Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L.

) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan dunia terhadap biji kakao yang cenderung meningkat. Berdasarkan dari data data International Cocoa Organization (2003), Negara yang menjadi konsumen besar adalah Belanda, Amerika Serikat, Pantai Gading, Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, JepangBrazil yang masing masing mengkonsumsi456 ribu ton, 285 ribu ton, 227 ribu ton dan 195 ribu ton pada tahun 2000/01. Keberhasilan budidaya suatu jenis komoditas tanaman sangat tergantung kepada kultivar tanaman yang ditanam, agroekologis/lingkungan tempat tumbuh tempat melakukan budidaya tanaman dan pengelolaan yang dilakukan oleh petani/pengusaha tani. Khusus mengenai lingkungan tempat tumbuh (agroekologis), walaupun pada dasarnya untuk memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman dapat direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan dikembangkan kemudian mencari wilayah agroekologis/faktor tempat tumbuh yang relatif sesuai. Kesesuaian lahan adalah kecocokan (adaptabillity) suatau lahan untuk tipe penggunaan lahan, seperti jenis tanaman budidaya dan tingkat pengelolaan tertentu. Sebagaimana yang diketahui kesesuaian lahan perlu diperhatikan untuk tanaman budidaya mendapatkan pertumbuhan yang optimal, walau tanaman kelihatan dapat tumbuh bersama disuatu wilayah, akan tetapi setiap tanaman memiliki karakter yang membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Dengan demikian supaya produksi dapat optimal maka harus diperhatikan antara kesesuaian lahan untuk pertanian dan persyaratan tumbuh jenis tanaman. Hambatan dalam pengembangan areal tanaman kakao di Indonesia adalah belum adanya informasi sumber daya lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan adanya evaluasi lahan untuk tanaman kakao. yang mempunyai kondisi

Evaluasi kesesuaian lahan merupakan suatu kajian terhadap suatu wilayah, dalam hal ini daya dukung terhadap komoditi tanaman kakao. Desa Belinteng adalah salah satu desa di Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat, yang merupakan daerah perkebunan dengan komoditi yang cukup banyak, termasuk komoditi kakao. Dengan kondisi iklim yang ada di desa tersebut nantinya dapat dilihat apakah kawasan Desa Belinteng sesuai atau cocok untuk pengembangan tanaman kakao.

1.2. Tujuan Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan berdasarkan kondisi iklim yang ada di Desa Bilinteng untuk tanaman kakao di Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawidjaya, 1997). Tanah merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas, dan mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh relief tempatnya terbentuk (r) dan waktu (w) (Arsyad, 2000). Pengembangan pertanian pada suatu daerah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Secara umum kegiatan pengembangan daerah tersebut meliputi juga pengenalan pola pertanian secara tepat dan sesuai dengan potensi lahannya. Potensi lahan perlu dijabarkan secara baik agar dapat digunakan sesuai dengan rencana pengembangannya (Abdullah, 1993). 2.1. Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, yang meliputi pelaksanaan dan interpretasi survey dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang

dikembangkan. Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek dan kualitas fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya. Tergantung pada tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan. ( Arsyad, 2000 ). Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi lahan untuk penggunaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasari tingkat produksi pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang sangat panjang (Sitorus, 1985). Untuk memperoleh lahan yang benar-benar sesuai diperlukan suatu kriteria lahan yang dapat dinilai secara objektif. Acuan penilaian kesesuaian lahan digunakan kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang sudah dikenal, baik yang bersifat umum maupun yang

khusus. Tetapi pada umumnya disusun berdasarkan pada sifat-sifat yang dikandung lahan, artinya hanya sampai pada pembentukan kelas kesesuian lahan, sedangkan, menyangkut produksi hanya berupa dugaan berdasarkan potensi kelas kesesuaian lahan yang terbentuk (Karim dkk, 1996). 2.2. Survey Tanah Survey tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum maupun khusus. Suatu survey tanah baru memiliki kegunaan yang tinggi jika teliti dalam memetakannya. Hal itu berarti (a). Tepat mencari tempat yang representif, tepat meletakkan tempat pada peta yang harus didukung oleh peta dasar yang baik, (b) Tepat dalam mendeskripsi profilnya atau benar dalam menetapkan sifat-sifat morfologinya, (c) Teliti dalam mengambil contoh tanah, dan (d) benar menganalisisnya di laboratorium. Relevansi sifat-sifat yang ditetapkan dengan pengunaaannya atau tujuan pengunaaannya harus tinggi. Untuk mencapai kegunaan tersebut perlu untuk menetapkan pola penyebaran tanah yang dibagi-bagi berdasarkan kesamaan sifat-sifatnya sehingga terbentuk soil mapping unit atau satuan peta tanah (SPT). Dengan adanya pola penyebaran tanah ini maka dimungkinkan untuk menduga sifat-sifat tanah yang dihubungkan dengan potensi penggunaan lahan dan responsnya terhadap perubahan pengelolaannya (Abdullah, 1993). 2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Coklat Tanaman coklat tumbuh baik pada daerah yang terletak antara 100 LU 100 LS. Tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl. Kebutuhan curah hujan antara 1000 3000 mm per tahun. Temperatur ideal untuk tanaman coklat adalah 300 C maksimum dan pada suhu minimumnya 18 210 C. Sesuai dengan lingkungannya yang berasal dari hutan tropis, tanaman ini tidak memerlukan penyinaran matahari yang terlalu tinggi sehingga memerlukan naungan untuk mengurangi cahaya matahari. ( Setyamidjaja, 1992 ). Rendahnya produksi atau kualitas kakao yang dihasilkan selama ini disebabkan kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau cara budidaya yang keliru. Oleh karena itu dicari cara pemecahannya. Rendahnya produksi pertanian di Indonesia disebabkan oleh karena satu atau kombinasi beberapa faktor, yaitu iklim, sifat tanah (lahan tidak subur), lahan sudah

tererosi berat,pemakaian pupuk yang tidak memadai, kurangnya keterampilan petani dan jenis tanaman yang ditanami tidak sesuai dengan keadaan biofisik daerah (Ramlan, 2003). Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman dan produksi coklat adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda (flushing) dan produksi. Areal penanaman coklat yang ideal adalah daerah-daerah yang bercurah hujan 1.100-3.000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah (black pods). Daerah curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per tahun masih dapat ditanami coklat, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal itu disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman perlu dipasok dengan air irigasi (Siregar, dkk, 2000). Temperatur berkisar antara 20-35 oC. Curah hujan berkisar antara 1.500-4.000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun. Tanaman ini toleran terhadap curah hujan yang sedikit asal tanah selalu dalam keadaan kondisi lembab (rejim kelembaban tanah udik). Kelembaban udara sekitar 80% (Djaenudin, dkk, 2000). Lingkungan hidup alami tanman coklat adalah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman coklat akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek. Cahaya matahari di dalam proses fotosintesis ternyata tidak memberikan pengaruh merugikan terhadap pertumbuhan dan produksinya (Siregar, dkk, 2000). Kakao merupakan tanaman perkebunan yang membutuhkan lingkungan khusus untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik dan tingkat produksi yang tinggi. Sistem perakaran yang lunak dan dangkal menyebabkan coklat membutuhkan persyaratan tanah yang subur dan bebas dari unsur-unsur yang bersifat racun. Coklat tergolong tanaman peka terhadap reaksi tanah masam dengan kadar Al yang tinggi. Tingkat kejenuhan Al 15% sudah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi coklat. Kekahatan Ca dan Mg sering dijumpai pada areal yang mempunyai kadar K- dd tinggi dengan pemberian pupuk K yang tinggi ( Panjaitan dan Sugiono, 1989 ).

BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan evaluasi lahan pada penelitian ini dilakukan di Desa Belinteng Kecamatan 200 m di atas permukaan laut (dpl) dengan titik koordinat 9802848 BT - 9802855 BT dan 0302644 LU 0302653 LU dan di Laboratorium Sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini laksanakan dari Bulan Maret 2007 sampai selesai. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah Inceptisol yang diambil dari daerah penelitian, serta bahan kimia untuk menganalisa tanah. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian (Skala 1:50.000), peta jenis tanah (Skala 1:50.000), altinometer, klinometer, kompas, cangkul, kertas label, kantong plastik, karet gelang, dan alat tulis. 3.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey sistim grid type detail yaitu pengambilan sample tanah secara garis lurus dengan jarak tertentu berdasarkan satuan peta tanah. Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan derajat dan jumlah pembatas yang dimiliki lahan untuk tanaman tumbuh normal. Dalam hal ini sifat-sifat tanah dibandingkan dengan Faktor kelas kesesuaian lahan bagi tanaman tertentu sebagaimana garis besarnya ditentukan oleh FAO (1976) dan Sys, dkk (1993) dan dimodifikasikan oleh sehgal (1996). 3.4. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan di lapangan, dan tahap analisis di laboratorium.
a. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah telaah pustaka, konsultasi dengan dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, penyediaan bahan dan peralatan yang akan digunakan di lapangan.
b. Kegiatan di Lapangan

