Anda di halaman 1dari 54

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK (TK) AISYIYAH IV SAIL PEKANBARU

Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Riau sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran

Oleh: RACHMADINA NIM. 0608114146

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2010

ABSTRACT RELATIONSHIP BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND DEVELOPMENT OF PRESCHOOL CHILDREN IN TK AISYIYAH IV SAIL PEKANBARU By Rachmadina

Children have a unique feature that is always growing and developing since the moment of conception until the end of adolescence. Nutrition plays an important role in brain growth of children, especially in the prenatal period and early years of life. Inadequate brain growth lead to behavioral and cognitive deficits, including delays in language and fine motor development, lower IQ, and poorer school performance. Criteria for growth and development can be seen in the characteristics of the kindergarten children who is in 3-6 years age group. The objective of this study is to investigate the relationship between nutrition status and development of preschool children in TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru. The study was conducted using cross sectional design in 38 children from November until December 2010. Nutritional status data obtained by anthropometric measurements using indicator BMI / U then compared with the WHO growth reference curves 2007 and development of children with the Denver II test. After an analysis by Chi-Square test, there was a significant relationship between nutritional status and development of preschool children.

Keywords: nutritional status, preschool aged, children development

ABSTRAK HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AISYIYAH IV SAIL PEKANBARU Oleh Rachmadina

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Gizi memegang peran penting dalam pertumbuhan otak anak, khususnya pada periode prenatal dan tahun-tahun awal kehidupan. Pertumbuhan otak yang tidak adekuat akan menyebabkan kelemahan pada perilaku dan kognitif, termasuk keterlambatan dalam berbahasa dan perkembangan motorik yang baik, IQ yang lebih rendah, dan kinerja di sekolah yang lebih buruk. Kriteria tumbuh kembang dapat dikatakan terlihat pada karakteristik anak taman kanak-kanak (TK) yaitu kelompok usia 3-6 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional pada 38 anak. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2010. Data status gizi diperoleh dengan pengukuran antropometri menggunakan indikator IMT/U kemudian dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan WHO 2007 dan perkembangan anak dengan tes Denver II. Berdasarkan analisis dengan Chi Square, didapatkan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah.

Kata kunci: status gizi, usia prasekolah, perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang

sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja.1 Keadaan tumbuh kembang fisik anak dapat dinilai dari status gizi anak yang merupakan refleksi kecukupan gizi anak tersebut.2 Salah satu indikator status gizi yaitu antropometri yang mengukur beberapa parameter, yaitu, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit.3 Gizi memegang peran penting dalam pertumbuhan otak anak, khususnya pada periode prenatal dan tahun-tahun awal kehidupan. Anak-anak dengan gizi buruk pada periode ini tidak dapat berkembang dengan baik, secara fisik maupun mental. Anak-anak ini akan mempunyai otak yang lebih kecil dari anak normal pada usia yang sama, yang disebabkan oleh penurunan kecepatan pertumbuhan otak dan tidak berkembangnya sel-sel otak. Pertumbuhan otak yang tidak adekuat akan menyebabkan kelemahan pada perilaku dan kognitif, termasuk

keterlambatan dalam berbahasa dan perkembangan motorik yang baik, IQ yang lebih rendah, dan kinerja di sekolah yang lebih buruk.4 Menurut Sediaoetama, kriteria tumbuh kembang dapat dikatakan terlihat pada karakteristik anak taman kanak-kanak (TK) yaitu kelompok usia 3-6 tahun. Karakteristik anak ini mencakup perkembangan fisik dan kemampuan motorik serta emosional anak.2

Anak TK atau anak kelompok usia prasekolah mempunyai ciri khas yaitu sedang dalam proses tumbuh kembang. Pada masa ini pertumbuhan anak akan melambat, aktivitas jasmani bertambah, koordinasi fungsi dan mekanisme motorik bertambah, cepat dalam menangkap pelajaran, serta anak mulai aktif berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun alam sekitarnya.1,2,5 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hamastuti di TK Roudlatul Athfal Muslimat NU 02 Kotalama Malang tahun 2004 menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah.6 Penelitian yang dilakukan Sutrisno pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa status gizi dalam indeks TB/U dan tingkat kecukupan energi, protein, dan zat besi berhubungan secara bermakna terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 23 tahun.7 Dalam suatu survei dengan tumbuh kembang anak balita dengan cara multi stage random sampling di sebuah kelurahan di Jakarta Timur pada tahun 1997, didapatkan perkembangan yang normal 74,5 % serta diduga keterlambatan perkembangan 25,5 %, sementara hasil status gizi kurang adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 18,6%.8 Penelitian dari Childrens Sentinel Nutrition Assessment Program (C-SNAP) menemukan bahwa anak kulit hitam yang hidup dalam ketahanan makanan keluarga yang tidak baik 57% lebih berisiko mengalami gangguan perkembangan daripada anak yang hidup dalam ketahanan makanan keluarga yang baik. Sementara pada anak ras latin yang hidup dalam ketahanan makanan keluarga yang tidak baik dua kali lebih berisiko mengalami gangguan perkembangan daripada anak yang hidup dalam ketahanan makanan keluarga yang baik. 9

Salah satu instrumen untuk skrining yang sering dipakai secara internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test).1 Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85 hingga 100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan.10 Berdasarkan data status gizi Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2009, dari 74.523 balita yang ditimbang di kota Pekanbaru, terdapat 0,01% balita dengan status gizi buruk dan 0,7% balita dengan status gizi kurang (berada dibawah garis merah). Kecamatan Sail merupakan kecamatan dengan persentase tertinggi status gizi kurang pada balita, dari 2.683 balita yang ditimbang, terdapat 1,9% balita dengan gizi kurang.11 Laporan deteksi dini tumbuh kembang anak yang dilakukan pada tahun 2010 triwulan I dan II, Kelurahan Sukamaju merupakan kelurahan dengan persentase tertinggi anak usia prasekolah (PAUD dan TK) dengan status gizi kurang, dari 815 anak yang dideteksi, terdapat 3,9% anak dengan status gizi kurang.12 Berdasarkan keterangan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

1.2

Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak

usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

1.3

Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara

status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

1.4 1.4.1

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia

prasekolah sehingga dapat dilakukan pemberian nutrisi yang tepat untuk menunjang perkembangan anak.

