Anda di halaman 1dari 12

HORMON PARATIROID

Disusun oleh : Parrishany Eka S. Arina Syifa H. Veronica Noviani Shelvy Elizabeth S. Febryanty Justycya 260110110116 260110110120 260110110121 260110110122 260110110123

Maria Zesualda A.Y 260110110125

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011

HORMON PARATIROID

A. Kelenjar Paratiroid Glandula paratiroid pertama kali ditemukan pada tahun 1849 dalam seekor badak india bercula satu oleh Sir Richard Owen, Kepala Museum Hunterian. Sebenarnya laporan singkat owen diabaikan. Kemudian Gley dalam tahun 1891 menemukan kembali glandula paratiroid dan membuat observasi bahwa eksisinya menyebabkan tetani dalam hewan percobaan dan penemuannya mempunyai dampak bedah yang penting. Biasanya terdapat dua kelenjar paratiroid pada tiap sisi (superior dan inferior) sehingga total didapatkan ada 4 kelenjar paratiroid. Akan tetapi, jumlah kelenjar paratiroid dapat bervariasi , yaitu dijumpai lebih atau kurang dari empat buah. Kelenjar paratiroid berwarna kuning-coklat, dengan bentuk yang bermacammacam dan berukuran kurang lebih 3 x 3 x 2 mm, beratnya 100 mg. 1 Kelenjar Paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid. Hormon paratiroid adalah suatu hormon peptida yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid, yaitu empat kelenjar kecil yang terletak di permukaan belakang kelenjar tiroid, satu di setiap sudut. Apabila Hormon paratiroid sama sekali tidak tersedia, dalam beberapa hari individu yang bersangkutan akan meninggal, biasanya akibat asfiksia yang ditimbulkan oleh spasme hipokalsemik otot-otot pernapasan. Melalui efeknya pada tulang, ginjal, dan usus hormon paratiroid meningkatkan kadar kalsium plasma apabila kadar elektrolit ini mulai turun sehingga hipokalsemia dan berbagai efeknya secara normal dapat dihindari. Kelainan kelenjar paratiroid ditandai dengan peningkatan atau penurunan fungsi. Hipoparatiroidi dapat disebabkan oleh defisiensi hormon paratiroid, berkurangnya pembentukan hormon paratiroid, atau ketidakmampuan jaringan untuk bereaksi terhadap hormon paratiroid. Sedangkan hiperparatiroidi paling sering oleh kausa adenoma paratiroid dan hiperplasia paratiroid.

Gambar 1. Kelenjar Paratiroid

B. EMBRIOLOGI Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus keempat cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar paratiroid di bagian kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid. Akan tetapi, seringkali posisinya sangat bervariasi. Seperti yang tampak dalam, kelenjar paratiroid orang dewasa terutama mengandung sel utama (chief cell) dan sel oksifil, terdapat pula sel lemak dalam jumlah sedikit sampai cukup banyak, tetapi pada sebagian besar binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan. Sebagian besar hormon paratiroid diyakini disekresikan oleh sel utama. Fungsi sel oksifil masih belum jelas; sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi mensekresi sejumlah hormon. C. ANATOMI Apabila terjadi pembesaran dari glandula superior maka akan turun mengikuti gravitasi disekitar atau ke cabang trakeoesofagal dan dapat berada di inferior dari glandula paratiroid inferior. Kelenjar paratiroid bagian kaudal bisa dijumpai posterolateral kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan berada di mediastinum. Kelenjar paratiroid kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid. Glandula paratiroid superior terletak biasa pada posterior terhadap lobus

