluruh tidak cukup hanya dari perseorangan. Setiap individu hidup di dalam komunitas atau lingkungan

tertentu dan saling berinteraksi berkewajiban dalam mewujudkan kesehatan yang menyeluruh, oleh sebab itu dalam mewujudkan kesehatan memerlukan kerja sama antar individu dan lingkungan sekitarnya. Peningkatkan kesehatan yang dilakukan masyarakat setidaknya memerlukan usaha dasar yang dikenal dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat sebagai The Basic Six. The Basic Six ini terdiri dari pemeliharaan dokumen kesehatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, kesehatan ibu dan anak, dan pelayanan medis dan perawatan kesehatan (Slamet, 2009). 1. Pola Dasar Indikator Kesehatan Kesehatan merupakan suatu hal yang berkelanjutan, berada dari titik ujung sehat walafiat sampai dengan titik pangkal sakit serius. Fashel dan Bush (1970) dalam Notoadmodjo (2007) yang mendasarkan uraiannya pada definisi Parson, menjabarkan kesehatan ke dalam 11 tingkatan atau keadaan. Dengan didasari dari ke-11 tingkatan tersebut, mereka mencoba membuat indikatorindikatornya sebagaimana diuraikan di bawah: a. Well being ( sehat sempurna) Pada keadaan ini individu bebas dari segala gejala, keadaan kesehatannya sesuai dengan definisi sehat WHO, yaitu : sehat fisik, mental, sosial dan ekonomi.

b. Dissatisfaction (kurang memuaskan) Keadaan kesehatan individu dalam batas-batas tertentu yang dapat diterima, namun terdapat penyimpangan ringan dari keadaan well being, misalnya caries dentis. c. Discomfort ( tidak nyaman ) Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan, walaupun beberapa gejala mulai tampak. d. Minor disability ( ketidakmampuan minor ) Aktivitas sehari-hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan, walaupun beberapa gejala mulai tampak. e. Mayor disability ( ketidakmampuan mayor ) Aktivitas sehari-hari masih dapat dilaksanakan, namun berkurang secara bermakna. f. Disabled ( cacat ) Individu tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-harinya, tetapi masih bisa bergerak bebas dalam masyarakat. g. Confined ( terbatas ) Individu berada di tempat tidur tetapi tidak masuk rumah sakit (dirawat). h. Confined + bedridden ( tinggal di tempat tidur ) Kemampuan kegiatan individu hanya terbatas di tempat tidurnya. i. Isolated ( terisolasi) Individu terpisah dari sanak keluarga dan kawan-kawan (dirawat). j. Koma Individu hampir mati, namun ada kemungkinan bisa sembuh dan jadi lebih sehat lagi. k. Mati Individu tidak mampu sama sekali.

2. Upaya Kesehatan Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan dalam rangka

pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun swadaya masyarakat (LSM). Indikator keberhasilan upaya tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan sendiri mencakup dua aspek, yaitu aspek

kuratif (pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan atau pengembalian kondisi setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua aspek, aspek preventif (pencegahan penyakit) dan aspek promotif (peningkatan pemahaman kesehatan itu sendiri). Dalam mewujudkan kesehatan yang seutuhnya, upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ditunjang dengan suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan adalah tempat dan fasilitas yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Sarana pemeliharaan kesehatan primer ( primery care ) Sarana atau pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus atau penyakit ringan. Sarana kesehatan primer ini adalah sarana yang paling dekat dengan masyarakat, artinya merupakan pelayanan kesehatan paling pertama yang menyentuh masalah kesehatan di masyarakat. Misalnya puskesmas, poliklinik, dokter praktik swasta, dan sebagainya. b. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua ( secondary care ) Sarana atau pelayanan kesehatan rujukan untuk kasus-kasus atau penyakit-penyakit rujukan dari sarana pelayanan kesehatan primer. Artinya, penanganan kasus-kasus yang tidak atau belum bisa ditangani oleh sarana kesehatan primer didistribuskan ke sarana pelayanan kesehatan ini karena peralatan atau keahliannya yang lebih baik. Misalnya puskesmas dengan rawat inap (puskesmas pusat), rumah sakit kabupaten, rumah sakit tipe D dan C, dan rumah bersalin. c. Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga ( tertiary care ) Sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh sarana-sarana pelayanan kesehatan primer dan pelayanan-pelayanan kesehatan primer (Notoadmodjo, 2003).

3. Konsep H.L Blum Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga kondisi baik dari aspek spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh dapat menciptakan kondisi sehat secara holistik. Menurut H.L. Blum (1974), derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being, merupakan resultan dari 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat dan merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan,

10

yaitu lingkungan, perilaku, layanan kesehatan dan keturunan, berikut penjelasan 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan tersebut: a. Lingkungan Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruhpengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme baik secara langsung ataupun tidak langsung. Faktor lingkungan sangat menentukan dalam hubungan interaksi antara penjamu dengan faktor agent. Lingkungan dapat dibagi dalam 3 bagian utama: 1) Lingkungan biologis (fauna dan flora di sekitar manusia), bersifat biotik: a) Mikroorganisme penyebab penyakit. b) Reservoir penyakit infeksi (binatang dan tumbuhan). c) Vektor pembawa penyakit. d) Tumbuhan dan binatang sebagai sumber bahan makanan, obat dan lainnya. 2) Lingkungan fisik a) Udara, keadaan tanah, dan geografi. b) Air. c) Zat kimia, polusi, dan lain-lain. 3) Lingkungan sosial Lingkungan sosial adalah semua bentuk kehidupan sosial politik dan sistem organisasi serta institusi yang berlaku bagi setiap individu yang membangun masyarakat tersebut, antara lain: a) Sistem ekonomi yang berlaku. b) Bentuk organisasi masyarakat. c) Sistem pelayanan kesehatan masyarakat. d) Keadaan kepadatan penduduk dan kepadatan rumah. e) Kebiasaan hidup masyarakat (Kasjono, 2008). Lingkungan yang terdekat dengan manusia adalah bangunan rumah, rumah sebagai tempat berlindung dan berteduh dalam undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dijelaskan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana prasarana lingkungan. Menurut Wicaksono, rumah itu sendiri adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan

11

tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia. Rumah dalam aspek H.L Blum termaksud dalam aspek lingkungan yang menentukan kesehatan dan permasalahan kesehatan. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial. Hal ini sama dengan kriteria rumah sehat menurut American Public Health Asociation (APHA), yaitu: 1) Memenuhi kebutuhan dasar fisik Kebutuhan fisik yang seharusya dapat dipenuhi oleh sebuah rumah di antaranya adalah sebagai berikut: a) Temperatur Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa dan sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4C dari temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar 22C - 30C sudah cukup segar. b) Pencahayaan Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang

dibedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan). Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau. c) Ventilasi Rumah yang dibangun harus memiliki ventilasi sehingga aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi yang dapat dibuka dan ditutup minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan. Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang masuk udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruangan. Dalam fungsi kedua dari ventilasi juga berperan untuk pencahayaan, sebagai lubang

12

masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di dalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Suatu ruangan yang tidak memiliki sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan keadaan yang merugikan kesehatan, antara lain: (1)Kadar oksigen akan berkurang, padahal manusia tidak mungkin dapat hidup tanpa oksigen dalam udara. (2)Kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi manusia, akan meningkat. (3)Ruangan akan berbau, disebabkan oleh bau tubuh, pakaian, pernafasan, dan mulut. (4)Kelembapan udara dalam ruangan akan meningkat disebabkan oleh penguapan cairan oleh kulit dan pernafasan (Azwar,1990). Ada dua cara yang dapat dilakukan agar ruangan mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu: (1) Ventilasi alamiah, yaitu ventilasi yang terjadi secara alamiah dimana udara masuk melalui jendela, pintu, ataupun lubang angin yang sengaja dibuat untuk itu. Proses terjadinya aliran udara ialah karena terdapatnya perbedaan suhu, udara yang panas lebih ringan dari pada udara yang dingin. (2) Ventilasi buatan, ialah ventilasi berupa alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya penghisap udara (exhaust

ventilation) dan air condition. (Azwar, 1990). d) Anti-Kebisingan Rumah harus dapat melindungi penghuninya dari kebisingan yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik secara langsung maupun dalam jangka waktu tertentu. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan fisik seperti kerusakan pendengaran dan gangguan mental seperti mudah marah dan apatis. e) Proporsional Ruang Rumah harus memiliki luas yang cukup bagi penghuninya untuk melakukan aktivitas sehari hari di dalam rumah. 2) Memenuhi kebutuhan dasar psikologis Kebutuhan dasar psikologis yang harus dipenuhi adalah seperti: a) Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni. b) Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung dengan orang tuanya.

13

c) Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan menimbulkan tekanan batin serta kesenjangan sosial yang sangat mungkin dapat terjadi. d) Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias, tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang. 3) Melindungi penghuninya dari berbagai macam penyakit Rumah harus dapat melindungi penghuninya dari berbagai macam penularan penyakit. Maka rumah yang sehat adalah rumah yang di dalamnya tersedia air bersih yang cukup dengan sistem perpipaan seperti sambungan atau pipa dijaga jangan sampai bocor sehingga tidak tercemar oleh air dari tempat lain. Rumah juga harus terbebas dari kehidupan serangga dan tikus, memiliki tempat pembuangan sampah, pembuangan air limbah serta pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan. 4) Melindungi dari kemungkinan kecelakaan Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya serta kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak menyebabkan keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya. Aturan yang digunakan untuk menentukan rumah sehat tercantum dalam Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. 5) Pembuangan jamban Jarak antara bak septic dan rumah paling tidak sejauh 10 meter, bahkan untuk beerput 15 meter. Namun jarak dapat ditolerir antara 10 meter sampai 8 meter, asalkan jenis tanah bukan dari jenis pasir atau batuan yang poreous (berpori). Untuk tanah jenis pasir ditetapkan minimal 15 meter. Apabila hal ini dipenuhi, diharapkan akan diperoleh air minum yang cukup bersih, walaupun untuk siap diminum masih perlu dimasak dulu. Buang Air Besar (BAB) harus dilakukan pada tempatnya yaitu di jamban. Pembangunan jamban penting untuk diperhatikan agar sehat

14

dan tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban

sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut: a) Tidak mencemari air (1)Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester. (2)Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter (3)Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur. (4)Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut b) Tidak mencemari tanah permukaan (1)Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan. (2)Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian. c) Bebas dari serangga (1)Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah. (2)Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. (3)Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya. (4)Lantai jamban harus selalu bersih dan kering. (5)Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup. d) Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan (1)Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan (2)Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air (3)Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran

15

(4)Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodik. e) Aman digunakan oleh pemakainya Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batu atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat, selain itu syarat dan ketentuan aman digunakan oleh pemakai yaitu: (1)Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya (2)Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran (3)Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran (4)Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh (5)Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100 f) Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan (1)Jamban harus berdinding dan berpintu (2)Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan. 6) Penyediaan air minum Pada dasarnya setiap rumah harus disediakan air minum dan memenuhi Persyaratan. Maka dari itu air yang akan dipergunakan untuk air minum agar dimintakan rekomendasi dari PDAM atau instansinya yang berwenang. Untuk menyediakan air minum dengan jumlah yang cukup, dapat diambil sumber dari sumur, PDAM/PAM, mata air,

penyaringan dari air-air sungai/rawa dan sebagainya. Setiap rumah memerlukan tersedianya air bersih untuk dapat memenuhi kebutuhan setiap harinya. Air bersih itu sendiri adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Air minum berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang memenuhi syarat kesehatan

16

dan dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain: a) Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septik tank, tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter. b) Pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air dengan pembuatan cincin dan bibir sumur. c) Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal air atau perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin. Sedangkan untuk syarat utama yang harus dipenuhi agar air layak dikonsumsi sebagai air minum, antara lain: a) Syarat fisik Syarat fisik air minum yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga menimbulkan rasa nyaman. b) Syarat kimia Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia ataupun mineral, terutama yang berbahaya bagi kesehatan. c) Syarat bakteriologis Air tidak boleh mengandung suatu mikroorganisme. Sebagai petunjuk bahwa air telah dicemari oleh faeces manusia adalah adanya E.coli karena bakteri ini selalu terdapat dalam faeces manusia baik yang sakit, maupun orang sehat serta relatif lebih sukar dimatikan dengan pemanasan air (Entjang, 1997). 7) Penanganan sampah Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

pengurangan dan penanganan sampah. Dalam masalah sampah, sumber sampah adalah pihak yang menghasilkan sampah, seperti rumah tangga, restoran, toko, sekolah, perkantoran dan lainnya. Pengelolaan sampah di tingkat sumber dilakukan sebagai berikut : a) Sediakan wadah sampah minimal 2 buah per rumah untuk wadah sampah organik dan anorganik b) Tempatkan wadah sampah anorganik di halaman bangunan

17

c) Pilah sampah sesuai jenis sampah. Sampah organik dan anorganik masukan langsung ke masing-masing wadahnya d) Pasang minimal 2 buah alat pengomposan rumah tangga pada setiap bangunan yang lahannya mencukupi e) Masukkan sampah organik dapur ke dalam alat pengomposan rumah tangga individual atau komunal f) Tempatkan wadah sampah organik dan anorganik di halaman bangunan bagi sistem pengomposan skala kingkungan. Setelah ditampung, sampah sampah tersebut harus dilakukan pemrosesan atau pengangkutan ke tempat pembuangan akhir sampah. Pengangkutan sampah dari sumber sampah dilakukan sebagai berikut: a) Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil bak terbuka b) Kumpulkan sampah dari sumbernya minimal 2 (dua) hari sekali c) Masukkan sampah organik dan anorganik ke masing-masing bak di dalam alat pengumpul d) Pindahkan sampah sesuai dengan jenisnya ke TPS atau TPS Terpadu e) Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau mobil bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebai berikut f) Kumpulkan sampah organik dari sumbernya minimal 2(dua) hari sekali dan angkut ke TPS atau TPS terpadu g) Kumpulkan sampah anorganik sesuai jadwal yang telah ditetapkan dapat dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW atau oleh pihak swasta 8) Pengaturan kandang ternak Selain pengaturan rumah, kandang kandang ternak juga harus diperhatikan. Dari pengaturan tata letak sampai dengan kebersihannya. Kandang-kandang sebaiknya dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter yang dihitung dari masing-masing tepi atap kandang. Kandang isolasi dan karantina dari kandang atau bangunan lainnya diberi jarak 25 meter atau sekurang-kurangnya 10 meter dengan tinggi tembok pembatas 2 meter. Kantor berjarak 25 hingga 30 meter dari kandang. Tempat penimbunan kotoran terletak 100 m dari kandang. Untuk kandang ternak di daerah tropik tidak perlu dibatasi dengan dinding yang rapat. Daerah tropik sebaiknya menggunakan kandang terbuka atau tanpa dinding. Dengan demikian, ventilasi

18

berjalan baik, temperatur tidak panas dan sinar matahari dapat masuk kedalam kandang. Yang perlu diperhatikan hanyalah tiupan angin keras yang langsung masuk ke kandang. Letak kandang perlu diatur atau diberi pelindung angin. Atap sebaiknya dibuat tinggi. Jika perlu, kandang diberi alat tambahan pengatur udara. Temperatur di dalam kandang dijaga relatif konstan dengan mengatur ketinggian dinding luar dan tepi atap sebelah bawah. Tinggi dinding luar kandang di dataran rendah 3 meter, sedangkan dataran tinggi 2,1 meter. Tinggi atap sebelah bawah pada kandang di dataran rendah 2,2 meter dan di dataran tinggi 1,75 meter. Kandang sapi perah di Indonesia belum semuanya mengikuti persyaratan teknis dan ketentuan yang berlaku, Peternak perlu memperhatikan dan memahami hal yang berhubungan dengan pembuatan kandang. Dalam pembangunannya, ada beberapa syarat dari bahan bangunan untuk memenuhi rumah sehat, di antaranya adalah: 1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti debu total tidak lebih dari 150 g/m3, asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4 jam, dan timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg. 2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat memungkinkan tumbuh serta berkembangnya mikroorganisme patogen. Sedangkan ada beberapa komponen rumah yang harus dipenuhi persyaratan fisik dan biologisnya, yaitu seperti: 1) Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Menurut Sanropie (1989), lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan

gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain. Untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah. 2) Dinding, dengan pembagian: a) Untuk di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara b) Untuk di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan. Selain sebagai pendukung atau penyangga atap,

