Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini,
menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat. Salah satunya di bidang
pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di
dalam masyarakat dimana ia hidup (Ihsan, 2005:4). Pendidikan bagi kehidupan
umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang
hayat (Ihsan, 2005:2). Proses pendidikan ini dapat berlangsung dimana dan
kapan saja. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai pelajaran
matematika baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga merupakan salah satu mata
pelajaran yang wajib diajarkan kepada siswa mulai dari SD sampai dengan
SMA. Matematika sebagai mata pelajaran di sekolah dinilai memegang
peranan penting, baik pola pikir siswa maupun aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Menurut Fathani (2009:5), Matematika adalah sebuah ilmu yang
memang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia.
Semua kemajuan zaman dan perkembangan kebudayaan dan peradaban
manusia selalu tidak terlepas dari unsur matematika. Meskipun matematika
memiliki peranan penting, namun bagi anak-anak atau pelajar pada umumnya
matematika merupakan pelajaran yang kurang diminati. Hal ini dapat
2


dikarenakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh
guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru sering menggunakan metode
ceramah sebagai metode utama (Sanjaya, 2010:97). Suasana demikian
membuat siswa diam di tempat duduk mendengar dan menerima apa saja yang
diberikan guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru
matematika, dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak aktif bertanya ketika
guru mempersilahkan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
dimengerti. Siswa juga tidak bertanya kepada teman yang lebih tahu jika
mengalami kesulitan. Akibatnya, siswa merasa bosan, kurang berminat dan
tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran yang di ajarkan oleh guru. Sehingga
tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk berusaha memahami materi pelajaran
dan akhirnya mempengaruhi hasil belajar. Untuk mengatasi hal tersebut, Guru
harus berusaha membuat siswa tertarik pada matematika. Dalam penyajian
materi, guru harus terampil dalam memilih dan menggunakan model mengajar
yang tepat untuk situasi dan kondisi yang di hadapinya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMA Negeri Megang Sakti,
diperoleh data bahwa siswa kurang berminat untuk belajar matematika dan
hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika masih rendah dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu, 73. Ada
163 dari 280 siswa kelas X atau 50% lebih yang belum tercapai, sedangkan
siswa yang mencapai 60 hanya sebanyak 97, sehingga mereka harus mengikuti
program remidial untuk mencapai nilai yang telah ditetapkan oleh sekolah.
3


Dalam pengajaran matematika di SMA Negeri Megang Sakti, rata-rata
guru mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep
matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam
mengerjakan soal-soal dan rendahnya hasil belajar siswa (nilai) baik dalam
ulangan harian, ujian tengah dan akhir semester. Padahal, dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar dikelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan)
secara kontinyu berupa latihan soal. Tetapi dalam pelaksanaannya, latihan
tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep matematika.
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah terletak pada
proses pembelajaran matematika yang masih sering ditemui adanya dominasi
guru yang mengakibatkan siswa cenderung lebih bersifat pasif. Disamping itu,
proses pembelajaran matematika yang ditemui pada umumnya masih secara
konvensional dengan hanya mendengar ceramah dari guru, sehingga sebagian
siswa menjadi cepat bosan dan malas dalam mengikuti materi pelajaran.
Akibatnya, penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan tidak tuntas.
Dengan demikian hasil belajarnya menjadi rendah. Untuk dapat memahami
suatu konsep atau teori dalam matematika bukanlah suatu pekerjaan mudah.
Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik diperlukan aktivitas
belajar yang baik.
Oleh karena itu, setiap kegiatan belajar yang sedang berlangsung
hendaknya melibatkan seluruh siswa, sehingga siswa tersebut dapat
berpartisipasi aktif dalam materi yang sedang dibicarakan. Siswa akan berhasil
4


dengan baik bila dalam pembelajaran berpartisipasi secara aktif. Pentingnya
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika didasarkan pada sifat
mata pelajaran itu sendiri, karena pada dasarnya mata pelajaran tersebut
bersifat abstrak, sehingga diperlukan suatu cara dalam mengatasi agar mata
pelajaran tersebut mendapat respon yang tinggi dari siswa. Maka dari itu,
diperlukan aktivitas siswa untuk dapat memahami dan menguasai materi yang
diberikan.
Salah satu kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas
siswa dalam belajar matematika yaitu melalui pembelajaran cooperative tipe
Think-Pair-Share atau dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.
Kooperatif dapat diartikan dengan mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim (Isjoni,2010:15). Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian
prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan teman sekelas yang
lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (Slavin,
2010:5).
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share digunakan untuk
mengajarkan pelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong rasa ingin tahu,
ingin mencoba, bersikap mandiri, dan rasa ingin maju. Guru memberi
5


informasi yang mendasar saja sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam
mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya. Menurut Lie (2008:57),
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share ini memberi kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share ini jelas sekali sangat menuntut
siswa untuk aktif dalam belajar dan diskusi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk mengadakan
penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-
Pair-Share terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri
Megang Sakti.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh
yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri Megang Sakti ?

C. Ruang Lingkup Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas, maka penulis
perlu membatasi ruang lingkup dari permasalahan yaitu materi yang dibahas
adalah Operasi hitung bentuk Logaritma di Kelas X SMA Negeri Megang
Sakti.

6


D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap hasil belajar matematika siswa Kelas
X SMA Negeri Megang Sakti.

E. Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat,
antara lain sebagai berikut :
1. Siswa dapat meningkatkan motivasi dalam proses belajar dengan hasil
belajar siswa yang lebih baik serta melatih dan membiasakan siswa dan
saling membantu dengan sesama teman untuk mencapai hasil belajar yang
lebih baik lagi.
2. Guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
sehingga dapat dipahami dengan baik oleh siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share.

F. Definisi Operasional
Menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan, perlu adanya
batasan istilah. Beberapa istilah yang perlu dijelaskan adalah :
1. Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang ditimbulkan atau yang terjadi
setelah diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share terhadap hasil belajar matematika siswa.
7


2. Menurut Suprijono (2009 : 91)
Seperti namanya Thinking pembelajaran ini diawali guru
mengajukan pertanyaan untuk dipikirkan oleh peserta didik,
selanjutnya Pairing guru meminta peserta didik berpasang-
pasangan untuk berdiskusi. Hasil diskusi inter subjektif di tiap-tiap
pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas yang
dikenal sebagai Sharing.

3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh
siswa sebagai pencerminan dari kemampuan yang dikuasainya akibat proses
belajar yang didapat. Dengan kata lain, nilai yang diperoleh siswa dari hasil
tes setelah diterapkan pembelajaran model kooperatif tipe Think-Pair-Share.















8


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. Deskripsi Teoritik
1. Hakekat Matematika
Bourne (dalam Fathani, 2009:19) memahami matematika sebagai
konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar
dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengonstruksi ilmu pengetahuan
dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Uno (2011:127),
Karateristik Matematika dapat bersifat Deduktif, Logis sebagai sistem
lambang bilangan yang formal, struktur abstrak, simbolisme, dan merupakan
kumpulan dalil akal manusia, atau ilham dasar serta sebagai aktivitas berfikir.
Menurut Heruman (2010:2), Dalam Matematika, setiap konsep abstrak
yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan
bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir
dan pola tindakannya. Menurut Soedjadi (dalam Heruman, 2010:1), Hakekat
matematika yaitu memiliki tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan
pola pikir yang deduktif. Hakekat belajar matematika adalah suatu aktivitas
mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol,
kemudian diterapkannya pada situasi nyata (Uno, 2011:130). Dari pendapat di
atas maka hakekat matematika dapat disimpulkan sebagai bidang ilmu yang
abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.