lateralis tiroidea dalam 1-2 cm sefalad terhadap perpotongan arteri tiroidea inferior dan nervus laringeus rekurens. Tersering paratiroid menempati posisi yang sama ditiap sisi. Tetapi bila membesar, sering ia bermigrasi melalui fascia pretrachelis ke dalam ruang prevertebralis atau turun diatas pedikel vaskular dibawah fasia yang menanam tiroidea atau bisa terletak dalam celah superfisialis dari tiroidea. Sangat jarang glandula paratiroidea superior berada tepat di intratiroidea. Posisi glandula paratiroid inferior lebih bervariasi. Posisinya sering anterior terhadap nervus laringeus rekurens dekat kutub bawah tiroid. Tetapi sekitar 20 % turun lebih caudal dan terletak dalam lobus atas timus. Lebih lanjut, sekitar 2,5 % glandula paratiroid inferior terletak persis di intratiroidea, biasanya dalam sepertiga bawah kelenjar. Glandula paratiroid inferior bisa terletak pada titik manapun antara os hyoideum dan mediastinum anterior dibawah arcus aorta. Biasanya terdapat dua kelenjar paratiroid pada tiap sisi (superior dan inferior) sehingga total didapatkan ada 4 kelenjar paratiroid. Akan tetapi, jumlah kelenjar paratiroid dapat bervariasi , yaitu dijumpai lebih atau kurang dari empat buah. Kelanjar paratiroid berwarna kuningcoklat, dengan bentuk yang bermacam-macam dan berukuran kurang lebih 3 x 3 x 2 mm, beratnya 100 mg. Berat dan ukuran glandula paratiroid pun bervariasi, orang yang kegemukan mempunyai banyak lemak ekstrasel didalam kapsula paratiroidea. Oleh karena itu, diperlukan ahli bedah yang berpengalaman untuk dapat mengidentifiksai kelenjar paratiroid yang normal pada pembedahan tiroid dan paratiroid. Penyediaan darah arteri ke glandula paratiroidea inferior dan superior biasanya oleh cabang arteri akhir tersendiri dari arteri tiroidea inferior pada tiap sisi, walaupun glandula paratiroid inferior dalam mediastinum biasanya dilayani oleh cabang dari arteri mamaria interna. Drainase vena melalui vena tiroidea berdekatan ke dalam vena innominata atau vena jugularis interna. Telah dibuktikan bahwa 1/3 dari glandula paratiroid pada manusia memiliki dua atau lebih arteri paratiroid. Pembuluh limfe paratiroid beragam dan memiliki hubungan dengan pembuluh limfe di tiroid dan thymus. Persarafannya bersifat simpatis langsung dari ganglia sevikalis superior atau ganglia servikalis media atau melalui pleksus pada fossa di lobus superior. Persarafannya bersifat vasomotor tetapi tidak sekremotor. Aktivitas paratiroid

dikontrol oleh variasi level kalsium didalam darah fungsinya di hambat oleh peningkatan kadar kalsium dalam darah dan dirangsang oleh penurunan kadar kalsium dalam darah. D. FISIOLOGI Kelenjar Paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid. Hormon paratiroid adalah suatu hormon peptida yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid, yaitu empat kelenjar kecil yang terletak di permukaan belakang kelenjar tiroid, satu di setiap sudut. Hormon Paratiroid bersama-sama dengan vitamin D3 (1,25dihydroxycholecalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis paratiroid hormon dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. Seperti aldosteron, hormon paratiroid esensial untuk hidup. Hormon ini juga bekerja menurunkan konsentrasi fosfat plasma. Sebagian besar efek hormon paratiroid pada organ sasarannya diperantarai oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP) yang bekerja sebagai mekanisme second messenger. Dalam waktu beberapa menit setelah pemberian hormon paratiroid, konsentrasi cAMP di dalam osteosit, osteoklas, dan selsel sasaran lainnya meningkat. Selanjutnya, cAMP mungkin bertanggung jawab terhadap beberapa fungsi osteoklas seperti sekresi enzim dan asam-asam sehingga terjadi reabsorpsi tulang, pembentukan 1,25-dihidroksikolekalsiferol di dalam ginjal dan sebagainya. Mungkin masih ada efek-efek langsung lain dari hormon paratiroid yang fungsinya tidak bergantung pada mekanisme second messenger. E. Fungsi kelenjar Paratiroid Kelenjar paratiroid mensekresikan hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH. Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan posfat tubuh. Organ targetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon inipun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar

kalsium serum di samping tentunya PTSH. Apabila kadar kalsium dalam darah menjadi rendah, parahormon dapat meningkatkannya dengan: 1. Menstimulasi tulang (aktivitas osteoklas) untuk me-ngeluarkan kalsium ke dalam darah. 2. Meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat melalui GI. Vitamin D juga diperlukan untuk absorpsi kalsium me-lalui GI. 3. Meningkatkan absorpsi kalsium lewat tubula ginjal. F. HOMEOSTASIS KALSIUM Hormon paratiroid dan vitamin D menjadi faktor utama yang mengendalikan metabolisme kalsium.Keduanya mempunyai kerja yang meningkatkan konsentrasi kalsium serum. Hormon paratiroid terikat ke reseptor dalam tulang dan ginjal serta mengaktivasi adenilat siklase, sehingga membentuk adenosin 35 monofosfat siklik (AMP siklik) yang kemudian mengatur enzim intrasel lainnya. Hormon paratiroid bekerja atas tulang untuk mempercepat resorpsi tulang dan meningkatkan pembentukan kembali tulang dengan menginduksi aktivitas osteoklastik dan osteoblastik. Kerjanya atas tubulus renalis untuk menurunkan resorpsi fosfat dan bikarbonat serta untuk meningkatkan resorpsi kalsium. Hormon paratiroid mempunyai peranan tidak langsung dalam meningkatkan absorpsi kalsium gastrointestinalis dengan meningkatkan efek vitamin D. Vitamin D (kolekalsiferol) di bentuk dalam kulit oleh kerja sinar ultraviolet atas 7 dihidrokolesterol: kemudian ia dihidroksiklasi dalam hati ke 25-hidroksikolekalsiferol dan diaktivasi lebih lanjut oleh 1-alfahidroksilase dalam ginjal ke metabolit kuat, 1,25-dihidrosikolekalsiferol. Hormon paratiroid meningkatkan perubahan 25-hidroksikolekalsiferol ke 1,25dihidroksikalekalsiferol. Vitamin D juga menyokong keseimbangan kalsium positif, terutama dengan meningkatkan absorpsi usus. Walaupun salah satu kerja vitamin D untuk memobilisasi kalsium dari tulang, namun ia meningkaktan kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel, serta efek bersihnya untuk meningkatkan mineralisasi dan pembentukan kembali tulang (remodeling). G. PENGATURAN SEKRESI PARATIROID OLEH KONSENTRASI ION KALSIUM

Bahkan penurunan konsentrasi ion kalsium yang paling sedikit pun dalam cairan ekstraselular akan menyebabkan kelenjar paratiroid meningkatkan kecepatan sekresinya dalam waktu beberapa menit; bila penurunan konsentrasi kalsium menetap, kelenjar akan menjadi hipertrofi, sering lima kali lipat atau lebih. Contohnya, kelenjar paratiroid menjadi sangat membesar pada rikets, di mana kadar kalsium biasanya hanya tertekan sedikit; juga, kelenjar menjadi sangat besar saat hamil, walaupun penurunan konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraselular ibu sangat sulit diukur; dan kelenjar sangat membesar selama laktasi karena kalsium digunakan untuk pembentukan air susu ibu. Sebaliknya, setiap keadaan yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium di atas nilai normal akan menyebabkan berkurangnya aktivitas dan ukuran kelenjar paratiroid. Beberapa keadaan tersebut meliputi: 1. Jumlah kalsium yang berlebihan dalam diet. 2. Meningkatnya vitamin D dalam diet. 3. Absorpsi tulang yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda dengan hormon paratiroid (contohnya, absorpsi tulang yang disebabkan oleh tidak digunakannya tulang itu). H. ABSORPSI KALSIUM DAN FOSFAT DARI TULANG YANG DISEBABKAN OLEH HORMON PARATIROID Hormon paratiroid kelihatannya mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan absorpsi kalsium dan fosfat. Yang pertama merupakan suatu tahap cepat yang dimulai dalam waktu beberapa menit dan meningkat secara progresif dalam beberapa jam. Tahap ini diyakini disebabkan oleh aktivasi sel-sel tulang yang sudah ada (terutama osteosit) untuk meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat. Tahap yang kedua adalah tahap yang lebih lambat, dan membutuhkan waktu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu untuk menjadi berkembang penuh; fase ini disebabkan oleh adanya proses proliferasi osteoklas, yang diikuti dengan sangat meningkatnya reabsorpsi osteoklastik pada tulang sendiri, jadi bukan hanya absorpsi garam fosfat kalsium dari tulang. I. EFEK HORMON PARATIROID TERHADAP EKSKRESI FOSFAT DAN KALSIUM OLEH GINJAL