19

dinding juga berfungsi untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan, serangga, hujan dan angin, juga melindungi dari pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan api, yaitu dinding dari batu. 3) Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan atau tidak mudah runtuh. 4) Bubungan rumah yang memiliki tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir 5) Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan ruang bermain anak. Sedangkan untuk kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai berikut: 1) Suhu udara nyaman berkisar 18 sampai 30 C 2) Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70% 3) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam 4) Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per penghuni 5) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam, Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3. b. Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Skiner (1938) dalam Notoadmodjo (2007) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Perilaku tertutup (covert behaviour) Respon terhadap seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh karena itu disebut covert behavior atau unobservable behavior, misalnya seorang ibu hamil yaitu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV atau AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

20

2) Perilaku terbuka (covert bahaviour) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice) misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu: 1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance) Adalah suatu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh karena itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu: a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit apabila sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakitnya. b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan itu bersifat relatif dan dinamis, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin. c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, atau sebaliknya. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut. 2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behaviour). Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseoranag pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

21

3) Perilaku kesehatan lingkungan Perilaku dimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bgaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya. Menurut Becker (1979) dalam Notoadmodjo (2007) perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi: a) Perilaku hidup sehat Adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain: makan dengan menu seimbang (appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat yang cukup, mengendalikan stres, perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan. b) Perilaku sakit (illness behaviour) Perilaku sakit ini mencakup respons terhadap seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit dan pengobatan penyakit. c) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour) Perilaku ini mencakup tindakan untuk memperoleh

kesembuhan, mengenal dan mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak (misalnya hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan kesehatan) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter atau petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain). c. Layanan Kesehatan Pelayanan kesehatan berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Preventif adalah usaha untuk melakukan pencegahan terhadap risiko penularan penyakit dan penyebaran penyakit yang berpotensi menular atau menimbulkan wabah penyakit. Promotif adalah upaya untuk memperkenalkan (sosialisasi) dan mengarahkan opini, persepsi, sikap dan tindakan masyarakat dalam menunjang pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kuratif adalah upaya dalam pengobatan dan penanganan penyakit yang telah diduga dan didiagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang.

22

Rehabilitatif adalah upaya memperbaiki atau mengembalikan suatu kondisi dari keadaan sakit menjadi lebih sehat (http://www.puskel.com). Tersedianya sarana dan prasarana yang optimal dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat sehingga dapat menunjang status kesehatan. Apalagi ditambah dengan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan yang akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. d. Keturunan Heredity atau keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri seseorang, yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk dan sudah ada karena diturunkan oleh keturunan diatasnya misalnya saja suatu penyakit atau kelainan yang didapatkan oleh seorang anak karena orang tuanya telah menderita terlebih dahulu. Faktor heredity merupakan faktor terkecil dari ketiga faktor yang lainnya, faktor ini terjadi secara evolutik dan paling sulit untuk dideteksi. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhatian khusus untuk masalah ini karena merupakan faktor yang yang sullit ditangani dan diubah.

Dari empat faktor tersebut di atas, aspek lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien. Keempat faktor tersebut (keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan) disamping berpengaruh langsung terhadap status kesehatan juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang tidak optimal, maka status kesehatan akan bergeser ke arah dibawah optimal (Kasjono, 2008).

23

Gambar 2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat Menurut H.L. Blum (Sumber:

http://dc120.4shared.com)

Dari gambar diatas jelas terlihat betapa besar peran perilaku hidup sehat dalam mempengaruhi status kesehatan. Jika kita analisis, lingkungan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan dapat dikendalikan melalui perilaku. Terciptanya lingkungan sehat, seperti pembuangan sampah, sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) , saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang memenuhi syarat kesehatan, dan lainnya tidak akan terlepas dari kontribusi perilaku manusia. Demikian pula pelayanan kesehatan, tidak akan berhasil bila tidak ada perubahan perilaku, walaupun didirikan institusi pelayanan kesehatan seperti posyandu, polindes dan sebagainya, jika tidak ada partisipasi dari masyarakat dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut, maka program pelayanan kesehatan tersebut akan gagal. Ketiadaan partisipasi dari masyarakat ini mungkin disebabkan karena belum adanya kesadaran dan kesadaran tersebut diakibatkan belum adanya pengetahuan tentang manfaat dari penggunaan pelayanan kesehatan bagi peningkatan derajat kesehatan mereka (Sudarma, 2008).

4. Kesehatan Lingkungan Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (www.who.int). Sedangkan, Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan

24

Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu : a. Penyediaan air minum b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran c. Pembuangan sampah padat d. Pengendalian vektor e. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia f. Higiene makanan, termasuk higiene susu g. Pengendalian pencemaran udara h. Pengendalian radiasi i. Kesehatan kerja j. Pengendalian kebisingan k. Perumahan dan pemukiman l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara m. Perencanaan daerah dan perkotaan n. Pencegahan kecelakaan o. Rekreasi umum dan pariwisata p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi atau wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU Nomor 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu : a. Penyehatan air dan udara b. Pengamanan limbah padat atau sampah c. Pengamanan limbah cair d. Pengamanan limbah gas e. Pengamanan radiasi f. Pengamanan kebisingan g. Pengamanan vektor penyakit h. Penyehatan dan pengamanan lainnya, seperti keadaan pasca bencana.

