Latar Belakang
Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit mendapatkan kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Siklus replikasi virus dianggap sangat mirip dengan metabolisme normal manusia menyebabkan setiap usaha untuk menekan reproduksi virus juga dapat membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik dalam dalam replikasi virus sebagai target kemoterapi antivirus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat ditekan dengn efek yang minimal pada sel hospes. Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah: adsorpsi virus ke sel (pengikatan, attachment), penetrasi virus ke sel, uncoating (dekapsidasi), transkripsi tahap awal, translasi tahap awal, replikasi genom virus, transkripsi tahap akhir, assembly virus dan pengelepasan virus. Semua tahap ini dapat menjadi target intervensi kemoterapi. Selain daripada tahapan yang spesifik pada replikasi virus, ada sejumlah enzim hospes dan prosesproses yang melibatkan sel hospes yang berperan dalam sintesis protein virus. Semua proses ini juga dapat dipertimbangkan sebagai target kemoterapi antivirus. Varicella zooster virus (VZV) merupakan famili human (alpha) herpes virus. Virus terdiri atas genome DNA double-stranded, tertutup inti yang mengandung protein dan dibungkus oleh glikoprotein. Virus ini menyebabkan dua jenis penyakit yaitu varicella (chicken pox) dan herpes zooster (shingles). Dalam pedoman ini secara ringkas diketengahkan hal-hal yang mendasar yang harus diketahui dalam pemilihan, cara kerja, efek samping dari antivirus yang digunakan untuk kasus herpes zooster dan varicella.
[Type text]
Page 1
[Type text]
Page 2
Definisi
Varicella zooster virus (VZV) merupakan famili human (alpha) herpes virus. Virus terdiri atas genome DNA double-stranded, tertutup inti yang mengandung protein dan dibungkus oleh glikoprotein. Virus ini menyebabkan dua jenis penyakit yaitu varicella (chicken pox) dan herpes zooster (shingles).1,2 Pada tahun 1767, Herbeden dapat membedakan dengan jelas antara chickenpox dan smallpox, yang diyakini kata chickenpox berasal dari bahasa Inggris yaitu gican yang maksudnya penyakit gatal ataupun berasal dari bahasa Perancis yaitu chiche-pois, yang menggambarkan ukuran dari vesikel. Pada tahun 1888, Von Bokay menemukan hubungan antara varicella dan herpes zooster, ia menemukan bahwa varicella dicurigai berkembang dari anak-anak yang terpapar seseorang menderita herpes zooster akut . pada awal tahun 1943, Garland mengetahui terjadinya herpes zooster akibat reaktivasi virus yang laten. Pada tahun 1952, Weller dan Stoddard melakukan penelitian secara in vitro, mereka menemukan varicella dan herpes zooster disebabkan oleh virus yang sama.1
http://www.medicinenet.com/shingles/article.htm
[Type text]
Page 3
Patogenesis
Masa inkubasi varicella 10-21 hari pada anak imunokompeten (rata-rata 14-17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh masuk dengan cara inhalasi dari sekresi pernafasan (droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi kulit. VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas, orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2-4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4-6 setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang yang terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidernis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya lesi di kulit yang khas.1-3,6,8
[Type text] Page 4
Gambaran Klinis
Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa biasanya didahului dengan gejala prodromal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual dan anoreksia, yang terjadi 1-2 hari sebelum timbulnya lesi dikulit sedangkan pada anak kecil (usia lebih muda) yang imunokompeten, gejala prodromal jarang dijumpai hanya demam dan malaise ringan dan timbul bersamaan dengan timbulnya lesi dikulit sedangkan pada anak kecil (usia lebih muda) yang imunokompeten, gejala prodromal jarang dijumpai hanya demam dan malaise ringan dan timbul bersamaan dengan munculnya lesi dikulit.1,3 Lesi pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian meluas ke dada (penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat meluas ke ekstremitas. Lesi juga dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital. Lesi pada varicella biasanya sangat gatal dan mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua stadium lesi secara bersamaan pada suatu saat.1,2,8 Pada awalnya timbul makula kecil yang eritematosa pada daerah wajah dan dada, dan kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 12-14 jam menjadi papul dan kemudian berkembang menjadi menjadi vesikel yang mengandung cairan yang jernih dengan dasar eritematosa. Vesikel yang terbentuk dengan dasar yang eritematous mempunyai gambaran
