Anda di halaman 1dari 14

BAB I ANGKA KEMATIAN IBU DI INDONESIA

1.1 Angka kematian ibu di Indonesia

Gambar 1.1 Angka Kematian Ibu (MMR) Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5 kali dari Malaysia, bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Filipina. Karena itu Angka kematian ibu di Indonesia menjadi yang tertinggi di ASEAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) karena hamil, melahirkan dan nifas di Indonesia menunjukkan masih banyaknya persoalan dan masalah yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup perempuan di bidang kesehatan. Seperti indikator kesehatan lain pada umumnya, terdapat perbedaan AKI antarwilayah di Indonesia. Estimasi AKI menggunakan pendekatan PMDF 1

(proportion of maternal deaths of female reproductive age) tahun 1995 di lima provinsi menunjukkan bahwa Jawa Tengah mempunyai AKI yang lebih rendah, yaitu 248, dibandingkan adalah Papua sebesar 1.025, Maluku sebesar 796, Jawa Barat sebesar 686, dan NTT sebesar 554 per 100.000 kelahiran hidup Padahal, menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof.Dr. dewi Fortuna Anwar, MMR (Maternal Mortality Rate ) adalah indikator utama yang membedakan suatu negara digolongkan sebagai negara maju atau negara berkembang. Rata-rata MMR di dunia dari 100.000 kelahiran tingkat kematian ibu mencapai 400. Sedangkan, negara maju indek MMR-nya 20 kematian per 100.000 kelahiran. Rata-rata di negara berkembang adalah 440 kematian ibu per 100.000 kelahiran.

1.2 Dampak tingginya angka kematian ibu di Indonesia Kehilangan seorang ibu dalam keluarga dapat memecah belah keluarga dan mengancam kesejahteraan serta kehidupan anak. Baik langsung atau tidak langsung, kematian ibu juga mempengaruhi tingginya kematian bayi. (Meutia Hatta Swasono, 2008)

Karena itu sebisa mungkin kemungkinan ibu meninggal saat proses kehamilan maupun persalinan harus diturunkan agar angka kematian bayi otomatis juga menurun dan tingkat kesejahteraan keluarga dan kehidupan anak juga meningkat.

BAB II KAJIAN PENYEBAB MASALAH

2.1 Faktor Penyebab Masalah

Faktor Kehamilan dan Persalinan Faktor Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Pelayanan emergensi obstetrik Perawatan neonatal Manajemen pembiayaan di daerah Faktor Ibu Status kesehatan ibu Status reproduksi Ibu Perilaku sehat Kurangnya pengetahuan ibu Sulitnya akses ibu pada tenaga kesehatan profesional Tingginya AKI di Indonesia Kejadian kehamilan Komplikasi Pertolongan persalinan Sanitasi proses persalinan

2.1.1

Faktor Kehamilan dan Persalinan Komplikasi dan kejadian kehamilan adalah faktor-faktor yang saling

berhubungan. Wanita hamil selalu memiliki kemungkinan untuk mengalami kompli kasi kehamilan, sedangkan wanita yang tidak hamil akan semakin jauh dari kemungkinan mengalami komplikasi kehamilan. Salah satu komplikasi dalam kehamilan dan persalinan adalah pendarahan. Pendarahan adalah penyebab utama pada kematian ibu dengan 45 persen angka kejadian. Penyebab utama kedua adalah eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan dengan 13 persen angka kejadian. Penyebab utama lainya antara lain abortus tidak aman (11 persen angka kejadian), sepsis (10 persen angka kejadian), dan partus yang lama ( 9 persen angka kejadian ). Pertolongan persalinan juga sangat mempengaruhi keselamatan ibu. Kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan profesional seperti dokter dan bidan akan mengurangi kemungkinan ibu mengalami komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Selain proses persalinan yang lebih terjamin dan higienis, para tenaga kesehatan profesional tersebut juga dapat mengenali tanda-tanda dini mengenai terjadinya komplikasi dan infeksi sehingga hal-hal tersebut dapat dicegah. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih terus meningkat dari 40,7 persen pada 1992 menjadi 68,4 persen pada 2002. Akan tetapi, proporsi ini bervariasi antarprovinsi dengan Sulawesi Tenggara sebagai yang terendah, yaitu 35 persen, dan DKI Jakarta yang tertinggi, yaitu 96 persen, pada 2002. Proporsi ini juga berbeda cukup jauh mengikuti tingkat pendapatan. Pada ibu dengan 4