25

5. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran akan pentingnya kesehatan, perilaku tersebut merupakan hasil pembelajaran yang menjadikan individu, keluarga, atau masyarakat mampu mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan. PHBS dalam lingkungan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga, agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni : a. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa masyarakat yang bersalin dengan tenaga non medis, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi. b. Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan. c. Menimbang Balita Setiap Bulan Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita setiap bulan. Penimbangan dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia 1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, dilakukan pencatatan hasil penimbangan di buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Berdasarkan KMS tersebut dapat diketahui perkembangan dari Balita. d. Menggunakan Air Bersih Penggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Air minum yang layak dikonsumsi tidak hanya air yang bebas bakteri dan virus, melainkan lebih dari itu. Salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan air yang layak konsumsi adalah kandungan TDS (Total Dissolved Solids) atau kandungan unsur mineral dalam air. Contoh unsur mineral dalam air adalah: zat kapur, besi, timah, magnesium, tembaga, sodium, chloride, dan chlorine.

26

Air yang mengandung mineral tinggi sangat tidak baik untuk kesehatan. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Menurut standar WHO, air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar TDS <100. Pada dasarnya kategori air menurut TDS terbagi menjadi 4: 1) 100 ppm : bukan air minum

2) 10 - 100 ppm : air minum 3) 1 - 10 ppm 4) 0 ppm : air murni : air organic

Batas TDS air yang bisa diminum adalah di bawah 100 ppm. Mineral yang baik bagi tubuh manusia adalah mineral organik yang berasal dari sayur, buah, daging, telor, atau susu. Mineral di dalam air disebut mineral non-organik atau mineral dari benda mati yang tidak dapat diuraikan oleh tubuh. Bila terlalu banyak mineral non-organik di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring berjalannya waktu akan mengalami pengendap di dalam tubuh yang berakibat tersumbatnya bagian tubuh Air minum dagang yang baik ada dua macam, yaitu air minum bermineral dan demineral. Air minum bermineral bisa berasal dari air bakunya (biasanya Air tanah) ditambahkan zat yang diinginkan, berupa mineral, logam, ion negatif ataupun ion positif. Air seperti ini biasa disebut Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), Sedangkan air minum Demineral yaitu produk olahan air baku (Air Tanah / Air Laut) yang diminalisir zatzat dalam air baku. Jenis air ini didapatkan dari cara pengolahan secara destilasi, deionisasi, reverse osmosis dan proses setara. Air seperti inilah yang dihasilkan dari air minum isi ulang. Bahan yang digunakan untuk air minum harus memenuhi standar kualitas yang telah diterapkan oleh Departemen Kesehatan (Depkes), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), atau Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). Kualitas air minum yang kita minum, harus diukur dari 3 (tiga) aspek , yaitu: 1) fisik, aspek Fisik, bahan air minum tidak boleh berwarna, berbau, berasa, dan keruh. 2) kimiawi, aspek Kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung unsur-unsur berbahaya dan beracun seperti halnya unsur-unsur logam berat (Hg, Ni, Pb, Zn, Ag, dll) juga zat-zat beracun antara lain senyawa hidrokarbon, dan deterjen. Selain itu unsur-unsur kimia lainnya pun tidak boleh melebihi ambang batas yang telah ditentukan.

27

3) Biologis, aspek Biologis, air minum tidak boleh mengandung mikroba khususnya bakteri koli.

Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis. 1) Persyaratan Fisika Air Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan berikut: a) Jernih atau tidak keruh Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. b) Tidak berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan. c) Rasanya tawar Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. d) Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. e) Temperatur normal Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran atau pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro organisme. f) Tidak mengandung zat padatan Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air. fisika sebagai

2) Persyaratan Kimia

28

Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun. a) pH (derajat keasaman) Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan. b) Kesadahan Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual. c) Besi Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l d) Aluminium Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi. e) Zat organik

29

Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan f) Sulfat Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat

mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci atau ketel) selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas. g) Nitrat dan nitrit Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk

methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh. h) Chlorida Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air. i) Zink atau Zn Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. 3) Persyaratan mikrobiologis Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut: a) Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan coli; Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air. b) Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton coliform, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)

30

Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999 : 18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya adalah: 1) Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter / orang perhari. 2) Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25 30 liter / orang perhari. 3) Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 30 liter / orang perhari. 4) Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 6 liter / orang perhari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 70 liter / hari di kota. Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan.Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2000).

Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air minum sebagai berikut : 1) Air laut Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum. 2) Air Atmosfer

31

Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun. 3) Air Permukaan Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daundaun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah. 4) Air tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono,1993). 5) Mata air Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam. 6) Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: a) Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan. b) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum

32

memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia. c) Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi. d) Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih. Adapun beberapa sumber air yang dapat diolah untuk mendapatkan air bersih, yaitu sumur Dangkal/Dalam pengolahan tidak lengkap hanya pengolahan Fe, Mn, dan pembubuhan desinfektan, sungai Pengolahan lengkap bila kekeruhannya tinggi > 50. danau NTU (Nephelometric Turbidity Unit) Pengolahan tidak lengkap, bila kekeruhan < 50 NTU, unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa. (Linsay, 1995) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. e. Mencuci tangan pakai sabun Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cuci tangan setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi. Proses mencuci tangan yang baik adalah membasuh kedua tangan di bawah air mengalir, memakai sabun digosok mulai dari punggung, telapak sampai kuku-kuku jari tangan. Langkah-langkah yang benar dalam mencuci tangan yang baik dan benar ada tujuh, meliputi: 1) Membasuh kedua tangan dibawah air mengalir, menggunakan sabun kemudian membersihkan kedua telapak tangan dengan menggosok gosok. 2) Membersihkan punggung- punggung tangan.