1.4.2

Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:


1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian gangguan status gizi pada

anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.


2. Mengetahui distribusi frekuensi dugaan keterlambatan perkembangan

pada anak usia prasekolah dengan menggunakan DDST di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.
3. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak

usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

1.5

Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Peneliti Penelitian pengalaman ini untuk menambah tentang wawasan, pengetahuan gizi dan

penulis

hubungan

status

dengan

perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru serta sebagai pengalaman proses belajar dalam penerapan ilmu gizi khususnya tentang status gizi, kesehatan anak khususnya tetang perkembangan anak, metodologi penelitian dan biostatistik yang dilakukan. 2. Guru dan Orangtua Anak Dapat menjadi sumber informasi tentang gambaran dari status gizi dan perkembangan anak usia prasekolah serta memberi masukan bagi guru dan orangtua anak sehubungan dengan menunjang upaya program khususnya status gizi anak TK serta perkembangannya. 3. Civitas Akademika Fakultas Kedokteran Universitas Riau Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 2.1.1

Pertumbuhan Anak Pengertian Pertumbuhan Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

intraseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan, serta bersifat kuantitatif, sehingga dengan dapat diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).1,13

2.1.2

Ciri-ciri Pertumbuhan Secara garis besar terdapat empat kategori perubahan sebagai ciri

pertumbuhan, yaitu :1 1. Perubahan ukuran Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yaitu terjadi nya pertambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala dan lain-lain. Organ tubuh seperti jantung, paru-paru atau usus akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan kebutuhan tubuh. 2. Perubahan proporsi Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar dibanding dengan umur-umur lainnya.

3.

Hilangnya ciri-ciri lama Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan,

seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks-refleks primitif. 4. Timbulnya ciri-ciri baru Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap menggantikan gigi susu yang telah lepas, munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain-lain.

2.1.3

Penilaian Pertumbuhan Anak Penilaian pertumbuhan perlu dilakukan untuk menentukan apakah

pertumbuhan anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik.13 Tanda-tanda pertumbuhan fisik anak dapat diamati dengan

pertambahan besarnya ukuran-ukuran antopometrik, dan gejala/tanda lain pada rambut, gigi geligi, otot, kulit serta jaringan lemaknya, darah dan lain-lainnya.1 Salah satu parameter untuk mengetahui pertumbuhan anak adalah penilaian antropometris yang juga merupakan salah satu komponen penilaian status gizi. Status gizi anak yang dapat diketahui dari penilaian antopometris merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam penilaian pertumbuhan anak.1,2,14

2.2 2.2.1

Perkembangan Anak Pengertian Perkembangan Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan

fungsi tubuh yang kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan serta bersifat kualitatif.1,3 Dalam perkembangan terjadi sederatan perubahan fungsi tubuh yang berkelanjutan, selain itu juga terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan sistem neuromuskuler, bicara, emosi, dan sosial. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.1

2.2.2

Ciri-ciri Perkembangan Seperti pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai ciri-ciri tertentu

sebagai suatu pola yang tetap walaupun variasinya sangat luas. Ciri-ciri perkembangan adalah :1 1. Perkembangan melibatkan perubahan Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu.

2.

Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya Seorang tidak akan bisa melewati suatu tahap perkembangan sebelum ia

melewati tahapan sebelumnya. Perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya. 3. Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukup yang tetap, yaitu : a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal. b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut proksimodistal. 4. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. 5. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya. 6. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhann berlangsung cepat, perkembang pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.

2.2.3 a.

Perkembangan Anak Pada Usia Prasekolah Pertumbuhan Fisik Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak melambat, dengan

penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan. Antar usia 25 tahun, rata-rata pertambahan berat badan sekitar 2kg dan tinggi sekitar 7cm tiap tahun. Bagian utama perut anak menjadi rata, dan tubuh menjadi lebih langsing. Ketajaman visual mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun. Seluruh 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun.15 Perubahan proporsi tubuh pada anak usia prasekolah berubah secara dramatis. Batang tubuh dan kaki tumbuh dengan cepat, tetapi pertumbuhan tengkorak tidak secepat pada periode sebelumnya. Pertumbuhan kartilago berubah menjadi tulang dan tulang yang telah terbentuk tumbuh lebih besar dan keras. Perkembangan otot bertambah seiring dengan pertambahan berat badan, dimana otot yang lebih besar berkembang lebih pesat daripada otot yang kecil.16 Pada usia 5 tahun besar otak telah mencapai 75% dari otak dewasa, dan 90% pada usia 6 tahun. Selain itu pada usia prasekolah mielinisasi(selubung pada saraf pada otak yang terdiri dari material selubung berwarna putih disebut mielin) pada saraf otak terjadi secara sempurna. Selubung ini mempercepat transmisi dari impuls saraf, sehingga dapat menyebabkan kontrol aksi motorik menjadi lebih tepat dan akurat. Pernapasan pada anak usia prasekolah menjadi lebih lambat dan dalam, jantung berdenyut lebih lambat, khususnya pada anak laki-laki tekanan darah menjadi lebih tinggi.16

Motorik Kasar dan Halus

Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan dapat berlari dengan mantap sebelum akhir tahun ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi yang luas dalam kemampuan motorik kasar anak termasuk gerakan melempar, menangkap, dan menendang bola; mengendarai sepeda; memanjat pada struktur arena bermain; menari; dan lain-lain. Gaya bahasa yang merupakan bagian dari kemampuan motorik kasar seperti tempo, intensitas, dan ketelitian juga berkembang secara signifikan.15 Penyempurnaan fungsi motorik mencakup kemampuan naik tangga dengan kaki secara bergantian dijumpai sekitar usia 3 tahun dan turun tangga dengan cara yang sama sekitar usia 4 tahun. pada usia 3 tahun kebanyakan anak dapat berdiri sesaat pada 1 kaki dan pada usia 5 tahun mampu meloncat-loncat pada 1 kaki secara bergantian.17 Kemandirian biasanya mulai terbentuk pada tahun ke tiga. Anak biasanya menjadi frustrasi karena keharusan merubah pilihan penggunaan tangan. Variasi dalam perkembangan motorik halus menggambarkan kecenderungan individual dan kesempatan untuk belajar.15

