Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kasus Internship Bedah : Appendicitis Subyektif : Pasien laki-laki usia 41 tahun datang dengan keluhan nyeri perut

bawah kanan sejak dua hari Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS). Pada awalnya nyeri dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah diperut kanan bawah lalu nyeri dirasakan diseluruh bagian perut. Nyeri dirasakan terus-menerus dan tidak menjalar, nyeri semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan, mual, muntah (1x,isi makanan dan lender keputihan) dan perut terasa kembung. Pasien mengalami demam sejak 1 hari SMRS, demam dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Pasien tidak BAB selama 2 hari , tidak flatus, BAK normal. Pola makan pasien tidak teratur dan jarang mengkonsumsi serat. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit paru, ginjal, kencing manis, darah tinggi disangkal. Riwayat penyakit keluarga : ( - ) Objektif : Berdasarkan pemeriksaan , didapatkan hasil berupa : Pasien tampak lemah KU : Tampak Sakit Sedang Kesadaran : Composmentis Tanda Vital : TD = 130/80 mmHg ; P = 20x/menit ; N = 90x/menit Pemeriksaan generalis : Kepala : rambut berwarna hitam merata Mata : Si -/-, Anemis -/-, RCL +/+, RCTL +/+ Cor : S1-S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-) Pulmo : SN vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/Abdomen : lihat status lokalis. Ekstremitas : akral hangat +/+, CRT < 2 Status lokalis (Abdomen) Inspeksi : Bentuk simetris, sedikit membuncit. Palpasi : Dinding perut simetris, buncit, supel , Massa (-), Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen terutama kuadran kanan bawah (Mc.Burney sign). Nyeri lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+), defans muskular (+) di kuadran kanan bawah. Perkusi : Bunyi timpani Auskultasi : Bising usus (+) menurun Rectal toucher Tonus sphinter ani baik, ampula tidak prolaps, mukosa licin, nyeri tekan(+) jam 9-12, Pada handscoon feses(+), darah(-).

; S= 38,10C

massa(-).

Assessment : Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah Akut Abdomen e.c. susp. Apendisitis akut perforasi. Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien merupakan seorang pria, usia 41 tahun mengeluh nyeri perut bawah kanan sejak 2 hari (SMRS). Pada awalnya nyeri dirasakan di ulu hati, kemudian berpindah diperut kanan bawah lalu nyeri dirasakan diseluruh bagian perut. Nyeri dirasakan terus-menerus dan tidak menjalar, nyeri semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Disertai gejala anoreksia, vomitus, obstipasi dan meteorismus.

Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal Secara klasik, nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki.

- Ilustrasi Appendiks Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua kali. Penderita apendisitis akut juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nyeri tekan (+) di seluruh lapang abdomen terutama kuadran kanan bawah (Mc.Burney sign), Nyeri lepas (+) Psoas sign (+). Obturator sign (+), Rovsing sign (+), defans muskular (+) di kuadran kanan bawah. Pada auskultasi didapatkan bising usus (+) menurun. Pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan nyeri tekan(+) jam 9-12. Hal ini sesuai pada tanda klinis apendisitis akut. Biasanya penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung (+) bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan bawah terlihat pada appendikuler abses. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney. Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum, Rebound tenderness (nyeri lepas tekan ) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney. Defans musculer (+) karena rangsangan M.Rektus abdominis. Defance muscular adalah nyeri tekan kuadran kanan bawah abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal. Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah, apabila kita melakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan. Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang terjadi pada apendiks. Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium

Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi peritonitis maka bunyi peristaltik usus atau tidak terdengar sama sekali. Rectal Toucher / Colok dubur , nyeri tekan pada jam 9-12. Proses terjadinya appendicitis dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu diagnosis adalah USG, pada kondisi perforasi gambarannya dapat berupa lesi tubuler dengan air-fluid level di regio iliaca dextra. Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis moderat (10.000-20.000/ L). Jika leukosit lebih tinggi biasanya dicurigai telah terjadi perforasi. Pada pemeriksaan urinalisa dapat ditemukan hematuria dan piuria pada 25 % pasien. Beberapa diagnosis banding appendicitis akut yang perlu dipikirkan, antara lain: Kelainan bidang gastroinestinal seperti divertikulitis menunjukkan gejala yang hampir sama dengan apendisitis tetapi lokasi nyeri lebih ke medial. Karena kedua kelainan ini membutuhkan tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal penting. Kolitis ditandai dengan feses bercampur darah, nyeri tajam pada perut bagian bawah, demam dan tenesmus. Obstruksi usus biasanya nyeri timbul perlahan-lahan di daerah epigastrium. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, terdengar metalic sound pada auskultasi. Kelainan bidang urologi seperti batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan. Foto polos abdomen atau urografi intravena dapat memastikan penyakit tersebut. Plan : Penatalaksanaan : Pada apendisitis akut, abses, dan perforasi diperlukan tindakan operasi apendiktomi cito. Tindakan ini dapat dilakukan melalui laparotomi atau laparoskopi. Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, pasien dianjurkan untuk tirah baring dan diberikan antibiotik sistemik spektrum luas untuk mengurangi insidens infeksi pada luka post operasi. Tindakan yang diberikan pada pasien ini berupa antibiotika ceftriaxone 1gr IV, Ranitidin 50mg IV, Ondansetron 4mg IV, Scopamin (Hyoscine-N-butylbromide 20mg) IV serta pemasangan selang NGT. Hal tersebut dilakukan untuk stabilisasi kondisi pasien dalam persiapan rujukan ke RSUD Ajidarmo untuk terapi lebih lanjut. Komplikasi apendisitis yang dapat terjadi adalah Perforasi. Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya perforasi. Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.

Pada pasien ini kemungkinan sudah terjadi perforasi dan peritonitis lokal. Hal ini ditandai dengan adanya nyeri perut yang sangat hebat di seluruh lapang abdomen serta peningkatan suhu tubuh terusmenerus. Pada tanda klinis didapatkan defans muscular lokal di kuadran kanan bawah serta bising usus menurun. Komplikasi yang lain yaitu peritonitis generalisata dan terbentuknya massa periapendikular. Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang. Rujukan = Pasein harus segera di rujuk untuk operasi cito. Dengan tujuan mengangkat appendiks secara keseluruhan agar progresivitas penyakit tidak berlanjut atau terjadi rekurensi penyakit.

APPENDISITIS AKUT KASUS Pasien T, wanita, belum kawin, 17 tahun, MR 01-27-47, datang ke IGD RSUD Bangkinang, Senin, 22 September 2008, dengan : ANAMNESIS KELUHAN UTAMA : Nyeri perut kanan bawah RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Sejak 3 hari sebelum masuk RS, pasien merasakan nyeri pada perut kanan bawah. Sekitar 6 jam sebelumnya, nyeri dirasakan di ulu hati. Nyeri bersifat terus-menerus semakin lama semakin kuat tidak tertahankan, bertambah dengan pergerakan dan batuk. Pasien merasakan mual dan muntah 5x/hari, berisi air bercampur makanan, sebanyak gelas aqua sekali muntah Demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien tidak BAB sejak 3 hari yang lalu BAK tidak nyeri, tidak berdarah, berwarna kuning jernih, riwayat keluar batu (-). Riwayat nyeri pinggang (-), Riwayat nyeri panggul (-), Riwayat nyeri yang menjalar ke punggung (-). Riwayat menstruasi teratur, nyeri menstruasi (-), HPHT tanggal 16-9-2008 dan selesai menstruasi 1 hari sebelum masuk RS Riwayat keputihan (-) RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : Riwayat sakit maag (-)

PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS Keadaan umum : Tampak kesakitan, pasien berbaring dengan kaki kanan sedikit flexi Kesadaran : Komposmentis kooperatif Gizi : Baik Vital sign : TD : 130/90 mmHg Nadi : 128x/ Nafas : 20 x/ Suhu : 38,6 C KEPALA-LEHER : TAK THORAK : TAK ABDOMEN : Status lokalis GENITOURINARIUS : TAK EKSTREMITAS : TAK STATUS LOKALIS: Abdomen Inspeksi : Perut tampak datar Palpasi : Nyeri tekan dan nyeri lepas Mc Burney, Rovsing sign (-), Blumberg sign (-), massa (-), muscle rigidity (-) Perkusi : Timpani, nyeri ketok kuadran kanan bawah (+) Auskultasi : Bising usus (+) normal PEMERIKSAAN KHUSUS Psoas sign (+) Obturator sign (+) CVA KANAN KIRI Tanda radang - Ginjal teraba - Ballotement - Nyeri tekan - Nyeri ketok - RECTAL TOUCHER Anus tenang Tonus sphincter ani baik Mukosa licin Ampula berisi Nyeri tekan (+) jam 9-11 Tidak teraba massa Hand schoen feces (+) warna kuning, darah (-), lendir (-) DIAGNOSIS KERJA : Appendisitis akut DIAGNOSIS DIFFERENSIAL : Kista ovarium terpuntir RENCANA PEMERIKSAAN : Leukosit darah Urin rutin Plano test USG abdomen

HASIL PEMERIKSAAN: Leukosit : 11.000/ml HASIL PEMERIKSAAN USG (oleh Sp.OG) - Uterus besar biasa, adnexa kiri-kanan dalam batas normal - cairan kavum douglas tidak ada - Ginekologi tidak ada kelainan saat ini tidak ada kelainan emergensi di bagian obstetri dan ginekologi PENATALAKSANAAN: IVFD RL 20 gtt/i Antibiotik Rencana Appendectomy LAPORAN OPERASI Appendectomy emergency tanggal 23 September 2008, pukul 00.30-02.00 WIB Diagnosis preoperasi : appendisitis akut DO : Dilakukan insisi pada titik Mc Burney, buka peritoneum, keluar cairan serosa, kemudian dieksplorasi, keluar pus 25 cc. Luksir caecum, terdapat perlengketan appendix dengan posisi retrocaecal, appendix hiperemis, nekrosis, perforasi (+). Dilakukan pembebasan appendix secara antegrad. Panjang appendix 6 cm, diameter 0,5 cm. - Cuci lapangan operasi, tutup lapangan operasi lapis demi lapis. Diagnosis post operasi : appendisitis perforasi 28 tetes/menitTerapi Postoperasi : IVFD D5% : NaCL = 3 : 1 Injeksi Levofloxaxin 1 Fls Injeksi Dexketoprofen 31 gr Awasi vital sign Bila bising usus (+), minum sedikit demi sedikit FOLLOW UP Selasa, 24-9-2008 S : BAB encer, air > ampas, demam (-), nyeri pada luka operasi O : TD = 120/80 mmHg N = 88x/menit T = 36,4C RR = 20x/menit BU (+) A : post appendektomy hari I P : Terapi lanjut + boleh minum + ML Rabu, 25-9-2008 S : Nyeri ulu hati, mual, makan sedikit, nyeri pada luka operasi berkurang O : TD = 120/70 mmHg N = 86x/menit T = 36,4C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari II P : Terapi lanjut + gastrinal (komposisi : Mg trisilikat, Al(OH)3, gel, dimethylsiloxane) 32 C, injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam IV Kamis, 26-9-2008 S : Nyeri ulu hati (-), perut kembung, demam (-), BAB N O : TD = 120/80 mmHg