33

3) Membersihkan sela- sela jari. 4) Membersihkan kuku jari. 5) Membersihkan kedua ibu jari. 6) Membersihkan ujung- ujung kuku. 7) Membersihkan sampai pergelangan tangan. Membiasakan mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan aktifitas yang berubungan dengan kesehatan banyak hal menguntungkan yang diperoleh, diantaranya terhindar dari berbagai macam penyakit misalnya diare. Diare dapat terjadi karena dari tangan yang kurang bersih setelah memegang benda-benda kemudian langsung memegang makanan lalu makanan yang masuk mengganggu sistem pencernaan dan

mengakibatkan diare. f. Gunakan Jamban Sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Terdapat beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih. g. Memberantas jentik Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga dilakukan seminggu sekali. PJB adalah pemeriksaan tempat

perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, penampungan air lainnya. Selain itu, juga dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara Gerakan 3M plus. Gerakan 3M dilakukan untuk memberantas nyamuk demam berdarah, yaitu : 1) Menguras bak mandi, vas dan tempat penampungan air minimal 1 minggu sekali. Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras. 2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, atau memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air. 3) Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air.

34

Pencegahan yang penting dan tambahan dari gerakan 3M adalah dengan: 1) Perilaku hidup bersih: gerakan 3 M di atas sebenarnya bagian dari ini, dan tentu perilaku hidup bersih ini masih banyak yang bisa kita lakukan, baik untuk diri sendiri, rumah maupun lingkungan 2) Pemberian makanan bergizi: adalah kunci untuk memperkuat pertahanan tubuh agar lebih kuat terhadap infeksi virus atau kuman penyebab penyakit. 3) Memperbaiki kesehatan lingkungan, penyemprotan (fogging,

perbaikan saluran air, tempat sampah umum, dll adalah bagian dari ini). h. Makan buah dan sayur setiap hari Konsumsi sayur dan buah secara seimbang dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh. i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari Aktifitas fisik, kegiatan yang mengeluarkan tenaga sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari, aktifitas fisik yang diharapkan adalah olahraga. Olahraga merupakan salah satu cara yang sederhana untuk mencegah sekaligus menyembuhkan penyakit baik bagi orang yang menderita penyakit seperti jantung ataupun bukan. Jenis latihan yang baik dilakukan adalah latihan aerobic, seperti senam, jalan, lari, naik sepeda, melakukan pekerjaan rumah tangga dan sebagainya. Namun demikian setiap olahraga memerlukan format atau aturan. Sebelum latihan diawali dengan pemanasan dan diakhirai dengan pendinginan. Untuk penyakit jantung dengan berolahraga 30 menit tiap hari dapat memperbaiki kesehatan jantung dan memberi manfaat efektif bagi kesehatan. Menurut Depkes RI Nomor 131 Tahun 1962, Olahraga mempunyai arti yang seluas-luasnya yaitu meliputi segala usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani dan rohani manusia. Menurut penelitian idealnya frekuensi latihan dilakukan minimal 3 kali seminggu pada hari yang bergantian, artinya selang sehari. Hal ini dikarenakan bahwa tubuh memerlukan pemulihan selesai berolahaga sehingga otot dan persendian diberi kesempatan untuk memulihkan diri.

35

Jenis aktifitas fisik lain yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan lain-lainnya. j. Tidak merokok di dalam rumah Terdapat 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang merokok (perokok aktif), terlebih di dalam rumah, asap yang dihasilkan dari rokok tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan juga orangorang disekitarnya (perokok pasif) yang berefek buruk bagi kesehatan. Rumah sebagai tempat berlindung bagi keluarga, termasuk dari asap rokok. Oleh karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk bebas dari kepulan asap rokok. Penerapan sepuluh PHBS di lingkungan keluarga, bergantung dari kesadaran dan peran aktif masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Sebab, upaya mewujudkan lingkungan yang sehat akan mendukung pola perilaku kehidupan masyarakat yang sehat secara berkesinambungan.

(http://www.surabaya-ehealth.org/artikel/terapkan-10-indikator-phbs-dalamlingkungan-keluarga) 6. Penggunaan Obat Penggunaan obat penting memperhatikan masa penyimpanan, semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat tahun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Jenis obat dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu: a. Obat dalam (oral) yaitu obat yang diminum seperti tablet, kapsul, kaplet, sirup. b. Obat luar yaitu obat yang tidak diminum dan digunakan dengan cara lain, seperti : 1) dioleskan (krim, lotion, obat gosok) 2) diteteskan (obat tetes mata, tetes hidung, tetes telinga) 3) dimasukkan dalam rektal (supositoria) 4) ditempelkan (seperti koyo,plester)

Tanda-tanda

kerusakan obat tampak dengan jelas, misalnya bila

larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan

36

dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan internasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang. Aturan dan lama penyimpanan obat yang baik Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya. Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan salep yang mengandung air atau krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. misalnya dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, misalnya pada pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet atau sendok ukur dan mengeringkannya. Agar obat yang digunakan tetap manjur, simpanlah obat dengan baik, dengan cara: a. Simpan obat dalam kemasan aslinya dan dalam wadah yang tertutup rapat b. Simpan obat di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung c. Jangan menyimpan obat dalam bentuk kapsul dan tablet di tempat panas dan atau lembab karena dapat menyebabkan obat tersebut rusak d. Jangan menyimpan obat dalam bentuk cair di dalam lemari pendingin, kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat e. Hindarkan obat cair menjadi beku.

