Anda di halaman 1dari 5

JUKNIS

ASI
EKSKLUSIF
PETUNJUK
PELAKSANAAN
PENINGKATAN
ASI
EKSKLUSIF
BAGI
PETUGAS
PUSKESMAS
DEPARTEMEN
KESEHATAN,
DIREKTORAT
JENDERAL
BINKESMAS,
DIREKTORAT
BINA
GIZI
MASYARAKAT
JAKARTA, 1997
I. PENDAHULUAN
Upaya Perbaikan Gizi (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat,
diprioritaskan pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu golongan bayi, balita, usia
sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia lanjut. Upaya tersebut dilakukan
secara
terintegrasi
dengan
penanggulangan
kemiskinan
secara
nasional.
UPGK perlu dilakukan secara terpadu, lintas program dan lintas sektor agar lebih berdaya
guna dan berhasil guna sehingga dapat terlaksananya kegiatan secara nyata dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan faktor epidemiologi, geografri, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat
setempat.
Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan
sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi
masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai.
Masalah pelaksanaan ASI eksklusif masih memprihatinkan. data dari survey demografi
kesehatan indonesia (SDKI) tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayinya baru mencapai 47%. Sedangkan dalam
Repelita VI diatargetkan 80%. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai target yang telah
ditetapkan dalam Repelita VI tersebut, masih banyak upaya yang harus dilakukan.
Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasuk ASI
Eksklusif sebenarnya telah memadai. Hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya GNPPASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu) oleh Bapak Presiden pada
Hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 bertemakan Dengan ASI, Kaum Ibu Mempelopori
Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya
mensukseskan peningkatan penggunaan ASI secara lebih sungguh-sungguh dan
berkesinambunag.
Untuk membantu pelaksanaan kegiatan peningkatan penggunaan ASI di masyarakat,
diperlukan pedoman bagi petugas kesehatan, di tingkat puskesmas yang memuat secara
terinci tentang kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka peningkatan pemberian ASI
Eksklusif, khususnya kegiatan pemantauan dan tindak lanjut yang harus dilakukan
berdasarkan hasil tersebut.
II. PELAKSANAAN PENINGKATAN ASI EKSKLUSIF
A. PENGERTIAN
ASI Eksklusif adalah perilaku dimana kepada bayi sampai dengan umur 4 (empat) bulan
hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja, tanpa makanan dan atau minuman lain kecuali sirup
obat.
B. TUJUAN
Tujuan
dari
kegiatan
ini
adalah:
1. Diperolehnya peningkatan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan di tingkat

puskesmas
dalam
upaya
meningkatkan
penggunaan
ASI
di
masyarakat.
2. Diperolehnya perubahan perilaku gizi masyarakat untuk selalu memberikan ASI secara
eksklusif
kepada
bayinya
sampai
umur
4
bulan
3. Diperolehnya peningkatan angka ASI Eksklusif secara nasional menjadi 80% pada tahun
2000.
C. KEGIATAN
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengamatan situasi
Pengamatan situasi dilakukan melalui pengumpulan data pencapaian ASI Eksklusif, latar
belakang budaya setempat, sumber daya dan sarana di puskesmas dan kelompok di tingkat
kecamatan.
a.
Pencapaian
ASI
Eksklusif
Data yang dikumpulkan adalah pencapaian ASI Eksklusif, diperoleh melalui register kohort
balita dan anak pra sekolah yang tersedia di puskesmas.
Langkah-langkah
kegiatan:
merekap jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif tingkat kecamatan

memberikan
penyuluhan/pembinaan
pada
kader
dalam
GNPP-ASI
penghitungan prosentase cakupan AE1, AE2, AE3 dab AE4 berdasarkan data kohort balita
dan
anak
pra
sekolah

