Anda di halaman 1dari 13

1 BABIII KERANGKADANMETODE 1.

1.KerangkaPemikiran Uraian mengenai kerangka pemikiran ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tata pikir penulis mengenai sistem pendidikan, yang akan dipergunakan untuk memandang unsur dan nilai pendidikan pesantren dalam rangka menjawab pertanyaan yang disebut dalam Bab Pendahuluan di muka. Gambaran mengenai sistem pendidikan yang akan diuraikan berikut tidak dimaksudkan untuk meletakkan konsepkonsep pemikiran lebih dulu (apriori) untuk menilai mana di antara butirbutir sistem pendidikan pesantren yang sekiranya: perlu dikembangkan lebih lanjut, tidak perlu dipertahankan, dan yang perlu diubah atau disempurnakan, dalam perspektif pengembangan sistem pendidikan nasional. Seperti dijelaskan di muka, pendekatan untuk menjawab masalah ini didasarkan pada analisis data atau fakta temuan lapangan, hal mana adalah salah satu ciri khas dari metode groundedresearch. Sesungguhnya pandangan penulis mengenai sistem pendidikan secara implisit sudah tersirat dalam uraian pada Bab Pendahuluan dan Tinjauan Pustaka di muka. Apa yang digambarkan dalam bab ini merupakan penegasan kembali daripada apa yang tersirat dalam kedua bab terdahulu secara lebih eksplisitdanluas. Dilihatdarisegidisiplinilmupenelitian,maka: a. Pandangan hidup menentukan tujuan pendidikan yang ingin dicapai dan cara yang akan ditempuh. Dengan kata lain, pandangan hidup menentukan pilihan sistem pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai cita pandangan hidup, atau untuk membangun manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Pandangan hidup itu terdiri atas keyakinan terhadap ajarandasaragamayangditempadandikembangkanolehkonteksstrukturalataurealitassosial yangdigumulidalamhidupkeseharian.Dengandemikian,dalampengertiansistemterkandung nilainilai luhur yang ingin dicapai. Nilainilai itulah yang mendasari, menggerakkan, menggairahkandanmengarahkansistem. b. Sistem terdiriatasunsurdannilaiyangmerupakan satukesatuanyangtidak dapatdipisahkan satu dari yang lain. Sebagaimana telah disebut, hubungan antara nilai dan unsur ibarat "hubunganantaramanisdangula".Manismerupakansifatlatentnyasedang"gula"merupakan sifat manifestnya. Sesuatu yang latent adalah esensial, harus ada dan tidak boleh absen. Jika "manis"tidakada,maka"gula"puntidakada.Sebaliknyasesuatuyangmanifestdapatberbeda beda bentuk dan warnanya. Gula dapat berbentuk pasir, tepung, kubus, bundar, dan sebagainya.Warnanyadapatputih,merah,coklat,dansebagainya.Tetapisemuanyaitudisebut gula kalau memiliki rasa manis. Meskipun demikian, tidak semua yang memiliki rasa manis disebutgula.Tetapitidakadagulayangtidakmanis.NilaidasarpesantrenadalahajaranIslam, tidak ada pesantren yang tidak mendasarkan nilainya kepada ajaran Islam, tetapi tidak semualembagayangmendasarkandiripadaajaranIslamadalahpesantren. c. Sesuai dengan elemen yang membentuk pandangan hidup tersebut, yaitu ajaran agama, maka nilai yang mendasari pesantren dapat digolongkan menjadi dua, yaitu nilai yang memiliki kebenaran mutlak, dan nilai yang mempunyai kebenaran relatif. Nilai agama dengan kebenaran mutlak memiliki supremasi di atas nilai agama dengan kebenaran re1atif, dalam arti kebenarannya tidak boleh bertentangan dengan kebenaran mutlak, keduanyatidakbertentangan,karenakeduanyaberasaldariTuhan. d. Sehubungan dengan itu, maka suatu sistem pendidikan disebut tertutup apabila hal itu dikaitkan dengan nilai mutlak, sebaliknya disebut sistem terbuka apabila hal itu dikaitkan dengan nilai re1atif. Ideide baru yang datang dari luar tetap terbuka untuk diterima