37

Obat dapat tidak digunakan lagi atau segera dibuang apabila: a. Telah melampaui masa kadaluarsa b. Tidak ada tanggal kadaluarsa tetapi telah disimpan cukup lama misal satu tahun c. Telah berubah warna atau bentuk atau kekeruhan d. Label telah terlepas atau tidak jelas. (Project Concern

International/Indonesia, 2002).

7. Program 4 Sehat 5 Sempurna Makan adalah kebutuhan pokok manusia, setiap hari manusia membutuhkan makan supaya mempunyai energi untuk beraktivitas. Idelnya menurut teori, manusia perlu makan 3 kali sehari untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Bila sebelumnya makan berarti harus mengkonsumsi nasi, maka seiring dengan perubahan gaya hidup, manusia tidak hanya mengkonsumsi nasi selama makan. Nasi sebagai sumber karbohidrat yang mensuplai prosentase terbesar untuk energi bisa digantikan dengan sumber karbohidrat yang lain. Seperti kentang, roti gandum, cereal.Makanan bergizi adalah makanan konsumsi yang mengandung 3 guna(triguna),yaitu : a. Sebagai sumber tenaga (makanan pokok) b. Sebagai zat pengatur c. Sebagai zat pembangun. Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,yang terdiri dari : a. Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang, Contohnya : nasi, jagung, ubi jalar, singkong, talas, sagu serta hasilolahan seperti mie, bihun. b. Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok yang ada pada umumnya mampunyai rasa netral lebih terasa enak.Lauk dapat di bedakan menjadi dua,yaitu : 1) Lauk hewani : daging,ayam, ikan, telur dll 2) Lauk nabati : kacang-kacangan dan hasil olahan sepertikacang kedelai, kacang hijau, kacang merah tahu tempe danoncom. c. Sayur untuk memberi karena rasa segar dan melancarkan dalam proses bentuk

menelanmakanan

biasanya

dihidangkan

berkuahContohnya : sayur daun-daunan, umbi-umbian, kacang-kacangan dll. d. Buah untuk mencuci mulut contohnya pepaya, nanas, pisang, jeruk dll.

38

e. Susu dan hasil olahan susuMerupakan sumber kalsium paling baik, karena selailn kadar kalsiumyang tinggi, laktosa didalam susu membantu absorbsi susu didalamsaluran cerna, akan tetapi susu sedikit sekali mengandung zat besi danvitamin C. Dengan mengonsumsi makanan 4 sehat lima sempurana banyak hal yang dapat kita peroleh, diantaranya : a. Sebagai sumber energi atau tenaga b. Menyokong pertumbuhan badan c. Memelihara jaringan tubuh d. Mengganti bagian atau sel sel yang rusak e. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan (air, asam basa, dan mineral dalam cairan tubuh)

B.

Puskemas 1. Definisi Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Sulastomo, 2007). Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya

pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota (Sulastomo, 2007). 2. Tujuan Tujuan dari puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggak di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.

39

3. Wilayah Kerja Penyebaran wilayah kerja puskesmas dibagi berdasarkan beberapa hal sebagai berikut: a. Kecamatan b. Kepadatan penduduk c. Luar daerah d. Keadaan geografik e. Infrastruktur f. Sasaran penduduk 30.000 jiwa 4. Visi dan Misi Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup didalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Sulastomo, 2007). Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, yaitu: a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas. d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan per orangan, keluarga, dan masyarakat, serta lingkungannya (Depkes RI, 2003). 5. Tugas dan Fungsi Puskesmas memiliki beberapa tugas maupun fungsi dalam

pelaksanaannya. Adapun tugas dan fungsi puskesmas sebagai berikut : a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

40

6. Persyaratan Puskesmas memiliki beberapa persyaratan umum untuk pembangunan baru, peningkatan, rehabilitasi maupun untuk perluasannya. Berikut ini adalah penjelasannya. a. Pembangunan Baru Pembangunan baru Puskesmas ditujukan untuk peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Persyaratan pembangunan baru Puskesmas adalah: 1) Persyaratan Umum a) Kebutuhan akan adanya Puskesmas, antara lain pada : (1)Wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan. (2)Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas. (3)Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000 penduduk. (4)Wilayah kerja sangat luas. (5)Relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya bencana alam, jalur hijau, perubahan Rencana Tata Ruang/ Wilayah, atau terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan. b) Lokasi Puskesmas : (1)Di area yang mudah terjangkau baik dari segi jarak maupun sarana transportasi, dari seluruh wilayah kerjanya. (2)Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah. c) Persyaratan Lain : (1)Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas (2)Ketersediaan tenaga kesehatan oleh Pemda 2) Persyaratan Teknis a) Sarana dan ruangan Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis

pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan yang optimal. b) Denah tata-ruang Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan. Denah tata-ruang mengacu pada buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006.