b. Bahasa

Bahasa, Kognitif, dan Bermain

Perkembangan bahasa berkembang pesat antara usia 2-5 tahun. Kosa kata meningkat dari 50-100 menjadi lebih dari 2000 kata-kata. Kemajuan dalam struktur kalimat. Penggunaan kata pada kalimat bertambah sesuai dengan pertambahan usia (2 kata pada usia 2 tahun, 3 kata pada usia 3 tahun, dan seterusnya). Pada usia 2,5 tahun anak biasanya menggunakan kalimat yang

menyatakan milik, sedang melakukan sesuatu, pertanyaan, dan kalimat negatif. Pada usia 4 tahun, mereka bisa berhitung hingga empat dan menggunakan kalimat yang menyatakan masa lampau, serta masa depan pada usia 5 tahun. Anak-anak tidak hanya meniru ucapan orang dewasa, tetapi mereka juga meringkas aturan tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkapn dan memodifikasinya terus-menerus.15 Kognitif Jean Piaget menggolongkan anak usia prasekolah dalam tahap pre operasional. Tahap ini ditandai dengan pemikiran ajaib (magical thinking), egosentrisme, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Cara berpikir yang ajaib (magical thinking) ini termasuk kebingungan pada kejadian kebetulan untuk sebab dan akibat, animisme, kepercayaan yang tidak realistis terhadap kekuatan keinginan.15 Bermain Pada masa prasekolah, bermain ditandai dengan meningkatnya kerumitan dan khayalan, mulai dari tulisan-tulisan sederhana dalam menirukan pengalamanumum seperti berbelanja dan meletakkan bayi di kasur ( usia 2 atau 3 tahun) hingga skenario yang lebih besar yang melibatkan suatu kejadian seperti pergi ke kebun binatang atau pergi berwisata (usia 3 atau 4 tahun) dan menciptakan skenario yang hanya terjadi di imajinasi seperti terbang ke bulan (usia 4 atau 5 tahun).15 Perubahan dalam sosialisasi, mulai dari interaksi yang minimal dengan teman bermain menjadi lebih kooperatif seperti membangun menara dari balok

bersama-sama (usia 3 atau 4 tahun), selain itu juga anak sudah bisa mengorganisasi kelompok dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati.15

c.

Perkembangan Emosi Tantangan emosional dalam menghadapi anak usia prasekolah yaitu

termasuk memberi batas dalam mengatur perasaan untuk memimpin diri sendiri, mengendalikan agresivitas dan rangsangan seksual, dan berinteraksi lebih luas dengan orang dewasa dan teman bermain. Pada usia 2 tahun, batas-batas tingkah laku lebih dominan diberikan dari external, pada usia 5 tahun, kontrol ini harus ditanamkan pada diri anak itu sendiri.15 Anak-anak ini juga gampang kehilangan kontrol atas diri sendiri yang akan menimbulkan kemarahan. Rasa takut, kelelahan, dan perasaan tidak nyaman secara fisik bisa menumbulkan kemarahan. kemarahan normal timbul pada akhir tahun pertama dan meningkat kemunculannya pada usia 2 sampai 4 tahun. kemarahan yang berlangsung lebih dari 15 menit atau muncul lebih dari tiga kali dalam sehari bisa menggambarkan adanya masalah pada kesehatan, emosional atau sosial. Bermain dan kemampuan berbahasa dapat membantu perkembangan kontrol emosional, dengan mengizikan anak untuk mengekspresikan emosi dan menikmati kepuasan yang tabu pada kehidupan nyata.15

2.2.4

Penilaian Perkembangan Anak Salah satu dari tujuan penilaian perkambangan anak adalah untuk

mendeteksi dini jika terjadi keterlambatan sehingga dapat segera diberikan pertolongan (saran, fisioterapi, alat bantu penglihatan, atau alat bantu pendengaran) sedini mungkin. Ada dua bagian yang penting dalam penilaian perkembangan, yaitu, riwayat yang didapat dari orang tua dan hasil observasi pemeriksan sendiri. Riwayat dari orang tua biasanya dapat diandalkan dan dapat memperkuat hasil pemeriksaan klinis, akan tetapi orang tua sering membesarbesarkan kemampuan anaknya atau memberikan interprestasi yang salah pada gerakan-gerakan anak yang dilakukan tanpa sadar.18 Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat. Tes-tes perkembangan yang sering digunakan dalam menilai perkembangan anak, yaitu, tes intelegensi individual (tes IQ), tes prestasi, tes psikomotorik, tes proyeksi, dan tes perilaku adaptif.10 Salah satu instrumen untuk skrining yang sering dipakai secara internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada empat ranah perkembangan, yaitu personal-social, fine motor adaptive, language, dan gross motor untuk anak sejak lahir hingga usia 6 tahun.1

2.2.5 Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (Denver Developmental

Screening Test/DDST) DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85 hingga 100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.10 Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapat mengidentifikasi lebih separoh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II.10

2.2.5.1 Aspek perkembangan yang dinilai Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi : 10 1. Personal sosial (perilaku sosial) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2.

Fine motor adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. 3. Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. 4. Gross motor (gerakan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan gerakan dan sikap tubuh. Setiap tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horisontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama.10

2.2.5.2 Alat yang digunakan Adapun alat-alat yang digunakan dalam melakukan DDST adalah : 10,19 1. Alat peraga: wol merah, icik-icik dengan gagang kecil, boneka kecil dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kismis/manik-manik, kubus (dengan rusuk 2,5 cm) warna merah-kuning-hijau-biru masingmasing 2 buah, botol kecil berwarna bening dengan diameter 2cm, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil. 2. 3. Lembar formulir DDST Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.

2.2.5.3 Pemberian Skor untuk Setiap Item Pada setiap item perlu dicantumkan skor dengan ketentuan sebagai berikut:19 1. L = Lulus/Lewat (P = Pass) Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item tersebut (item yang bertanda L). 2. G = Gagal (F = Fail) Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut (item yang bertanda L). 3. M = Menolak (R = Refusal) Anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya. (khusus item tanpa tanda L). 4. Tak = Tak ada kesempatan (No = No Opportunity) Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan (khusus item bertanda L).

2.2.5.4 Interpretasi Hasil Interpretasi hasil tes ini terdiri atas dua tahap, yaitu penilaian per item dan penilaian tes secara keseluruhan.19 Penilaian Per Item Penilaian per item dibagi menjadi kategori sebagai berikut:

a.