2 sebagai masukan yang dapat mempengaruhi sistem yang bersangkutan sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan nilai mutlak atau dalam bahasa agamanya sepanjang hal itu tidak menggeser akidah dan syariah. Akidah adalah keyakinan, sedang syariah adalah segalaaktivitasmanusiayangditentukanhukumagama(Islam). e. Unsursuatusistempendidikanjikadilihatdarijenisnyadapatdigolongkanmenjadi:Aktor, yaitu para pelaku sistem, perangkat keras dan perangkat lunak. Kedua perangkat yang terakhir ini merupakan unsurunsur yang dapat dimanipulasi oleh aktor untuk mencapai tujuansistem.Dalamsatusistem,setiapunsurmemilikitugas,tanggungjawab,danperan masingmasing sesuai dengan kedudukannya. Mereka bergerak dengan irama dan dinamikayangselaras,seimbang,danharmonisdalamtatanangerakkeseluruhanmenuju tujuanyangsamayangmenjadikepentingansemuaaktor.Disinidapatterjadiperbedaan kepentingan antara berbagai aktor itu, namun tercapainya tujuan dari masingmasing aktor itu tergantung pada tercapainya tujuan sistem. Suatu sistem disebut ideal apabila tujuan sistem sejalan dengan tujuan setiap aktor. Sekalipun setiap unsur memiliki keberadaanotonom,namunmaknakeberadaanitutergantungpadakese1uruhan.Dilihat dari sifatnya, unsur dapat digolongkan menjadi unsur pokok dan unsur pelengkap. Unsur pokok harus ada dan tidak boleh absen. Jika unsur itu absen maka sistem akan gagal mencapaitujuannya.Sebaliknyaunsurpelengkapbolehabsen;tetapikehadirannyadapat lebih mengefektifkan dan mengefisiensikan kerja sistem. Dengan kata lain, jika unsur pelengkap absen, hanya akan mengganggu jalannya sistem dalam mencapai tujuan. yang mungkin dapat menyebabkan dicapainya hasil yang kurang sempurna sebagaimana diharapkan,tetapitidaksampaimenggagalkan. f. Sistem,dapatdilihatdari:Masukan,prosesdanhasil,atau:"input""process""output". Masukanberisi:Nilainilai,kehendak,pendapatpendapat,danunsurunsur.Prosesberisi: gerak atau interaksi antara unsurunsur, dalam perjalanan mengolah masukan menuju hasil. Perilaku aktor dalam berinteraksi dan memanipulasi unsurunsur atau masukan masukanlainnyaselaludijiwaiolehnilaiyangdikandungdalamsistemyangbersangkutan. Out put berisi hasilhasil yang dicapai oleh sistem. Sedang hasil atau out put sangat tergantung pada masukan dan proses, yaitu dua instansi sebelumnya. Apakah suatu lembaga pendidikan akan menghasilkan: sesuatu yang harus dihasilkan ataukah sesuatu yang akan dihasilkan, hal itu sangat tergantung pada nilai yang menjadi pandangan hidup atau konsepsi mengenai manusia dan kehidupan. Namun, apa yang dihasilkan oleh suatu sistem, mungkin: sama dengan tujuan, berbeda, bahkan mungkin bertentangan atau merupakankebalikandaritujuanyangingindicapai. g. Suatusistempendidikanakanmenentukanapakahlembagapendidikanyangbersangkutan akan diminati atau tidak oleh khalayak, sepenuhnya tergantung pada jawaban apakah lembagapendidikanyangbersangkutanmampumenjawabtantanganzamannyaatautidak. Hal ini tergantung pada orientasi nilai yang dikandungnya dan ketepatan proses penge lolanya.Suatusistempendidikandikatakanmampumelayanitantanganzamannyaapabila iamampumeresponskebutuhananakdidik,kemajuanilmudanteknologi,dankebutuhan pembangunan nasional, dalam struktur relevansi citacita kehidupan sesuai dengan pandangan hidup bangsa dan ajaran agama yang dipeluknya. Dengan kata lain, suatu pendidikan akan diminati oleh anak didik dan orangtua apabila sistem pendidikan yang bersangkutan mampu mengembangkan kemampuan anak didik sesuai dengan kecenderungannya sehingga mereka dapat bekerja menghidupi diri dan keluarganya melalui kemampuannya tersebut. Kecuali itu sistem pendidikan juga akan diminati oleh mereka apabila ia mampu memberikan pedoman moral sesuai dengan keyakinannya dan tantangan zamannya sehingga mereka mampu hidup hormat dan disegani dalam tata

