Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. I.2 Keluhan utama. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah. 1.3 Riwayat penyakit sekarang. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. 1.4 Riwayat penyakit dahulu. Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun. 1.5 Riwayat kesehatan keluarga. Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya. 1.6 Riwayat kesehatan lingkungan. pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok. 1.7 Imunisasi. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. 1.8 Pola kebiasaan sehari-hari Pola nutrisi didapatkan penurunan nafsu makan dan muntah. Pola istirahat
9
Didapatkan kelemahan karena sesak dan suhu tubuh tinggi Pola aktivitas Pada klien bronkopneumonia terganggu karena dan adanya terapi istirahat ditempat tidur sehubungan dengan kelelahan akibat peningkatan upaya untuk bernapas. Pola eliminasi Klien dengan bronkopneumonia kadang-kadang diare sedangkan pada eliminasi urin tidak ada gangguan. Pola personal hygiene Pemenuhannya dengan bantuan keluarga karena klien harus istirahat dan aktivitas terbatas. 1.9 Pemeriksaan a. Pemeriksaan umum Kesadaran composmentis sampai koma,keadaan umum lemah dan gelisah, suhu tubuh meningkat ( 39C -40 C ), nadi cepet dan lemah, respirasi cepet dan dangkal, BB sesusi dengan umur. b. Pemeriksaan fisik Kepala dan leher pemeriksaannya meliputi keadaan kepala, rambut, mata, hidung terdapat kesukaran bernapas, pernapasan cuping hidung, ssianosis disekeliling mulut,pada leher terdapat gerakan/tarikan suprs sternal serta dengan adanya devisit cairan didapatkan vena jugolaris mendatar pada posisi berbaring. Pada dada klien didapatkan pada perkusi redup, adanya suara napas tambahan, ronchi halus yang ada di sisi yang sakit .Tachypnea,tachycardi serta adanya getaran-getaran suara yang berlebihan ada palpitasi. Abdomennya distensi, menonjol, dan mennggambarkan adanya distensi lambung akibat udara yang tertelan atau disebabkan oleh karena ileus, hati mungkin kelihayan lebih besar akibat dari pergeseran diafragma ke bawah kanan atau gagal jantung kongesti yang menyertai. c. Pemeriksaan penunjang Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara: 1. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah
10
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) Kultur darah didapatkan kuman penyebabnya bakteri streptococcus pneumoniae. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) 2. Pemeriksaan Radiologi Rontgenogram Thoraks Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001) 1.10 Analisa data mengetahui masalah klien serta dilakukan untuk mengesahkan, Menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori, prinsip yang relevan untuk mengelompokan, membandingkn dengan standart, menentukan kesenjangan.
11
2. Diagnosa keperawatan No Diagnosa 1. Ketidakefektifan berhubungan dengan paru ketidakefektifan batuk Tujuan Setelah diharapkan nafas Intervensi dilakukan Auskultasi keperawatan napas 2-4 jam bersihan kembali Rasional suara Mengetahui manifestasinya suara napas Berikan posisi kepala Penurunan lebih tinggi dari badan dapat ekspansi dengan dan untuk ajarkan Batuk batuk mekanisme untuk mencapai dan kaki jalan diafragma membantu paru maksimal merupakan alamiah mengeluarkan obstruksi pada
mukus kental pada efektif dengan Kriteria Menunjukkan perilaku kebersihan nafas Menunjukkan jalan Latih nafas paten dengan klien bunyi nafas bersih, efektif. tak ada dispnea atau sianosis
benda asing dari saluran pernapasan dengan baik dan benar Ubah 4 jam. posisi klien Penekanan yang terusakan menyebabkan
sesering mungkin tiap menerus pada satu sisi jaringan tidak mendapat aliran nutrisi sehingga menimbulkan kerusakan pada kulit. Lakukan suction bila Mengeluarkan perlu napas Monitor tanda-tanda mengetahui perkembangan pernapasan klien
12
mukus
oksigen
obat Pelebaran saluran napas sekret keluar dan memudahkan untuk bernapas yang mudah akan klien
Pemberian nebulizer 2. Nutrisi kurang dari Setelah kebutuhan berhubungan dengan distensi abdomen tindakan diharapkan diharapkan Hasil : Menunjukkan peningkatan makan Berat badan stabil atau meningkat nafsu Auskultasi bunyi usus
untuk
merangsang
batuk efektif klien dilakukan Kaji kebiasaan diet, Pasien distres keperawatan makanan saat ini. pernafasan akan sering anoreksia dipsnea, kebutuhan Catat derajat kesulitan mengalami Kriteria badan tubuh. dan
Anoreksia nutrisi pada kondisi yang makan. Evaluasi berat karena obat. Penurunan/ penurunan (komplikasi yang dengan pemasukan penurunan hipoksemia.