membuat
grafik
menginformasikan data tersebut kepada forum lintas program, lintas sektor terkait, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan lembaga swadaya masyarakat setempat.
b.
Latar
belakang
budaya
setempat
Selain data teknis seperti pada butir (a) di atas, perlu juga diketahui data latar belakang
budaya setempat mengenai ASI Eksklusif. Data yang dikumpulkan meliputi persepsi,
kebiasaan, dan pola pemberian makan bayi dari masyarakat setempat. Petugas melakukan
pengamatan tentang persepsi, kebiasaan dan pola pemberian makan bayi dari masyarakat
setempat. Data ini diperoleh melalui wawancara secara insidentil terhadap beberapa ibu balita
atau lainnya yang sedang berkunjung ke posyandu, pada saat petugas melakukan pembinaan.
Jika dijumpai salah persepsi dari masyarakat misalnya ibu tidak memberikan ASI Eksklusif,
ibu menghentikan ASI karena anak sakit, bayi diberi susu botol dsb. maka petugas perlu
memberikan penyuluhan dan pembinaan tentang pentingnya ASI Eksklusif bagi pertumbuhan
dan perkembangan balita.
c.
Sumberdaya
dan
sarana
Disamping data di atas, juga dikumpulkan data penunjang seperti sumberdaya dan sarana
yang ada di daerah. Data yang dikumpulkan meliputi biaya, jumlah dan macam tenaga, serta
media penyuluhan yang tersedia di Puskesmas. Sumberdaya yang ada antara lain tenaga gizi
puskesmas (TPG), Bidan atau perawat, PKK dan LSM. Sarana yang ada antara lain leaflet,
booklet, dan poster yang berkaitan dengan ASI Eksklusif yang dapat dimanfaatkan untuk
penyuluhan/pembinaan.

d.
Kelompok-kelompok
potensial
Tenaga gizi Puskesmas harus mengatahui kelompok potensial yang dapat digunakan sebagai
sasaran yang strategis dalam memberikan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat.
Kelompok ini mempunyai potensi yang cukup besar dalam memsukseskan program, oleh
karena itu perlu diciptakan kerjasama yang baik antara petugas puskesmas dan kelompok
potensial yang ada di kecamatan. Kelompok potensial di tingkat kecamatan antara lain PKK,
Kelompok Wanita Tani (KWT) Karang Taruna, Kelompok Arisan dan Pengajian.
2. Penyebarluasan hasil pengamatan situasi
Data ASI Eksklusif, latar belakang budaya, sumberdaya dan sarana, dan kelompok potensial
diinformasikan kepada berbagai pihak baik lintas program, lintas sektor terkait dalam
pertemuan yang terpadu. Cara penyajian hasil dengan menggunakan grafik, peta dan diagram.
Dari pertemuan tersebut diharapkan dapat dihasilkan kesepakatan tentang berbagai kegiatan
yang dapat dilakukan oleh setiap program/sektor atau LSM, sehingga mereka dapat
berpartisipasi untuk mempercepat pencapaian tujuan program ASI Eksklusif di Puskesmas.
Melalui pertemuan tersebut juga dapat diketahui masalah yang ada dan cara pemecahannya.
3. Kegiatan Intervensi
a. Pendekatan kepada tokoh masyarakat
1).
Advokasi
atau
pendekatan
kepada
pemimpin
Pendekatan kepada para pejabat, tokoh masyarakat, tokoh agama di daerah setempat
diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan KIE dalam masyarakat tentang pentingnya ASI
bagi tumbuh kembang dan kecerdasan anak.
Tujuan: Agar tokoh masyarakat mengetahui dan berperan aktif dalam menggerakkan
masyarakat sasaran melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) sehingga pencapaian
ASI Eksklusif meningkat.
2). Orientasi
Tujuan: Agar tokoh masyarakat dan tokoh agama memperoleh kesamaan persepsi tentang
peranan
ASI
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak.
Untuk
orientasi
dapat
dilakukan
sebagai
berikut:
lama orientasi 2-3 jam, terdiri dari penyampaian materi dan tanya jawab
sarana orientasi meliputi: poster dan leaflet tentang pentingnya ASI Eksklusif dan bahaya
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini dan terlalu lambat
materi orientasi meliputi beberapa aspek, diantaranya: dukungan politis pemerintah
terhadap ASI Eksklusif (pencanangan penggunaan ASI oleh Bapak Presiden Suharto pada
tanggal 22 Desember 1990 dengan tema: Dengan ASI kaum ibu mempelopori peningkatan
kualitas manusia Indonesia
b.
Pemberdayaan
Bidan
di
Desa,
Petugas
Puskesmas
dan
Kader
Pemberdayaan bidan di desa dan kader dapat dilakukan melalui pelatihan guna meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam menyebarluaskan PP-ASI.
1) Pelatihan

a). Petugas Puskesmas dan Bidan di Desa


Tujuan:
(1) meningkatkan pengetahuan petugas puskesmas (tenaga pelaksana gizi/TPG) dan bidan di
desa dalam memantau pemberian ASI Eksklusif
(2) melakukan penyuluhan yang tepat dan efektif sesuai hasil pemantauan
Upaya
tersebut
antara
lain
dapat
dilakukan
melalui:

pengamatan
situasi/latar
belakang
masalah
sosial
budaya
setempat
cara/teknik pelatihan menggunakan cara belajar orang dewasa, a.l. menggali informasi dari
para peserta pelatihan tentang masalah pemberian ASI yang mereka ketahui dilapangan
persamaan persepsi tentang cara menyusui yang baik dan benar, pentingnya kolostrum bagi
kesehatan bayi dan bahayanya memberikan makanan pralakteal bagi bayi
persamaan persepsi tentang indikator dan pemantauan ASI Eksklusif
tanya jawab
b) Kader
Tujuan:
(1) meningkatkan pengetahuan kader dalam pemantauan kecenderungan pemberian ASI
Eksklusif
(2) melakukan penyuluhan sederhana
Kepada kader diberikan pengetahuan PP-ASI seperti di atas dengan kedalaman materi yang
sederhana sesuai dengan kemampuan dan tugas kader di lapangan.
2)
bimbingan
teknis
Tujuan: memperoleh gambaran hasil kegiatan penyuluhan dan pemantauan kegiatan PP-ASI
sehingga dapat dilakukan penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan yang diperlukan.
Bimbingan teknis dilakukan secara berjenjang dari Puskesmas pembantu, desa dan posyandu.
Hal-hal
yang
harus
dibina:
persamaan persepsi tentang indikator untuk pemantauan dan cara analisis pelaporan
ketersediaan media KIE tentang ASI
c.
Pemberdayaan
masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain melalui
penyuluhan massal, penyuluhan keluarga, penyuluhan kelompok dan penyuluhan perorangan:
1)
Penyuluhan
massal
Penyuluhan massal dilakukan dengan memanfaatkan sarana/budaya yang ada di masyarakat,
seperti:
media tradisional, dengan memanfaatkan budaya setempat, seperti; wayang, lenong,
srimulat,
dll

media
cetak,
misalnya,
tabloit
dengan
menggunakan
bahasa
lokal
media elektonika, seperti radio, televisi (bila memungkinkan)
2)
Penyuluhan
keluarga
Dalam melakukan penyuluhan keluarga mencakup semua anggota keluarga yang

berpengaruh terhadap ibu seperti: Ayah, ibu, anak, anggota keluarga lainnya (pengasuh anak,
kakek, nenek, mertua).
3)
Penyuluhan
Untuk
penyuluhan
kelompok

Lembaga
Swadaya

Organisasi
Wanita,
misalnya
Dharma
Kelompok khusus seperti, arisan, pengajian, dll.

dapat

dilakukan
Masyarakat

Pertiwi,

Dharma

kelompok
pada:
(LSM)
PKK
Wanita,
dll

4)
Penyuluhan
perorangan
Penyuluhan
perorangan
dapat
dilakukan
kepada:

Ibu-ibu
balita

Tokoh:
Tokoh
Agama,
Tokoh
Masyarakat,
dll

Pamong:
Kepala
dusun,
Kepala
desa,
Camat,
dll.

Petugas:
Kesehatan,
BKKBN,
Pertanian,
Guru,
dll
Swasta dan pengusaha
Isi
materi
penyuluhan
a.l:
manfaat ASI Eksklusif bagi tumbuh kembang dan kecerdasan anak

pentingnya
kolostrum
bagi
kesehatan
bayi
pemberian ASI penting untuk kesehatan ibu, misalnya dapat menghindari kanker payudara
dan
untuk
menjarangkan
kehamilan
(KB)

meningkatkan
kasih
sayang
antara
ibu
dan
bayi
bagi wanita pekerja, usahakan tetap memberikan ASI pada anaknya dengan cara khusus
tidak memberikan makanan pralakteal
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan penyuluhan pada ibu hamil a.l:
mengikut sertakan suami dan anggota keluarga lain yang berpengaruh seperti kakek, nenek,
mertua,
pengasuh
anak,
dll.

informasikan kepada ibu hamil, jangan melakukan pengurutan payudara secara berlebihan
lakukan pemeriksaan terhadap kelainan payudara misalnya puting datar dan puting
tenggelam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu memberikan penyuluhan a.l:

penggunaan
materi
KIE
yang
tepat
menggunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh masyarakat

melakukan
persiapan
tempat/ruangan

memasang
poster/leaflet
di
tempat
yang
mudah
dilihat

pesan-pesan
gizi
disesuaikan
dengan
umur
bayi
bagi ibu yang perilakunya sudah baik dalam memberikan ASI diberi pujian dan bagi yang
belum sesuai diberi pengertian cara yang persuasif.

Anda mungkin juga menyukai