3 pergaulan bersama di tengahtengah masyarakat. Sistem pendidikan yang mampu mengembangkan keterampilan atau keahlian budi pekerti luhur sesuai dengan agama, kepercayaan dan budayanya, akan dapat membawa anak didik mampu hadir di tengah tengah kehidupan masyarakatnya dan mendatangkan manfaat, rasa aman, dan kepercayaan, serta harapan bagi masyarakatnya untuk memajukan kehidupan bersama lahiriahbatiniah. h. Kegairahan belajar anak didik akan muncul apabila mereka dalam keadaan senang dan bebas, dan tidak dalam keadaan sebaliknya, yaitu keterpaksaan dan di bawah ancaman atau ketakutan. Anak didik akan mampu menyatakan kecakapan dan kejujurannya secara maksimalapabilaiamemilikikemerdekaanyangmaksimal.Meskipundemikian,kebebasan tanpaikatanatautanpadisiplinakanmenimbulkananarki.Sebaliknyadisiplinyangterlalu ketatakandapatmenimbulkankepribadianatauperilakupenurutdantidakkreatif. Olehkarenaitu,baikkebebasanmaupunketerikatanmerupakanhalkodratiyangharus dipelihara dan dikembangkan secara simultan dan proporsional atau seimbang. Keduanya harus dimanfaatkan secara tepat dan tidak diperlakukan sebagai suatu alternative yang harusdipilih. i. Anak didik dilahirkan menurut fitrahnya. Secara kodrati ia telah diberikan daya (potensi) perbuatan negatif yang memungkinkan ia berkembang menjadi "syaitan" (jahat), dan perbuatan positif yang memungkinkan ia berkembang memiliki kepribadian yang "Ilahiyyah". Sehubungan dengan ini, maka sistem pendidikan harus mampu meredam dayanegatifdanmengembangkandayapositifsemaksimalmungkin. Olehkarenaitumakastrategisistempendidikanadalah:menghasilkanapayangakan dihasilkan dan bukan menghasilkan apa yang harus dihasilkan, karena kemampuan kemampuan kodrati itu secara unik telah dimiliki oleh masingmasing anak didik, dan anak didik sendirilah yang belajar dan menghadapi masa depannya. Sehingga dengan demikian tugas dari pendidikan adalah mengembangkan kemampuankemampuan positif,danbukanmembuatsesuatuyangbaru. j. Sehubungandenganhalitu(nomoridiatas),makadalamprosesbelajarmengajar,anak didik harus diexposed sedini mungkin dan secara terusmenerus dengan agama dan budaya bangsanya sesuai dengan tantangan zamannya, agar mampu menjadi orang beragama dan berbudaya, sesuai dengan kebudayaan bangsanya, dan tidak hanya tahu agamanya dan kebudayaan bangsanya saja, tetapi mampu mengamalkannya sebagai pedomanhidupkeseharian. k. Dalam proses belajarmengajar, yang belajar adalah anak didik, sedang pendidik adalah fasilitatoryangsekaligusmenjadipesertadidik;jaditerdapatsuasanasalingbelajardan mengajar. l. Sehubungandenganitu(nomorkdiatas),makaotoritasdalamprosesbelajarmengajar adapadaajaran,bukanpadaperoranganataulembaga.Pendidikhanyamenyampaikan risalah,anakdidikataupesertadidiklahyangmenetapkanhasilakhirbelajarnya:apakah ia akan menjadi orang baik atau orang tidak baik, menjadi orang yang dihormati atau dicaci,menjadiorangmandiriatautergantung,danseterusnya. m. DalampandanganIslam,ilmudapatdigolongkanmenjadiduagolongan,yaituilmuyang wajib dipelajari oleh setiap orang Islam dan berdosa kalau ditinggalkan, dan ilmu yang tidak wajib dipelajari oleh setiap individu, tetapi jika tidak ada orang Islam yang mempelajarinya maka seluruh orang Islam berdosa. Golongan pertama disebut ilmu fardu ain sedangkan golongan yang kedua disebut ilmu fardu kifayah. Termasuk golonganilmupertamaadalahilmuilmutentangibadah,seperti:salat,puasa,zakat,dan sebagainya, sedang termasuk golongan ilmu kedua adalah berbagai disiplin ilmu

4 pengetahuan umum dan teknologi, seperti: Pertanian, Pendidikan, Ekonomi, dan sebagainya. Unsurunsur dan nilainilai yang membentuk sistem pendidikan pesantren merupakan satukesatuanutuhyangtidakdapatdipisahpisahkansatudariyanglain.Olehkarenaitu pembahasan mengenai butirbutir sistem pendidikan pesantren berikut selalu berada dalampengertianbahwabutirbutirituberkelindansatudariyanglaindanberadadalam satukesatuanwadah,yaitusistempendidikanpesantren;sehubungandenganitumaka pembahasan hasil temuan lapangan berikut tidak disajikan menurut masingmasing pesantren, tetapi disajikan dalam satu kesatuan pengertian di bawah judul Sistem Pendidikan Pesantren. Di samping itu, cara tersebut ditempuh karena studi ini tidak bermaksud mengevaluasi dan membandingkan masingmasing sistem pendidikan pesantrenyangmenjadiobjekstudi. Dilihat dari segi keterkaitan upaya pengembangan sistem pedidikan dengan pembangunannasional,makasebagaikerangkapemikiranselanjutnyaadalah: Keberhasilan pembangunan nasional antara lain sangat tergantung pada partisipasi seluruhlapisanmasyarakat. Partisipasi akan muncul apabila rakyat mengerti dan merasakan pembangunan nasional dalamhidupmerekaseharihari. Kesadaran dan pengertian rakyat akan pentingnya berpartisipasi dalam Pembangunan Nasional, antara lain sangat tergantung pada sistem pendidikan dan penyuluhan pembangunanyangditujukankepadamereka. Suatu sistem pendidikan akan mampu melaksanakan tugasnya dan mencapai misinya apabilaiamampumengintegrasikandiridenganmasyarakatnya,danmenjadirujukanbagi pembangunanmasyarakatnya. Sementara itu, kebutuhan pembangunan nasional dilengkapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi semakin dalam memasuki era industrialisasi. Ciri era industrialisasi adalah menghasilkan barangbarang yang bersifat massive, standard, dan rasional. Oleh karena itu dalam bidang pendidikan juga dituntut menghasilkan lulusanlulusan yang memiliki kualifikasi keahlian yang standard dan masal sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Dalam keadaan seperti ini, maka kerja kependidikan akan didominasi pendidikan dan pengajaran keilmuan. Suatu lembaga pendidikan tidak hanya dituntut mampu menghasilkantenagatenagaprofesionalsesuaidengankebutuhanspesialisasipekerjaan, tetapiiajugaharusmampusecaraformalmengembangkanilmuilmuyangdiasuhnya,ia harusmampumenjadipusatstuditempatditemukaninovasiinovasibarudalamberbagai bidangkeilmuan. Namun, kebutuhan hidup di masa depan, tidak hanya cukup dengan kemampuan profesionalatauketerampilandankeahlianpadaberbagaibidang,tetapijugadiperlukan moral keagamaan yang kuat. Tampaknya sesuai dengan filsafat Pancasila, manusia Indonesia ideal ialah manusia yang memiliki dimensi: (1) Keintelektualan, (2) Keindonesiaan,dan(3)Keberagamaan. Sehubungandenganitumakadiantisipasibentukidealpendidikanpesantrendimasa depan adalah "bentuk pendidikan formal yang mengasuh ilmuilmu agama Islam dan dilaksanakandalamkulturpesantren;artinyaberbentukpendidikannonformal,dilengkap dengan asrama, kiai, santri, dan ustaz yang hidup bersama dengan mesjid dan gedung gedung atau ruang belajar sebagai pusat peribadatan dan pengembangan ilmuilmu agamaIslam".Pengertianyangterakhirini(kulturpesantren)diharapkanakanmelengkapi lulusan yang ahli dalam bidang studinya tetapi juga mampu menerapkan keahliannya dengantuntunanagama

