Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Pemberian Intervensi Kompres Jahe Hangat, Dingin Dan Kombinasi (Jahe HangatDingin) Pada Lansia Dengan Nyeri

Lutut Pembimbing : INTISARI Nyeri muskuloskeletal merupakan sindroma geriatrik yang paling sering dijumpai dan berkaitan dengan masalah kesehatan pada usia lanjut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan kelompok studi nyeri PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia) pada 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia, pada bulan mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total kunjungan, dimana 1.598 orang (35,86%) adalah penderita nyeri sendi.Gangguan pada muskuloskeletal pada umumnya memberikan gejala atau keluhan nyeri, dari tingkat ringan sampai berat. Keluhan nyeri yang timbul dapat mengganggu penderita sehingga, penderita tidak dapat bekerja atau beraktivitas dengan nyaman bahkan juga tidak dapat merasakan kenyamanan dalam hidupnya. Terapi untuk nyeri sendi berupa terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi berupa anti nyeri dan terapi nonfarmakologi salah satunya adalah Intervensi Kompres Jahe Hangat, Dingin Dan Kombinasi (Jahe Hangat-Dingin) . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan level nyeri lutut pada lansia yang diberikan dan tidak diberikan intervensi di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Penelitian ini adalah true eksperiment dengan pretest posttest control group design. Sampel penelitian berjumlah 28 orang, terbagi dalam 4 kelompok (kontrol, eksperimen 1 (kompres jahe hangat), eksperimen 2 (kompres dingin) dan eksperimen 3 (kompres kombinasi). Pengukuran nyeri sendi pada lansia dilakukan sebelum dan setelah pemberian intervensi untuk mengetahui penurunan level nyeri sendi. Hasil pengukuran dianalisa dengan Sample Paired t-test dan Oneway ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan perubahan level nyeri, pada kelompok kontrol dengan nilai rata-rata 5.14290.89974 menjadi 4.85710.69007, eksperimen 1 (kompres jahe hangat) nilai rata-rata 6.28570.48795 menjadi 1.85710.89974, eksperimen 2 (kompres dingin) nilai ratarata 6.00041.29099 menjadi 1.57140.53452 dan eksperimen 3 (kompres kombinasi) nilai ratarata 5.85711.34579 menjadi 1.14293.7796. Hasil analisa ANOVA p=0.000 (p<0.05). Kesimpulan penelitian yaitu Pemberian Intervensi Kompres Jahe Hangat, Dingin Dan Kombinasi (Jahe Hangat-Dingin) berpengaruh dalam penurunan level nyeri sendi pada lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Kata kunci : Nyeri Sendi, Kompres Jahe Hangat, Dingin Dan Kombinasi (Jahe Hangat-Dingin)

Effect of Intervention Warm Ginger Compress, Cold And Combination (Ginger Warm-Cold) In Elderly With Knee Pain Advisor : ABSTRACT Geriatric syndrome of musculoskeletal pain is the most common and are associated with health problems in the elderly. Based on research conducted PERDOSSI pain study group (Indonesia Doctors Association of Neuroscience) at 14 teaching hospitals in Indonesia, in May 2002 showed the number of people with pain as much as 4456 people (25% of total visits, in which 1598 people (35.86%) is joint pain sufferers. Disorders of the musculoskeletal generally provide symptom or complaint of pain, from mild to severe. Complaints of pain arising that may interfere with the patient, the patient can not work or activity comfortably and can not feel comfort in his life. Therapy for joint pain in the form of pharmacological and nonpharmacological therapies. Pharmacological therapy in the form of anti-pain and one of therapy in nonpharmacological therapy is Warm Ginger Compress, Cold And Combination (Ginger Warm-Cold). This study aimed to determine differences in changes in the level of knee pain in older adults are given and not given intervention in PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. This study is a true experiment with a pretest-posttest control group design. The research sample totaling 28 people, divided into 4 groups (control, experiment 1 (warm ginger compress), experiment 2 (cold compress) and experiment 3 (compress combinations). Measurement of joint pain in older adults performed before and after administration of the intervention to determine the level of reduction joint pain. measurement results analyzed by paired sample t-test and Oneway ANOVA. Results showed changes in pain level, in the control group with an average value of 5.1429 0.89974 to 4.8571 0.69007, experiment 1 (warm ginger compress) the average value of 6.2857 0.48795 to 1.8571 0.89974, experiment 2 (cold compress) the average value The average 6.0004 1.29099 to 1.5714 0.53452 and experiment 3 (compress combined) average value of 5.8571 1.34579 to 1.1429 3.7796. Results of analysis of ANOVA p = 0.000 (p <0.05). The conclusion of this research is the interventions that provision Ginger Compress Warm, Cold And Combination (Ginger Warm-Cold) were equally influential in decreasing the level of joint pain in the elderly in PSTW Yogyakarta Units Budi Luhur.