Penilaian item Lebih (Advance) Nilai Lebih diberikan jika anak dapat Lulus/Lewat (L) dari item tes di sebelah kanan garis usia. Anak dinilai memiliki kelebihan karena dapat melakukan tugas perkembangan yangs seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua.

b.

Penilaian item OK atau normal Nilai OK dapat diberikan pada anak dalam kondisi berikut Anak Gagal (G) atau Menolak (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kanan garis usia. Anak Lulus/Lewat (L), Gagal (G), atau Menolak (M) melakukan tugas di daerah putih kotak (daerah 25%- 75%).

c.

Penilaian item P = Peringatan (C = Caution) Nilai Peringatan diberikan jika anak Gagal (G) atau Menolak (M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada daerah yang gelap.

d.

Penilaian item T = Terlambat (D = Delayed) Nilai Terlambat diberikan jika anak Gagal (G) atau Menolak (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda.

e.

Penilaian item Tak ada kesempatan (No opportunity) Nilai Tak ada kesempatan diberikan jika anak tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.

2.

Penilaian Keseluruhan Tes Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu,

Normal, Suspek, dan Tidak dapat diuji. Penjelasan mengenai ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut : a. Normal Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor Terlambat (0 T) dan/atau maksimal 1 Peringatan (1 P). b. Suspek Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan (2 P). Dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G), bukan oleh penolakan (M). c. Tidak dapat diuji Interpretasi tidak dapat diuji diberikan jika terdapat satu atau lebih skor Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan (2 P). Dalam hal ini T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G).

2.3

Faktor-faktor Yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak, yaitu :13 1. Faktor genetik Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. 2. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan ini merupakan lingkungan biofisiko psikososial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi : a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal) : gizi ibu pada waktu hamil,

mekanis, toksin/ zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia embrio.

b.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak setelah lahir (faktor post natal). 1. Lingkungan biologis : ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi (makanan), perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon. 2. Faktor fisik : cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian), radiasi. 3. Faktor psikososial : stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih sayang, dan kualitas interaksi anakorang tua. 4. Faktor keluarga dan adat istiadat : pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah ibu, adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi, dan kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran.

2.4 2.4.1

Status Gizi Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. 3 Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif

maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia. Komponen penilaian status gizi meliputi asupan pangan, pemeriksaan biokimiawi, pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan, pemeriksaan antopometris, serta data psikososial.20

2.4.2

Faktor-faktor Yang Memengaruhi Status Gizi

2.4.2.1 Faktor Langsung Status gizi secara langsung ditentukan oleh makanan dan penyakit, khususnya penyakit infeksi. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya parti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya.21

2.4.2.2 Faktor Tidak Langsung Status gizi secara tidak langsung ditentukan oleh beberapa hal, yaitu ketahanan pangan di keluarga, terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain), harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.21

2.4.3 Pengukuran Status Gizi Memakai Kurva Reference Pertumbuhan

WHO 2007 Untuk Anak Usia 5 sampai 9 Tahun Antropometri adalah ukuran tubuh manusia, sebagai indikator

pertumbuhan. Antopometri dalam sudut pandang gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antopometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.3 Kurva reference pertumbuhan WHO 2007 merupakan rekonstruksi dari National Center for Health Statistics (NCHS)/WHO reference 1977. Kurva reference pertumbuhan WHO 2007 menggunakan kumpulan data NCHS dan dilengkapi dengan data dari kurva standar pertumbuhan WHO 2005 untuk anak balita.22 Kurva reference pertumbuhan WHO 2007 terdiri dari tiga indikator yaitu: 1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Memberikan anak memiliki gambaran atau tidak yang sifatnya umum, artinya seorang atau

memiliki

masalah

pertumbuhan

masalah gizi. Artinya indikator BB/U tidak memberikan indikasi apakah status gizi seorang anak bersifat akut atau kronis , atau akut-kronis. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan.3 2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Indikator TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu singkat, baik pada anak maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa tidak dapat lagi dinormalkan. Pada anak balita kemungkinkan untuk mengejar

pertumbuhan tinggi badan optimal masih bisa sedangkan anak usia sekolah sampai remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih bisa tetapi kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Indikator ini juga dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk.3
3.

Indeks Masaa Tubuh Menurut (IMT/U) Biasanya IMT tidak selalu meningkat dengan bertambahnya umur. Pada

umumnya IMT/U menunjukkan hasil yang hampir sama dengan BB/TB atau BB/PB yang digunakan pada anak balita dimana indikator ini dapat mengidentifikasikan anak dengan berat badan rendah menurut panjang/tingginya yaitu kurus atau sangat kurus. Keadaan kurus biasanya disebabkan oleh penyakit yang baru saja terjadi atau kekurangan makan yang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang banyak dalam waktu singkat meskipun kejadian ini dapat pula disebabkan oleh penyakit atau kekurangan gizi kronis. Indikator IMT/U juga bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.3 Klasifikasi status gizi berdasarkan kurva reference pertumbuhan WHO 2007 dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel No. 1.

2.1

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Pertumbuhan WHO 200722 STATUS GIZI Gizi sangat kurang Gizi Kurang Gizi Normal Gizi Lebih Sangat Pendek Pendek Normal Sangat kurus Kurus Normal Kegemukan

Kurva

Reference

INDIKATOR BB/U

2. 3.

TB/U IMT/U

STANDAR DEVIASI <-3SD -3SD s/d <-2SD -2SD s/d 2SD >2SD <-3SD -3SD s/d <-2SD -2SD <-3SD -3SD s/d <-2SD -2SD s/d 2SD >2SD

2.5

Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Nutrisi termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak. Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi, nutrisi selain mempengaruhi pertumbuhan juga mempengaruhi perkembangan otak.23 Kekurangan gizi yang berat, berdampak pada gangguan mielinisasi, pengerutan otak, reduksi IQ, menurunnya kinerja di sekolah, dan SQ (Social Quotient) 9 poin lebih rendah daripada anak yang bergizi normal.24 Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada berbagai proses dalam tubuh, yaitu, pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, serta perilaku. Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya

fungsi otak secara permanen. Bagi anak-anak yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.25 Otak memiliki kebutuhan nutrisi yang spesifik dan keterbatasan. Misalnya, otak menggunakan glukosa sebagai sumber energi utamanya, dan otak tidak mempunyai kemampuan untuk membuat cadangan lemak atau glikogen seperti organ lainnya. Dari hal ini dapat dilihat bahwa otak adalah organ mahal dalam pemeliharaannya. Selain itu otak juga mempunyai jaringan khusus yang fungsinya tergantung dari pembentukan potensial listrik dan konduktivitas nya melalui badan sel yang panjang dan celah sinaps antar badan sel. Ketergantungan ini dapat terlihat dari kebutuhan yang tinggi atas lemak-lemak khusus seperti, gangliosida, sphingolipids, DHA dan ion-ion seperti Ca2+. 26 Korteks serebral, batang otak, ganglia basalis, dan serebelum berperan dalam mengendalikan gerakan kompleks yang pada manusia telah berkembang untuk tujuan-tujuan khusus. Pada otak terdapat korteks motorik yang dibagi menjadi tiga subarea, yaitu korteks motorik primer, area premotorik, dan area motorik pelengkap. Pada area premotorik tepat disebelah anterior korteks motorik primer yang dipakai untuk gerakan tangan dan jari-jari terdapat suatu daerah yang disebut oleh ahli bedah saraf sebagai area untuk keterampilan tangan.27 Bagian otak utama yang berhubungan dengan bahasa terbentang sepanjang dan dekat fisura sylvii (sulkus lateralis serebri) hemisfer kategorikal. Suatu daerah pada ujung posterior girus temporalis superior yang disebut daerah Wernicke berperan dalam pemahaman informasi penglihatan dan pendengaran. Daerah ini berproyeksi melalui fasikulus arkuatus ke daerah Broca (area 44) di lobus frontalis. Daerah Broca mengolah informasi yang datang dari daerah Wernicke

menjadi

pola

yang

terinci

dan

terkoordinasi

untuk

vokalisasi

lalu

memproyeksikan pola tersebut melalui area artikulasi/pengucapan kata ke korteks motorik, yang mencetuskan gerakan-gerakan bibir, lidah, dan laring yang tepat untuk menghasilkan suara.28 Emosi memiliki baik komponen mental maupun komponen fisik. Komponen tersebut termasuk cognition yaitu kesdaran akan sensai dan penyebab timbulnya sensai tersebut, affect yaitu perasaan yang menyertai sensai, conation yaitu keinginan untuk melakukan suatu aksi, dan perubahan-perubahan fisik seperti hipertensi, takikardi, dan berkeringat. Hipotalamus dan sistem limbik sangat erat hubungannnya dengan emosi dan terjadinya emosi. Bersama dengan hipotalamus, sistem limbik juga berperan dalam perilaku seksual, kemarahan dan rasa takut, serta motivasi.28

2.6

Kerangka Teori Perkembangan Anak Usia Prasekolah: 1. Motorik Kasar 2. Motorik Halus 3. Personal Sosial 4. Bahasa Memengaruhi Pertumbuhan Sel-sel Otak

Faktor Genetik

Faktor Lingkungan

Postnatal

Pranatal

Lingkungan biologis : a) Ras/suku b) Jenis kelamin c) Umur d) Makanan e) Perawatan kesehatan f) Kepekaan terhadap penyakit g) Penyakit kronis h) Fungsi metabolisme

Faktor Psikososial

Faktor Keluarga dan Adat istiadat

Faktor Fisik

Status Gizi

Makanan / Asupan

Penyakit

Ketahanan Pangan Keluarga

Harga Pangan dan Daya Beli Keluarga

Pengetahuan Tentang Gizi dan Kesehatan

2.7

Kerangka Konsep

Makanan

Lingkungan Pranatal Perkembangan Anak Usia Prasekolah: 1. Motorik Kasar 2. Motorik Halus 3. Personal Sosial 4. Bahasa

Penyakit Lingkungan Biologis : Status Gizi

Ketahanan Pangan Keluarga

Faktor Psikososial Harga Pangan dan Daya Pengetahuan Beli Keluarga Tentang Gizi dan Kesehatan Faktor Keluarga Faktor dan Adat Fisik istiadat

= variabel diteliti = variabel tidak diteliti = diteliti hubungannya = tidak diteliti hubungannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik cross sectional study

untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru pada bulan

November sampai dengan Desember 2010.

3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru. Populasi terjangkaunya adalah populasi target yang berusia 5 sampai kurang dari 6 tahun, anak sehat dan bersedia menjadi responden, orang tua nya bersedia mengisi informed consent penelitian serta hadir di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru pada waktu penelitian.

3.3.2

Sampel Sampel pada penelitian ini adalah siswa TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.

Sampel penelitian diambil secara total sampling sehingga mencakup semua sampel yang ada. 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1.4.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel independen (faktor risiko) dan variabel dependen (efek). Variabel independen adalah status gizi, sedangkan variabel dependen adalah perkembangan anak usia prasekolah.

1.4.2 Definisi Operasional Definisi Operasional yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Status gizi adalah gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan

kebutuhan gizi anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru dengan pengukuran antropometri menggunakan indikator IMT/U kemudian dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan WHO 2007. Status gizi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu : a. Status gizi kurang jika z-score dibawah -2 SD b. Status gizi normal jika z-score -2SD sampai dengan 2SD c. Status gizi lebih jika z-score diatas 2 SD Skala yang digunakan adalah skala ordinal. 2. Perkembangan anak usia prasekolah menurut Denver yaitu

kemampuan kelompok umur 5 sampai kurang dari 6 tahun yang meliputi personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar. Perkembangan anak dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu : a. Suspek b. Normal Skala yang digunakan adalah skala ordinal. 3. 4. 5. Usia dihitung dari tanggal lahir dan dihitung sampai bulan. Usia prasekolah adalah anak dengan usia 2 sampai 6 tahun. Anak sehat adalah anak yang dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dinyatakan sehat.

3.5

Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini status gizi anak usia prasekolah didapat dengan

menggunakan indikator IMT/U yang mana pengambilan data berat badan

dilakukan dengan cara menimbang anak menggunakan timbangan kamar mandi, pengukuran tinggi badan dengan dengan microtoise. Cara menimbang anak :3 5. 6. Meletakkan timbangan injak di lantai yang rata. Sebelum menimbang timbangan injak harus dalam posisi jarum pada angka 0 (nol). 7. Anak ditimbang dengan melepas sepatu, topi, dan meletakkan barang yang dibawa. 8. Posisi anak berdiri tegak lurus pandangan lurus ke depan dan kedua kaki berada dalam timbangan. 9. Peneliti membaca angka pada jarum timbangan dengan posisi di depan timbangan. Cara mengukur tinggi anak:3,29
1.

Pasang microtoise pada dinding yang lurus datar setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.

2. 3.

Lepaskan sepatu atau sandal. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam bari berbaris, kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding dengan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.

4.

Anak diindtruksikan untuk menarik nafas dalam-dalam, pada saat yang sama pengukur menekan pada tulang mastoid yang menonjol untuk menahan pada posisi saat menarik nafas dalam tadi, kemudian instruksikan untuk menghembuskan nafas dan relaksasi menurunkan bahunya.

5.

Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada dinding.

6.

Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur. Data berat badan dan tinggi badan yang didapat kemudian digunakan

untuk mencari data IMT, yaitu dengan membandingkan berat badan (kg) dengan panjang badan (m2). IMT/U yang didapat, dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan WHO 2007 untuk mendapatkan z-score. Perkembangan anak usia prasekolah menurut Denver yang terdiri dari motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal sosial diukur melalui Denver II. Cara menilai perkembangan anak yaitu : 9 1. Menetapkan umur anak dengan menggunakan patokan 30 hari tes

untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas. 2. Garis umur ditarik vertikal pada formulir Denver II yang memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugas yang terletak disebelah kiri garis itu pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak seusianya. Apabila gagal mengerjakan tugas-tugas tersebut (G), maka berarti suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka berarti ini bukan suatu keterlambatan karena pada

kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur. 3. Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode L dan nomor. Kalau terdapat kode L maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas perkembangan dites sesuai petunjuk dibaliknya formulir. 4. Penilaian dengan hasil sebagai berikut :18 a. Suspek Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan (2 P). Dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G), bukan oleh penolakan (M). b. Normal Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor

Terlambat (0 T) dan/atau maksimal 1 Peringatan (1 P).

3.6 3.6.1

Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik Pengolahan Data Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan pengolahan data : 1. Editing Langkah ini digunakan untuk memeriksa kembali data yang diperoleh mencakup kelengkapan / kesempurnaan data, kekeliruan pengisian, data sampel yang tidak sesuai / tidak lengkap. 2. Coding

Data yang diperoleh diberikan kode tertentu untuk mempermudah pembacaan data. 3. Tabulasi Setelah dilakukan koding dan tabulasi, data yang terkumpul dimasukkan dalam tabel frekuensi sesuai dengan kategori masing masing, sehingga memudahkan untuk dilakukan analisis.

3.6.2

Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis ini digunakan untuk menggambarkan data distribusi frekuensi dan persentase dari status gizi dan perkembangan anak pada usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru. Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2.

Analisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah, dimana analisis akan dilakukan dengan uji Chi square tabel 3x2 dengan tingkat kemaknaan (p) yang digunakan adalah <0,05 dan interval kepercayaan 95%. Setelah didapatkan bahwa syarat uji Chi square tidak terpenuhi (jumlah sel dengan nilai expected kurang dari lima >20%), maka digunakan penggabungan sel untuk kembali di uji dengan uji Chi square.30

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian telah dilakukan di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru. Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru. Populasi terjangkaunya adalah populasi target yang berusia 5 sampai kurang dari 6 tahun, anak sehat dan bersedia menjadi responden, orang tua nya bersedia

mengisi informed consent penelitian serta hadir di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru pada waktu penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan November - Desember 2010 didapatkan jumlah sampel sebanyak 38 orang. Karakteristik responden disajikan dalam tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Variabel Frekuensi Jenis kelamin Laki-laki 23 Perempuan 15 Pendidikan Ayah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pendidikan Ibu SD SMP SMA Perguruan Tinggi 2 4 23 9 2 2 24 10 % 60,5 39,5 5,3 10,5 60,5 23,7 5,3 5,3 63,1 26,3

Pekerjaan Ayah Tidak bekerja 1 2,6 Swasta 26 68,4 TNI/ABRI/POLRI 0 0 PNS 6 15,8 Wiraswasta 5 13,2 Lanjutan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Variabel Frekuensi %

Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Swasta TNI/ABRI/POLRI PNS Wiraswasta Pendapatan/bulan Rp. 500.000 Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 Rp.3.000.000 Lebih dari Rp. 3.000.000 Jumlah Anak 1 2 3 4 Lebih dari 4

23 5 0 2 8 13 17 8 2 22 8 4 2

60,5 13,2 0 5,3 21 34,2 44,8 21 5,3 57,9 21 10,5 5,3

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar (60,5%) responden berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terkahir ayah sebagian besar (60,5%) adalah SMA dan pendidikan terkahir ibu sebagian besar (63,1%) adalah SMA. Sebagian besar (68,4%) ayah responden bekerja di bidang swasta, sedangkan sebagian besar (60,5%) ibu responden tidak bekerja. Keluarga responden sebagian besar (44,8%) mempunyai pendapatan per bulan sebesar Rp.1.000.000 Rp.3.000.000, dan kedua orang tua responden sebagian besar (57,9%) mempunyai 2 orang anak.

4.2

Status Gizi Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru

Berdasarkan data yang didapatkan melalui pengukuran antropometri dengan menggunakan indikator IMT/U kepada 38 responden kemudian dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan WHO 2007 maka didapatkan gambaran status gizi anak seperti terlihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Status Gizi Kurang Normal Lebih Total Frekuensi 13 22 3 38 % 34,2 57,9 7,9 100

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (57,9%) mempunyai status gizi normal dan sebagian kecil (7,9%) responden mempunyai status gizi lebih.

4.3

Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru Berdasarkan data yang didapatkan dengan menggunakan tes Denver II,

didapatkan gambaran perkembangan anak seperti yang terlihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak Perkembagan Anak Suspek Normal Total Frekuensi 15 23 38 % 39,5 60,5 100

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (60,5,7%) memiliki perkembangan yang normal. 4.4 Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru

Untuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah digunakan uji Chi Square. Pada penelitian ini uji Chi Square tabel 3x2 tidak memenuhi syarat, sehingga dilakukan penggabungan sel dan kembali di uji dengan uji Chi Square. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah Perkembangan anak Suspek Normal f % f % 12 31,6 1 2,6 3 7,9 22 57,9 15 39,5 23 60,5

Status Gizi Kurang Normal+Lebih Total

Total f 13 25 38 % 34,2 65,8 100

Value 0,000

Uji Statistik Uji Chi square

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa anak dengan status gizi kurang sebagian besar (31,6%) perkembangannya masuk dalam kategori suspek, sedangkan anak dengan status gizi normal dan lebih sebagian besar (57,9%) perkembangannya masuk dalam kategori normal. Dari hasil analisis statistik terlihat adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah dengan nilai p = 0,000.

BAB V PEMBAHASAN

Telah dilakukan suatu penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru. Seluruh sampel penelitian berjumlah 38 orang.

5.1

Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan data karakteristik responden, sebagian besar pendidikan

terkahir ayah (60,5%) dan ibu (63,1%) responden cukup tinggi, yaitu tingkat SMA. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik.13 Sebagian besar (68,4%) ayah responden bekerja di bidang swasta dan ibu responden sebagian besar (60,5%) tidak bekerja. Pendapatan keluarga responden sebagian besar (44,8%) adalah Rp.1.000.000 Rp.3.000.000. Hal ini berarti sebagian besar keluarga responden memiliki pendapatan diatas upah minimum regional Provinsi Riau tahun 20120 yaitu sebesar Rp.1.016.000.31 Penghasilan keluarga akan menentukan dan memengaruhi daya beli keluarga, daya beli ini secara tidak langsung akan memengaruhi status gizi anak.21 Pendapatan keluarga yang memadai juga akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder.13 Jumlah anak yang dimiliki oleh orang tua responden sebagian besar (57,9%) adalah hanya 2 orang anak saja. Jumlah anak yang banyak dalam

keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.13

5.2

Status Gizi Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, sekitar 57,9%

responden mempunyai status gizi normal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamastuti (2004) tentang status gizi pada anak TK Roudlatul Athfal Muslimat NU 02 Kotalama Malang yang menyatakan bahwa sebagian besar anak memiliki status gizi yang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan status gizi kurang juga mempunyai persentase yang cukup besar, yaitu 34,2%. Anak usia taman kanakkanak termasuk kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat, dan memerlukan zatzat gizi dalam jumlah yang relatif besar.2 Status gizi anak secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan.21 Anak masa prasekolah mempunyai kapasitas lambung lebih kecil dan nafsu makan yang bervariasi. Pada masa ini anak sering kali sulit makan, karena anak sudah tahu rasa/mempunyai selera sendiri terhadap makanan tertentu, sering bosan terhadap makanan yang diberikan, anak banyak bermain, atau karena faktor kejiwaan, selain itu juga pada saat anak tumbuh gigi, sering tidak mau makan karena rasa sakit yang ditumbulkan oleh gigi yang tumbuh menembus gusi.32 5.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 60,5% responden memiliki perkembangan yang masuk dalam kategori normal. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hamastuti (2004) tentang perkembangan anak di TK Roudlatul Athfal Muslimat NU 02 Kotalama Malang yang menyatakan bahwa sebagian besar anak memiliki perkembangan yang normal. Berdasarkan hasil penelitian anak dengan perkembangan yang masuk dalam kategori suspek juga mempunyai persentase yang cukup besar yaitu 39,5%. Salah satu ciri-ciri perkembangan adalah perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.1 Jadi jika terjadi keterlambatan perkembangan pada masa prasekolah ini maka akan memengaruhi perkembangan anak pada masa selanjutnya, yaitu masa sekolah. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan pada followup selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.10 Gangguan perkembangan motorik pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor keturunan, faktor lingkungan, dimana jika anak tidak mendapat kesempatan untuk belajar atau mengalami deprivasi maternal dapat mengalami keterlambatan motorik, faktor kepribadian (anak yang penakut), retasdasi mental, kelainan tonus otot, dan penyakit neuromuskular.33 Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga.32 Perkembangan bahasa pada masa prasekolah merupakan dasar untuk keberhasilan berikutnya di sekolah. Meskipun sebagian besar anak belajar

membaca dan menulis di sekolah dasar, tetapi dasar-dasar yang penting untuk kemampuan membaca dan menulis dibina selama tahun-tahun prasekolah.15 Sektor perkembangan personal sosial adalah sektor yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan

lingkungannya.10 Sektor ini juga berkaitan dengan perkembangan anak dalam bermain dan perkembangan emosi anak. Pada masa prasekolah anak berinteraksi dengan lingkungan orang dewasa dan teman-teman yang semakin luas, selain itu pada anak juga timbul watak pemarah. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kemarahan pada anak antara lain rasa takut, kelelahan, dan perasaan tidak nyaman secara fisik.15 Adanya dugaan keterlambatan perkembangan pada responden jika ditinjau dari karakteristik responden bisa disebabkan oleh pendidikan terakhir ayah dan ibu yang kurang baik yang menyebabkan kurang nya pengetahuan ayah dan ibu dalam pengasuhan dan pemeliharaan kesehatan anak, pendapatan keluarga yang tidak cukup yang menyebabkan orangtua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak dalam menunjang perkembangannnya, serta banyak nya jumlah saudara responden yang menyebabkan kurang nya kasih sayang dan stimulasi yang diterima responden.

5.4

Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru

Hasil analisis statistik tentang hubungan status gizi dengan perkembangan anak didapatkan hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut, dengan nilai p = 0,000. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamastuti (2004) yang mendapatkan hasil adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah menurut Denver. Penelitian oleh Sutrisno pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa status gizi dalam indeks TB/U dan tingkat kecukupan energi, protein, dan zat besi berhubungan secara bermakna terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 2-3 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan 12 dari 13 anak dengan status gizi kurang perkembangannya masuk dalam kategori suspek. Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut.3 Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) dapat menyebabkan terganggunya struktur dan fungsi otak.25 Sementara keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak.23 Pada penelitian ini dapat dilihat perkembangan anak yang masuk dalam kategori suspek salah satu penyebabnya adalah status gizi anak yang kurang. Status gizi merupakan salah satu indikator untuk menilai pertumbuhan fisik anak. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, dan salah satu ciri dari perkembangan adalah perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan, dimana pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembangan pun demikian.1 Pada penelitian ini dapat dilihat status gizi kurang pada anak

menggambarkan

adanya

hambatan

pada

pertumbuhan

fisik

anak

dan

menyebabkan adanya dugaan keterlambatan perkembangan pada anak (suspek).