n.

o. p. q.

r.

5 2.SyaratsyaratPendekatanIlmiah Minimal ada tiga syarat untuk dapat menguasai masalah dalam setiap studi ilmiah. Pertama, kekayaan nomenklatur dari bidang yang diselidiki, yang dalam hal ini ialah nomenklatur ilmu pendidikan dan pesantren. Kedua, kemampuan metodologi. Ketiga, idealisme atau semangat keterlibatandenganbidangyangdiselidiki,sepertidikatakanolehJoachimWachbahwaberhasil tidaknya upaya memahami agama diperlukan hadirnya rasa keterikatan, perhatian, dan keikutsertaan. 1 Hal ini sangat penting karena dalam bidang studi agama banyak halhal yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran saja, tetapi diperlukan semacam "indera" keenam yang sulitdijelaskanmenurutakal. Dalambidangagama,banyakajaranajaranyangdisampaikandenganbahasasimbolik,sehingga timbul kesepakatan yang sangat luas untuk mengadakan penafsiran kepercayaan atau keyakinan.Disinilahletakkekuranganparaorientalisyangmempelajariagamabukanagamanya, sehingga hasil studinya sering terasa kering, karena semuanya hanya dilakukan atas dasar pertimbangan akal sehat semata. Tetapi syarat ketiga ini dapat mengundang bias. Oleh karena ituuntukmengurangikelemahantersebutdiperlukanjarakantarapenelitidanobjekstudi.Erat kaitannyadenganhalini,kesulitanlainyangtimbulialahmeramalkanhubunganantaraapayang manifest dan latent, atau antara yang tersurat dan tersirat. Dalam kehidupan ini apa yang tampaktidakselalumencerminkanapayangsebenarnya.Seringkalihalyangsesungguhnyaatau sebenarnyaituhanyadapatditangkapdenganjalanmengimaninyadantidakcukupdenganakal sehat saja. Inilah sebabnya mengapa kebenaran ilmiah itu sifatnya bersyarat dan tidak bebas darispekulasi. 3. PendekatanSosiologisAntropologisdanFenomenologisInteraksiSimbol 2 Pertama perlu disadari bahwa tidak ada metode ilmiah yang dapat menelaah semua realita kehidupanmanusiasecarautuh.Iahanyamampumenelaahobjeknyasecaraselektifdanparsia!. Juga perlu disampaikan di sini bahwa ilmu pengetahuan tidak akan pernah dapat memberikan patokanmoraluntuksuatutindakan.Karenaitusebaikbaikpendekatanyangdigunakandalam penelitianinihanyaakanmampumenjangkausebagiansajadaritotalitaskehidupanpesantren yangmenjadiobjekstudiini. Dengan pendekatan sosiologisantropologis diharapkan dapat ditembus tabir rahasia nilai nilai kehidupan pesantren. Pendekatan ini dipergunakan dengan asumsi bahwa nilainilai kehidupan pesantren itu tersembunyi di balik hubungan antarsesama manusia atau di balik fenomenafenomenadansimbolsimbolyangdipergunakandalamkehidupanmereka. Masyarakat terdiri atas suatu nama untuk segala sesuatu (nilainilai) yang sedang berlangsung menurut kaedahkaedah yang masih harus ditemukan di bawah strukturstruktur kolektif sebagaimana didefinisikan secara resmi oleh disiplin normatif seperti teologi, filsafat, dan hukum. Dengan demikian untuk dapat mengetahui nilainilai yang terkandung dalam masyarakat perlu dipergunakan semacam cara pandang yang mampu menembus atau mampu melakukanpembongkarandariapayangtampaknyatadanresmiataumanifestuntuksampaikepadaapa yang disebut hakikat atau latent. Robert Merton membuat istilah ini untuk menyatakan bahwa dunia bukanlahsepertiyangtampak. 3 Karenasifatnyayangdemikianitu,yaituinginsampaipadanilaidibalikyangmanifest,makasosiolog danantropologseringdigelarisebagaipekerjadibawahtanah.Carabekerjamerekamelampauisecara
J.Wach,Op.Cit.,16. Lihat:PeterL.Berger.HumanismSosiologi,IntiSaranaAksara,Jakarta,1985:hlm.4077,danPeterL.Berger danHansfriedKeller,SosiologiDitafsirkankembali,LP3ES,Jakarta,1985:hlm.165. 3 Ibid.
2 1