9


2. Pengertian Belajar
Menurut Hamalik (2008:27), Belajar adalah suatu proses suatu kegiatan
dan bukan suatu hasil atau tujuan dan belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Menurut Slameto (2003:2), Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Sardiman (2001:22) menyatakan bahwa belajar secara umum adalah
suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan
lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.
Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah:
a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.
b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indra ikut berperan.
Syah (2003: 68), belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian
ini perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul
akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat
dipandang sebagai proses belajar.
Sesuai dengan pendapat diatas, Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003:
253), mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena :
10


a. Matemaatika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis.
b. Matemaatika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari.
c. Matemaatika merupakan sarana mengenal pola-pola hubungan dan
generalisasi pengalaman.
d. Matemaatika merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas.
e. Matemaatika merupakan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Suatu proses belajar dapat berjalan efektif apabila seluruh komponen
yang berpengaruh dalam proses belajar-mengajar saling mendukung dalam
mencapai tujuan, di antaranya siswa termotivasi. Komponen yang berpengaruh
dalam proses belajar-mengajar adalah guru, siswa, metode, kurikulum, dan
sarana prasarana.
Kesimpulan dari beberapa uraian para ahli di atas maka dapat
dirumuskan definisi belajar ialah suatu proses untuk mencapai tujuan yaitu
perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang bersifat
menetap.
3. Keterampilan Proses Pembelajaran
Menurut Damyati (2000:135), keterampilan pembelajaran yang
dimaksud adalah kegiatan yang dapat menciptakan kondisi yang
memungkinkan terjadinya belajar pada diri peserta didik. Dalam suatu kegiatan
11


pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perubahan
perilaku pada diri peserta didik sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Menurut Djamarah dan Zain (2006:44), Dalam kegiatan belajar
mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan
pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu anak didiklah yang lebih
aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Inilah
sistem pengajaran yang dikehendaki dalam pengajaran dengan pendekatan
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
Menurut Hamalik (2001:148), proses pembelajaran melibatkan berbagai
kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil
belajar yang baik. Dalam proses tersebut guru memberi bimbingan dan
menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar dan
untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sedangkan menurut Syah (2001:15), yang dimaksud keterampilan
proses adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku proses aktif yang
kompleks dan tersusun secara mulus dan sesuai dengan keadaan strategi
pembelajaran yang disusun untuk mencapai hasil tertentu. Selanjutnya
dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik saja
melainkan juga pengejawantahan (perwujudan atau pelaksanaan) fungsi mental
yang bersifat kognitif.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keterampilan proses
pembelajaran adalah suatu tuntutan proses aktif peserta didik dalam melakukan
suatu kegiatan secara motorik yang merupakan pembentukan fungsi mental
12


yang dilakukan oleh peserta didik yang dirancang secara sistematis strategi
pembelajarannya oleh pengajar untuk memperoleh hasil belajar secara optimal.
Oleh karena itu keterampilan proses disini akan menjadi ciri kekhasan suatu
rancangan strategi pembelajaran dari mulai rancangan awal strategi diterapkan,
proses, akibat/dampak, hingga menutup strategi tersebut.
4. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Nashar (2004:77), Hasil belajar merupakan kemampuan yang
diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Sejalan dengan itu, Nashar
(2004:81) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari perubahan
tingkah laku yang diperoleh individu sebagai tujuan dari pembuatan belajar
yang dilakukannya. Hasil belajar itu meliputi semua aspek perilaku (aspek
kognitif,afektif, dan psikomotor). Sudjana (2005:22) mengatakan Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
Abdurrahman (2003: 253), Liebeck menyatakan ada dua macam hasil
belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu:
a. Perhitungan matematika (mathematics calculation)
b. Penalaran matematika (mathematics reasoning)
Sudjana (2005: 39), menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor
yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang
dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Disamping faktor
kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar,
13


minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi,
faktor fisik, dan psikis. Faktor yang datang dari luar, yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu, kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya
atau efektif tidaknya proses belajar- mengajar dalam mencapai tujuan
pengajaran.
Evaluasi atau penilaian yang dilakukan merupakan tindak lanjut atau
cara untuk memperoleh hasil belajar dan mengukur tingkat penguasaan siswa.
Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu
pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Untuk memperoleh hasil
belajar siswa yang baik, tentumya tidak terlepas dari model pembelajaran yang
digunakan oleh guru yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Dalyono (2007:55)
dapat digolongkan menjadi empat, yaitu :
a. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar, karena jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik akan
mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar dan mengurangi semangat belajar.
b. Inteligensi dan Bakat
Inteligensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan
belajar. Seorang yang memiliki inteligensi tinggi pada umumnya mudah belajar
dan hasilnya pun cenderung memiliki inteligensi rendah. Cenderung
mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi
belajarnya pun rendah.
14


Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar.
Jadi inteligensi dan bakat sangat erat hubungannya dan tidak dapat dipisahkan
Jika seseorang memiliki inteligensi yang tinggi dan bakatnya ada di dalam
bidang yang dipelajarinya, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses
dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi inteligensinya
rendah.
c. Minat dan Motivasi
Minat dan Motivasi adalah dua aspek yang besar pengaruhnya terhadap
pencapaian prestasi belajar. Minat timbul karena daya tarik dari luar dan juga
dari hati. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang
tinggi, sebaiknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang
rendah.
Motivasi berbeda dengan minat karena daya penggerak/pendorong
untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa berasal dari dalam diri dan juga
dari luar diri. Motivasi yang berasal dari dalam diri adalah dorongan yang
datang dari hati pada umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu.
Motivasi yang berasal dari luar (lingkungan) dorongan yang datang dari luar
orang tua, masyarakat, guru, teman-teman dan lain-lain.
Hal yang ada pada diri individu yang juga berpengaruh terhadap kondisi
belajar adalah situasi afektif, selain ketenangan dan ketentraman psikis juga
motivasi untuk belajar. Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan
konstan. Motivasi yang lemah serta tidak konstan akan menyebabkan
15


kurangnya usaha belajar yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil
belajarnya.
d. Faktor Lingkungan
Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(masyarakat, keluarga, sekolah). Keluarga merupakan lingkungan pertama dan
utama dalam pendidikan, yang memberikan landasan dasar bagi proses belajar
pada lingkungan sekolah dan masyarakat.
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi
perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik
sekolah seperti lingkungan sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada,
sumber belajar, media belajar, dan lain-lain.
Lingkungan masyarakat dimana siswa atau individu berada juga dalam
berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan
masyarakat dimana warga memiliki latar belakang pendidik yang cukup,
terdapat lembaga-lembaga pendidik dan sumber-sumber belajar di dalamnya
akan memberikan pengaruh yang positif terhadap semangat dan perkembangan
belajar generasi mudanya.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah pembelajaran
dilaksanakan yang suatu prestasi kegiatan yang telah dicapai, dikerjakan, baik
secara individu maupun kelompok yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
angka, huruf, atau kata.

16


5. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif
Berbagai teknik pembelajaran cooperative learning dipaparkan di
bawah ini. Tipe-tipe yang dipaparkan di bawah ini bisa dipakai berulang-ulang
dengan berbagai bahan pelajaran, situasi, ataupun siswa.
a. Mencari Pasangan.
Model pembelajaran kooperatif tipe mencari pasangan (make a match)
dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan Model pembelajaran
kooperatif tipe mencari pasangan adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
b. Bertukar Pasangan.
Model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan memberi siswa
kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain.
c. Berkirim Salam dan Soal.
Model pembelajaran kooperatif tipe berkirim salam dan soal memberi
siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterempilan mereka. Siswa
membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk
belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman sekelasnya. Kegiatan
berkirim salam dan soal cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian.
d. Kepala Bernomor.
Model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor (Numbred Heads)
dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran tipe kepala bernomor
ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan
mempertimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, Model pembelajaran
17


tipe kepala bernomor ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerja sama mereka.
e. Dua Tinggal Dua Tamu.
Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu (two stay two
stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan dan bisa digunakan bersama dengan
teknik kepala bernomor.
f. Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dikembangkan oleh
Aronson et al. sebagai model pembelajaran cooperative learning. Model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini bisa digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
g. Berpikir-Berpasangan-berbagi.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share atau berpikir-
berpasangan-berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share ini guru mengajukan pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran yang diminta siswa menggunakan waktu
beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Selanjutnya guru
meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Pada langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan ke seluruh kelas yang telah mereka bicarakan.
6. Model Pembelajaran kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Menurut Fadholi (2009), Model pembelajaran Think-Pair-Share adalah
salah satu model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa
18


untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share ini guru mengajukan pertanyaan atau masalah
yang dikaitkan dengan pelajaran yang diminta siswa menggunakan waktu
beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Selanjutnya guru
meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Pada langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan ke seluruh kelas yang telah mereka bicarakan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share memberi waktu
kepada siswa untuk berpikir dan merespon serta saling membantu yang lain
dan digunakan untuk mengajarkan pelajaran atau mengecek pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran. Guru menciptakan interaksi yang dapat mendorong
rasa ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri, dan rasa ingin maju. Guru
memberi informasi yang mendasar saja sebagai dasar pijakan bagi anak didik
dalam mencari dan menemukan sendiri informasi lainnya.
Model Pembelajaran ini juga memberi kesempatan siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dan teknik ini
adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang
memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh
kelas. Model Pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali
lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain. Adapun cara pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share menurut (Hanafiah dan Suhana, 2009:46) adalah :
a. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
19


b. Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang
disampaikan guru.
c. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2
orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
d. Guru memimpin pleno kecil diskusi, setiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya.
e. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
f. Guru memberi kesimpulan dan penutup.
Pembelajaran Think-Pair-Share memiliki prosedur yang diterapkan
secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berfikir,
menjawab dan saling membantu satu sama lain. Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share ini guru hanya berperan sebagai fasilitator
sehingga guru menyajikan satu materi dalam waktu pembahasan yang relatif
singkat. Setelah itu giliran siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang
apa yang telah dijelaskan.
Langkah-langkah yang perlu diterapkan dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share menurut Fadholi (2009) adalah sebagai
berikut:
a. Tahap pertama :Think (berfikir).
Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran.
Kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut
secara mandiri untuk beberapa saat.
20


b. Tahap kedua :Pairing (berpasangan).
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Biasanya guru
mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
c. Tahap ketiga : Sharing (berbagi).
Pada tahap akhir, guru meminta pasangan dengan kelompoknya tersebut
untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai
yang telah mereka bicarakan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share menganut sistem
gotong royong yang mencegah terjadinya keagresifan dalam kompetisi dan
keterasingan dalam sistem individual tanpa mengorbankan aspek kognitif.
Dengan adanya sistem gotong royong, siswa dapat membantu satu sama lain.
Siswa yang merasa mampu akan memberi bantuan kepada siswa yang belum
mampu pada saat melakukan diskusi. Hal ini akan berdampak positif pada hasil
belajar siswa, karena siswa merasa lebih nyaman apabila mendapat bantuan
dari temannya sendiri daripada oleh gurunya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share memberikan
hasil belajar baik karena terjadi interaksi tatap muka dalam anggota kelompok
dan kemampuan menjalin hubungan interpersonal. Berdasarkan pendapat
Nanang dan Fadholi maka dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe TPS sebagai :
21


a. Pembentukan kelompok-kelompok kecil dengan anggota 2-6 siswa dibuat
heterogen, yang dipilih dari tes awal dan dibedakan antara siswa pintar,
sedang dan kurang pintar.
b. Guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian memberikan soal latihan
dalam bentuk LKS.
c. Siswa diminta untuk mengerjakan soal secara mandiri untuk beberapa saat.
d. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi
dengan pasangannya.
e. kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat.
f. Guru memberi kesempatan kepada kelompok untuk melaporkan hasil
diskusinya di depan kelas, diikuti dengan kelompok lain yang memperoleh
hasil yang berbeda sehingga terjadi proses berbagi/sharing pada diskusi
kelas.
g. Guru mengevaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka
diskusikan.
h. Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas.
Hambatan yang ditemukan selama proses pembelajaran antara lain dari
segi siswa, yakni : siswa-siswa yang pasif. Tahap pair (berpasangan) yang
seharusnya menyelesaikan soal dengan berdiskusi dengan pasangan satu
bangku tetapi masih suka memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar
materi pelajaran, menggantungkan pada pasangan dan kurang berperan aktif
dalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soal tersebut
pada pasangan yang lain. Untuk mengatasi hambatan dalam penerapan model
22


pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, yaitu guru akan berkeliling
kelas dengan mengingatkan kembali tahap-tahap yang harus siswa dilalui. Hal
ini dilakukan agar siswa tertib dalam melalui setiap tahapnya dalam proses
pembelajaran ini. Guru akan memberikan poin pada siswa, jika siswa tersebut
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau memberikan sanggahan
pada tahap share (berbagi).
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share ini bertujuan
agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam
komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam
kelompok-kelompok kecil. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk
membimbing siswa melakukan diskusi sehingga terciptanya suasana belajar
yang lebih hidup, aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share ini juga
memiliki kelebihan dan kelemahannya menurut Fadholi (2009) adalah sebagai
berikut : Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
adalah memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan
saling membantu satu sam lain. Sedangkan kelemahan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah Membutuhkan koordinasi secara
bersamaan dari berbagai aktivitas, membutuhkan perhatian khusus dalam
penggunaan ruangan kelas, peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil
dapat menyita waktu pengajaran yang berharga.Untuk itu guru harus dapat
membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah
waktu yang terbuang.
23


7. Operasi Hitung Bentuk Logaritma
a. Bentuk logaritma
Log adalah notasi dari logaritma. Bentuk
a
log b dibaca sebagai
logaritma b dengan bilangan pokok a.
a
log b = n b = a
n

dengan :
a disebut bilangan pokok, a > 0 dan a 1
b disebut numerus, b > 0
n disebut hasil logaritma
b. Menghitung Nilai Logaritma
Dalam menghitung nilai logaritma ada bilangan-bilangan yang
bias langsung kita tentukan nilainya. Karena bilangan-bilangan tersebut
merupakan hasil dari perpangkatan dari bilangan pokoknya, misalnya :
2
log 8 = 3 sebab 2
3
= 8
3
log 27 = 3 sebab 3
3
= 27
5
log 25 = 2 sebab 5
2
= 25
Akan tetapi, bagaimana kalau kita dihadapkan pada persoalan
2
log 7 = x kita perhatikan bahwa bilangan 7 tidak bisa kita tentukan
secara langsung dari 2
x
. Untuk menentukan nilai x yang mendekati ada
beberapa cara yang dapat kita gunakan antara lain :
a) Dengan menggunakan grafik y = a
x
, a > 1 atau 0 < a < 1,
b) Dengan menggunakan tabel, dan
c) Dengan menggunakan kalkulator.
24


c. Sifat-sifat Operasai Aljabar pada Logaritma
Pada pembahasan logaritma ini kita telah memahami tentang
pengertian logaritma dan cara menentukan nilai-nilai logaritma.
Kegunaan dari sifat-sifat logaritma yang kita pelajari ini adalah untuk
menentukan logaritma bilangan-bilangan yang lebih dari 10 atau
bilangan-bilangan antara 0 dan 1 serta penerapannya dalam perhitungan
aljabar.
1. b a
b
a
=
log

2.
a
log bc =
a
log b +
a
log c
3. c b
c
b
a a a
log log log =
4.
a
log b
n
= n.
a
log b
5. 1 , 1 , 0 , 0 , 0
log
log
log > > > = c a c b a untuk
a
b
b
c
c
a

6.
a
log b .
b
log c =
a
log c untuk a > 0 , a 1 , b > 0 , b 1 dan c > 0
7. Jika
a
log b = c , maka c b
m a
m
= log
8. Jika
a
log b = c , maka c
n
m
b
m a
n
. log =
Contoh :
Sederhanakan dengan menggunakan sifat-sifat logaritma
1.
2
log 16
2
log 4
2.
3
1
log
3


25


Jawab :
1.
2
log 16
2
log 4 = 2 4 log
4
16
log
2 2
= =


2.
3
1
log
3
=
3
log 3
-1
= -1 .
3
log 3 = -1 . 1 = -1

B. Penelitian yang Relevan
Sebelumnya penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) sudah pernah diteliti oleh Ani Rahmawati, (2010)
dengan judul Pengaruh Model Pembejaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama Negeri 13 Lubuklinggau. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa hasil belajar siswa jauh lebih baik dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) daripada yang tidak menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Yang menjadi
perbedaan dalam penelitian ini terletak pada objek dan materi dalam penelitian
yang pernah dilakukan di SMP 13 Lubuklinggau dengan materi pokok Bentuk
Aljabar, sedangkan pada penelitian ini akan menerapkan pembelajaran tipe
think-Pair-Share (TPS) di SMA Negeri Megang sakti dengan materi pokok
Logaritma, serta waktu yang dilaksanakan juga berbeda. Jadi pembelajaran tipe
Think-Pair-Share (TPS) ini berarti dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.