dengan pendapatan lebih tinggi, 89,2 persen kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan, sementara pada golongan berpendapatan rendah hanya 21,39 persen. Hal ini menunjukkan tidak meratanya akses finansial terhadap pelayanan kesehatan dan tidak meratanya distribusi tenaga terlatih terutama bidan.

2.1.2

Faktor Ibu Kondisi ibu sangat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi

baik mulai masa kehamilan, persalinan, hingga masa nifas. Di antaranya adalah status kesehatan ibu, status reproduksi ibu, dan perilaku ibu. Risiko kematian ibu dapat diperparah oleh adanya anemia dan penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepatitis, dan HIV/AIDS. Pada 1995, misalnya, prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen, dan pada ibu nifas 45 persen. Anemia pada ibu hamil mempuyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah, serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir. Usia hamil, jumlah kelahiran dan status perkawinan pada ibu hamil juga berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan ibu. Salah satu contohnya adalah pendarahan yang disebabkan otot-otot rahim yang mengendur akibat terlalu sering bersalin. Selain itu perilaku sehat seperti penggunaan alat kontrsepsi yang benar dan pemeriksaan kehamilan yang teratur juga dapat mengurangi kemungkinan kematian 5

ibu. Dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur, kemungkinan ibu mengalami komplikasi akan dapat lebuh cepat terdeteksi dan dicegah. Pengetahuan ibu mengenai kehamilan dan persalinan yang sehat serta pengetahuan mengenai alat kontrasepsi mutlak dibutuhkan. Ibu hamil wajib mengetahui berapa kali seharusnya mereka memeriksakan kandungannya pada bidan atau dokter agar ibu dan bayi dapat selalu terpantau dan terjaga kesehatan dan keselamatannya. Banyak tanda-tanda dari komplikasi kehamilan yang dapat terdeteksi dan dicegah dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Sedangkan kontrasepsi modern memainkan peran penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan. SDKI 20022003 menunjukkan bahwa kebutuhan yang tak terpenuhi dalam pemakaian kontrasepsi masih tinggi, yaitu sembilan persen dan tidak mengalami banyak perubahan sejak 1997. Angka pemakaian kontrasepsi di Indonesia naik dari 50,5 persen pada 1992 menjadi 54,2 persen pada 2002. Untuk indikator yang sama, SDKI 2002 2003 menunjukkan angka 60.3 persen.

2.1.3 Faktor Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

Sebenarnya kebijakan pemerintah untuk menjadikan angka kematian ibu dan bayi yang tinggi sebagai program prioritas dinas kesehatan sudah sangat baik. Misalnya di tingkat institusi pelayanan, askeskin sangat membantu masyarakat. Hal

ini terbukti dari besarnya beban biaya kasus nyaris mati di rumah sakit yang ditanggung askeskin. Walaupun dinas kesehatan sudah sebaik mungkin membuat rencana strategis, menetapkan target hasil (outcome), serta menghitung anggaran, mereka cenderung pasrah jika dana yang dianggarkan jauh dari mencukupi untuk mengejar target outcome. Akibat dari rendahnya kontribusi pemerintah daerah dalam pembiayaan program prioritas, angka kematian ibu dan bayi di daerah masih cenderung tinggi.

2.2 Prioritas Tabel USG Faktor kehamilan dan Urgency Seriousness Growth Total persalinan 8 9 8 25 Faktor Ibu 9 9 8 26 Faktor Kebijakan kesehatan dan manajemen 6 6 7 19

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa faktor ibu adalah faktor penyebab utama yang harus segera diselesaikan.