6 tajambatasbataskerjadisiplinilmuilmulain,misalnyaekonomidanhukum.Seorangahliekonomijuga akanmelakukanpembongkaranterhadapyangmanifest,tetapiiahanyaakanmelakukanhalitudengan memusatkan perhatiannya pada masalahmasalah dasar yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi seperti alokasi bendabenda langka, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan jasa dalam masyarakat, semuanya berada dalam struktur relevansi ilmu ekonomi. Sebaliknya, sosiolog akan memusatkanperhatiannyapadakeragamanhubunganmanusiawidaninteraksiyangdapatterjadiuntuk sampaipadanilainilaikehidupanekonomimasyarakatyangbersangkutan.Jadisosiologakanmembawa jenisabstraksikhususmengenaihalyangsosialyangdilihatnyadalamkontekssosialsecarakeseluruhan sebagai objek kegiatan yang terpisah. Demikian pula halnya dalam bidang hukum. Tetapi di sini kita melihattitikpandangyanglebihluascakupantugasnyadibandingtitikpandangilmuekonomi.Hampir semua kegiatan manusia dapat berada dalam struktur relevansi ilmu hukum. Namun bagaimanapun seorangahlihukumakantetapmemusatkanperhatiannyapadaaspekaspekyangbersangkutandengan kerangka acuan yang sangat khusus, yaitu kriteriakriteria yang berada dalam ilmu hukum, seperti peraturanperundangundanganbaiktertulismaupuntidak tertulisyangsecarasahmengingattingkah laku warga masyarakat yang bersangkutan. Seorang ahli hukum tahu di dalam kerangka acuannya, kapan suatu kontrak bisnis bersifat mengikat, kapan sopir mobil dianggap mengadakan pelanggaran, kapansuatuperbuatandianggappemerkosaan,dansebagainya.Sebaliknya,seorangsosiologjugadapat mengamati fenomena yang sama tetapi dengan menggunakan kerangka acuan yang sangat berbeda. Minatnya terhadap hubungan antara manusia yang terjadi dalam transaksi bisnis tidak ada hubungannya dengan keabsahan hukum dalam kontrakkontrak yang ditandatangani. Seorang ahli hukummemusatkanperhatiannyapadaapayangdapatdisebutkonsepsiresmisuatusituasi,sedangahli sosiologiseringberusahadengankonsepsikonsepsiyangsifatnyasangattidakresmi.Bagiseorangahli hukum hal hakiki yang harus dipahami adalah bagaimana hukum melihat jenis kejahatan tertentu, sedang ahli sosiologi melihat hal itu sama pentingnya dengan melihat bagaimana seorang penjahat melihathukum.Jadidalamhaliniahlisosiologimenujupadanilainilaihukumyangtersembunyidibalik interaksi kehidupan manusia dalam masyarakat yang bersangkutan, dengan kata lain dipandang dari kacamata ahli hukum, ahli sosiologi bekerja di luar relevansi ilmu hukum, tetapi ahli hukum bekerja dalamstrukturrelevansisosiologi. Selanjutnyaperludisampaikanpuladisinibahwasepertidiungkapkandimuka,yaitutidak ada kehidupan manusia berlalu tanpa nilai atau tanpa makna. Sehubungan dengan ini Alfred Schuter membagi makna menjadi dua macam, yaitu makna yang ada di dalam tangan sendiri danmaknayangadadiluartanganataumaknaoranglain. Mendekati masalah tersebut, seorang antropolog berusaha masuk ke dalam masyarakat yang menjadi objek studinya dan berusaha menjadi anggota pribumi dari masyarakat yang diselidiki. Sejak di sini antropolog mengalami proses resosialisasi menjadi anggota baru masyarakat yang dipelajari. Dengan demikian ia telah berada dalam sistem masyarakat ter sebut,danhaldemikianinimerupakanrisikoprofesionalbagiseorangantropologkarenabesar kemungkinaniaakantenggelamsehinggatidakmampumelihatkeanehanataukeasingannilai nilai yang sedang dicari. Untuk mengatasi hal itu adalah tugas sosiolog untuk menjaga jarak dengan jalan mengurung nilainilainya sendiri dengan tetap sadar dan waspada mengamati nilainilai yang sedang dicari. Dengan kata lain pendekatan sosiologis antropologis menuntut kemampuan untuk membuat jarak atau keasingan antara peneliti dan yang diteliti. Secara sosiologisiaakanmenjadiorangasingyangtidakmencurigakan,sedangsecaraantropologisia akanmenjadiorangdalamyangtetapasing.Jadi,kesulitanmenjadiantropologialahbagaimana menjadi anggota pribumi, sedang sebagai sosiolog bagaimana menjadi orang asing. Tinjauan sosiologissejakawalnyatelahmembawakanciricarapandangyangkomprehensif,komparatif, dangeneralis.