26


C. Kerangka berfikir






















D. Hipotesis Penelitian
Arikunto (2009:64), menyatakan bahwa hipotesis merupakan suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah peneliti sampai terbukti
melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada
pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share terhadap hasil belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri Megang
Sakti."
Pre tes Pre tes
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Model Pembelajaran Kooperatif
tipe think-pair-share
Model Pembelajaran
Konvensional
Post tes Post tes
Hasil Belajar Hasil Belajar

Kesimpulan
Uji Instrumen
27


BAB III
METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Menurut Arikunto (2008:3) eksperimen adalah suatu cara untuk
mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan
oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-
faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud
untuk melihat akibat pemberian perlakuan.
Peneliti mengadakan eksperimen dengan memberikan pembelajaran di
kelas-kelas yang menjadi sampel dengan perlakuan yang berbeda. Pada kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Desain penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen murni.
Menurut Arikunto (2008:86) dapat digambarkan sebagai berikut:
E 0
1
X 0
2

K 0
3
- 0
4
Keterangan: E = Kelas Eksperimen
K = Kelas Kontrol
X

= Pembelajaran tipe Think-Pair-Share (tps)
O
1
& O
3
= Pretest
O
2
& O
4
= Posttest
28


B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2008:130).
(Sudjana, 2005:6) Populasi adalah Totalitas semua nilai yang mungkin,
hasil perhitungan atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jika
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek penelitian yaitu
seluruh siswa kelas X SMA Negeri Megang Sakti. Adapun populasi dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No Kelas
Jumlah
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1
2
3
4
5
6
7
X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
X
6
X
7
16
14
16
13
12
15
19
25
26
24
27
27
24
22
41
40
40
40
39
39
41
Jumlah 105 175 280
Sumber : Tata usaha SMA Negeri Megang Sakti Tahun Pelajaran 2011/2012
2. Sampel
Sampel adalah Sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2008:131). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu dengan mengambil
beberapa kelas dari anggota populasi diantara kelas-kelas yang homogen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran, diketahui bahwa
29


ketujuh kelas ini homogen. Sampel diambil dari kelas X Semester Ganjil
SMA Negeri Megang Sakti Tahun Pelajaran 2011/2012. Untuk
melaksanakan penelitian, penulis menentukan sampel sebanyak dua kelas :
a. Kelas Eksperimen yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share.
b. Kelas Kontrol yaitu kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share dan menggunakan strategi
pembelajaran konvensional.
Pada penelitian ini terambil kelas X.5 dengan 39 siswa sebagai
kelas eksperimen dan kelas X.6 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa
39 siswa. Jumlah responden sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang.
Untuk menguji coba instrumen diambil satu kelas yaitu kelas XI IS 4
dengan jumlah siswa 38 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data
Arikunto (2008:222) mengatakan bahwa menyusun instrumen adalah
pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan
data jauh lebih penting lagi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik tes. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang
hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Tes dalam penelitian ini dilakukan
sebanyak dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posstest).


30


D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kuantitatif. Dalam teknik kuantitatif, data yang dianalisis berupa angka-angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran data serta penampilan dari hasilnya
(Arikunto, 2008:12). Menurut Subana dan Sudrajat (2005:25), Dari segi
tujuan, penelitian kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji suatu teori, untuk
menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukan
hubungan antar variabel, dan ada pula bersifat mengembangkan konsep,
mengembangkan pemahaman, atau mendeskripsikan banyak hal. Adapun
langkah-langkah dalam menganalisis data hasil belajar siswa adalah sebagai
berikut:
1. Membuat kunci jawaban
2. Memeriksa jawaban siswa sesuai kunci jawaban yang dibuat
3. Memberikan skor total dan nilai dari jawaban siswa
4. Mencari rentang kelas
5. Mencari panjang interval
6. Mencari rata-rata dan simpangan baku
7. Mencari uji normalitas
8. Mencari homogenitas
9. Mencari uji kesamaan dua rata-rata

E. Pertanggungjawaban Penelitian
1. Teknik Penentuan Kualitas Instrumen
31


Sesuai dengan jenis penelitian untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini, maka instrumen yang digunakan yaitu soal
tes hasil belajar yang tujuannya untuk mengetahui penguasaan materi
pembelajaran. Tes tersebut berjumlah 6 soal yang berbentuk essay.
Arikunto (2008:160) menyatakan, instrumen merupakan alat atau
fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen didalam
penelitian ini memiliki kedudukan yang paling tinggi, karena data yang
diperoleh dapat menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai
alat penelitian hipotesis. Jadi, benar tidaknya data yang diperoleh sangat
menentukan mutu hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data,
tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data tersebut.
Instrumen yang baik harus memenuhi empat syarat penting yaitu, validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
Mengetahui tingkat kebaikan instrumen suatu penelitian, maka
terlebih dahulu instrumen tersebut di uji coba. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran setiap item butir soal dari suatu instrumen. Uji coba instrumen
dilaksanakan di kelas XI IS 4 SMA Negeri Megang Sakti tahun pelajaran
20110/2012, pada hari Sabtu tanggal 10 September 2011 dengan jumlah
peserta 38 siswa.

32


Menurut Arikunto (2008:168),
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud.

a. Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-
tingkat kevalitan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2008:168).
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas
rendah. Jadi sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat menangkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang
validitas yang dimaksud.
Validitas isi dari tes dapat diketahui dari kesesuaian antara tujuan
pembelajaran dan ruang lingkup materi yang telah diberikan dengan
butir-butir tes yang menyusunnya. Tes dikatakan valid apabila tes tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal
dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir soal dengan skor total yang
diperoleh koefisien korelasi dihitung dengan rumus korelasi Product
Moment sebagai berikut :
33


( )( )
( ) { } ( ) { }
2
2
2
2


=
Y Y N X X N
Y X XY N
r
xy
(Arikunto,,2006:170)
Keterangan : r
XY
= Koefisien korelasi.
X = Skor butir soal.
Y = Skor total.
N = Banyak soal.
Menurut Suherman dan Sukjaya (1990:147) interprestasi mengenai
besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
r
XY
0,00 tidak valid
0,00 < r
XY
0,20 valid sangat rendah
0,20 < r
XY
0,40 valid rendah
0,40 < r
XY
0,60 valid cukup
0,60 < r
XY
0,80 valid tinggi
0,80 < r
XY
1,00 valid sangat tinggi
Mendapatkan kesignifikanan validitas instrumen, maka
diperlukan uji statistik t dengan rumus :
2
1
2
xy
xy
r
n
r t

= (Sudjana, 2005: 377)


Keterangan : n = Banyak data
r = Korelasi
t = Distribusi student t.
Taraf signifikan ( = 0,05), maka hipotesis diterima jika t
hitung
<
t
tabel
. Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n-2). Dalam
34


hal lain hipotesisnya ditolak, dengan kata lain soal tersebut dikatakan
valid.
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran B), rekapitulasi hasil
analisis validitas butir soal diperlihatkan pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2
Hasil Analisis Validitas
No Nilai r
xy
t
hitung
t
tabel
Keterangan
1 0,40 2,65 2,02 Valid/ Sedang
2 0,48 3,28 2,02 Valid/ Sedang
3 0,78 7,50 2,02 Valid/ Tinggi
4 0,65 5,12 2,02 Valid/ Tinggi
5 0,38 2,46 2,02 Valid/ Rendah
6 0,39 2,54 2,02 Valid/ Rendah
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,
2008:178). Instrumen yang sudah dapat dipercaya (reliabel) akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Mengetahui reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha
dikemukakan oleh Arikunto (2009: 109) sebagai berikut :

=

t
i
n
n
r
2
2
11
1
1


Keterangan :
r
11
= Raliabilitas instrumen.