Daerah penelitian ditetapkan berdasarkan peta lokasi penelitian, peta jenis tanah, kemudian ditentukan titik pengambilan sample yang mewakili kecamatan tersebut. Adapun tahap kegiatan pengambilan sample tanah tersebut adalah: 1. Beberapa profil tanah yang mewakili jenis tanah di daerah penelitian digali dan diambil contoh tanahnya pada kedalaman 0-25 cm dan 25-50 cm.. 2. Memasukan contoh tanah kedalam kantong plastik. 3. Mencampur contoh tersebut yang diambil kira-kira 1 kg tanah 4. Melakukan analisis parameter seperti:

a.

Temperatur Rata-rata temperatur tahunan dalam 10 tahun (oC)

b.

Kemiringan lereng Lereng 9%) diukur dengan menggunakan klinometer

c.

Kedalaman efektif Diukur sampai dengan kedalaman akar menembus tanah

d.

Ketersediaan udara Draenase tanah

e. f.

Kandungan batuan Erosi

c. Analisis Laboratorium

Sample yang berasal dari lapangan kemudian diteliti di laboratorium yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat ini yang diteliti adalah :

1. Tekstur Tekstur dengan metode Hidrometer

2. Sifat kimia tanah

Kapasitas tukar kation (KTK) dengan metode ekstraksi NH4 OAc 1 NpH7 pH H2O dengan metode elektrometri (Ph meter) C-organik dengan metode Walkley dan Black N tersedia dengan metode Alkaline dengan ekstraksi KMnO4 P tersedia tanah dengan metode Bray II K2O dengan metode ekstraksi HCl 25 % Kejenuhan basa (KB)
d. Analisis Kesesuaian Lahan

Kesesuain lahan untuk tanaman kelapa sawit (Elais quenensis jack), karet (Havea brasilliensis) dan coklat (Theobrema cacao) dievaluasi dengan membandingkan karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman. Tanaman ini sebagaimana garis besarnya ditentukan oleh FAO (1976) dan Sys, dkk (1993) dan Sehgal (1996), dengan menggunakan 4 kategori dan 5 derajat pembatas (0-4) yaitu tanpa pembatas (0) sampai pembatas sangat berat (4) yaitu :
1) Ordo : menunjukan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan

tertentu. Dalam hal ini lahan dibedakan atas 2 ordo : a. Ordo S : Sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu dalam jangka waktu yang tidak terbatas b. Ordo N : Tidak sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu.
2) Kelas : menunjukan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Ada 4 kelas dari

ordo tanah yang sesuai dan 2 kelas untuk ordo tidak sesuai 1. S1 : Sangat sesuai (Very Suitable), satuan lahan dengan tidak ada atau hanya beberapa pembatas ringan. 2. S1-2 : Sesuai (Suitable), satuan lahan dengan pembatas ringan dan tidak lebih dari satu pembatas sedang yang dapat diperbaiki. 3. S2 : Sedang (Moderately Suitable), satuan lahan yang memiliki lebih dari empat pembatas ringan dan tidak lebih dari tiga pembatas sedang (moderat) yang dapat diperbaiki.

4. S3

: Kurang sesuai (Marginally Suitable), satuan lahan dengan pembatas lebih dari tiga pembatas sedang (moderat) dan atau tidak lebih dari satu pembatas yang berat.

5. N1

: Tidak sesuai aktual dan sesuai potensial (Actually unsuitable and potentially suitable), satuan lahan yang memiliki faktor pembatas sangan berat yang dapat diperbaiki.

6. N2

: Tidak sesuai aktual dan potensial (Actually and potentially unsuitable), satuan lahan yang memiliki faktor pembatas sangat berat yang tidak dapat diperbaiki.

3) Sub kelas : menyatakan jenis faktor pembatas pada masing-masing kelas. Dalam 1

sub kelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor pembatas.