7 Sementaraitu,penafsirannilaidenganmenggunakanpendekatansosiologisantropologisini dapat dibedakan dalam dua cara: Cara pertama adalah dengan menyajikan apa adanya, dan cara kedua adalah membandingkan, termasuk menguji hipotesis, baik hal itu dilakukannya dengan membandingkannya antara masyarakat yang diteliti dan masyarakat lain, maupun dengan seperangkat konsep nilainilai yang ada dalam diri peneliti atau terkandung dalam ajaran yang seharusnya direalisasikan dalam kehidupan empiris. Dalam kaitan ini, studi ini menggunakancarayangdisebutterakhir. Denganpendekatanfenomenologisdaninteraksisimbolisdiadakanpenafsiransetiapmakna yangterkandungdalamgejalagejaladansimbalsimboldalamsistemkehidupanpesantren,dan semuanyainiberadadalamstrukturrelevansisudutpandangsosiologisantropologistersebut. 4.GroundedResearch Bertolak dari logika tersebut di atas, tampaknya metode "grounded research" yang diajukan olehSchlegeldapatdipergunakandalamstudiini(PLPIIS,UP,1978).Intisaripengertianmetode groundedresearchituialahbahwasemuaanalisisharusberdasarkandatayangadadanbukan berdasarkanberbagaiideyangditetapkansebelumnya.Hasilyangdiperolehnyasewaktuwaktu dapat berubah sesuai dengan data yang baru masuk kemudian. Ada 5 (lima) langkah untuk melakukanpenelitiandenganmetodegroundedresearchini: a. Manakah kelompokkelompok atau individuindividu penting yang harus diperbandingkan? Langkahinimenghasilkandeskripsi. b. Apapersamaandanperbedaandarikelompokkelompoktersebut? Langkahinimenghasilkankategorikategori. c. Apakahciriciripentingdarisetiapkategori?Langkahinimenghasilkansifatsifat. d. Bagaimanakategorikategoriutamaberhubungansatudenganyanglain? Langkahinimenghasilkanhipotesishipotesis. e. Bagaimana hipotesishipotesis itu berhubungan dengan yang lain? Langkah ini menghasilkan teoriakhiryangdiperoleh. Melengkapimetodegroundedresearchtersebutpengumpulandatadalamstudiiniakandilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, enumerasi, dan genealogi intelektual maupun genealogi. sosial. 4 5.RuangLingkupPenelitian Meskipuncirikhasmetodegroundedresearchialahpenelitiharuspergikelapangandenganblankmind atau mengosongkan pikiran dari konsep yang disusun sebelum meneliti, dan harus melakukan analisisnya berdasarkan data atau fakta yang ditemui di lapangan dalam rangka menetapkan hasil penelitian. seperti dijelaskan dalam langkahIangkah penelitian grounded research tersebut di muka, tetapi tetap perlu disiapkan kerangka pemikiran yang menggambarkan apa yang akan dilakukan di lapangan agar tidak kehilangan arah atau pedoman. Sebagaimana tertuang dalam matriks berikut, meliputi: 1. Apainformasi,data,danfaktayangakandicari. 2. Tujuan:mengapahalhaltersebutdicari. 3. Dimanasumberinformasi,data,danfakta,dandarisiapahaltersebutdapatdiperoleh. 4. Apateknikpengumpulaninformasi,datadanfaktayangakandipergunakan. 5. Apapertanyaananalisisnya. 4 ZamachsyariDhofier,Loc.Cit.,hlm.6295.

8 Berikutinidisampaikanmatriksruanglingkupyangmenggambarkankerangkapemikirandimaksud. MATRIKSRUANGLINGKUPPENELITIAN PENELITIAN UNSURUNSURTUJUAN:PENELITIANMENGETAHUI PENDIDIKANPESANTREN UNSURUNSURSISTEMPENDIDIKAN I. Tujuan I. Tujuan 1. Tujuanyangingindicapaioleh pesantren. Orientasi perilaku alumni 2. pesantren yangdicitacitakan Domain kemampuan manusia 3. yang 4. ingindikembangkan II. Filsafatdantatanilai

III. Strukturorganisasi

IV. Lingkungankehidupan pesantren

V. KiaidanUstaz

VI. Santri VII. Pengurus

Aspekaspek atau bidang bidangke hidupan yang ingin dikembangkan. 5. Relevansidengankebutuhan pembangunan nasional dan kemaju anilmudanteknologi(IPTEK II. Filsafatdantatanilai 1. Nilainilai luhur yang ingin dicapai. 2. Orientasi nilai pimpinan pesantren. 3. Pergeseran nilai sebagai akibat per tumbuhan penduduk, pembangunan nasional, interaksi atau dampak ke hidupan global (internasional), dan 4. kemajuanilmudanteknologi. Organisasi dan mekanisme tata lak sana nilai mencapai dalam rangka

VIII.Interaksipelaku IX. Kurikulum belajar dan sumber

X. Proseskegiatanbelajarme ngajardanevaluasi

XI. Pengelolaandandana

citacitapendidikanpesantren.