N = 88x/menit T = 36,8C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari III P : Aff infus dan injeksi Elsazym (komposisi : pancreatin, bromelain, dimethylpolysiloxan) tablet 21 Asam mefenamat 31 Jumat, 27-9-2008 S : Nyeri ulu hati (-), demam (-), BAB N O : TD = 110/60 mmHg N = 86x/menit T = 36,8C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari IV P : Terapi lanjut Sabtu, 28-9-2008 S : Nyeri ulu hati (-), demam (-) O : TD = 110/70 mmHg N = 86x/menit T = 36,8C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari V P : Terapi lanjut Senin, 30-9-2008 S : Nyeri ulu hati (-), demam (-) O : TD = 110/60 mmHg N = 86x/menit T = 36,8C RR = 20x/menit A : post appendektomy hari VII P : Terapi lanjut Pasien boleh pulang DISKUSI Pasien didiagnosis appendisitis akut berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, 6 jam sebelumnya nyeri dirasakan di ulu hati disertai mual, muntah dan konstipasi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gejala klasik appendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus1,2,3. Nyeri ini dirasakan di sekitar umbilikus atau periumbilikus karena persarafan appendix berasal dari thorakal 10 yang lokasinya di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Maka nyeri pada umbilikus atau periumbilikus merupakan suatu reffered pain4. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Dititik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat1,2,3. Nyeri bertambah jika pasien mengalami batuk. Hal ini menunjukkan telah terjadi inflamasi pada peritoneun parietal.5 Keluhan lain yang ditemukan adalah adanya rasa mual, bahkan muntah. Menurut literatur, keluhan mual ditemukan sekitar 75% dari pasien yang menderita appendisitis6. Pasien appendisitis dapat mengeluhkan konstipasi atau diare1. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berupa demam yaitu 38,6 C , nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik Mc Burney, psoas sign (+), obturator sign (+), dan pada pemeriksaan RT didapatkan nyeri tekan pada arah jam 9-11. Demam yang terjadi disebabkan karena peradangan pada appendix. Nyeri tekan

dan lepas pada titik Mc Burney merupakan salah satu kunci diagnosis apendisitis akut7. Pasien pada kasus ini berbaring dengan posisi kaki kanan fleksi pada sendi lutut, hal ini sesuai dengan teori yang mana tanda yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah sikap penderita yang datang dengan posisi membungkuk dan bila berbaring kaki kanan sedikit ditekuk1,5. Pemeriksaan psoas dan obturator dilakukan untuk mengetahui letak appendix yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas dengan cara hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendix yang meradang menempel di m. Psoas mayor maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan uji obturator dilakukan dengan cara gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila appendix yang meradang kontak dengan m. Obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri1,2,3. Diagnosis diferensial KET dapat disingkirkan karena pasien baru selesai menstruasi 1 hari sebelum masuk RS, tetapi sebaiknya tetap harus dilakukan planotest. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan vagina toucher karena status pasien yang belum menikah, sedangkan penilaian status ginekologi melalui RT sulit dilakukan karena pasien merasa nyeri. Oleh karena itu untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan USG. USG dilakukan oleh SpOG, dan didapatkan hasil tidak ada kelainan obstetri dan ginekologi. DD/ pelvic inflamasi disease dapat disingkirkan karena tidak ada riwayat keputihan dan nyeri panggul. BAK pasien normal ditambah pada pemeriksaan CVA tidak ada kelainan sehingga dapat menyingkirkan DD/ ke arah nefrolithiasis atau urolithiasis. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis yang mana hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.00020.000/ml, dan neutrofil diatas 75%8,9. Penatalaksanaan pada pasien adalah dilakukan apendektomi. Hal ini sesuai dengan teori yang mana bila diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling tepat adalah segera dilakukan appendektomi1,9.