BAB III PEMIKIRAN PENYELESAIAN PENYEBAB MASALAH

3.1 Alternatif Penyelesaian Masalah

a. Pendidikan bagi pasangan suami istri Dengan bertambahnya pengetahuan bagi pasangan suami istri diharapkan mereka dapat merencanakan baik-baik jika ingin memiliki anak. Dan juga agar para suami juga ikut berperan dalam memperhatikan keselamatan ibu dan bayi mulai dari masa kehamilan hingga setelah melahirkan. Selain itu pengetahuan mengenai alat kontrasepsi juga perlu diberikan. Agar pasangan suami istri dapat mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan angka kejadian aborsi terutama aborsi yang berbahaya semakin berkurang. Tetapi faktor ini dirasa kurang efektif karena rendahnya kesadaran bagi pasangan suami istri yang baru menikah, terutama di daerah pedalaman, yang bersedia dengan aktif mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai kehamilan dan persalinan yang sehat dan aman. 8

b. Penambahan tenaga kesehatan profesional di daerah-daerah Salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian ibu adalah terbatasnya tenaga kesehatan profesional atau sulitnya menjangkau puskesmas atau rumah sakit terdekat. Selain itu diharapkan para dokter atau bidan yang bertugas di daerahdaerah tidak hanya bersikap pasif dan menunggu pasien, namun juga bertindak aktif mengunjungi setiap keluarga yang terdapat ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan rutin agar kondisi ibu dan bayi selalu sehat. Hingga saat ini sangat jarang dapat ditemui bidan atau dokter di daerah pedalaman bersedia mengunjungi satu per satu pasiennya. Hal ini dikarenakan jarak tempuh yang cukup jauh atau kurangnya sarana transportasi yang tersedia. Karena itu ibu yang mengalami komplikasi saat persalinan juga sulit untuk segera ditangani.

c. Pelatihan bagi para dukun beranak Kebanyakan masyarakat di daerah-daerah lebih mempercayakan persalinannya pada dukun beranak, bukannya bidan atau dokter. Hal ini sangat berbahaya karena dikhawatirkan persalinan dengan dukun tidak higienis dan tidak dapat dengan cepat mengatasi apabila terjadi komplikasi atau infeksi 9

saat proses persalinan. Bahkan ada masyarakat yang rutin memeriksakan kandungannya pada bidan namun saat melahirkan tetap kembali ke dukun beranak. Karena itu selain menambah tenaga kesehatan profesional di daerahdaerah, pelatihan bagi dukun beranak juga dibutuhkan. Agar jika ada ibu hamil atau melahirkan yang tetap percaya pada dukun, dukun tersebut mampu melaksanakan proses kehamilan dengan baik dan higienis sehingga keselamatan dan kesejahteraan ibu dan bayi terjamin.

3.2 Program Penyelesaian Masalah Program : Penambahan dan penyebaran tenaga kesehatan profesional di daerah-daerah terpencil di seluruh wilayah di Indonesia.

a. Target Sasaran Program

Target sasaran dari program ini adalah setiap pasangan suami istri baik yang sudah memiliki anak maupun yang belum memiliki anak. Terutama bagi pasangan suami istri di daerah-daerah pedalaman.

b. Tujuan Program

10

Tujuan jangka pendek Mempermudah akses ibu ke tenaga kesehatan profesional dan terlatih Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan pelayanan obstetri esensial Memberikan informasi mengenai asuhan antenatal Memberikan informasi mengenai persalinan yang bersih dan aman Memberikan informasi mengenai alat-alat kontrasepsi

Tujuan jangka panjang


-

Mengurangi angka kematian ibu dan bayi di Indonesia Meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi

c. Proses Tenaga-tenaga kesehatan profesional yang telah dipilih dan mengikuti pelatihan akan dikirim ke daerah-daerah yang memiliki angka kematian ibu yang cukup tinggi. Diutamakan apabila ada tenaga kesehatan yang berasal dari daerah tersebut. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat di daeah tersebut

11

dapat lebih menerima pelayanan kesehatan kesehatan tersebut.