Keywords: Joint Pain, Warm Ginger Compress, Cold And Combination (Ginger Warm-Cold)

PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI KOMPRES JAHE HANGAT, DINGIN DAN

KOMBINASI (JAHE HANGAT-DINGIN) PADA LANSIA DENGAN NYERI LUTUT PENDAHULUAN Proses menua merupakan proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk mempertahankan fungsi normalnya, sehingga menimbulkan masalah kesehatan dan rentan terhadap penyakit pada lanjut usia (lansia). Lansia di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, dalam pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seorang yang berusia 60 tahun ke atas (Efendi & Makhfadli, 2009). World Health Organization (WHO) dalam Roach (2001), memperkirakan jumlah lansia pada tahun 2025 sebanyak 1,2 miliar dan meningkat pada tahun 2050 menjadi 2 miliar. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai angka harapan hidup nasional yaitu 71 tahun untuk perempuan dan 67 tahun untuk laki-laki (Kompas, 2011). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2011), jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2010 adalah 18.037.009 jiwa dari 237.641.326 jiwa jumlah seluruh penduduk. Kenyataan bahwa jumlah lansia setiap tahunnya semakin bertambah, menjadi tantangan tersendiri untuk mensejahterakan lansia. Yogyakarta adalah penyumbang nomor satu tingginya jumlah lansia di Indonesia. Hal ini dikarenakan Yogyakarta memiliki angka harapan hidup tertinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia, yakni 75 tahun untuk perempuan dan 71 tahun untuk laki-laki (Kompas, 2011). Pada tahun 2009 jumlah lansia 60 tahun keatas adalah 477.430 jiwa dari 3.410.215 jiwa. Kemudian meningkat pada tahun 2010 dengan jumlah lansia 492.367 jiwa dari 3.457.491 jumlah seluruh penduduk Yogyakarta (BPS, 2011).

Semakin seseorang bertambah usia maka seseorang akan rentan terhadap suat penyakit karena adanya penurunan pada sistem tubuhnya. Lansia cenderung mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan pada sistem muskuloskeletal ini dapat mempengaruhi mobilitas fisik pada lansia dan bahkan dapat mengakibatkan gangguan pada mobilitas fisik pada lansia. Nyeri lutut merupakan salah satu tanda dan gejala dari osteoarthritis (Taslim, 2001). Perubahan struktur fungsi, baik fisik maupun mental akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk tetap beraktivitas. Lansia dengan proses menua akan berpengaruh terhadap penampilan, penyakit, penyembuhan dan memerlukan proses rehabilitasi. Lansia mempunyai penampilan yang khas seperti adanya tanda dan gejala lansia dalam berjalan karena adanya penurunan pada regeneratif sendi sehingga menyebabkan lansia mengalami immobilitas fisik. Banyak kasus degeneratif dengan gejala seperti nyeri muskuloskeletal. Nyeri muskuloskeletal merupakan sindroma geriatrik yang paling sering dijumpai dan berkaitan dengan masalah kesehatan pada usia lanjut (Taslim, 2001). Gangguan pada muskuloskeletal pada umumnya memberikan gejala atau keluhan nyeri, dari tingkat ringan sampai berat. Keluhan nyeri yang timbul dapat mengganggu penderita sehingga, penderita tidak dapat bekerja atau beraktivitas dengan nyaman bahkan juga tidak dapat merasakan kenyamanan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penanganan untuk gangguan muskuloskeletal yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengurangi nyeri atau gejala yang ditimbulkan (Martono, 2009).

