Anda di halaman 1dari 10

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan NO 1. Sampel Bubur ketan Kontrol PENGENCERAN 10-1 178 > 300 10-2 156 45 10-3 3 30 10-4 17 10-5 13 10-6 -

hitam (injin) 2. Susu Kedelai

0 1

Gambar Hasil Pengamatan pada Media NA dengan Sampel Bubur Ketan Hitam (Injin) Gambar Kontrol Keterangan

Pengenceran 10-1

13

Pengenceran 10-2

Pengenceran 10-3

Pengenceran 10-4

Pengenceran 10-5

14

Pengenceran 10-6

Gambar Hasil Pengamatan pada Media NA dengan Sampel Susu Kedelai Gambar Kontrol Keterangan

Pengenceran 10-1

15

Pengenceran 10-2

Pengenceran 10-3

Pengenceran 10-4

16

Pengenceran 10-5

Pengenceran 10-6

4.2.Perhitungan Sampel bubur ketan hitam (injin) Angka kuman =


( ) ( )

= 8690 koloni/ml
=8,69 x koloni/gram

17

Sampel Susu Kedelai Angka kuman =


( ) ( )

= 16700 koloni/ml
=1,67 x koloni/ml

4.3 Pembahasan Analisis Prosedur 1. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan hingga pengenceran 10-6. Pengenceran sampel dilakukan dengan garam fisiologis (NaCl 0,85%) atau Pz. Larutan ini berperan sebagai penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Tujuan dari proses pengenceran ini adalah: Untuk memberikan kesempatan hidup pada kuman/meningkatkan rehabilitas kuman. Untuk mendapatkan hasil penghitungaan/pembacaan yang lebih baik. Menghilangkan benda-benda yang menempel pada kuman, sehingga kuman dapat hidup lebih mudah. Pengenceran ini dilakukan di dekat api bunsen tujuannya agar sampel yang kita masukkan ke dalam tabung reaksi tidak terkontaminasi oleh mikrobamikroba dari udara luar. Setelah melakukan pengenceran hendaknya tabung reaksi yang digunakan untuk pengenceran ditutup dengan kapas lemak, untuk menghindari terjadinya kontaminasi. 2. Penanaman kuman Metode yang digunakan adalah metode cawan tuang (pour plate). Metode tuang adalah isolasi menggunakan media cair dengan cara

18

pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997). Media yang digunakan adalah media NA (Nutrient Agar). Media Nutrien Agar merupakan media pertumbuhan umum dalam bidang mikrobiologi. Media ini digunakan untuk menumbuhkan bakteri non selektif. Penuangan dilakukan di dekat api bunsen tujuannya agar tidak terjadi terkontaminasi oleh mikroba-mikroba dari udara luar. Selain pembuatan media kultur sampel yang akan diuji, juga dibuat media kontrol. Media kontrol ini merupakan media yang berfungsi sebagai pengendali, apakah media kultur pada sampel yang kita buat steril atau tidak dan apakah pengerjaan yang kita lakukan secara aseptis atau tidak. Media kontrol digunakan untuk menentukan apakah penghitungan kuman pada media kultur sampel dapat dilakukan atau tidak. Media kontol yang baik mengandung kuman <10. 3. Inkubasi Inkubasi media yang mengandung sampel dilakukan agar bakteri dapat tumbuh dengan baik pada media, mempercepat dan mengoptimalkan pertumbuhan bakteri. Inkubasi dilakukan pada 37oC selama 24 jam pada inkubator. 4. Perhitungan Jumlah Kuman Penghitungan jumlah kuman dilakukan dengan alat colony counter. Alat colony counter digunakan menghitung jumlah koloni secara manual. Dengan adanya counter tersebut dilakukan dengan menandai koloni bakteri yang dihitung dengan menggunakan spidol. Setiap koloni yang ditandai maka counter akan menghitungnya dan ditampikan pada layar. Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah: a. Satu koloni dihitung 1 koloni

b. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni c. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni

19

d.

Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni

e. f.

Koloni yang lebih besar dari setengah cawan tidak dihitung Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni. Penghitungan suatu koloni walaupun telah dibantu dengan suatu alat

Colony Counter masih memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktor human error dan hasil perhitungan yang kurang akurat. Hal ini bisa disebabkan karena, 1. Bentuk koloni yang terlalu kecil 2. Banyaknya koloni yang akan dihitung. Standar Perhitungan Cawan yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30300 koloni Hasil yang dilaporkan terdiri dari 2 angka yaitu angka pertama di depan koma dan angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua. Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, maka hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda kurung. Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni maka hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumah sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda kurung. Jika semua pengenceran menghasilkan angka 30-300 koloni maka harus dibuat perbandingan. Jika perbandingannya < 2 maka yang

20

dilaporkan

adalah

rata-rata

pengenceran

tetapi

jika

perbandingannya > 2 maka yang dilaporkan adalah pengenceran terendah. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, maka data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut meskipun salah satu dari cawan duplo tidak memenuhi syarat 30-300 koloni Syarat media kontrol yang digunakan sebagai standar untuk

pemriksaan angka kuman pada makanan dan minuman< 10

Analisis Hasil Pemeriksaan angka lempeng total/Standar plate Count adalah menentukan jumlah bakteri dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui

perkembangan banyaknya bakteri dengan mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media tempat tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal. Populasi bakteri dihitung dengan cara mengencerkan sampel atau bahan uji, dilanjutkan dengan melakukan inokulasi semua hasil pengenceran didalam media pelat. Jumlah koloni yang dapat tumbuh pada pelat dihitung secara manual dengan bantuan Colony Counter. Pemeriksaan angka kuman pada sampel minuman dilakukan pada sampel berupa sari kedelai. Biakan pada petri dish pengenceran pertama ditemukan koloni lebih dari 300 dan pada petri dish keempat dan kelima ditemukan kurang dari 30 koloni, serta pada petri dish keenam tidak ditemukan koloni bakteri. Berdasarkan persyaratan yang ada, perhitungan angka kuman yang digunakan antara rentangan nilai 30-300 koloni/ml. Jika semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni maka hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 koloni dikalikan dengan faktor pengenceran tetapi jumah sebenarnya harus dicantumkan dengan tanda kurung.

21

Jumlah koloni kuman pada pengenceran

pertama, keempat, kelima dan

keenam tidak digunakan karena tidak memenuhi persyaratan perhitungan. Dari kelima pengenceran yang dilakukan pada sampel sari kedelai, yang memenuhi syarat hanya pada pengenceran kedua dan ketiga. pengenceran yang memenuhi persyaratan dihitung Jumlah koloni = jumlah koloni X 1/faktor pengenceran. Dari perhitungan, pada sampel sari kedelai dihasilkan 1,67 x 104 koloni/ml. Dari standar yang ada, mikroba maksimal yang diperbolehkan pada minuman sari kedelai adalah 5 X 104 koloni/ml (sesuai sesuai SNI 7388:2009 ). Dicocokkan dengan standar tersebut maka minuman sari kedelai memenuhi standar jumlah mikroba maksimal dalam minuman. Sedangkan, pada sampel bubur ketan hitam (injin), yang memenuhi syarat perhitungan hanya pada petridish pengenceran pertama dan kedua. Untuk pengenceran ketiga sampai keenam, tidak ditemukan koloni yang tumbuh. Dari perhitungan, angka kuman pada sampel bubur etan hitam (injin) dihasilkan 8,69 X 103 koloni/gram. Dari standar yang ada untuk makanan yang berasal dari bijibijian utuh, patahan atau serpihan termasuk beras sesuai SNI 7388:2009 batas maksimal kuman yang diperbolehkan adalah 1 X 106 koloni/gram. Dicocokan dengan standar yang ada maka bubur injin memenuhi standar batas maksimal mikroba yang diperbolehkan dalam makanan.

22

Anda mungkin juga menyukai