13
Berikan oral
perawatan Rasa tidak enak, bau buang dan penampilan adalah utama nafsu dapat mual kesulitan
sering,
sekret, berikan wadah pencegah khusus untuk sekali terhadap pakai dan tissu makandan membuat muntahdengan peningkatan nafas Berikan makan porsi Memberikan kecil dan sering kesempatan kalori total. Hindari makanan yang Suhu sangat panas sangat dingin batuk. ekstrim
untuk
meningkatkan masukan
dapat spasme
atau meningkatkan
menyusun tujuan berat dan keadekutan nutrisi Konsul ahli gizi Metode makan dan kalori pada individu memberikan
pendukung tim untuk kebutuhan memberikan makanan didasarkan yang mudah dicerna, kebutuhan secara seimbang. nutrisi untuk
laboratorium 3. kekurangan volume Setelah cairan berhubungan tindakan dengan kehilangan yang demam, diharapkan
keefektifan terapi nutisi dilakukan Tingkatkan frekwensi Membantu keperawatan pemasukan kebutuhan melalui oral cairan melancarkansekresi pernapasan.
cairan cairan kembali normal Balance seimbang Membran lembab, normal, kapiler cepat mukosa turgor pengisian Berikan caira/infus Memenuhi kebutuhan sesuai program dokter. cairan dan elektrolit. Kolaborasi pemberian tentang dengan antipiretik dapat mengurangi demam. Mengetahui cairan Monitor pengeluaran urin tiap 8 jam. antara urin. perbandingan pemasukan
4.
anktipiretik. dilakukan Kaji frekuensi, Berguna dalam evaluasi keperawatan normal kedalaman dan derajat pernafasan kronisnya penyakit mungkin (terlihat atau pada dan pada sentral bibir/ sianosis distes dan/atau proses kemudahan bernafas
ventilasi Observasi warna kulit, Sianosis oksigenasi membran mukosa dan perifer kuku) (terlihat abuan
jaringan dengan GDA kuku dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan Berpartisipasi pada
untuk
perubahan
dapat menunjukan efek hipoksemia sitemik pada fungsi jantung Tinggikan kepala dan Pengiriman dorong mengubah efektif sering dapat posisi, dengan untuk kolaps posisi oksigen diperbaikai duduk
nafas dalam dan batuk tinggi dan latihan nafas menurunkan jalan nafas,
dipsnea, dan karja nafas Awasi GDA dan nadi PaCO2 oksimetri meingkat emfisema) PaO2secara menurun, biasanya (bronkitis, dan umum sehingga
hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar. Berikan oksigen 5. Gangguan berhubungan complience paru pola Setelah terapi Dapat dengan memperbaiki/mencegah
indikasi hasil GDA memburuknya hipoksia dilakukan Kaji frekuensi, Takipnea biasanya ada keperawatan kedalaman pernafasan pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama pola proses stres/adanya infeksi
16
akut.
pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam normal Auskultasi nafas rentang
Pernafasan ekspirasi
dapat memanjang
spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas adanya dan dapat/tak nafas dimanifestasikan bunyi adventisisus.
Tinggikan kepala dan Peninggian bantu posisi mengubah tempat mempermudah pernafasan
menggunakan gravitasi. Observasi pola batuk Batuk dapat menetap dan karakter sekret Kolaborasi tetapi tidak efektif.
Berikan Kelembaban menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan dapat membantu menurunkan /mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus
humidifier tambahan
Awasi GDA
kemajuan/kemunduran proses 6. Intoleran aktivitas Setelah tindakan diharapkan dilakukan Rencanakan toleran klien penyakit dan cukup secara komlikasi periode Istirahat yang untuk tenaga bertahap. yang dapat rasa klien
mengembalikan
pemasukan aktivitas dengan Kriteria penghematan energi pengeluaran Hasil : Melaporkan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap posisi aktivitas yang dapat diukur dengan tak Ubah adanya kelemahan dalam normal rentang Sertakan dalam orang / Ciptakan yang stress
lingkungan Lingkungan tanpa tenang memberikan nyaman pada klien secara Membantu aktivitas
tenang
mobolisasi
berlebihan dan TTV sesuai toleransi. tua Istirahat tidur dengan lebih peran
meningkatkan efektif
kebutuhan istirahat
A. Kesimpulan Bronkopneumonia sebagai penyakit yang menimbulkan gangguan pada sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak pada alveoli paru. Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab
18
tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memacu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
B. Saran Bronkopneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak kecil. Untuk itu perlu adanya pengawasan dan penangan khusus. Bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri dan lain-lain, sehingga dalam aktivitas sehari-hari peran orang tua sangat penting. Tetapi bukan berarti sebagai orang tua melarang aktivitas anak. Disini perlu adanya keseimbangan antara pengawasan, perhatian dengan aktivitas yang dilakukan anak, karena viru dan bakteri merupakan makhluk hidup yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
19