yang diberikan tenaga-tenaga

Para tenaga kesehatan sebelumnya harus telah mengetahui budayabudaya yang berlaku di daerah tersebut. Agar mereka dapat memberikan pelayanan kesehatan tanpa melanggar budaya-budaya setempat. Karena kebanyakan masyarakat daerah sangat memegang teguh kebudayaan asli daerah mereka. Para tenaga kesehatan diharapkan bersedia untuk menjemput bola dengan cara bertindak aktif di masyarakat dalam menangani masalah reproduksi. Jadi, tenaga kesehatan tersebut mengetahui status kesehatan setiap ibu hamil yang ada di daerah tersebut. Sehingga tanda-tanda kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan dapat segera terdeteksi dan teratasi. Selain memberikan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan tersebut wajib memberikan informasi selengkap-lengapnya mengenai alat kontrasepsi, persalinan bersih dan aman, serta informasi mengenai asuhan antenatal. Karena dengan penggunaan alat kontrasepsi, ibu dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, membatasi jumlah anak, atau mencegah kehamilan karena kondisi ibu yang tidak memungkinkan untuk hamil. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ibu baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.

12

d. Evaluasi dan Indikator Keberhasilan Untuk mengetahui keberhasilan dari program ini, para tenaga kesehatan diharuskan mendata kejadian kehamilan disertai proses

persalinanya. Apakah persalinannya berhasil ataupun tidak. Selain itu kesehatan bayi dan ibu pasca persalinan juga patut diperhatikan. Karena masih banyak kasus kematian ibu maupun bayi yang terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu setelah kelahiran. Jika angka kematian ibu berkurang maka program ini dinyatakan berhasil. Selain itu keberhasilan program ini dapat ditandai dengan

meningkatnya kesejahteraan ibu dan anak, baik dari segi kesehatan, ekonomi, maupun pendidikan anak. DAFTAR PUSTAKA

Adhini Amaliafitri. 2010. Waspadai Angka Kematian Ibu di Indonesia! http://lifestyle.okezone.com/read/2010/03/25/27/316119/waspadai-angkakematian-ibu-di-indonesia (Diakses pada 13 mei 2010) Ambon. 2006. Angka Kematian Ibu Indonesia 50 Per Hari. http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Angka-Kematian-Ibu-Indonesia50-Per-Hari (Diakses pada 13 mei 2010) Atika Walujani Moedjiono. 2007. Prioritas Pada Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Bayi. http://tenaga-kesehatan.or.id/publikasi.php?do=detail&id=136 (Diakses pada 9 mei 2010) Dian W. 2009. Angka Kematian Ibu di Indonesia Tertinggi di Asia. http://www.menegpp.go.id/index.php? option=com_content&view=article&id=145:angka-kematian-ibu-di-indonesiatertinggi-di-asia (Diakses pada 9 mei 2010) 13

Gsianturi. 2003. Menkes: Angka Kematian Ibu Melahirkan di Indonesia Masih Tinggi.http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1057545537,98812, (Diakses pada 9 Mei 2010) Indraswari. 2006. Why is Maternal Mortality in Indonesia Still So High?. http://www.thejakartapost.com/news/2006/04/21/why-maternal-mortality-rateindonesia-still-so-high.html (Diakses pada 25 Juni 2010) Map. 2010. High Maternal Mortality Rate Rooted in Gender Inequality. http://www.thejakartapost.com/news/2010/04/12/high-maternal-mortalityrate-rooted-gender-inequality.html (Diakses pada 10 Mei 2010) Tatik . 2008. Empat Faktor Penyebab kematian Ibu. http://id.shvoong.com/medicineand-health/1802456-empat-faktor-penyebab-kematian-ibu/ (Diakses pada 13 mei 2010) T.Gs. 2007. Angka Kematian Ibu Di Indonesia Masih Tinggi. http://www.depkominfo.go.id/berita/berita-utama-berita/angka-kematian-ibu-diindonesia-masih-tinggi/ (Diakses pada 13 Mei 2010) T.Jul/ysoel. 2010. Kesenjangan Antar-Wilayah Sebabkan Pelaksanaan Mdgs Belum Optimal. http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/kesenjanganantar-wilayah-sebabkan-pelaksanaan-mdgs-belum-optimal/ (Diakses pada 13 Mei 2010)

14

Anda mungkin juga menyukai