41

c) Peralatan kesehatan Kebutuhan minimal peralatan kesehatan mengacu pada buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006. b. Peningkatan Pembangunan Puskesmas yang berasal dari peningkatan Puskesmas Pembantu (Pustu) perlu mempertimbangkan Persyaratan berikut ini: 1) Persyaratan Umum a) Kebutuhan akan adanya Puskesmas, antara lain pada : (1)Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas. (2)Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000 penduduk. (3)Wilayah kerja sangat luas. (4)Relokasi Puskesmas yang disebabkan adanya bencana alam, jalur hijau, perubahan Rencana Tata Ruang/ Wilayah, atau terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan. b) Lokasi Pustu pada wilayah dengan : (1)Pertumbuhan penduduk tinggi, baik dari kelahiran maupun migrasi, atau; (2)Perkebunan Inti Rakyat atau permukiman transmigrasi, atau; (3)Berdekatan dengan sentra-sentra ekonomi baru, atau; (4)Wilayah yang akan berkembang. c) Persyaratan (1)Kunjungan Puskesmas tinggi. (2)Tidak digunakan untuk menjadikan Puskesmas Perawatan pra Rumah Sakit. 2) Persyaratan Teknis Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas, diharapkan mempertimbangkan Persyaratan teknis sebagai berikut : a) Luas lahan dan bangunan, Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/ kegiatan yang dilaksanakan. Guna meningkatkan fungsi

pelayanannya, luas lahan yang diperlukan untuk peningkatan Pustu menjadi Puskesmas, minimal adalah 305 m2, dengan rincian kebutuhan tata ruangnya adalah sebagai berikut : (1)Gedung untuk fungsi pelayanan minimal seluas 135 m2. (2)Rumah dinas dokter dengan luas 1 x 70 m2.

42

(3)Rumah dinas tenaga kesehatan (perawat, bidan) dengan luas 2 x 50 m2. Namun apabila ketersediaan lahan tidak memungkinkan, dapat mempertimbangkan untuk peningkatan dengan pembangunan ke atas (bertingkat). Alternatif lain adalah dengan meningkatkan ruang untuk fungsi pelayanan (Puskesmas Induk) seluas 135 m2, dengan catatan dokter dan tenaga kesehatan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Peningkatan Pustu menjadi Puskesmas dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh wilayah setempat. b) Denah tata-ruang Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan. Denah tata-ruang mengacu pada buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006. c) Peralatan kesehatan Kebutuhan minimal peralatan kesehatan Puskesmas, mengacu pada buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006. c. Rehabilitasi Guna menunjang serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Puskesmas, perlu adanya rehabilitasi fisik pada bangunan yang mengalami kerusakan. Pelaksanaan rehabilitasi fisik Puskesmas harus memenuhi Persyaratan sebagai berikut: 1) Persyaratan Umum a) Puskesmas dengan kondisi rusak berat atau sedang. b) Untuk peningkatan penampilan. c) Untuk peningkatan mutu pelayanan. 2) Persyaratan Teknis a) Denah tata-ruang bangunan mengacu pada buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006. b) Rehabilitasi dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh wilayah setempat.

43

d. Perluasan Guna menunjang serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di Puskesmas, perlu adanya perluasan fisik. Perluasan dilaksanakan pada bangunan/sarana yang membutuhkan perluasan. Persyaratan perluasan fisik, adalah sebagai berikut : 1) Persyaratan umum Adanya kebutuhan : a) Tambahan ruangan untuk meningkatkan pelayanan agar lebih optimal. b) Peningkatan pelayanan akan tetapi tidak memungkinkan untuk peningkatan menjadi Puskesmas Perawatan. 2) Persyaratan Teknis a) Luas lahan dan bangunan Jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/ kegiatan yang dibutuhkan. Perluasan sarana fisik bangunan, antara lain berupa penambahan ruangan untuk : (1)Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD). (2)Pelayanan laboratorium yang dilengkapi dengan kran air serta pembuangan air kotor. (3)Pelayanan konsultasi yang dibutuhkan sebagai upaya preventif. (4)Pelayanan penyuluhan dan ruang pertemuan sebagai upaya promotif dan penggalangan kemitraan dengan berbagai pihak terkait serta dapat digunakan untuk kegiatan Lokakarya Mini Puskesmas. Luas ruangan/bangunan disesuaikan kondisi setempat dengan tetap memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan dan mengacu pada pedoman yang ada. b) Denah tata-ruang Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan. Sebagai acuan dipergunakan buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006. c) Peralatan kesehatan Kebutuhan minimal peralatan kesehatan mengacu pada buku Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006.

44

d) Bahan bangunan Perluasan dapat menggunakan bahan bangunan yang

dihasilkan oleh wilayah setempat.

7. Upaya Pelayanan Kesehatan Puskesmas Upaya puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib merupakan upaya berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta punya daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta wajib diselenggarakan puskesmas di wilayah Indonesia. Sedangkan upaya kesehatan pengembangan merupakan upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, upaya tersebut antara lain: a. Upaya Kesehatan Wajib: 1) Upaya Promosi Kesehatan 2) Upaya Kesehatan Lingkungan 3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana 4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 5) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6) Upaya Pengobatan b. Upaya Kesehatan Pengembangan 1) Upaya Kesehatan Sekolah, 2) Upaya Kesehatan Olah Raga, 3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat, 4) Upaya Kesehatan Kerja, 5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, 6) Upaya Kesehatan Jiwa, 7) Upaya Kesehatan Mata, 8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut, 9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Muninjaya, 2004).

Anda mungkin juga menyukai