4) Unit : Kesesuaian lahan dalam tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari sub

kelas berdasarkan atas besarnya faktor pembatas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Data Lapangan Hasil pengamatan di lapangan pada kedua pedon dapat dilihat pada Tabel Tabel 1. Hasil Pengamatan Lapangan Kedua Pedon Pedon Curah Hujan (mm/tahun) 1803.3 1803.3 Temperatur (0C) 19.045 19.045 Kedalaman Drainase efektif (cm) 90 120 Baik Baik Kemiringan lereng (%) 15 3

PI P2

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa PI dan P2 curah hujan sebesar 1803.3 mm/tahun, temperatur sebesar 19.045 0C, kedalam efektif pada PI adalah 90 cm dan P2 adalah 120 cm, drainase baik dan kemiringan lereng pada PI sebesar 15 % dan P2 sebesar 3 %. 4.2.Data Analisa Laboratorium Untuk Evaluasi Kelas Kesesuaian a. Sifat Kimia Tanah Hasil analisa laboratorium untuk sifat kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia Tanah Sampel Tanah Horizon pH (H2O) COrganik (ppm) P1 Ap Bw P2 Ap Bw1 Bw2 4.97 5.08 5.12 5.25 5.27 0.96 0.84 2.21 2.23 2.15 NTersedia (ppm) 0.10 0.08 0.15 0.10 0.08 PTersedia (ppm) 15.39 8.35 18.71 15.24 15.02 17.17 16.65 20.46 18.42 18.24 16.19 0.169 16.65 0.153 20.46 0.038 31.24 0.028 31.53 0.024 KTK (me/100mg) KB (%) K2O (%)

b. Sifat Fisika Tanah Hasil analisa laboratorium untuk sifat fisika tanah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sifat Fisika Tanah Sampel Tanah P1 Ap Horizon Kedalaman (cm) 0-18/30 Gempal Struktur Pasir 41.7 Fraksi (%) Debu 24.0 Liat 34.3 Liat berpasir Tekstur BD (g/cm3) 1.11

Bw

18/30-82/90

Gempal bersudut

43.3

25.8

31.0

Lempung

1.12

P2

Ap

0-15/25

Gempal

42.

24.

32.2

Liat berpasir

1.10

Bw1

15/25 78/89

- Gempal bersudut Gempal bersudut

56.6

34.3

9.2

Lempung berpasir

1.

Bw2

78/89 115/120

52.5

36.3

11.2

Lempung berpasir

1.13

c. Karakteristik Tanah yang Digunakan Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Tabel 4. Karakteristik Tanah yang Digunakan Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Karakteristik Lahan Iklim Temperatur (oC) Curah (mm/thn) Topografi Kemiringan Lereng (%) Erosi Media Perakaran Drainase Tekstur Kedalaman Efektif (cm) w baik Liat berpasir 90 baik Liat berpasir 120 sedang tanpa t 15 3 Hujan Symbol c 19.045 1803.3 19.045 1803.3 P1 P2

Kadungan Hara KTK (me/100g) pH H2O C-Organik (%) KB (%) Tanah

f 16.91 5.02 0.9 17.73 0.09 (sgt rendah) 19.04 5.21 2.19 31.28 0.11 (rendah)

N-tersedia (ppm) P-tersedia (ppm) K2O (%)

23.74 (sedang) 0.161 (sgt rendah)

16.32 (sedang) 0.03 (sgt rendah)

d. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan bagi tanaman yang sedang diteliti, karakteristik lahan penelitian yang diperlukan untuk evaluasi dicocokkan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman coklat untuk mendapatkan kelas-kelas kesesuaian lahannya. Setelah membandingkan hasil pengamatan lapangan dan analisa laboratorium dengan kriteria tumbuh tanaman coklat diperoleh nilai kesesuaian lahan dari areal penelitian seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria Untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Coklat Karakteristik 0 1 S1 Hujan tahunan Temperatur Kemiringan Lereng (%) Bahaya Banjir Kelas Drainase Tekstur LLiP, LLiD L, LiP LLiP LP, P(h)L Baik Baik Sedang Cepat Buruk Sangat buruk Li(m), LiD(m), PL, Pli Kedalaman Efektif (cm) NPK rata - TTT rata KTK >24 24 - 16 <16 <16+ SSS SRR RSR >200 200 - 150 150 - 100 100 - 50 PliL, FO F1 F2 F2 1900 1800 >20 0-4 - 1800 1600 20 - 15 4-8 Derajat Pemabatas dan Kelas Kesesuaian Lahan 2 S2 - 1600 1400 15 - 13 8 - 16 3 S3 - 1400 1200 13 - 10 16 - 30 30 50 < 10 4 N1 - N2 < 1200

(me/100g) Kejenuhan Basa (%) C-Organik pH >2,4 6,4 6,2 2,4 1,5 6,2 6,0 1,5 0,8 6,0 5,5 <0,8 5,5 5,0 <5,0 >50 30 - 35 35 -20 <20 -

Sumber : Sys, dkk, 1993


Keterangan: FO (Tanpa) Fl (Ringan), F2 (Sedang), F3 +(Sedang-Berat), PLID (Pasir liat berdebu), LLID (lempung Hat berdebu), LLI (Lempung Berliat), LLIP (Lempung liat berpasir), LP (Lempung Berpasir), PhL (Pasir halus berlempung), Li (M) (liat masisif), LiP (Liat Berpasir), L (Lempung), LiD (M) (Liat Berdebu massif), PL (Pasir Berlempung), PLiL (Pasir Liat Berlempung), P(h) (Pasir Halus), LiP (s) (Liat Berpasir), (Tanah Berstruktur).