[Type text] Page 5
[Type text]
Page 6
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-5
Hari ke-6
Komplikasi
Varicella Pada anak yang imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang ringan sehingga jarang dijumpai komplikasi. Komplikasi yang dapat dijumpai pada varicella yaitu: 1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang berkisar antara 5-10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi tempat masuk organisme yang virulen dan apabila infeksi meluas dapat menimbulkan impetigo, furunkel, cellulitis, dan erysepelas. 2. Scar Timbulnya scar yang berhubungan dengan infeksi Staphylococcus dan
Streptococcus yang berasal dari garukan. 3. Pneumonia Dapat timbul pada anak-anak yang lebih tua dan pada orang dewasa, yang dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden varicella pneumonia sekitar 1:400 kasus. 4. Neurologik Acute postinfeksius cerebellar ataxia
[Type text]
Page 8
6. Reye syndrome Ditandai dengan fatty liver dengan encephalopaty. Keadaan ini berhubungan dengan pwnggunaan asipirin, tetapi setelah digunakan acetaminophen (antipiretik) secara luas, kasus reye syndrome mulai jarang ditemukan. Herpes zooster Komplikasi yang dapat dijumpai pada herpes zooster yaitu: 1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebebkan bakteri. 2. Postherpetic neuralgia (PHN). 3. Pada daerah ophtalmic dapat terjadi keratitis, episcleritis, iritis, papillitis dan kerusakan syaraf. 4. Herpes zooster yang diseminata yang dapat mengenai organ tubuh seperti otak, paru dan organ lain dan dapat berakibat fatal. 5. Meningoencephalitis. 6. Motor paresis. 7. Terbentuk scar.4,7,8,11
[Type text] Page 9
4. Biopsi kulit Hasil pemeriksaan histopatologis: tampak vesikel intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate.1,2,4,6
[Type text]
Page 10
Penatalaksanaan
Varicella dan Hepes zooster Pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simptomatis yaitu: Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah. Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya sindroma Reye. Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat garukan.1,4,6-8 Obat antivirus Pemberian antivirus dapat mengurangi lamanya sakit, keparahan dan waktu penyembuhan akan lebih singkat. Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam setelah erupsi dikulit muncul. Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan famsiklovir. Dosis antivirus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zooster: Neonatus: Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.
[Type text] Page 11
Rejimen terapi untuk Varisela-zoster : 3 ACYCLOVIR Zoster 5 x 800 mg setiap hari selama 7 10 hari Disseminated zoster (dosis anak) Disseminated zoster(dosis dewasa) 20 mg/kg IV setiap 8 jam selama 7 hari 10 mg/kg IV setiap 8 jam selama 7 hari FAMCICLOVIR 500 mg TID selama 7 hari VALACYCLOVIR 1 g TID selama 7 hari
Pencegahan
Pada anak imunokompeten yang telah menderita varicella tidak diperlukan tindakan pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditujukan pada kelompok yang beresiko tinggi untuk menderita varicella yang fatal seperti neonatus, pubertas ataupun orang dewasa, dengan tujuan mencegah ataupun mengurangi gejala varicella. Tindakan pencegahan yang dapat diberikan: 1. Imunisasi pasif Menggunakan VZIG (Varicella Zooster Immunoglobulin). Pemberiannya dalam waktu 3 hari (kurang dari 96 jam) setelah terpajan VZV, pada anak-anak imunokompeten terbukti mencegah varicella sedangkan pada anak imunokompromais pemberian VZIG dapat eringankan gejala varicella.