Hernia Scrotalis dekstra reponibel (presentasi Kasus) I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. D Umur : 59 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam Pekerjaan : Petani Pendidikan : SD Alamat :Jln.Karang kemiri RT.03 RW.06 Karang lewas bumiayu Tanggal Masuk kepoli : 07 Desember 2009 Tanggal masuk bangsal: 14 Desemeber 2009 No CM : 093388 II. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) 1. Keluhan utama : Benjolan di kantung buah zakar sebelah kanan 2. Keluhan tambahan : 3. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : Pasien laki-laki datang ke poli Bedah RSMS dengan keluhan terdapat benjolan di kantung buah zakar sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya benjolan terdapat di lipat paha sebelah kanan, namun makin lama benjolan semakin membesar bahkan sampai masuk ke kantung buah zakar sebelah kanan. Benjolan teraba kenyal sebesar telur ayam dikantung buah zakar sejak 1 bulan sebelum datang ke poli. Benjolan akan terlihat pada saat pasien berdiri, batuk, mengedan, saat sedang bekerja. Benjolan dapat masuk apabila didorong dengan tangan. Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah, dan tidak terasa tegang. Pasien tidak mengeluhkan adanya perubahan dalam BAB, BAB tidak berdarah dan tidak pernah keluar benjolan dari dubur. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan BAK, pada saat BAK pasien selalu merasa tuntas dan tidak merasa nyeri. Pasien juga tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah. 4. Riwawat Penyakit Dahulu (RPD) : Riwayat penyakit hipertensi disangkal. Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat pembedahan disangkal. 5. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama. III. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum : Sedang, kooperatif B. Kesadaran : Compos Mentis C. Vital Sign : Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi : 80 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 36,5 0 C D. Status Generalis : 1. Kepala : Simetris, mesocephal, rambut tidak mudah dicabut. 2. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, reflek cahaya (+/+) 3. Hidung : Discharge (-), deviasi septum nasi (-) 4. Telinga : Simetris kanan kiri, discharge (-)

5. Mulut : Mukosa tidak anemis, lidah kotor (-) 6. Leher : Inspeksi : Trakea di tengah, JVP (-) Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe (-) 7. Thorak a. Jantung Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak Palpasi : Ictus Cordis teraba ICS V LMC sinistra Perkusi : Batas kanan atas ICS II LPS dextra Batas kanan bawah ICS IV LPS dextra Batas kiri atas ICS II LMC sinistra Batas kiri bawah ICS V LMC sinistra Auskultasi : S1 > S2 di apeks reguler, bising (-), gallop (-) b. Paru-paru Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi interkostal (-), tidak ada benjolan Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-) Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru-hepar ICS VI dextra Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) 8. Abdomen Inspeksi : Cembung, darm contour (-), darm steifung (-) Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar/lien tidak teraba Perkusi : Tympani di seluruh lapang abdomen, asites (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal 9. Ekstremitas Superior : edema (-/-), refleks fisiologis (+/+) Inferior : edema (-/-), refleks fisiologis (+/+) E. Status Lokalis Regio Scrotalis Kanan - Inspeksi : Tampak benjolan sebesar telur ayam, tidak berwarna merah, tidak tegang. - Palpasi : Benjolan terpisah dari testis, nyeri tekan (-), kenyal, test transiluminasi (-). - Auskultasi : Bising Usus (+) - Rectal Toucher : Tonus sfingter ani (+), ampula rekti kolaps (-), mukosa licin, pembesaran prostat (). Sarung tangan : Feses (-), darah (-), lendir (-).

IV. RESUME A. Anamnesa Laki-laki 59 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan di kantung buah zakar sebelah kanan sejak 2 tahun yang lalu, benjolan kenyal sebesar telur ayam dan masih dapat dimasukkan lagi apabila didorong dengan tangan. Benjolan tidak terasa sakit, tidak merah dan tidak terasa tegang. BAB dan BAK lancar, masih dapat buang angin, tidak mual dan muntah. Sebelumnya pasien tidak pernah

operasi. B. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Vital Sign : Tekanan Darah : 130/80 mmHg Nadi : 80 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 36,50C Status Generalis : Dalam batas normal Status Lokalis : Regio Scrotalis dekstra - Inspeksi : Tampak benjolan sebesar telur ayam, tidak berwarna merah, tidak tegang. - Palpasi : Benjolan terpisah dari testis, nyeri tekan (-), kenyal, test transiluminasi (-). - Auskultasi : Bising Usus (+) - Rectal Toucher : Tonus sfingter ani (+), ampula rekti kolaps (-), mukosa licin, pembesaran prostat (). Sarung tangan : Feses (-), darah (-), lendir (-). V. DIAGNOSA KERJA Hernia Scrotalis Dekstra Reponible VI. DIAGNOSA BANDING 1. Hidrokel 2. Torsio testis VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG - Pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Faktor pembekuan. - Pemeriksaan ureum kreatinin, urinalysa VIII. TERAPI Operatif : Hernioraphy elektif IX. PROGNOSIS Dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai