Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP UPAYA MEMPERTAHANKAN KESEHATAN PEMULUNG DI TPA SUMOMPO MANADO oleh ANGELA L.

T 07061065 Manado 2011

Perilaku hidup sehat adalah perilaku untuk memelihara, mengupayakan dan meningkatkan kesehatan, serta mencegah resiko terjadinya penyakit. Perilaku hidup sehat tak terlepas dari kesehatan seseorang. Pemulung mempunyai perilaku hidup yang tidak seperti kurang memperhatikan personal hygiene sampai pada kurangnya melakukan perlindungan diri pada saat bekerja. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan pemulung di TPA Sumomopo Manado. Penelitian ini termasuk dalam penelitian Deskriptif Analitik dengan menggunakan bentuk pendekatan Potong Lintang (Cross Sectional), yaitu dengan mempelajari dinamika korelasi antara faktor dan resiko dengan efek melalui observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Dengan sampel yang berjumlah 40 responden yang diambil dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara dan lembar kuesioner. Penelitian dilakukan pada tanggal 05 Juli - 27 Juli 2011. Berdasarkan hasil analisis Bivariat dengan uji Chi Square diperoleh perilaku hidup sehat berpengaruh terhadap upaya mempertahankan kesehatan pemulung dengan nilai p = 0,000. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh perilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan pemulung. Saran sehubungan dengan penelitian ini adalah dapat berguna bagi masyarakat khususnya pemulung, dapat menjadi penambah pengetahuan bagi pendidikan dan berguna bagi peneliti serta penelitian selanjutnya. Kata kunci : Perlindungan Diri, Personal Hygiene (Kebersihan Diri) Kepustakaan: 10 buku (tahun 2004-2011), 10 Internet file.

Dewasa ini, ada suatu komunitas yang berhubungan langsung dengan sampah, sangat meningkat jumlahnya. Mereka adalah pemulung yang merupakan komunitas yang cenderung berkecimpung dengan sampah dan kurang memperhatikan kesehatannya. Pemulung ini yang bekerja di Tempat Pembuangan Akhir, atau biasa disebut TPA Sumompo Manado. Dengan bekerja memungut dan mengais sampah di TPA Sumompo Manado, kesehatan mereka dapat dipengaruhi dengan melihat bagaimana perilaku hidup sehat yang mereka terapkan sehari-hari. Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya, mencakup: makan makanan yang seimbang (mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh serta kuantitas dalam artian dengan jumlah yang cukup), olahraga yang teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, istirahat yang cukup, mengendalikan stress, perilaku dan gaya hidup sehat (Fitriani, 2011). Menurut WHO (1947) kesehatan tidak hanya meliputi aspek medis, tetapi juga aspek mental dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, mental dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup secara produktif, sosial dan ekonomi (Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992). Jumlah pekerja di TPA Sumompo yang berada dibawah pengawasan Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kota Manado, yang bekerja di TPA berjumlah 25 orang. Sementara pemulung yang mencari sisa-sisa barang bekas sebanyak 300 orang. Para pekerja dan pemulung di TPA Sumompo Manado tidak menghiraukan kesehatan mereka, padahal Pemerintah Kota Manado telah memfasilitasi pos pelayanan kesehatan ditempat itu. Dari wajah mereka ada keraguan, ketika memeriksakan kesehatan ke pos pelayanan kesehatan, dan ternyata harus mengeluarkan biaya pengobatan (Berita Pacific TV manado, 2010). Sedangkan menurut ketua pemulung, Ratna Raasui (2011) mengatakan bahwa pemulung yang bekerja di TPA Sumompo Manado berjumlah 200 orang, dengan tempat tinggal yang berbeda-beda. Faktor yang menentukan seorang bekerja sebagai pemulung antara lain adalah tingkat pendidikan yang rendah, yang menyebabkan aksebilitas dalam bidang pekerjaan juga rendah,

disamping pola pemikiran relatif sempit. Faktor lain adalah modal yang dimiliki sangat terbatas, sehingga sarana yang digunakan oleh para pemulung sangat sederhana yaitu karung plastik dan gancu untuk menyungkit sampah atau barang bekas. Pada umumnya pendapatan para pemulung tiap bulan berkisar kurang lebih dibawah Rp. 200.000 (Wurdjinem, 2001). Berdasarkan analisis data kualitatif, baik yang diperoleh dari informan maupun subyek diketahui bahwa pola hidup sehat pemulung cenderung rendah. Perilaku tidak sehat pemulung tampak dari perilakunya pada saat makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, padahal pemulung baru saja memegang sampah. Pemulung juga meletakkan makanan dan minuman secara terbuka di dekat tempat sampah, dan tidak menggunakan masker pada saat bekerja. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pemulung juga menyebabkan pemulung memiliki kepercayaan yang tidak mendukung perilaku hidup sehat (Susanti, 2007). Risiko yang paling dekat dengan pemulung sampah adalah kemungkinan terjangkitnya penyakit akibat sampah seperti kolera, diare dan tifus, penyakit jamur kulit (gatal-gatal), serta penyakit cacingan. Penyakit tersebut disebabkan karena kontak langsung dengan sampah serta tidak memperhatikan personal hygiene (Windiana, 2009). Dengan adanya perilaku para pemulung berdasarkan penjelasan diatas, maka dirasa perlu oleh peneliti sebagai mahasiswa keperawatan untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Perilaku Hidup Sehat terhadap Upaya Mempertahankan Kesehatan Pemulung di TPA Sumompo Manado.

Berdasarkan hipotesis penelitian, kerangka konsep dan analisa data didapatkan hasil yang diharapkan sehingga dapat menjawab tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan pemulung di TPA Sumompo Manado. Untuk menganalisa hipotesis penelitian, maka digunakan uji statistik Chi Square dengan nilai 0,05. Dari hasil analisa diperoleh nilai p = 0.000. Hal ini berarti p 0,05, maka ada pengaruh bermakna antara perilaku hidup sehat dengan kesehatan pemulung. Dengan demikian, hipotesis yang didapat bahwa adanya pengaruh perilaku hidup sehat terhadap upaya mempertahankan kesehatan pemulung di TPA Sumompo Manado terbukti. Dari 26 responden berperilaku hidup sehat baik mempunyai 21 (84,0 %) responden yang kesehatannya baik dan 5 (33,3%) responden yang kesehatannya kurang baik. Dalam hal ini, perilaku hidup sehat seseorang dapat mempengaruhi kondisi kesehatannya. Jelas bahwa bila perilaku hidup sehat seseorang itu baik, maka kondisi kesehatannya akan baik pula. Menurut pengamatan peneliti, perilaku hidup sehat pemulung di TPA Sumompo manado, sangat baik. Dilihat dari persentasi diatas sebanyak 21 (84,0) responden menunjukkan perilaku hidup sehat yang baik. Maksudnya adalah sebagian besar pemulung di TPA Sumompo Manado, sangat mengupayakan perilaku hidup sehatnya, walaupun mereka hanyalah pemulung. Dan mampu menunjukkan bahwa kesehatannya tidak seperti yang dibayangkan masyarakat. Ini ditunjukkan melalui kepedulian diri pada saat bekerja, dengan memakai alat pelindung diri seperti sepatu

boot, kaus kaki, masker, sarung tangan dan topi. Dan juga mengganti pakaian kerja serta menjaga kebersihan diri seperti mandi sehabis pulang kerja, mencuci tangan, dan cara-cara menjaga kebersihan lainnya. Dan menurut pengamatan peneliti secara langsung, sebagian pemulung yang bekerja di TPA tersebut jarang terkena sakit diare, gatal-gatal, dan penyakit yang parah lainnya. Memang para pemulung tersebut biasa mendapat penyakit seperti flu, batukbatuk, sakit kepala, sakit pinggang karena bekerja, tetapi tidak dengan jangka waktu yang lama. Begitu juga dengan kurangnya perilaku hidup sehat seseorang, maka kondisi kesehatannya juga berpengaruh buruk. Seperti yang dikatakan Sanjaya (2009) jika perilaku positif terhadap hidup sehat, maka status kesehatannya pun akan baik dan sebaliknya jika perilaku negatif terhadap hidup sehat maka status kesehatan pun buruk. Hal tersebut dilihat juga dari distribusi responden yang tidak memiliki perilaku hidup sehat yang baik ada 14 responden dimana mempunyai 3 (21,4%) responden yang kondisi kesehatannya baik dan 11 (78,6%) responden yang kesehatannya kurang baik. Asumsi peneliti tentang pemulung dengan kurang berperilaku hidup sehat mempunyai kondisi kesehatan yang kurang disebabkan karena faktor kurangnya pengetahuan akan perilaku hidup sehat. Hal ini didukung oleh teori Dachi (2010) yang mengungkapkan bahwa dari pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dimana seseorang atau pemulung yang mempunyai pengetahuan akan pentingnya perilaku hidup sehat, maka perilaku akan hidup sehatnya pun berpengaruh. Seperti pada penelitian terkait yang diungkapkan juga oleh Cahyawati (2008) bahwa adanya tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap peningkatan perilaku hidup sehat. Pengetahuan tentang perilaku hidup sehat tersebut disebabkan oleh pendidikan yang rendah. Seperti yang dinyatakan oleh peneliti terkait Susanti (2007) bahwa rendahnya pola hidup sehat yang dimiliki oleh pemulung disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah. Ini dilihat juga dari tingkat pendidikan terakhir pemulung yang bekerja di TPA Sumompo Manado. Tingkat pendidikan mereka hanya sampai di SD, dengan persentasi terbanyak SD ada 18 (45,0%), SMP 17 (42,5%) responden, dan paling sedikit SMA hanya 5 (12,5%) responden. Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa faktor yaitu lingkungan dilakukannya penelitian dan komunikasi. Penelitian dilakukan di Lingkungan III Kelurahan Sumompo Manado pada pemulung yang bekerja di TPA Sumompo Manado. Semua responden dalam penelitian ini

memiliki komunikasi yang kooperatif sehingga sangat membantu peneliti dalam memberikan kuesioner serta wawancara.

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, seperti: - Beberapa responden yang termasuk kriteria inklusi menolak untuk diteliti. - Kuesioner dibuat dan juga dikelompokkan sendiri oleh peneliti, dengan masing-masing variabel yang terdiri dari 5 pertanyaan untuk perlindungan diri, 15 pertanyaan untuk personal hygiene (kebersihan diri), 5 pertanyaan untuk kondisi fisik, 5 pertanyaan untuk kondisi psikologi, dan 5 pertanyaan untuk kondisi sosial pada pemulung belum valid, sehingga harus dilakukan uji valid dari masing-masing variabel tersebut.

Anda mungkin juga menyukai