Anda di halaman 1dari 10

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10

1. Memahami dan menjelaskan Anatomi saluran pernafasan atas 1.1 Makroskopik Anatomi saluran nafas bagian atas yang terdiri dari : a. Hidung 2 buah nares anterior = apertura nasalis anterior (lubang hidung) Vestibulum nasi : terdapat cilia yang kasar berfungsi sebagai saringan udara. Cavum nasi : saluran dalam hidung, mulai dari nares anterior sampai nares posterior (choanae). Septum nasi : sekat antara rongga hidung dibatasi oleh dinding yang berasal dari tulang dan mucusa .tulang tlang yanng dibentuk : Cartilago septi nasi Os vomer Lamina parpendicularis ethmoidalis Ada 3 concha nasalis Concha nasalis superior Concha nasalis media Concha nasalis inferior 3 buah saluran kelar cairan melalui hidung Meatus nasalis superior (antara concha nasalis superior dan media) Meatus nasalis media (antara concha nasalis media dan inferior) Meatus nasalis inferior (antara concha nasalis inferior dengan dinding atas maxilla) Sinus paranasalis yang terdiri : Sinus frontalis Sinus sphenoidalis Sinus maxillaris Sinus etmoidalis b. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan. c. Laring Yang terdiri atas : Os hyoid Mempunyai 2 buah cornu majus dan mins Berfungsi tempat perlekatan otot mulut dan kartilago tyhroid Cartilago thyroid Adanya jakun pada laki laki laki yang disebut prominens laryngis atau dams apple Jaringa ikatnya adalah membrana tyhrohyoid Mempunyai cornu superior dan inferior

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10


Cartilago arytenoid Terletak posterior dari lamina cartilago tyroid dan diatas kartilago cricoid Mempunyai bentuk seperti burung penguin, ada cartilago cornuculata dan cuneiforme. Kedua aritenoid dihubung oleh m. Aritenoideus transfersus Epiglotis Tulang rawan berbentuk sendok Melekat di antara kedua cartilago arytenoid Berfungis mebmbuka dan menutup aditus laryngis Pada waktu epiglotis terbuka, tetapi pada waktu menelan epiglotis menutup aditus laryngis. Cartilago cricoid Batas bawah cartilago tyroid (daerah larynx) Batas atas cincin pertama trakea Berhubungan dengan cartilago arytenoid dgn otot m.cricoarytenoideus posterior dan lateralis. Otot- otot laring Otot ekstrinsik : m. Cricothyroideus, m.thyroepigloticus Otot intrinsik : m. Cricoarytenoideus posterior, m. Cricoarytenoidus lateralis, m. Arytenoideus tranversus,dan arytenoideus obliq, m. Vocalis, m. Aryepiglotica, m. thyroarytenoideus

1.2 Mikroskopik 2. Memahami dan menjelaskan fisiologi saluran pernafasan Faal paru seseorang dapat dikatakan normal apabila hasil kerja ventilasi ,distribusi, difusi, serta hubungan antara ventilasi dengan perfusi orang tersebut dalam keadaan santai menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri (PaO2 dan PaCO2) yang normal. Tekanan parsial gas darah arteri yang normal adalah PaO2 96 mmHg, dan CO2 40 mmHg. Respirasi adalah proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan, yaitu pengambilan oksigen dan eliminasi karbondioksida.respirasi internal adalah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan atmosfer. Respirasi internal adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara sirkulasi dan sel jaringan. Proses pertukaran gas memerlukan empat proses yang mempunyai ketergantungan : Proses yang berkaitan dengan volume udara napas dan distribusi ventilasi Proses yang berkaitan dengan volume darah di paru dan distribusi aliran darah Proses yang berkaitan dengan difusi oksigen dan karbondioksida Proses yang berkaitan dengan regulasi pernapasan a) Ventilasi Ventilasi adalah menyangkut volume udara yang bergerak masuk dan keluar dari hidung atau mulut pada proses bernapas. Ventilasi per menit (minute ventilation) adalah volume udara yang keluar dari paru dalam satu menit dikukur dalam liter.

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10


Ventilasi alveolar (alveolar ventilation) adalah volume udara inspirasi yang dapat mencapai alveoli dan dapat mengalami pertukaran gas dengan darah Ventilasi percuma (washed ventilation,dead space ventilation adalah volume udara inspirasi yang tidak mengalami pertukaran gas dengan darah. Distribusi Setelah proses ventilasi, udara yang telah memasuki saluran napas di distribusikan ke seluruh jaringa paru Perfusi Difusi oksigen dan karbondioksida Ventilasi- perfusi Tekanan gas Saturasi oksigen Pengaturan asam basa Gradien tekanan parsial oksigen alveolus-arteri Tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO2)

b)

c) d) e) f) g) h) i) j)

3. Memahami pertahanan saluran nafas Mekanisme pertahanan saluran napas tidak hanya berkaitan dengan mikroorganisme tetapi juga melawan debu atau partikel,gas berbahaya,serta suhu. a) Mekanisme berkaitan dengan faktor fisik anatomi, dan fisiologik : Deposisi partikel Partikel berukuran >10 mikro meter tertangkap di dalam rongga hidung, berukuran ,3 mikro meter masuk ke alveoli. Pada daerah yang mempunyai aliran udara turbulen, partikel besar terlempar keluar dari jalur aslinya sehingga menabrak dinding jalan napas menempel pada mukus. Kecepatan aliran udara di bronkiolus berkurang sehingga partikel kecil yang masuk ke alveoli dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan sedimentasi sehingga partikel tersebut mengendap Refleks batuk dan refleks tekak (gag reflex) Batuk merupakan mekanisme refleks jalan napas tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil sekresi juga untuk mengalau benda asing (corpus alienum) masuk ke dalam sistem pernapasan b) Mekanisme ekshalasi mukus Eskalasi mukosiliar melibatkan peran silia dan mukus. Silia terdapat di dinding saluran pernapasan mulai dari laring sampai bronkiolus terminal. Silia bergerak 14 kali per detik. Mukus yang lengket dan berbentuk gel mengapung di atas mukus yang lebih encer, terdorong ke arah cephalad karena gerak silia. Jumlah silia dipengaruhi oleh asap rokok, toksin, dan asidosis ketiganya menurunkan jumlah silia dan aktivitasnya. Gerak silia ditingkatkan oleh -agonis, kecepatan mucociliary clearance dipercepat oleh methylxanthin dan oleh bahan kolinergik. Atropin menurunkan kecepatan mucociliary clearance c) Mekanisme fagositik dan inflamasi Sel markofag dan sel polimorfonuklear (PMN). Di jaringan paru terdapat sel markofag alveolar (pulmonary alveolar macrophage). Makrofag mengeluarkan substansi antigenik. Sel polimorfonuklear berperan ketika melawan mikroorganisme

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10


yang menginfeksi paru terutama di distal paru. Jika mikroorganisme yang masuk tidak dapat diatasi oleh makrofag, mikroorganisme akan berkembang biak di alveoli dan menyebabkan pneumonia dan proses inflamasi. Komponen inflamasi yang dikeluarkan oleh makrofag, seperti komplemen aktivatif dan faktor kemotaktik, akan menarik PMN untuk datang dan segera memfagositosis serta membunuh mikroorganisme. Suatu protein yang disebut opsonin yang terlebih dahulu membungkus benda asing sebelum menempel pada sel yang memfagositosis benda asing ini. Opsonin menyebabkan benda asing lebih adhesif terhadap makrofag, IgG salah satu bentuk opsonin d) Mekanisme respon imun Mekanisme ini berhubungan dengan pengenalan dan upaya merespon materi antigen spesifik Ada 2 macam komponen di dalam sistem imun yaitu: Mekanisme respon imun humoral yang melibatkan limfosit B Mekanisme respon imun selular yang melibatkan limfosit T Mekanisme respon imun humoral memerlukan aktivitas limfosit B dan antibodi diproduksi oleh sel plasma. Mekanisme respon imun selular memerlukan aktivitas limfosit T yang mampu mengeluarkan limfokin, yaitu suatu mediator yang dapat larut limfosit B dan T. Ada limfosit yang tidak dapat ditentukan jenisnya apakah jenis B atau T. Limfosit ini digolongkan ke dalam limfosit jenis ketiga dan dinamai sel natural killer atau NK cell. Sel ini dapat membunuh baik mikroorganisme ataupun sel tumor tanpa melalui sensitisasi terlebih dahulu e) Mekanisme humoral Sekret sistem pernapasan yaitu imunoglobin dan antiprotease. Sistem pernapasan tampak dalam dua bentuk antibodi berupa imunoglobin igA dan igB. igA penting sebagai pertahanan di nasofaring dan saluran udara pernapasan bagian atas. igA yang paling berperan di sistem di sistem pernapasan. IgG banyak ditemukan di bagian distal paru. igG berperan dalam menggumpalkan partikel, menetralkan toksin yang di produksi oleh virus dan bakteria, mengaktifkan komplemen,dan melisiskan bakteri gram negatif. f) Mekanisme selular Mekanisme imun selular diperankan oleh limfosit T. Sensitisasi terhadap limfosit T menyebabkan limfosit T menghasilkan berbagai mediator yang dapat larut yang disebut limfokin, yaitu suatu zat yang dapat menarik dan mengaktifkan sel pertahanan tubuh yang lain terutama makrofag. Limfosit T dibedakan menjadi limfosit CD4 (Sel T helper) dan limfosit CD8 (Sel T supresor dan sel T sitotoksik). Peran sistem imun selular yang sangat penting adalah untuk melindungi tubuh melawan bakteri yang tumbuh secara intraselular seperti kuman Mycobacterium tuberculosis. 4. Memahami dan menjelaskan rhinitis alergi 4.1 Definisi Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan boleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10


spesifik tersebut. Menurut WHO ARIA,rhinitis adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin bersin,rinore,rasa gatal,dan tersmbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE. 4.2 Epidemiologi Rinitis tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun muncul sebagai KLB. Di daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Di daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada musim hujan. Sebagian besar orang, kecuali mereka yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk sedikit dan terisolasi, bisa terserang satu hingga 6 kali setiap tahunnya. Insidensi penyakit tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan akan menurun secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur. Rinitis merupakan salah satu penyakit paling umum yang terdapat di Amerika Serikat, mempengaruhi lebih dari 50 juta orang. Keadaan ini sering berhubungan dengan kelainan pernapasan lainnya, seperti asma. Rhinitis memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas hidup. Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti masalah pada sinus, masalah pada telinga, gangguan tidur, dan gangguan untuk belajar. Pada pasien dengan asma, rhinitis yg tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi asmanya. 4.3 etiologi Rhinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas memiliki peran penting. Pada 20 30 % semua populasi dan pada 10 15 % anak semuanya atopi. Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai 50 %. Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruhlingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang secara genetik telah memilikikecenderungan alergi. Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk sari,dan lain-lain. 4.4 Klasifikasi Dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat berlangsunnya: a. Rhinitis alergi musiman (seasonal,hay fever,polinosis) Di indonesia tidak ada rhinitis musiman, hanya berada di negara 4 musim, penyebab alergen tersebut : tepung sari (pollen) dan spora jamur. Nama yang tepat ialah polinosis ata rino konjungtivitis. Gejala klinik yang tampak : hidng dan mata merah dan gatal disertai lakrimasi. b. Rhinitis alergi sepanjang tahun (perennial) c. Gejala yang timbul intermittenata terus menerus , tanpa variasi musim, dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab paling sering adalah alergen inhalan. Alergen inhalan tama adalah alergen dalam rumah dan luar rumah. Gangguan fisiologik pada golongan parenial lebih ringan dibandingkan dengan golongan musiman tetapi karena lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan.

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10


Klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan WHO ARIA( allergic rhinitis and its impact on asthma) berdasarkan sifat berlangsungnya: a. Intermitten (kadang kadang): gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu. b. Persisten/menetap : gejala lebih dari 4 hari/ minggu dan lebih dari 4 minggu Menurut berat ringannya penyakit rinitis alergi : a. Ringan : tidak ada ganggguan tidur,aktivitas sehari hari normal b. Sedang-berat : menggangu kegiatan sehari hari 4.5 Patofisiologi Rhinitis alergi diawali oleh sensitisasi dan selanjutnya diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdapat 2 fase, yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) dan Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL). RAFC berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya, sedangkan RAFL berlangsung 2-4 jam setelah kontak dengan alergen, dengan puncak 6-8 jam (fase hiper-reaktifitas) setelah kontak dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam. Pada kontak pertama dengan alergen, makrofag dan monosit yang berperan sebagai sel penyaji (APC) akan menangkap alergen yang menempel pada mukosa hidung. Setelah itu sel penyaji akan melepaskan sitokin seperti interleukin 1 (IL 1) yang akan mengaktifkan sel T helper (Th 0) untuk berproliferasi menjadi Th 1 dan Th 2. Th 2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL 4 dan IL 13 yang akan diikat oleh reseptornya pada permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat di permukaan sel mastosit dan basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini aktif. Bila mukosa yang telah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) sel mastosit dan basofil. Akibatnya adalah lepasnya mediator-mediator kimia yang telah terbentuk, terutama histamine. Terlepasnya histamine inilah yang menyebabkan terjadi bersin-bersin dan rasa gatal akibat rangsangan histamine pada reseptor H-1 pada nervus vidianus, selain itu histamine juga menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet hipersekresi dan permeabilitas kapile meningkat sehingga terjadi rhinorea. Gejala hidung tersumbat diakibatkan adanya vasodilatasi sinusoid. Pada RAFL, sel mastosit juga melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan epitel target. Respon ini berlanjut hingga mencapai puncak 6-8 jam setelah kontak. Pada RAFL ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil, dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin (IL 3,IL 4, IL 5), granulocyte Macrophag Colony Stimulating Factor (GMCSF) dan ICAM 1 pada sekret hidung. 4.6 manifestasi klinis manifestasi klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulangulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10


benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi. Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.Beberapa gejala lain yang tidak khas adalah : allergic shiner bayangan gelap di bawah mata yang disebut. allergic salute Gerakan mengosok-gosokan hidung pada anak- anak allergi crease, timbulnya garis pada bagian depan hidung. 4.7 diagnosis a. anamnesis gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Bersin ini akibat dilepaskannya histamin. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal kadang disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi). b. pemeriksaan fisik Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema,basah,bewarna pucat atau livid di sertai sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten , mukosa inferior tampak hipertropi. Gejala spesifik lain pada anak terdapat bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena statis vena sekundr akibat obstruktif hidung gejala ini disebut allergic shiner. Anak juga menggososk gosok hidung karena gatal disebut allergi salute. Lama kelamaan keadaan ini menyebabkan timbul garis garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah yang disebut allergic crease. Mulut juga sering terbuka dengan lekung langit langit tinggi menyebabkan gannguan pertumbuhan gigi (facies adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler dan edema, serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta. c. pemeriksaan penunjang in vitro hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Lebih bermakna adalah pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST (radio immuno sorbent test) atau ELISA (enzyme linked immuno sorbent assay test). in vivo tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end point titration (SET)). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang pertingkat kepekatannya. Keuntungan SET, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial ntuk desentisasi dapat diketahui. Untuk alergi makanan, ujinya intracutaneus provocative dilutional food test (IPDFT), namun sebagai baku emas dapat dilakukan dengan diet eliminasi dan provokasi (challenge test). 4.8 Tatalaksana a) Mengindari kontak denga alergen penyebabnya (avoidance)dan eliminasi. b) Medikamentosa Antihistamin H-1

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10


Pemberian dapat kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan peroral. Anti histamin H-1 dapat menembus sawar otak dan plasenta, serta mempunyai efek kolinergik.. Obat inis bersifat sedatif Obatnya adalah :difenhidramin ,klorfeniramin, prometasin, siproheptadin dan diberikan secara topikal adalah azelastin. Antihistamin H-2 Sulit menembus sawar otak golongan obat ini. Tidak mempunyai efek antikolinergik,antiadregenik, dan efek SSP minimal. Diabsrobsi secara oral dengan cepat mengatasi gejala rinore, bersin,gatal tetapi tidak efektif pada obstruksi hiding pada fase lambat. Antihistamin non sedatif ada 2 golongan. Golongan 1 bersifat kardiotoksik adalah astemisol, ternafidin. Kelompok 2 loratadin, setirisin, fexofenadin, desloratadin, levosetirisin. Dekongestan Dekongestan adalah golongan obat untuk mengatasi gejala-gejala seperti hidung tersumbat. Obat ini terdapat dalam bentuk semprotan hidung, misalnya adalah nafazolin, tetrahidrozolin, oksimetazolin, dll, tetapi sebaiknya tidak digunakan lebih dari 3 hari. Semprotan hidung yang mengandung pengawet benzalkonium klorida, karena dapat memperburuk gejala. Dekongestan oral yang bersifat sistemik juga bisa digunakan, seperti fenilefrin, pseudoefedrin, atau fenilpropanolamin. Preparat kortikosteroid Kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid ,flusinosid, triamsinolon). Bekerja untuk mengurangi jumlah sel matosit pada mukosa hidung, mencegah pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit, mencegah bocornya plasma. Anti leukotrin (zafirlukast / montelukast), anti IgE, DNA rekombinan. c) Operatif Tindakan konkotomi parsial ( pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti perlu dipertimbangkan bila konka inferior hipertropi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan kauterisasi memakai AgNO3 25 % atau triklor asetat. d) Imunoterapi Tujuan dari imunoterapi pembentukan IgG blocking antibodi dan penurunan IgE. Ada 2 metode imunoterapi yang umum dilakukan yaitu intradermal dan sublingual. 4.9 komplikasi komplikasi rinitis alergi yang sering : a. polip hidung alergi hidung merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung b. otitis media sering residitif, terutama pada anak anak c. sinusitis paranasal 4.10 pencegahan

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10


prognosis Secara umum, pasien dengan rinitis alergi tanpa komplikasi yang respon dengan pengobatan memiliki prognosis baik. Pada pasien yang diketahui alergi terhadap serbuk sari, maka kemungkinan rinitis pasien ini dapat terjadi musiman. Prognosis sulit diprediksi pada anak-anak dengan penyakit sinusitis dan telinga yang berulang. Prognosis yang terjadi dapat dipengaruhi banyak faktor termasuk status kekebalan tubuh maupun anomali anatomi. Perjalanan penyakit rinitis alergi dapat bertambah berat pada usia dewasa muda dan tetap bertahan hingga dekade lima dan enam. Setelah masa tersebut, gejala klinik akan jarang ditemukan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh. 5. Memahami dan menjelaskan anatomi pernafasan dengan wudhu Dalam wudhu disunatkan menghirup air dari hidung dan dikeluarkan lewat mulut. Cara ini adalah penangkal efektif ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), TBC, dan kanker secara dini.Dalam penelitian yang dilakukan Muhammad Salim, tentang manfaat kesehatan wudhu, dijelaskan, bahwa berwudhu dengan cara yang baik dan benar, maka tubuh seseorang akan terhindar dari segala penyakit. Sesungguhnya cara berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan lalu berkumur-kumur, kemudian mengambil air dan menghirupnya ke dalam hidung lalu mengeluarkannya. Langkah ini dilakukan sebanyak tiga kali dan seterusnya. Dan berdasarkan analisisnya, orang-orang yang tidak berwudhu, maka warna hidung mereka memudar dan berminyak, terdapat banyak kotoran dan debu. Ditambahkanya, rongga hidung mereka itu memiliki permukaan yang lengket dan berwarna gelap. Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu, jelas Salim, permukaan rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berdebu. Selain itu, kata dia, jumlah kuman tampak lebih banyak terdapat pada rongga hidung orang yang tidak berwudhu, dan itu menjadi tempat pertumbuhan kuman penyakit. Kondisi tersebut, akan mempercepat pertumbuhan dan penularan kuman penyakit lainnya. Sementara itu, orang-orang yang senantiasa mengerjakan wudhu, maka hidung mereka tampak bersih dari kuman. Bahkan, lanjut Salim, tempat pertumbuhan kuman relatif tidak ada. Penelitian Muhammad Salim ini juga menjelaskan, bahwa orang yang berwudhu dengan memasukkan air ke dalam rongga hidungnya, kendati hanya sekali, maka hal itu dapat membersihkan hidung dari separoh penyakit. Rasul SAW bersabda: Sempurnakan wudhu, lakukan istinsyaq, yaitu memasukkan air ke dalam lubang hidung, kecuali jika kamu berpuasa. Secara ilmiah telah dibuktikan, besarnya manfaat yang bisa dipetik dari wudhu, terutama dalam hal membersihkan lubang hidung. Logikanya, apabila sekali berwudhu dan melakukan istinsyaq, maka hal itu dapat menjaga kebersihan hidung hingga 3-5 jam. Dan bila kotor lagi, maka dapat dibersihkan dengan wudhu berikutnya. Lebih tegas lagi, Muhammad Salim menjelaskan, orang yang rajin berwudhu dengan melakukan istinsyaq dan istintsar (mengeluarkan air dari hidung), kemudian melanjutkannya dengan mendirikan shalat, maka hal itu dapat menghilangkan 11 kuman penyakit membahayakan yang ada di dalam lubang hidung, terutama dalam hal gangguan pernafasan, radang paru-paru, panas rumatik, penyakit rongga hidung, dan lain-lain. Sebaliknya, orang yang tidak berwudhu, akan lebih mudah terkena penyakit gangguan pernafasan. 4.11

AJENG FEBRIYANTI (1102010013) A10


Soepardi, E.A, Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R.D, 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher edisi 6. Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta. http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/66/rinitis-alergi---alergi-hidung http://www.ilc.insancendekia.org/04-2010/601/rhinitis-alergi/ http://www.scribd.com/doc/24369014/Rhinitis-Alergi http://www.scribd.com/doc/51468391/REFERAT-RINITIS-ALERGIKA http://www.faktaislam.com/2012/02/cara-mencegah-ispa-infeksi-saluran.html

Anda mungkin juga menyukai