Pemberian hormon paratiroid menyebabkan pelepasan fosfat dengan segera dan cepat ke dalam urin karena efek dari hormon paratiroid yang menyebabkan berkurangnya reabsorpsi ion fosfat pada tubulus proksimal. Hormon paratiroid merangsang penghematan kalsium dan mendorong pengeluaran fosfat oleh ginjal selama pembentukan urin. Di bawah pengaruh hormon Paratiroid , ginjal mampu mereabsorpsi lebih banyak kalsium yang difiltrasi, sehingga kalsium yang keluar melalui urin berkurang. Efek ini meningkatkan kadar kalsium plasma dan menurunkan pengeluaran kalsium melalui urin. (Melarutkan tulang untuk memperoleh lebih banyak kalsium akan menjadi sia-sia apabila kemudian kalsium keluar melalui urin.) Sewaktu merangsang reabsorpsi kalsium oleh ginjal. Hormon Paratiroid juga meningkatkan ekskresi fosfat urin melalui penurunan reabsorpsi fosfat. Akibatnya, hormon paratiroid menurunkan kadar fosfat plasma bersamaan dengan saat hormon tersebut meningkatkan konsentrasi kalsium. J. EFEK HORMON PARATIROID PADA ABSORPSI KALSIUM DAN FOSFAT DALAM USUS Walaupun hormon paratiroid tidak memiliki efek Iangsung pada usus, hormon ini secara tidak langsung meningkatkan reabsorpsi kalsium dan fosfat dari usus halus melalui perannya dalam pengaktifan 1,25-dihidroksikolekal-siferal dari vitamin D. Vitamin ini, pada gilirannya, secara langsung meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfat oleh usus. Tetapi seperti dengan cara kerjanya di ginjal dan tulang hormon paratiroid dapat juga bekerja pada kondisi patologis atau farmakologis untuk meregulasi metabolime kalsium melalui stimulasi langsung terhadap absorpsi kalsium di usus. Semua efek hormon paratiroid ditujukan untuk meningkatkan kadar kalsium plasma. Dengan demikian, sekresi hormon paratiroid akan meningkat sebagai respons terhadap penurunan konsentrasi kalsium plasma dan menurun apabila kadar kalsium plasma meningkat. Sel-sel sekretorik kelenjar paratiroid sangat peka terhadap perubahan kalsium plasma bebas. Karena hormon paratiroid mengatur konsentrasi kalsium plasma, hubungan ini membentuk lengkung umpan-balik negatif sederhana untuk mengontrol sekresi hormon paratiroid tanpa melibatkan intervensi saraf atau hormon lain. Vitamin D (vitamin D3) juga berpengaruh pada metabolisme kalsium. Vitamin ini terdapat didalam diet normal dan di sintesis di kulit. Sinar ultraviolet menghasilkan vitamin D3 di kulit yang selanjutnya mengalami hidroksilasi di hati dan

ginjal menjadi vitamin D3 (kalsitriol). Fungsi utama kalsitriol adalah merangsang penyerapan kalsium di dalam usus. K. EFEK FISIOLOGIK HORMON PARATIROID Jika konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler turun sampai dibawah normal, kembalika sampai normal kembali. Dalam hubungannya dengan peningkatan konsentrasi kalsium, konsentrasi ion fosfat dalam darah akanditurunkan. Hormon paratiroid menunjukkan kerjanya sebagai stimulasi dengan tiga proses : 1. Mobilisasi kalsium dari tulang : Pada mekanisme yang tak jelas, efek hormon tiroid adalah menstimulasi osteoclast terhadap reabsorpsi mineral pada tulang, liberasi kalsium dalam darah. 2. Pengaturan absorpsi kalsium dari usus halus : Terfasilitasnya absorpsi kalsium dari usus halus akan meningkatkan kadar kalsium dalam darah. Hormon paratiroid menstimulasi proses ini, tetapi secara tidak langsung melalui stimulasi produksi senyawa aktif yaitu vitamin D dalam ginjal. Vitamin D menginduksi sintesis ikatan kalsium-protein dalam sel epitel usus halus dan yang memberikan fasilitas absorpsi yang efisien terhadap kalsium ke dalam darah. 3. Penekanan berkurangnya kalsium dalam urin : Sebagai tambahan adanya stimulasi yang terus-menerus kalsium ke dalam darah dari tulang dan usus halus, hormon paratiroid merusak ekskresi kalsium dalam urin, selanjutnya akan menahan kalsium dalam darah. Efek ini diantarai oleh stimulasi reabsorpsi tubuler kalsium. Efek lain dari hormon paratiroid pada ginjal yaitu menstimulasi ion fosfat dalam urin. Sebagai informasi tambahan tentang bagaimana hormon paratiroid dan vitamin D dalm mengontrol kesetimbangan kalsium dapat diemukan dalam bab Pengontrolan endokrin terhadap kalsium homeostasis. L. Pengontrolan Sekresi Hormon Paratiroid Pelepasan hormon tiroid sebagai respon terhadap menurunnya konsentrasi kalsium bebas dalam ekstraseluler. Perubahan konsentrasi fosfat dalam darah dapat dinyatakan pula sebagai sekresi hormon paratiroid, tetapi hal ini muncul karena efek yang tidak langsung dan tidak nyata bedanya sebagai pengatur hormon ini.