2
b
= Jumlah varians butir.
35


t
2
= varians total.
n = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
Klarifikasi untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas suatu tes
menurut Guilford (dalam Suherman, 1990:177) adalah sebagai berikut :
20 , 0
11
r Reliabilitas sangat rendah
40 , 0 20 , 0
11
< r Reliabilitas rendah
60 , 0 40 , 0
11
< r Reliabilitas sedang
80 , 0 60 , 0
11
< r Reliabilitas tinggi
80 , 0 60 , 0
11
< r

Reliabilitas sangat tinggi
Setelah data hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus
di atas (lampiran B), diperolah koefisien reliabilitas sebesar 0,48, maka
instrumen penelitian ini memiliki derajat reliabilitas sedang, sehingga
dapat dipercaya sebagai alat ukur.
c. Daya Pembeda
Arikunto (2006: 211) menyatakan bahwa daya pembeda
instrumen adalah kemampuan suatu instrumen untuk membedakan antara
siswa yang pandai (kemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai
(kemampuan rendah). Jika suatu soal dapat dijawab benar oleh semua
siswa baik siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai, maka
soal tes tersebut tidak baik karena tidak memiliki daya pembeda.
Demikian pula sebaliknya jika semua siswa baik siswa yang pandai
maupun yang kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar.
36


Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut juga
indeks diskriminan (daya pembeda). Dalam penghitungan daya pembeda
butir soal tersebut dibagi dua, separuh kelompok atas dan separuh
kelompok bawah. Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal
essay digunakan rumus sebagai berikut :
B
B A
A
B A
IS
JS JS
DP atau
SI
JS JS
DP

=

=

(Suherman & Sukjaya 1990:201)
Keterangan :
DP = indeks daya pembeda
JS
A
= jumlah skor kelompok atas
JS
B
= jumlah skor kelompok bawah
SI
A
/ SI
B
= jumlah skor ideal salah satu kelompok
Dengan ketentuan menurut Suherman dan Sukjaya (1990:202) sebagai
berikut :
DP 0,00 Sangat jelek
0,00 <DP 0,20 Jelek
0,20 <DP 0,40 Cukup
0,40 <DP 0,70 Baik
0,70 <DP 1,00 Sangat baik
Hasil perhitungan (lampiran B), dapat dikemukakan rekapitulasi
hasil analisis daya pembeda tes penguasaan materi bentuk akar seperti
pada tabel berikut :

37


Tabel 3.3
Hasil Analisis Daya Pembeda
Nomor
Soal
Jumlah skor
kelompok
atas
Jumlah
skor
Kelompok
Bawah
Jumlah skor
Ideal
Kelompok
Atas/bawah
Daya
Pembeda
(DP)
Ket
1 16 11 20 0,25 Cukup
2
18 11 20 0,35
Cukup
3
38 18 40 0,50
Baik
4
26 10 30 0,53
Baik
5
8 3 20 0,25
Cukup
6
21 13 30 0,27
Cukup
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran atau taraf kesukaran suatu butir soal,
menunjukan apakah butir soal tersebut tergolong butir soal yang sukar,
sedang atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2008: 207). Untuk
keperluan penghitungan daya pembeda butir soal tersebut dibagi dua,
separuh kelompok atas dan separuh kelompok bawah. Untuk menghitung
tingkat kesukaran butir soal.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran untuk butir soal uraian,
dihitung menggunakan rumus:
B A
B A
SI SI
JS JS
IK
+
+
= (Sukjaya dan Suherman, 1990:213)
Keterangan: IK : Indeks kesukaran
JS
A
: Jumlah skor kelompok atas
JS
B
: Jumlah skor kelompok bawah
SI
A
: Jumlah skor ideal kelompok atas
SI
B
: Jumlah skor ideal kelompok bawah
38


Menurut Suherman dan Sukjaya (1990:213), klasifikasi
interpretasi untuk indeks kesukaran yang banyak digunakan adalah :
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK 0,30 Soal sukar
0,30 < IK 0,70 Soal sedang
0,70 < IK 1,00 Soal mudah
Hasil perhitungan (lampiran B), dapat dikemukakan rekapitulasi
hasil analisis tingkat kesukaran tes penguasaan materi Logaritma seperti
pada tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4
Hasil Analisis Indeks Kesukaran
Nomor
Soal
Jumlah
skor
kelompok
atas
Jumlah
skor
Kelompok
Bawah
Jumlah skor
Ideal
Kelompok
Atas/bawah
Indeks
Kesukaran
(IK)
Ket
1 16 11 20 0,68 Sedang
2 18 11 20 0,73 Mudah
3 38 18 40 0,70 Sedang
4 26 10 30 0,60 Sedang
5 8 3 20 0,28 Sukar
6 21 13 30 0,57 Sedang

Berdasarkan analisis hasil uji coba tes belajar, maka rekapitulasi hasil uji
coba tes dapat dilihat pada tabel 3.5 rekapitulasi hasil uji coba berikut.
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Uji Coba
No
Soal
Validitas
Indeks
Kesukaran
Daya
Pembeda
Ket
1 0,40 Valid Sedang 0,68 Sedang 0,25 Cukup Dipakai
2 0,48 Valid Sedang 0,73 Mudah 0,35 Cukup Dipakai
3 0,78 Valid Tinggi 0,70 Sedang 0,50 Baik Dipakai
4 0,65 Valid Tinggi 0,60 Sedang 0,53 Baik Dipakai
5 0,38 Valid Rendah 0,28 Sukar 0,25 Cukup Dipakai
6 0,39 Valid Rendah 0,57 Sedang 0,27 Cukup Dipakai
39


2. Teknis Analisis Data
a. Menentukan Skor Rata-rata dan Simpangan Baku
Menurut (Sudjana, 2005:67) Menentukan skor rata-rata dan
simpangan baku pada tes awal dan tes akhir, untuk data hasil belajar pada
kelompok eksperimen maupun kelas kontrol dengan rumus:
x
n
x
i
=
, dan
( )
1
2

=

n
x x f
s
i i

Keterangan :

x = nilai rata-rata hasil belajar siswa
i
x = nilai siswa keseluruhan
n = banyak data
s = simpangan baku
b. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk menentukan apakah kelas
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah
uji Chi-Kuadrat dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
H
0
: Berdistribusi normal, jika X
2
hitung
X
2

tabel
H
1
: Tidak berdistribusi normal, jika X
2
hitung
> X
2
tabel
X

=
k
i i
i i
E
E O
1
2
) (
(Sudjana, 1996:237)
Dengan: X
2
= harga Chi-Kuadrat
O
i
= frekuensi hasil pengamatan
E
i
= frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelasH interval
40


Kriteria pengujian adalah: Tolak H
0
Jika X
2

2
(1-)(k-1)
dengan =
taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya, H
0
diterima. Dan = 5%
maka data tersebut berdistribusi normal (Sudjana, 1996:237)
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam varians antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians antara
kedua kelompok, sama ataukah berbeda. Pengujian homogenitas ini
mengujikan uji varians dua buah peubah. Dengan demikian hipotesis
yang akan diuji adalah:
H
0
= Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen
H
a
= Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau heterogen.
Dimana dk
1
=(n
1
-1) dan dk
2
=(n
2
-1)
Uji statistiknya menggunakan uji varians (F), dengan rumus:
2
2
2
1
S
S
F =
Keterangan : F = Uji varians
S
1
2
= Varians terbesar
S
2
2
= Varians terkecil
Kriteria pengujiannya adalah terima H
0
jika
) 1 , 1 (
2
1 ) 1 )( 1 (
2 1
1