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan perubahan level nyeri lutut pada lansia yang tidak diberikan kompres dan yang tidak diberikan kompres di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui skala nyeri lutut pre test dan post test pada responden kelompok kontrol. b. Mengetahui skala nyeri lutut pre test dan post test pada responden kelompok intervensi. c. Mengetahui perbedaan pre test dan post test pada masing-masing kelompok kontrol dan kelompok intervensi. d. Mengetahui perbedaan rerata skala nyeri lutut pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

METODE Penelitian ini menggunakan desain True Eksperiment dengan pre-post with control group. Rancangan penelitian ini, pada kelompok intervensi diberi perlakuan kompres hangat, dingin dan kombinasi, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Kedua kelompok penelitian diawali dengan pre test dan setelah intervensi selesai, dilakukan post test menggunakan skala nyeri VAS. Populasi dalam penelitian ini ialah semua lansia yang berusia 60 tahun ke atas berjumlah 28 lansia dan yang mengalami nyeri lutut serta tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Total Sampling, yaitu merupakan cara pengumpulan sampel berdasarkan jumlah populasi. Sehingga jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 28 orang. Untuk sampel kelompok intervensi kompres hangat berjumlah 7 orang, kompres dingin berjumlah 7 orang, kompres kombinasi berjumlah 7 orang dan sampel kelompok kontrol berjumlah 7 orang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dengan menanyakan skala nyeri yang dialami sebelum dan sesudah diberikan tindakan kompres. Setelah data semua terkumpul, dilakukan penganalisaan dengan menabulasikan data. Uji statistik yang digunakan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis dari penelitian ini adalah statistik non parametris dengan menggunakan uji Paired T-Test dan Oneway ANOVA.

HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan, Yogyakarta Bulan Februari (n=28) Eksperimen Karakteristik Responden Jumlah (n) Prosentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki 8 28,57 Perempuan 20 71,43 Total 28 100 Tabel 1. menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 20 lansia (71,43%), sebanyak 8 lansia (28,57%) berjenis kelamin laki-laki. Tabel 2. Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi (Kompres Jahe Hangat) di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan, Yogyakarta Bulan Februari (n=7) Frekuensi Prosentase (%) Skala Nyeri Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 1. Ri 0 7 0 100 ngan 7 0 100 0 2. Se 0 0 0 0 dang 3. Be rat Total 7 7 100 100

Tabel 2. menunjukkan bahwa skala nyeri pada kelompok intervensi jahe hangat terjadi perubahan yaitu pretest-posttest dari skala sedang yang berjumlah 7 responden (100%) menurun menjadi skala ringan yang berjumlah 7 responden (100%). Tabel 3. Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi (Kompres Dingin) di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan, Yogyakarta Bulan Februari (n=7) Frekuensi Prosentase (%) Skala Nyeri Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 1. Ringan 0 7 0 100 2. Sedang 6 0 85,7 0 3. Berat 1 0 14,3 0 Total 7 7 100 100 Tabel 3. menunjukkan bahwa skala nyeri pada kelompok intervensi kompres dingin terjadi perubahan yaitu pretest-posttest, didominasi skala sedang yang berjumlah 6 responden (85,7%) menurun menjadi skala ringan yang berjumlah 7 responden (100%). Tabel 4. Pengukuran Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Intervensi (Kompres Kombinasi) di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan, Yogyakarta Bulan Februari (n=7) Frekuensi Prosentase (%) Skala Nyeri Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 4. Ri 0 7 0 100 ngan 6 0 85,7 0 5. Se 1 0 14,3 0 dang 6. Be rat Total 7 7 100 100 Tabel 4. menunjukkan bahwa skala nyeri pada kelompok intervensi kompres kombinasi terjadi perubahan yaitu pretest-posttest, didominasi skala sedang yang berjumlah 6 responden (85,7%)menurun menjadi skala ringan yang berjumlah 7 responden (100%). Tabel 5. Pengaruh Pemberian Intervensi Kompres Jahe Hangat, Dingin Dan Kombinasi (Jahe Hangat-Dingin) Pada Lansia Dengan Nyeri Lutut Di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan, Yogyakarta Bulan Februari (n=28) Kelompok Skala Nyeri Sendi Lutut (MeanSD) Sebelum Setelah Paired sample test Sig. (2-tailed)

Kontrol Kompres Jahe Hangat Kompres Dingin Kompres kombinasi Hasil uji beda diatas

5.14290.89974 6.28570.48795 6.00041.29099 5.85711.34579 menunjukkan pada

4.85710.69007 0.604 1.85710.89974 0.000 1.57140.53452 0.000 1.14293.7796 0.000 kelompok kontrol didapatkan nilai p=0.604,

artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skala nyeri sebelum intervensi dan setelah intervensi. Pada ketiga kelompok Intervensi didapatkan hasil yang sama yaitu nilai p=0.000. Hal ini menunjukkan bahwa skala nyeri sebelum dan setelah intervensi terdapat perbedaan yang bermakna. PEMBAHASAN Lansia dengan jenis kelamin perempuan cenderung beresiko cidera. Pada perempuan yang berusia lebih dari 50 tahun mengalami penurunan pada fleksibilitas otot (Taslim, 2001). Semakin bertambahnya usia pada seseorang maka, seseorang akan kehilangan massa tulang pada laki-laki sebesar 20-30% dan pada wanita sebesar 40-50%. Lansia cenderung mengalami penurunan pada fungsi muskuloskeletal. Fungsi kartilago sendi mengalami penurunan sehingga, kartilago akan menipis dan mengakibatkan kekakuan sendi. Kekakuan sendi apabila tidak segera ditangani maka dapat mengganggu mobilitas fisik pada lansia. Otot sendi apabila digunakan untuk bergerak maka cairan sinovial akan bertambah dan meningkat sehingga, lansia melakukan aktivitas dengan baik. Apabila otot sendi tidak digunakan untuk melakukan aktivitas maka, cairan sinovial ini akan tetap sehingga, tidak mengalami peningkatan (Sudoyo, 2006). Kompres jahe hangat merupakan salah satu manajemen non farmakologi untuk mengurangi tingkat nyeri sendi pada lutut, karena jahe merah (Zingiber Officinale) mengandung komponen minyak atsiri dengan zat aktif shogaol, gingerol, paradol dan zingeron yang bersifat hangat dan dapat melancarkan peredaran darah dalam tubuh

sehingga akan meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan lebih rileks dan nyaman yang akan berpengaruh terhadap penurunan dan pengendalian nyeri sendi. Pada kelompok intervensi jahe hangat terjadi perubahan yaitu pretest-posttest dari skala sedang menjadi skala ringan, setelah dilakukan pengompresan selama 15 menit terjadi penurunan level nyeri 1-2 level dengan waktu 15 menit setelah dilakukan intervensi, hal ini ditunjukkan dari nilai p= 0.000 yang berarti penggunaan kompres hangat efektif untuk menurunkan nyeri sendi lutut. Menurut hasil penelitian Yuswanto tentang pengaruh kompres hangat terhadap penurunan intensitas nyeri pinggang bawah pada lansia mengatakan bahwa kompres jahe hangat dapat mengurangi tingkat nyeri sendi pada lutut, karena jahe merah (Zingiber Officinale) mengandung komponen minyak atsiri dengan zat aktif shogaol, gingerol, paradol dan zingeron yang bersifat hangat yang dapat melancarkan peredaran darah dalam tubuh sehingga akan meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan lebih rileks dan nyaman. Kompres dingin adalah memberi rasa dingin pada daerah setempat dengan menggunakan kain yang dicelupkan pada air biasa atau air es sehingga memberi efek rasa dingin pada daerah tersebut. Tujuan diberikan kompres dingin adalah menghilangkan rasa nyeri akibat odema atau truma, mencegah kongesti kepala, memperlambat denyutan jantung, mempersempit pembuluh darah dan mengurangi arus darah local. Tempat yang diberikan kompres dingin tergantung lokasinya. Selama pemberian kompres, kulit klien diperiksa setelah 5 menit pemberian, jika dapat ditoleransi oleh kulit diberikan selama 20 menit. Pada hasil penelitian skala nyeri pada kelompok intervensi kompres dingin terjadi perubahan yaitu pretest-posttest, dengan skala sedang menjadi skala ringan setelah