Tabel 6. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Coklat Karakteristik Lahan Iklim Temperatur (oC) Curah (mm/thn) Topografi Kemiringan Lereng (%) Media Perakaran Drainase Tekstur Kedalaman Efektif (cm) Kadungan Hara KTK (me/100g) pH H2O C-Organik (%) KB (%) N-tersedia (ppm) Kelas Kesesuaian Lahan 3 2 3 3 N1w 3 1 1 3 S3f Tanah f 1 1 w 4 3 3 0 1 2 t 2 0 Hujan 0 0 Symbol c P1 1 P2 1

4.3.Pembahasan Untuk karakteristik iklim yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki rata-rata curah hujan 1803.3 mm dengan temperatur 19.045 &C. Data mi diperoleh selama 10 tahun terakhir. Kondisi ini sangat sesuai untuk tanaman coklat (SI), karena tanaman coklat umumnya dapat tumbuh pada curah hujan 1500-4000 mm/tahun dengan temperatur 20-35 C. Menurut Setyamidjaya (1995), tanaman coklat tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpi. Kebutuhan curah hujan antara 1000 - 3000 mm per tahun. Temperatur ideal untuk tanaman coklat adalah 30 C maksimum dan pada suhu minimumnya 18 21 oC. Pada tabel 6 disajikan bahwa pedon 1 untuk tanaman coklat memiliki hambatan yang cukup berat sehingga menjadikan tanaman coklat tersebut menjadi tidak sesuai jika ditanam di lokasi penelitian. Hambatan tersebut adalah bahaya banjir (Nlw). Tingginya bahaya banjir di lokasi penelitian ini disebabkan karena lokasi penelitian untuk pedon 1 ini memiliki kemiringan lereng sebesar 15%, sehingga bahaya banjir semakin tinggi dan membuat faktor ini menjadi kendala utama untuk tanaman coklat jika ditanam di lokasi penelitian. Pada pedon 2 untuk tanaman coklat memiliki hambatan yang tidak begitu berat, tidak seperti pada pedon 1, dimana pada pedon 2 ini kelas kesesuaian lahannya adalah kurang sesuai (S3f), dimana faktor penghambatnya adalah kandungan hara, yaitu pH H2O dan kandungan NPK rata-rata. pH tanah ini menjadi kendala karena pada lokasi peelitian pH tanahnya adalah 5.21 (rendah). Hal ini tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman coklat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawan (2000), yang mengatakan bahwa tanah yang baik untuk penanaman kakao mempunyai derajat kemasaman antara 6 - 7,5. Untuk kandungan NPK rata-rata yang jadi faktor pembatas ini disebakan karena tanaman karet membutuhkan NPK yang cukup tinggi sehingga perlu diberikan pupuk NPK sehingga dapat meningkatkan kandungan NPK dalam tanah. Menurut Panjaitan dan Sugiono (1989), kakao merupakan tanaman perkebunan yang membutuhkan lingkungan khusus untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik dan tingkat produksi yang tinggi. Sistem perakaran yang lunak dan dangkal menyebabkan coklat membutuhkan persyaratan tanah yang subur dan bebas dari unsur-unsur yang bersifat racun. Coklat tergolong tanaman peka terhadap reaksi tanah masam dengan kadar AI yang tinggi. Tingkat kejenuhan Al 15% sudah berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produksi coklat. Kekahatan Ca dan Mg sering dijumpai pada areal yang mempunyai kadar K- dd tinggi dengan pemberian pupuk K yang tinggi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman coklat pada Pedon 1 adalah tidak sesuai (Nlw) dan Pedon 2 adalah kurang sesuai (S3f). Lahan di Desa Belinteng Kecamatn Sei Bingai Kabupaten Langkat kurang sesuai jika ditanam tanaman keras tetapi akan menjadi sesuai jika dilakukan terassering pada lereng yang curam dan ditanam tanaman penutup tanah serta pemupukan yang mengandung N, P dan K.

DAFTAR PUSTAKA Sitepu, Aswanto. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quenensis Jacq), Coklat (Theobroma cacao) dan Karet (Havea brasiliensis) Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Anda mungkin juga menyukai