< <
n n
n
F F F

dan tolak H
0
jika mempunyai harga-harga yang lain (Sudjana, 1996:249)



41


d. Uji Kesamaan Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji
kesamaan antara dua rata-rata data, dalam hal ini antara data kelompok
eksperimen dan data kelompok kontrol.
1) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik
yang digunakan uji-t dengan rumus :
s
n n
X X
t
2 1
2 1
1 1
+

=

Keterangan :
1
X = nilai rata rata kelompok eksperimen
2
X = nilai rata rata kelompok kontrol
n
1
= banyak sampel kelompok eksperimen
n
2
= banyak sampel kelompok kontrol
s = simpangan baku
Kriteria pengujiannya adalah terima H
0
jika -


< <

2
1
1
2
1
1
t t t
dimana


2
1
1
t didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n
1
+ n
2
-2)
dan peluang


2
1
1
. Untuk harga-harga t lainnya H
0
ditolak.
(Sudjana, 1996:239). Maka dapat disimpulkan bahwa : jika t
hitung
< t
tabel
maka H
0
diterima, dan jika t
hitung
> t
tabel
maka H
0
ditolak.
2) Jika kedua data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka uji
statistik yang digunakan adalah uji-t semu (t) dengan rumus :
42


2
2
2
1
2
1
2 1
'
n
s
n
s
X X
t
+

=

Keterangan : =
1
X nilai rata-rata kelompok eksperimen
=
2
X nilai rata-rata kelompok kontrol
n
1
= banyak sampel kelompok eksperimen
n
2
= banyak sampel kelompok kontrol
=
2
1
s varians terbesar
=
2
2
s varians terkecil
Kriteria pengujiannya adalah tolak H
0
jika t
2 1
2 2 1 1
w w
t w t w
+
+
dan
terima H
0
jika terjadi sebaliknya. Dengan :
1
2
1
1
n
s
w =
,
2
2
2
2
n
s
w =
,
) 1 )( 1 ( 1
1

=
n
t t

dan
) 1 )( 1 ( 2
2

=
n
t t

. Peluang untuk penggunaan daftar


distribusi t ialah (1-) sedangkan dk-nya masing-masing (n
1
-1) dan
(n
2
-1) (Sudjana, 1996:243).








43


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif dari skor pretes dan postes kelas eksperimen
dan kelas kontrol dapat dilihat pada table 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Skor Pretes Dan Postes
Kelas Eksperimen dan Kontrol

Tes
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N
x
S N
x
S
Pretes 39 31,41 1,85 39 33,01 1,62
Postes 39 78,53 1,28 39 70,35 1,67

Berdasarkan tabel 4.1 di atas bahwa skor rata-rata pretes kelas
eksperimen adalah 31,41 dan skor rata-rata kelas kontrolnya adalah 33,01.
dengan simpangan baku kelas eksperimen adalah 1,85 dan simpangan
baku kelas kontrol adalah 1,62. Sedangkan skor rata-rata postes kelas
eksperimen 78,53 dan skor rata-rata kontrol adalah 70,35 dengan
simpangan baku kelas eksperimen adalah 1,28 dan simpangan baku kelas
kontrol adalah 1,67. Selisih skor rata-rata pretes kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah 1,60. Hal ini menunjukkan bahwa skor rata-rata
pretes kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan skor rata-rata pretes
kelas kontrol. Sedangkan selisih skor rata-rata postes antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol adalah 8,18. Hal ini menunjukkan bahwa
skor rata-rata postes kelas eksperimen cukup berbeda dengan skor rata-rata

postes kelas kontrol.
rata kedua kel
2. Analisis Kemampuan Awal Siswa
pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang
diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk
mengetahui ke
dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol
dilakukan analisa uji kesamaan rata
rata
a.
0
20
40
60
80
postes kelas kontrol.
rata kedua kel
Skor Rata-rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K
Analisis Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi
pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang
diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk
mengetahui ke
dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol
dilakukan analisa uji kesamaan rata
rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Uji Normalitas Skor Pretes
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan
normalitas ini dapat
Pasangan hipotesis yang diuji adalah:
Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.
0
20
40
60
80
rlLes
postes kelas kontrol. Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata
rata kedua kelas dapat disajikan pada diagram berikut :
rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K
Analisis Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi
pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang
diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk
mengetahui kemampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum
dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol
dilakukan analisa uji kesamaan rata
rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Uji Normalitas Skor Pretes
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan
normalitas ini dapat dilihat pada lampiran C.
Pasangan hipotesis yang diuji adalah:
Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.
rlLes osLes

Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata
disajikan pada diagram berikut :
Diagram 4.1
rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K
Analisis Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi
pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang
diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk
mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum
dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol
dilakukan analisa uji kesamaan rata-
rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Uji Normalitas Skor Pretes
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan
dilihat pada lampiran C.
Pasangan hipotesis yang diuji adalah:
Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.
osLes
Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata
disajikan pada diagram berikut :
Diagram 4.1
rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K
Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi
pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang
diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk
mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum
dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol
-rata. Sebelum dilakukan uji kesa
rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan
dilihat pada lampiran C.
Pasangan hipotesis yang diuji adalah:
Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.
Lksperlmen
konLrol
Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata
disajikan pada diagram berikut :
rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan K

Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi
pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang
diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk
mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum
dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol
rata. Sebelum dilakukan uji kesa
rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan
dilihat pada lampiran C.
Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.
Lksperlmen
konLrol
Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata
rata Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi
pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang
diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk
mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum
dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol
rata. Sebelum dilakukan uji kesa
rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan
Ho : Sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.
44
Untuk memberikan gambaran lebih jelas skor rata-
elas Kontrol
Kemampuan awal siswa sebelum diberikan pembelajaran materi
pokok Operasi hitung bentuk Logaritma merupakan data penelitian yang
diperoleh dari tes awal (pretes). Pelaksanaan pretes berfungsi untuk
mampuan awal siswa tentang suatu materi sebelum
dilakukan pembelajaran. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
yang signifikan pada kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol
rata. Sebelum dilakukan uji kesamaan
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelasnya uji perhitungan
45


Ha : Sampel berada pada populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah hitung
2
dibandingkan dengan
,
2
abel t dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = j 1, dimana j adalah
banyaknya kelas interval, jika hitung
2
<
abel t
2
, maka dapat dinyatakan
bahwa data berdistribusi normal.
Rekapitulasi hasil uji normalitas data pretes kedua kelompok
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Skor Pretes

kelas hitung
2
dk tabel
2
Kesimpulan
Eksperimen 4,9401 5 7,82 Normal
Kontrol 1,0614 5 7,82 Normal

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai hitung
2
data pretes untuk
kelas eksperimen adalah 4,9401 dengan tabel
2
adalah 7,82, berarti
hitung
2
< tabel
2
, maka Ho diterima dan berdistribusi normal. Pada
kelas kontrol juga ditunjukkan bahwa nilai hitung
2
data pretes untuk
kelas kontrol adalah 1,0614 dengan tabel
2
adalah 7,82, berarti hitung
2