5.1

Keterbatasan Penelitian Sebelum tes skrining perkembangan dilakukan, peneliti telah menjelaskan kepada orangtua responden, bahwa yang akan dilakukan adalah tes untuk penyaringan terhadap kelainan perkembangan anak, bukan suatu tes IQ, dan jika anak tidak dapat melakukan tugas yang diberikan tidak perlu diberi pentunjuk, serta dapat menjawab dengan jujur pertanyaan yang diajukan peneliti (item yang tanda L). Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah ketika anak tidak mampu untuk melakukan tugas perkembangan, orang tua tetap memberi petunjuk kepada anak untuk melakukannya, hal ini dapat menyebabkan bias dalam interprestasi perkembangan anak, selain itu juga dalam item tugas perkembangan yang dapat ditanyakan kepada orang tua (item yang bertanda L) bisa saja didapatkan jawaban yang tidak akurat karena orang tua melebih-lebihkan kemampuan anak nya di rumah. Pada penelitian ini hanya dapat dinilai status gizi anak dan tidak spesifik menilai asupan zat gizi yang dikonsumsi anak.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1

Simpulan Simpulan pada penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengukuran antropometri dengan menggunakan indikator IMT/U kemudian dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan WHO 2007, dapat dilihat bahwa frekuensi status gizi kurang pada anak usia prasekolah adalah sebesar 34,2%. 2. Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan tes Denver II, dapat dilihat bahwa frekuensi anak dengan perkembangan dalam kategori suspek adalah sebesar 39,5%. 3. Berdasarkan uji statistik Chi square, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru (p=0,000).

6.2

Saran Saran pada penelitian ini adalah: 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh asupan zat-zat nutrien yang berperan secara spesifik pada otak terhadap perkembangan anak usia prasekolah. 2. Diperlukan kerjasama multidisipliner dengan peneliti di bidang lain, dengan menggunakan metodologi penelitian yang dapat menggambarkan sejauh mana pengaruh faktor-faktor lain terhadap perkembangan anak usia prasekolah.

3. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk dapat melakukan skrining pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah minimal 1 bulan sekali, agar dapat dideteksi secara dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Tanuwidjaya S. Konsep tumbuh dan kembang. Dalam: Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 1-12. Santoso S, Ranti AL. Kesehatan dan gizi. Jakarta : Rineka Cipta; 2004. h. 40-87 Supariasa ID Nyoman, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta : EGC; 2001. h. 26-85 Bolton Nichole. The role nutrition plays on childrens brain development. 2010. [diakses tanggal 29 September 2010]. Dikutip dari : (http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-braindevelopment-a246146) Hasan R, Alatas H, editors. Ilmu kesehatan anak. Buku Kuliah 1. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 1998. h. 387-418. Hamastuti MI. Hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah menurut denver di TK Roudlatul Athfal Muslimat NU 02 Kotalama Malang [skripsi]. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang; 2004. Sutrisno. Hubungan status gizi dengan tingkat perkembangan motorik kasar anak usia 2-3 tahun pada keluarga sejahtera di wilayah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. 2003. [diakses tanggal 20 Oktober 2010]. Dikutip dari : (http://eprints.undip.ac.id/11528/) Gunardi H. Pemantauan tumbuh kembang balita. [diakses tanggal 29 November 2010]. Dikutip dari : (http://www.pikhospital.co.id/hotnews14.htm) Agnor M, Emerson B, Ettinger S, Jacobs RR, Frank DA. The impact of food insecurity on the development of young low-income black and latino children. Washington : Joint Center for Political and Economic Studies; 2006. Soetjiningsih. Penliaian perkembangan anak. Dalam : Gde Ranuh IGN, editor. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 63-94. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Profil kesehatan kota pekanbaru 2009.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Puskesmas Sail Kota Pekanbaru. Laporan deteksi dini tumbuh kembang anak 2010. Soetjiningsih. Tumbuh-kembang anak. Dalam : Gde Ranuh IGN, editor. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 1-36. Soetjiningsih. Penilaian pertumbuhan fisik anak. Dalam : Gde Ranuh IGN, editor. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 37-62. Needlman RD. Growth and development. Dalam: Richard E. Berhman et al, editors. Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. USA : Saunders; 2004. p. 2366. Ambron SR. Child development. USA : Rinehart Press; 1981. h. 257-354. Budhiman M. Tumbuh-Kembang. Dalam : Markum AH, dkk, editors. Ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FK UI; 1999. h. 9-72. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes : pediatrika. Edisi 7. Jakarta : Erlangga; 2005. h. 46-54. Nugroho HSW. Denver development screening test. Petunjuk praktis. Jakarta : EGC; 2009. h. 8-27. Arisman DR. Gizi dalam daur kehidupan. Buku ajar ilmu gizi. Edisi 2. Jakarta : EGC; 2008. h. 171-198. Soekirman. Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional; 2000. WHO. Growth reference data for 5-19 years. 2010. [diakses tanggal 22 November 2010]. Dikutip dari : (http://www.who.int/growthref/en/) Tanuwidjaya S. Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Dalam: Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 13-21. Soetjiningsih. Upaya peningkatan kualitas tumbuh kembang anak. Dalam: Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 126-137.

13.

14.

15.

16. 17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama; 2003. h. 1-13. Rosales FJ, Zeisel SH. Perspectives from the symposium, The role of nutrition in infant and toddler brain and behavioral development. 2008. [diakses tanggal 21 Oktober 2010]. Dikutip dari : (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562682/) Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC; 1997. h. 869-886. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC; 2003. h. 247-268. Narendra MB. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam: Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 95-111. Dahlan MS. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : PT. Arkansas; 2004. Pusat Peraturan Pajak Online. Peraturan Gubernur Provinsi Riau nomor 94 tahun 2009 tentang upah minimum provinsi (UMP) tahun 2010 di Provinsi Riau. [diakses tanggal 29 November 2010]. Dikutip dari : (http://www.rumahpajak.com/index.php? option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56) Soetjiningsih, Suandi. Gizi untuk tumbuh kembang anak. Dalam: Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 22-50. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam: Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 86-94.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

Anda mungkin juga menyukai