Ketika kadar kalsium turun sampai di bawah normal, pada tahap ini terjadi peningkatan sekresi hormon paratiroid. Berkurangnya kadar hormon akan menyebakna kadar kalsium darah akan naik. Gambar 2 menjelaskan tentang pelepasan hormon paratiroid dari kultur sel secara in vitro pada perbedaan kadar kalsium.

Gambar 2. Pelepasan hormon paratiroid dalam kondisi

konsentrasi kalsium yang berbeda Gambar 3 menjelaskan akan sel paratiroid dalam memonitor kadar kalsium bebas dalam ekstraseluler melalui bentuk integral protein membran yng fungsinya sebagai Calcium-Sensing Receptor.

Gambar 3. Calcium-Sensing Receptor

M. Reseptor Hormon Paratiroid Hormon Paratiroid dan Hormon Paratiroid-hubungan protein (PTHrP) merupakan hormon yang mengontrol kesetimbangan kalsium dan fosfor. Reseptor untuk kedua hormon tersebut sudah dilakukan penelitian, karena adanya pengembangan fasilitas terhadap antagonis untuk perlakuan dalam membahas tentang penyakit, seperti osteoporesis, dan hiperkalsemia yang dihubungkan dengan beberapa tipe tentang kanker. Dua reseptor telah diidentifikasi bentuk ikatan hormon paratiroid dn yang satunya adalah ikatan PTHrP. 1. Tipe I reseptor hormon paratiroid : Ikatan kedua hormon paratiroid dan gugus amino terminal senyawa peptida PTHrP. Molekul ini adalah G protein-reseptor coupled dengan tujuh segmen transmembran. Bagian ekstraseluler mempunyai enam residu sistein. Ikatan ligan untuk reseptor ini aktivitasnya oleh adenylyl cyclase dan ssistem phospholipase C, diturunkan oleh sinyal protein kinase A dan protein kinase C. Jalur cyclic AMP / protein kinase A adalah lebih dominan. Kemungkinan pernyataan akan aksi hormon paratiroid, penandaan mRNA sebagai reseptor tipe I dengan penyebarannya yang luas dalam tulang dan ginjal. Senyawa mRNA juga dinyatakan pada kadar yang rendahy dalam banyak jaringan, kemungkinannya digunakan pada reseptor untuk PTHrP. 2. Tipe II reseptor hormon paratiroid : Ikatan hormon paratiroid, ditunjukkan sebagai bentuk yang sangat lambat untuk PTHrP. Molekul ini diekspresikan hanya dalam jumlah yang kecil dari jaringan-jaingan, dan bentuknya atau sifat fisiologiknya berbda nyata walau[pun dengan karakteristik yang kecil. Seperti pada reseptor tipe I, juga berada dalam bentuk ikatan dengan adenylyl cyclace dan induksi ikatan ligan yang meningkat konsentrasi intraseluler untuk siklik AMP. Mutasi pada reseptor tipe I telah dinyatakan dengan penyakit pada manusia yang jarang. Jansens methaphyseal chondroplasia adalah sindroma yang pendek dari kekerdilan hasil dari mutsi aktivitas reseptor. Blomstrands chondroplasia dihasilkan dari mutasi inaktivasi pada gene reseptor, penyakit yang disebabkannya akan segera timbul proses kematian engan tertahannya pendewasaan tulang, sangat sama pada tikus dengan target pelepasan gene PTHrP.

DAFTAR PUSTAKA

http://pascapharmacy10.blogspot.com/2010/10/kelenjar-tiroid-kelenjar-tiroidadalah.html http://d4him.files.wordpress.com/2009/02/fister-tiroid.pdf http://ilmubedah.info/paratiroid-anatomi-dan-fisiologi-20110213.html http://deoblogger.blogspot.com/2010/07/pengaruh-hormon-terhadap-perubahanbody.html http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0092%20Bio%202-11a.htm

Anda mungkin juga menyukai