[Type text]
Pemberian secara IM dan tidak diberikan IV Perlindungan yang didapat bersifat sementara.1,3,5
2. Imunisasi aktif Vaksinasinya menggunakan varicella virus (Oka strain) dan kekebalan yang didapat dapat bertahan hingga 10 tahun. Digunakan di Amerika sejak tahun 1995. Daya proteksi melawan varicella berkisar antara 71-100%. Vaksin efektif jika diberikan pada umur > 1 tahun dan direkomendasikan diberikan dosis tunggal dan anak lebih tua diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu. Pemberan secara subkutan. Efek samping: kadang-kadang dapat timbul demam ataupun reaksi lokal seperti ruam makulopapular atau vesikel, terjadi pada 3-5% anak-anak dan timbul 10-21 hari setelah pemberian pada lokasi penyuntikan. Vaksin varicella: Varivax. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena dapat menyebabkan terjadinya kongenital varicella.6,8,10
[Type text]
Page 13
[Type text]
Page 14
Antivirus untuk Terapi Varicella dan Herpes Zooster BAB III ANTIVIRUS
Empat golongan antivirus yang akan dibahas dalam dua bagian besar pembahasan yaitu mengenai antinonretrovirus dan antiretrovirus. Klasifikasi penggolongan obatantvirus adalah:14 1. Anti non retovirus - Antivirus untuk herpers - Antivirus untuk influenza - Antivirus untuk HBV dan HCV 2. Antiretrovirus - Nukleuside reverse transcriptase inhhibiror (NRTI) - Nukleuside reverse transcriptase inhhibiror (NtRTI) - NNRTI (non neokleoside reverse transcriptase inhibitor) - Protease inhibitor (PI) - Viral entry inhibitor.
[Type text]
Page 15
Indikasi Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis herpetic, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpes labialis) dan infeksi VZV kurang dibandingkan dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk terpai kasus varicella dan zooster jauh lebih tinggi dari pada terpai infeksi HSV.
Dosis
[Type text]
Page 16
Efek Samping Asikovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal dalam pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa terbakar yang sifatnya sementara jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral, walaupun jarang, dapat menyebabkan mual, diare, ruam atau sakit kepala; dan sangat jarang menyebabkan insufisiensi renal dan neurotoksisitas. Resistensi Resistensi terhadap asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase virus atau pada gen DNA polimerase. Interaksi - Dengan Obat Lain : Anti jamur: ampoterisin B melawan efek asiklovir (pseudorabies) jika diberikan secara bersamaan, ketokonazol dan aciclovir mempunyai efek sinergis untuk melawan virus herpes tipe 1 dan 2. Probenezid: jika diberikan bersamaan dengan asiklovir t obat dan meningkatkan konsentrasi dari asiklovir, karena terjadi penurunan pengeluaran asiklovir lewat ginjal. Interveron: berefek sinergisme terutama untuk mengobati virus herpes tipe 1, tetapi efeknya secara klinis belum diketahui. Metotreksat: penggunaan asiklovir IV bersamaan dengan metotreksat harus mendapatkan perhatian. Zidavudin: jika diberikan secara bersamaan, dapat meningkatkan efek toksis dari asiklovir. - Dengan Makanan : Makanan tidak mengganggu absorbsi asiklovir. Pengaruh - Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : B. Obat ini mampu menembus plasenta, tetapi pada hewan uji tidak menunjukkan adanya efek teratogenik. - Terhadap Ibu Menyusui : Dari hasil penelitian antara tahun 1984-1999, tidak menunjukkan efek yang signifikan berpengaruh pada kehamilan. Dapat diberikan saat ibu menyusui, tetapi dengan pengawasan dan jika benar benar dibutuhkan. - Terhadap Anak-anak : Keamanan, dan efikasi asiklovir untuk anak dibawah 2 tahun belum diketahui secara pasti. - Terhadap Hasil Laboratorium : Renal : meningkatkan nilai BUN dan konsentrasi serum kreatinin. Hematologi : trombositopenia, anemia, leukositosis vaskulitis, leukopenia. Hasil tes lain : meningkatnya hasil uji fungsi liver, hiperbilirubinemia.
[Type text]
Page 17
- Asiklovir Tablet oral 200 mg, 400 mg - Asiklovir Kaplet oral 200 mg, 400 mg - Asiklovir Krim 5% - Asiklovir Vial 250 mg
Nama dagang Acifar Danovir Hervirex Scanovir Vireth Zovirax Clinovir Herax Licovir Temiral Virtaz-200 Zyclorax Clopes Herpiclof Palovir Vircovir Virules Acyclovir Hexpharm Herpiclof / Herpiclof forte Quavir Viralis 200 / Viralis 400 Zoter
Peringatan
[Type text] Page 18
2. Valasiklovir Obat yang lebih baru, valasiklovir, sebetulnya memakai asiklovir sebagai kandungan aktifnya. Bentuk ini menyediakan asiklovir dengan cara yang lebih efisien sehingga tubuh kita dapat menyerap lebih banyak obat. Manfaat ini adalah kita dapat memakainya lebih sedikit kali dalam sehari. Valasiklovir merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya terdapat dalam formulasi oral. Setelah ditelan, valasiklovir dengan cepat diubah menjadi asiklovir melalui enzim valasiklovir hidrolase di saluran cerna dan hati.
Farmakokinetik Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu paruh eliminasinya 2-3 jam. Waktu paruh intraselnya, 1-2 jam. Kurang dari 1% dari dosis valasiklovir ditemukan di urin, selebihnya dieliminasi sebagai asiklovir.
Indikasi Valasiklovir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks, varicella-zooster dan sebagai profilaksis terhadapn penyakit yang disebabkan oleh sitomegalovirus.
Sediaan dan dosis Untuk herpes genital per oral 2 kali sehari 500 mg tablet selama 10 hari. Untuk herpes zooster 3 kali sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari. Merek dagangyang tersedia, antara lain: Valvir, Valtrex
Efek samping
[Type text] Page 19
3. Foskarnet
Mekanisme kerja Foskarnet merupakan analog organik dari pirifosfat anorganik. Obat ini membentuk kompleks dengan DNA polimerase virus pada tempat ikatan pirifosfat, mencegah pecahnya pirifosfat dari nukleosida trifosfat dan akan menghambat proses pemanjangan primertemplate.
Indikasi Retinitis CMV pada pasien AIDS, infeksi herpes mukokutan yang resisten terhadap asiklovir (defisiensi timidin kinase virus) serta infeksi HSV dan VZV pada pasien immunocompromised.
Dosis Obat ini tersedia dalam bentuk larutan untuk pemberian IV dengan kadar 24 mg/mL dalam botol berisi 250 dan 500 mL. Terapi induksi retinitis CMV diberikan secara intravena 2 x 90 mg/kgBB tiap 12 jam diberikan dalam 1,5-2 jam atau 3 x 60 mg/kgBB setiap 8 jam selama 2-3 minggu. Untuk terapi maintenence CMV retinitis dan terapi HSV mukokutan yang resisten terhadap asiklovir atau infeksi VZV pada pasien immunocompromised diberikan foskarnet dalam dosis 120 mg/kg per hari (3 x 40 mg/kg, setiap 8 jam), penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal sangat penting. Untuk terapi penunjang diberikan dosis 90 mg/kgBB/hari, diberikan dengan infus 2 jam. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 120 mg/kgBB/hari bila perlu.
Efek samping Nefrotoksisitas dan hipokalsemia simtomatik. Pernah juga dilaporkan terjadinya nekrosis tubuler akut, glomerulopati diabetes insipidus nefrogenik dan nefritis intersitial.
[Type text]
Page 20
4. Brivudin
Mekanisme kerja Brivudin (setelah mengalami fosforilasi intraseluluer) bekerja sebagai penghambat kompetitif DNA polimerase virus. Brivudin juga bekerja sebagai substrat alternatif dan bergabung pada DNA virus, yang menyebabkan penurunan integritas dan fungsi DNA virus. Kerja brivudin sangatlah spesifik karena fosoforilasinya hanya dapat dikatalisis oleh timidin kinase HSV-1 dan timidin kinase VZV.
Indikasi Infeksi HSV-1 dan VZV, terutama herpes zooster, tetapi juga HSV-1 keratitis dan herpes labialis. Brivudin telah disetujui penggunaan nya untuk terapi herpes zooster pada pasien immunokompeten di beberapa negara Eropa.
Dosis Terapi herpes zooster: 125 mg per hari, 1 kali sehari. Untuk herpetik keratitis dapat diberikan secara topikal dalam bentuk tetes mata 0,1-0,5% atau 5% krim untuk herpes labialis.
[Type text]
Page 21
[Type text]
Page 22
[Type text]
Page 23