9 XII. Sarana pendidikan dan alatalat 5. Relevansi dengan kebutuhan pamba ngunannasionaldankemajuan

IPTEK. III. Strukturorganisasi 1.Statusdanfungsikelembagaan 2. pesantren. Komunitas pesantren di 1). tengah tengah kehidupan bermasyarakat Fungsi kelembagaan 2). pesantren. 3). Status pesantren kelembagan

Struktur organisasi sistem pendidik anpesantrenmeliputi: 1). Unitunitjaringankerjadan koordinasi 2). Hubungankerja 3). Kekuasaandankewenangan 4). Komunikasiinformasi

5). Pengawasan 6). Mobilitas Keanggotaan (sistem: 7). rekruit men, pembinaan dan pengem bangan, serta hadiah dan sanksi) Gayadansuksesi 3.

10 IV.Lingkungankehidupanpesantrenmeliputi: 1).Lingkunganluar (1)Tipologibudayamasyarakatlingkarpesantren. (2)Gambaranlingkunganfisikdansosialbudaya masyarakatlingkarpesantren 2).Lingkungandalam (1) Gambaranlingkunganfisikpesantren (2) Jenisjenis pendidikan yang diselenggarakan pesantren (3) Kitabkitab dan sumbersumber belajar yang diajarkandipesantren (4) Normanorma kehidupan pesantren sebagai suatusubkulturkehidupan (5) Jadwalkehidupanselama24jam (6) Tatatertibpesantren (7) Biayahiduppesantren (8) Hubungan kerja (interaksi) dengan sistem lain di luardirinya:sistemtertutupatauterbuka (9) Daerah pengaruh pelaku pesantren: kiai, ustaz, dansantri,diluardandidalampesantren V.KiaidanUstaz 1. Jumlah kiai dan ustaz, lengkap dengan latar belakangpendidikandansosialbudayanya 2. Pandanganhidupkiaidanustaz,meliputi:Manusia, kehidupan,pendidikan,pembangunan,danIPTEK 3. Hubungan kiaiustaz, baik intern maupun ekstern pesantren 4. Tantangantantangan yang dihadapi oleh kiai dan ustazdalammenghadapipergeserannilai. VI.Santri 1. Jumlah santri lengkap dengan latar belakang sosial budayanya. 2. Citacita/motivasisantridanorangtua 3. Pandangansantriterhadapbelajardipesantren 4. Syaratdancarapenerimaansantri 5. Lamabelajardipesantren 6. Tantangantantanganyangdihadapiolehsantridan orangtuadalammenghadapipergeserannilai.
VII. Pengurus 1. Kedudukan dan peran pengurus

11
VIII. Interaksi pelaku 1. Hubungan antara pelaku, baik di dalam maupun di luar pesantren 2. Bidang-bidang interaksi antara pelaku 3. Peran pelaku: prescription, description 4. Profesionalism dan komitmen (rasa memiliki dan mengabdi) 5. Dinamika kelompok-kelompok pelaku 6. Sosialisasi kepribadian: pembentukan dan pengembangan kepribadian IX. Kurikulum dan sumber belajar 1. Jenis-jenis pendidikan yang diselenggarakan di pesantren 2. Kurikulum pendidikan pesantren: bobot, penjenjangan, dan pengelompokan mata pelajaran, lengkap dengan tujuannya masing-masing 3. Kitab-kitab yang dipelajari di pesantren 4. Relevansinya dengan kebutuhan pembangunan nasional dan kemajuan IPTEK X. Proses kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi 1. Teknik kegiatan proses belajar-mengajar 2. Kegiatan belajar mandiri (individual dan. kolektif) 3. Fasilitas dan alat-alat belajar-mengajar 4. Waktu-waktu belajar 5. Supervisi 6. Evaluasi keberhasilan belajar XI. Pengelolaan dan dana 1. Status dan pengelolaan kelembagaan pesantren 2. Dana, meliputi: sumber, organisasi dan mekanisme pengelolaan dan pengembangannya, serta kecukupannya dalam membiayai pesantren 3. Pengawasan pengelolaan dan pendanaan XII. Sarana dan alat-alat pendidikan meliputi: 1. Perangkat keras:mesjid, pondokan, rumah kiai, rumah ustaz, kantor, gedung-gedung sekolah, ruang belajar, ruang keterampilan, tanah, fasilitas olah raga, transfortasi-komunikasi kesenian dan laboratorium. 2. Perangkat lunak: kurikulum, kepustakaan (kitab-kitab dan buku-buku lainnya), tujuan, administrasi dan keuangan, dan alat-alat kependidikan lainnya. 3. Ketepatan dan kecukupan sarana dan alat-alat pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan pesantren, memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan menghadapi kemajuan IPTEK.