< tabel
2
, maka Ho diterima dan berdistribusi normal. Berdasarkan
ketentuan uji normalitas dengan menggunakan uji
2
(chi kuadrat)
dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelompok data untuk pretes
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf
kepercayaan 05 , 0 = dan derajat kebebasan (dk) = 5.
46


b. Uji Homogenitas Skor Pretes
Setelah mengetahui bahwa data berdistribusi normal, maka yang
perlu dilakukan adalah pengujian homogenitas sampel, hal tersebut
untuk mengetahui kesamaan tiap varians sampel yang diambil dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan adalah :
Ho :
2
2
2
1
= , sampel Homogen
H
a
:
2
2
2
1
, sampel tidak Homogen
Kriteria pengujian tolak H
0
jika F
hitung
F
tabel
dengan = 0,05,
1
n 1 adalah dk pembilang dan
2
n - 1 adalah dk penyebut, Karena dk =
(38,38) tidak terdapat dalam tabel distributif F maka diambil dk =
(40,38) dengan taraf kepercayaan = 0,05, dimana F
hitung
= 1,69 dan
F
tabel
= 1,74, karena F
hitung
< F
tabell
maka H
o
diterima. Dengan demikian
kedua varians pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
homogen.
Berdasarkan perhitungan statistik (lampiran C) tentang skor
pretes maka rekapitulasi uji normalitas dan homogenitasnya dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas Skor Pretes

Kelas Uji Normalitas Uji Homogenitas
Eksperimen Normal
Homogen
Kontrol Normal

Berdasarkan tabel 4.3 di atas jelaslah bahwa data uji normalitas
dan uji homogenitas skor kelompok eksperimen dan kontrol adalah
47


berdistribusi normal dan homogen, sehingga uji kesamaan rata-rata
yang digunakan adalah uji-t.
c. Uji Kesamaan Rata-rata Skor Pretes
Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan awal siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas maka uji kesamaan rata-rata yang
digunakan adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho = Rata-rata kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tidak berbeda secara signifikan.
Ha = Rata-rata kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol berbeda secara signifikan.
Kriteria pengujian adalah terima
0
H jika
hitung
t <
tabel
t pada
taraf nyata = 0.05 dan dk = ( ) 2 +
k e
n n . Berikut merupakan tabel
hasil uji-t terhadap skor pretes:
Tabel 4.4
Hasil Uji-t terhadap Skor Pretes

Kelas t
hitung
dk t
tabel
Kesimpulan
Eksperimen
0,66 76 1,658 Ho diterima
Kontrol

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh nilai t
hitung
= 0,66 dan
nilai t
tabel
= 1,658, maka t
hitung
< t
tabel
artinya H
0
diterima. Dengan
demikian rata-rata nilai pretes kelas eksperimen dan rata-rata nilai
pretes kelas kontrol adalah sama atau tidak berbeda secara signifikan. .
48


3. Analisis Kemampuan Akhir Siswa
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pokok Operasi
hitung bentuk Logaritma merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran. Pelaksanaan postes dimaksudkan untuk mengetahui
hasil belajar siswa yang pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share dengan yang pembelajaran tanpa
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share di
kelas X SMA Negeri Megang Sakti. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan yang signifikan pada kemampuan akhir siswa kelas eksperimen
dan kontrol dilakukan analisa uji perbedaan rata-rata. Sebelum dilakukan
uji perbedaan rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan
homogenitas.
a. Uji Normalitas Skor Postes
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data hasil tes siswa
berdistribusi normal atau tidak, untuk lebih jelas uji normalitas ini dapat
dilihat pada lampiran C.
Pasangan hipotesis yang diuji adalah:
Ho : sampel berada pada populasi yang berdistribusi normal.
Ha : sampel berada pada populasi yang tidak berdistribusi normal
kriteria pengujiannya adalah hitung
2
dibandingkan dengan
,
2
abel t dengan taraf kepercayaan 5% dan dk = j 1, dimana j adalah
banyaknya kelas interval, jika hitung
2
<
abel t
2
, maka dapat dinyatakan
bahwa data berdistribusi normal dan dalam hal lainnya tidak
49


berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data postes kedua kelompok
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir

kelas hitung
2
dk tabel
2
Kesimpulan
Eksperimen 4,3501 5 7,815 Normal
Kontrol 6,6634 5 7,815 Normal

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai hitung
2
data postes untuk
kelas eksperimen adalah 4,3501 dengan tabel
2
adalah 7,815. berarti
hitung
2
< tabel
2
, maka Ho diterima dan berdistribusi normal. Pada
kelas kontrol juga ditunjukkan bahwa nilai hitung
2
data postes untuk
kelas kontrol adalah 6,6634 dengan tabel
2
adalah 7,815. berarti
hitung
2
< tabel
2
, maka Ho diterima dan berdistribusi normal.
Berdasarkan ketentuan uji normalitas dengan menggunakan uji
2
(chi
kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelompok data untuk
postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal
pada taraf kepercayaan 05 , 0 = dan derajat kebebasan (dk) = 5
b. Uji Homogenitas Skor Postes
Setelah mengetahui bahwa data berdistribusi normal, maka yang
perlu dilakukan adalah pengujian homogenitas sampel, hal tersebut
untuk mengetahui kesamaan tiap varians sampel yang diambil dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang terdapat dari suatu populasi
50


siswa SMA Negeri Megang Sakti pada mata pelajaran matematika.
Pasangan hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah :
H
0
:
2
2
2
1
= , sampel Homogen
H
a
:
2
2
2
1
, sampel tidak Homogen
Kriteria pengujian tolak H
o
jika F
hitung
F
tabel
dengan = 0,05,
1
n 1 adalah dk pembilang dan
2
n - 1 adalah dk penyebut, Karena dk =
(38,38) tidak terdapat dalam tabel distributif F maka diambil dk =
(40,38) dengan taraf kepercayaan = 0,05, dimana F
hitung
= 1,69 dan
F
tabel
= 1,71, karena F
hitung
< F
tabel
maka H
o
diterima. Dengan demikian
kedua varians skor postes kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
homogen.
Berdasarkan perhitungan statistik (lampiran C) tentang uji
homogenitas skor postes maka rekapitulasi uji normalitas dan
homogenitas skor postes dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas Skor Postes

Kelas Uji Normalitas Uji Homogenitas
Eksperimen Normal
Homogen
Kontrol Normal

Berdasarkan tabel 4.6 di atas jelaslah bahwa data uji normalitas
dan uji homogenitas skor postes kelompok eksperimen dan kontrol
adalah berdistribusi normal dan homogen, sehingga uji kesamaan rata-
rata yang digunakan adalah uji-t.
51


c. Uji Kesamaan Rata-rata Skor Postes
Uji kesamaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan yang signifikan pada kemampuan akhir siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukannya uji
normalitas dan uji homogenitas skor postes, maka uji perbedaan rata-
rata yang digunakan adalah uji-t. Pasangan hipotesis yang akan diuji
adalah:
Ha
1
>
2
Rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar daripada kelas
kontrol.
Ho
1

2
Rata-rata skor kelas eksperimen lebih kecil atau sama
dengan kelas kontrol.
Kriteria pengujian adalah terima
0
H jika
hitung
t <
tabel
t pada
taraf nyata = 0.05 dan dk = ( ) 2
2 1
+ n n . Berikut merupakan tabel
hasil uji-t terhadap nilai postes.
Tabel 4.7
Hasil Uji-t terhadap Nilai Postes
.
Kelas t
hitung
dk t
tabel
Kesimpulan
Eksperimen
3,94 120 1,658 Ho ditolak
Kontrol

Berdasarkan tabel 4.7 di atas diperoleh nilai t
hitung
= 3,94 dan
nilai t
tabel
= 1,658, maka t
hitung
> t
tabel
artinya H
0
ditolak. Dengan
demikian hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir (lampiran C)
menunjukkan bahwa rata-rata skor siswa kelas eksperimen secara
signifikan lebih baik daripada rata-rata kelas kontrol. Hal ini berarti
52


bahwa ada pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas X SMA Negeri Megang Sakti.