dilakukan pengompresan selama 15 menit terjadi penurunan level nyeri 1-2 level hal ini ditunjukkan dari nilai p= 0.000 yang berarti penggunaan kompres dingin efektif untuk menurunkan nyeri sendi lutut yang berfungsi sebagai latihan penguat dan pergerakkan sendi karena kompres dingin mampu membatasi inflasmasi pada nyeri, menurunkan aliran darah dan mengurangi edema. Efek dari kompres dingin dapat menyebabkan refleks vasodilatasi. Sel tidak mampu untuk menerima aliran darah dan nutrisi secara adekuat sehingga menimbulkan iskemik. Hal ini diawali dengan kulit yang kemerahan diikuti kebiruan dan kekakuan karena dingin, sebagian tipe nyeri yang dirasa seperti terbakar. (Potter dan Perry, 1997). Kompres panas adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit, merangsang peristaltic usus, pengeluaran getah radang menjadi lancer, serta memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien. Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan. Area pemberian kompres panas dan dingin bisa menyebabkan respon sistemik dan respon local. Stimulasi ini mengirimkan impuls-impuls dari perifer ke hipotalamus yang kemudian menjadi sensasi temperature tubuh secara normal (Potter dan Perry, 1997). Tubuh kita dapat menoleransi variasi temperature yang luas. Temperature permukaan kulit yang normal 34C, tetapi temperature penerima biasanya beradaptasi dengan cepat ke temperature local melebihi batas ini. Efek dari kompres hangat dan dingin memberikan respon fisiologis yang berbeda.

Efek dari kompres hangat untuk meningklatkan aliran darah ke bagian yang terinjuri. Pemberian kompres hangat yang berkelanjutan berbahaya terhadap sel epitel, menyebabkan kemerahan, kelemahan local, dan bisa terjadi kelepuhan. Kompres hangat diberikan satu jam atau lebih. Pada kelompok intervensi kombinasi kompres hangat dan dingin terjadi perubahan skala nyeri dari skala sedang menjadi skala ringan setelah dilakukan intervensi selama 15 menit. Kompres hangat dingin dilakukan secara bergantian setiap 2 menit dan terjadi penurunan selama 5-10 menit sebelum proses intervensi selesai. Dari hasil nilai p= 0.000 menunjukkan bahwa kompres hangat dingin efektif untuk menurunkan nyeri sendi lutut. Efek dari kompres hangat untuk meningklatkan aliran darah ke bagian yang terinjuri sedangkan efek dari kompres dingin dapat menyebabkan refleks vasodilatasi. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2011). Penduduk menurut umur dan jenis kelamin dalam angka Yogyakarta. Yogyakarta. Efendi, & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan pratik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Istichomah (2007). Pengaruh Teknik Pemberian Kompres Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Klien Kontusio Di Rsud Sleman Yogyakarta . Abstrak Skripsi Strata Satu, STIKES Surya Global, Yogyakarta. JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 60 65 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing Kompas. (2011). Harapan Hidup di DIY Tertinggi. Diakses tanggal 6 Oktober 2011 dari
http://cetak.kompas.com/read/2009/12/21/15172065/harapan.hidup.di.diy.ter tinggi

Martono, Hadi. (2009). Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut.Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Narasti, N . (2006). Pengaruh Kompres Jahe Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Rematik di PSTW Budi Luhur Yogyakarta. Abstrak Skripsi Strata Satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Roach, S. (2001). Introductory gerontological nursing. USA: Lippincott Williams & Wilkins. Taslim, Hartono. Gangguan Muskuloskeletal pada Usia Lanjut.2001. Diakses pada tanggal 1 Juni 2012 pukul 08.00 WIB. http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072001/pus-1.html

Anda mungkin juga menyukai