12 SUMBERDANTEKNIK PENGUMPULANDATA I. II. Sumberdata: l. Responden: 2. Kiai,ustaz,santri, orangtua,dantokoh tokohterkait,baik formalmaupunnon formal. Bukubuku,dokumen dokumenmediacetak, danperistiwaperis tiwaterkaitlainnya tertulisdantidak

I. II.

ANALISISKUALITATIF HASILTEMUAN Arah:Dinamikasistempendidikan pesantren dengan dan relevansinya

tantangankebutuhanpembangun annasionaldankemajuanilmudan teknologi(iptek).

LangkahIangkah: l. Manakelompokkelompokin dividualyangpenting.Halini akanmenghasilkandeshripsi.

tertulis. Teknikpengumpulandata: Interviu,observasi, dialog,danangket.

2. Apasajaperbedaandankesa maandiantaramereka.Halini akanmenghasilkanhategorisasi. 3. Apaciricirikategoritersebut. Haliniakanmenghasilkansifat Danfungsi. 4. Bagaimana mereka berhubungan atauberinteraksi.Haliniakan menghasilkanhipotesishipotesis. ituberhubungan.Haliniakan menghasilkanhasil.

5. Bagaimanahipotesishipotesis

6. Apamaknadarihasiltersebut. Halini.akanmenghasilkan penjeiasan.

13 Matriks tersebut dimaksudkan sebagai pedoman umum, tidak dimaksudkan sebagai petunjuk penelitian yang harus dilaksanakan secara rinci butir demi butir. Besar sekali kemungkinan tidak semua butir dapat berlaku sebagai alat pandang untuk melihat masalah di lapangan, karena apa yang disusun di atas meja sebelum ke lapangan tidak akan sama dengan apayangberjalandilapangan. Melengkapikerangkapemikirantersebut,kepadasantrijugadiberikandaftarpertanyaan untukmenjaringinformasidanpandanganmerekaterhadapbelajardipesantren. Informasi yang dijaring tersebut meliputi: (1) Latar belakang keluarga, (2) Kedudukan responden dalam pesantren, (3) Alasan belajar di pesantren, (4) Citacita seusai belajar di pesantren,(5)Kirimanuangataubekalhidupyangmerekaterimadarikeluargasetiapbulanatau tahun,(6)Gambarantemansekamar,(7)Keadaanmakanseharihari,(8)Kebiasaanberibadah,(9) Hubungan mereka dengan kiai, ustaz, dan santri, (10) Masalahmasalah umum yang mereka hadapi selama belajar di pesantren meliputi: kesukaran belajar, tidur, kesulitan air, makanan, olah raga,seni atau hiburan, pergaulan, kangenrumah, kekurangan bekal, dansebagainya,(11) Keterlibatan responden dalam perkembangan pesantren, (12) Hubungan antara pesantren merekadanpesantrenlain,(13)Penerimaansantri,(14)Kelulusansantri,(15)Organisasikesantrian dalampesantren. Sedang mengenai pandangan santri terhadap belajar di pesantren meliputi: (1) Takdir Tuhan, (2) Kiai dan Kitab, (3) Ilmu dan Akal, (4) Kepentingan bersama, dan (5) Kepentingan pribadi. Model pertanyaanpertanyaan yang digunakan untuk mengukur pandangan santri tersebut(lihatLampiran4dan5)diilhamiolehpengukuranskalaLikert. 5 Tetapidalamdisertasiini hanyadipergunakan4pilihan:Setujusekali(4),Cenderungsetuju(3),Cenderungtidaksetuju(2), danTidaksetujusekali(1).Sengajatidakdiberikanpilihanjawabanyangbersifatnetralatautidak tahu,karenapenelitiinginmendorongrespondenuntukmenunjukkankecenderungannyakearah setujuataukearahtidaksetuju.Sehubungandenganini,makarentangannilaiyangdipergunakan untukmengukurpandanganmerekaadalah: 3,25.xl 4 Setujusekali 2,50. x2 < 3,25 Setuju 1,75 X3 <2,50 Tidaksetuju 1x4< 1,75 Tidaksetujusekali 6.TeknikPenyajianHasil Teknik penyajian hasil penelitian sebagaimana dipaparkan dalam BAB IV, adalah sebagai berikut: Mulamula disajikan temuan deskriptif, kemudian dilanjutkan dengan interpretasi, pembahasan, dan akhirnya kesimpulan. Uruturutan teknik penyajian ini sama dengan langkahIangkahanalisissebagaimanadiberikandalamkolomterakhirdarimatrikstersebut diatas.

Likert menggunakan pilihan jawaban dengan jumlah ganjil. Misalnya 5: Strongly agree (5), agree (4), undecided(3),disagree(2),andstronglydisagree(1).Lihat:RensisLikert,ATechniquefortheMeasurementof Attitudes Archives of Psychology, No. 140 (June, 1932), pp 555; juga lihat: Pauline V. Young, Scientific Social SurveysandResearch,FourthPrinting,TokyoJapan,1962,pp334335.
5

Anda mungkin juga menyukai