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel yang
berjumlah 78 siswa, dari kelas X
5
berjumlah 39 siswa yang merupakan kelas
eksperimen dan kelas X
6
berjumlah 39 siswa yang merupakan kelas kontrol,
dimana kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan homogen.
Seperti yang dijelaskan pada Bab II, sebelum menguji hipotesis
terlebih dahulu menguji normalitas dengan 815 , 7
2
= tabel dan hitung
2
data
tes akhir untuk kelas eksperimen = 4,3501 dan kelas kontrol = 6,6634.
Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji
kecocokan
2
(chi-kuadrat) dapat disimpulkan tes akhir pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan
05 , 0 = karena .
2 2
tabel hitung <

Sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share (TPS), rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas
eksperimen 5,03 dan kelas kontrol 5,28, selanjutnya setelah diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), rata-rata hasil
belajar matematika kelas eksperimen menjadi 12,56 dan pada kelas kontrol
rata-rata hasil belajarnya 11,26, berarti terjadi peningkatan hasil belajar kelas
eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Peningkatan pada kelas
53


eksperimen mencapai 7,53 sedangkan pada kelas kontrol hanya mencapai
5,98, Akan tetapi dalam menjawab soal posttes masih ada siswa yang belum
mampu menjawab dengan benar beberapa nomor soal, hal ini dapat terlihat
dari adanya penurunan skor soal yang diperoleh dari hasil pretes dan posttes
yang mungkin disebabkan karena kurangnya ketelitian siswa dalam
mengerjakan soal.
Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf kepercayaan 05 , 0 = ,
karena
tabel hitung
t t > yaitu 658 , 1 94 , 3 = > =
tabel hitung
t t . Dan selain itu, menurut
Fadholi (2009), Model pembelajaran Think-Pair-Share adalah salah satu
model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk
menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share ini guru mengajukan pertanyaan atau
masalah yang dikaitkan dengan pelajaran yang diminta siswa menggunakan
waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa
yang telah mereka peroleh. Pada langkah terakhir guru meminta pasangan-
pasangan untuk berbagi dengan ke seluruh kelas yang telah mereka bicarakan.
Berdasarkan uraian diatas dan hasil analisis data secara statistik
terbukti bahwa Ada pengaruh Ada pengaruh yang signifikan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) terhadap hasil belajar
matematika siswa pada kelas X SMA Negeri Megang Sakti.


54


C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang ditimbulkan pada waktu penelitian yaitu siswa
masih belum mendapatkan keseluruhan materi dan cara model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dengan 100% tuntas, maka sebaiknya
perlu ada peneliti-peneliti lain lagi untuk menggunakan cara pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) pada waktu dan tempat yang berbeda supaya mendapatkan data yang
diharapkan dan mendapatkan ketuntasan belajar siswa.















55


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) terhadap hasil belajar
belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri Megang Sakti. Hasil belajar
Matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share (TPS) lebih baik daripada hasil belajar matematika yang
menggunakan model pembelajaran konvensional. Rata-rata skor prites kelas
eksperimen sebesar 5,03 setelah postes meningkat menjadi 12,56, sedangkan
rata-rata skor pretes kelas kontrol sebesar 5,28 setelah posttes meningkat
menjadi 11,26.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis
menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Siswa, dapat melatih siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
matematika dan dapat membuat pembelajaran siswa lebih relevan, karena
dengan pembelajaran ini siswa lebih berani untuk menyelesaikan suatu
masalah yang dialami siswa.
2. Guru, sebaiknya guru tidak hanya mengajar dengan cara konvensional
akan tetapi banyak strategi pembelajaran agar siswa tertarik dan berminat
56


untuk belajar seperti model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) dalam upaya meningkatkan pemahaman matematika siswa dan
untuk mencapai ketuntasan belajar.
3. Sekolah, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi
lebih baik.
4. Peneliti, dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam meningkatkan
hasil belajar siswa.















57


DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rieneka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

--------------------------. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar-mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Fadholi, Arif. 2009. Metode ThinkPairShare {Online} http://penelitiantindakan
kelas.blogspot.com/2009/03/kelemahanmodel-pembelajaran-kooperatif.
html. {26 September 2010}

Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika; Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar-mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung : Refika Aditama

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung :
Remaja Rosda Karya.

Ihsan, Fuad. 2005.Dasar-dasar Kependidikan. Semarang: Renika Cipta.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan
Pembelajaran. Jakarta : Delia press

Rahmawati, 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-
Share Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 13 Lubuklinggau

58


Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sardiman. 2001. Interaksi dan motivasi Belajar-mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta

Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan
oleh Narulita yusron.2010. Bandung: Nusa Media.

Subana dan Sudrajat. 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka
Setia.

Sudjana. 2005. Dasar-dasar dan Proses Belajar-mengajar. Bandung:Sinar Baru
Algesindo.

----------. 1996. Metode statistika.Bandung: Tarsito.

Sukjaya dan Suherman, 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung:
Wijaya Kusuma.

Suprijono, Agus 2009.Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta. Logos Wacana Ilmu.

Uno, Hamzah B. 2011.Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai

  • Skripsi Rukiah
    Skripsi Rukiah
    Dokumen43 halaman
    Skripsi Rukiah
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Resmi Valid
    Skripsi Resmi Valid
    Dokumen50 halaman
    Skripsi Resmi Valid
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen82 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Jepin
    Skripsi Jepin
    Dokumen144 halaman
    Skripsi Jepin
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Bu Nurma SD 56
    Skripsi Bu Nurma SD 56
    Dokumen45 halaman
    Skripsi Bu Nurma SD 56
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Ros Sitanggang - Bab I
    Skripsi Ros Sitanggang - Bab I
    Dokumen44 halaman
    Skripsi Ros Sitanggang - Bab I
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Yenita Rica S
    Skripsi Yenita Rica S
    Dokumen59 halaman
    Skripsi Yenita Rica S
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen80 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen67 halaman
    Skrip Si
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Yuli C
    Skripsi Yuli C
    Dokumen155 halaman
    Skripsi Yuli C
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen55 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsii Hervi
    Skripsii Hervi
    Dokumen47 halaman
    Skripsii Hervi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi
    Skripsi
    Dokumen63 halaman
    Skripsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Pisni
    Skripsi Pisni
    Dokumen113 halaman
    Skripsi Pisni
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rasmita 4105064
    Skripsi Rasmita 4105064
    Dokumen104 halaman
    Skripsi Rasmita 4105064
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi TPS
    Skripsi TPS
    Dokumen57 halaman
    Skripsi TPS
    Yelius Jeye Wardane
    100% (1)
  • Sri Damayanti
    Sri Damayanti
    Dokumen149 halaman
    Sri Damayanti
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Wahasarna
    Skripsi Wahasarna
    Dokumen57 halaman
    Skripsi Wahasarna
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi New Nipsi
    Skripsi New Nipsi
    Dokumen58 halaman
    Skripsi New Nipsi
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skrip Eka
    Skrip Eka
    Dokumen42 halaman
    Skrip Eka
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rusmala
    Skripsi Rusmala
    Dokumen141 halaman
    Skripsi Rusmala
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Rasmini Nim 4105066
    Skripsi Rasmini Nim 4105066
    Dokumen82 halaman
    Skripsi Rasmini Nim 4105066
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Riska
    Skripsi Riska
    Dokumen49 halaman
    Skripsi Riska
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Pendidikan Fisika
    Skripsi Pendidikan Fisika
    Dokumen135 halaman
    Skripsi Pendidikan Fisika
    Yelius Jeye Wardane
    100% (2)
  • Skripsi Efrika
    Skripsi Efrika
    Dokumen130 halaman
    Skripsi Efrika
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Pebtaria SP
    Pebtaria SP
    Dokumen56 halaman
    Pebtaria SP
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Ermi (Revisi)
    Skripsi Ermi (Revisi)
    Dokumen77 halaman
    Skripsi Ermi (Revisi)
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Ima
    Skripsi Ima
    Dokumen71 halaman
    Skripsi Ima
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • Skripsi Dwi Anita Sari
    Skripsi Dwi Anita Sari
    Dokumen139 halaman
    Skripsi Dwi Anita Sari
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat
  • KUSMADI
    KUSMADI
    Dokumen142 halaman
    KUSMADI
    Yelius Jeye Wardane
    Belum ada peringkat