Anda di halaman 1dari 12

1

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Padi merupakan sumber makanan pokok utama bangsa Indonesia. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia, maka kebutuhan akan beras juga semakin bertambah. Tidak dipungkiri bahwa semakin tinggi kebutuhan konsumsi beras, semakin tinggi pula limbah sekam yang dihasilkan. Sebagai salah satu daerah penghasil beras di Kalimantan Selatan, Kabupaten Barito Kuala mempunyai banyak pabrik penggilingan padi. Tercatat dari tahun 2007 hingga 2010 produksi padi mencapai 3,9 ton/Ha (balai penyuluh kecamatan Anjir Muara, 2012). Pabrik penggilingan pabrik yang dimiliki oleh satu kecamatan (yang terdiri dari 15 desa) adalah sekitar 10 buah. Pabrik-pabrik penggilingan padi tersebut mampu menghasilkan limbah sekam, bekatul, dan dedak mencapai 2,5 ton. Selama ini penduduk sekitar hanya mengetahui limbah yang dihasilkan hanya dapat digunakan sebagai abu gosok, pakan ternak, pupuk kompos. Melihat potensi tersebut alangkah berharganya jika dapat meningkatkan nilai ekonomi dari sekam tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Davies (1983) Palaniswamy (2004), dan Mastuti (2005) bahwa asam oksalat dapat diekstraksi dari bahan alam yang mengandung selulosa. Dengan adanya kandungan selulosa sebesar 33,85% dalam sekam padi (Anonim, 2012), serta pertimbangan jumlah limbah sekam padi yang besar di Kalimantan Selatan khususnya di daerah Anjir maka pada penelitian memanfaatkan bahan baku sekam padi untuk pembuatan asam oksalat. Asam oksalat (HCOOH) merupakan zat kimia yang berbentuk Kristal, tidak berwarna, tidak berasa, higroskopis. Asam oksalat tersebut diperoleh dari proses hidrolisis dengan melarutkan biomassa lignoselulosa salah satu contohnya sekam padi dalam pelarut yang bersifat alkali. Pada penelitian ini direncanakan menggunakan Ca(OH)2 dan NaOH sebagai pelarut alkali untuk mengekstrak asam oksalat dari sekam padi dengan variabel bebas berupa suhu dan waktu.

Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini menitikberatkan pada pengaruh perbedaan jenis pelarut alkali NaOH dan Ca(OH)2, pengaruh suhu dan waktu hidrolisis terhadap konsentrasi H2C2O4 yang dihasilkan. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut alkali NaOH dan Ca(OH)2, pengaruh suhu dan waktu hidrolisis terhadap konsentrasi H2C2O4 yang dihasilkan. Luaran Yang Diharapkan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan limbah sekam padi baik secara ekonomi maupun keilmuan. Selain itu, penelitian ini berguna untuk mempelajari lebih jauh sintesis asam oksalat dari bahan alam dengan kandungan selulosa. Asam oksalat tersebut dapat digunakan sebagai

pencuci radiator mobil, peralatan logam biasa, pemutih tekstil yang diharapkan dapat digunakan pada industri tekstil. Selain itu, PKM-P ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat terutama petani dapat menggunakan sekam padi sebagai bahan baku pembuatan asam oksalat dan dapat diterapkan dalam skala industri. Kegunaan Program Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan limbah sekam padi baik secara ekonomi maupun keilmuan. Selain itu, penelitian ini berguna untuk mempelajari lebih jauh sintesis asam oksalat dari bahan alam dengan kandungan selulosa. Sedangkan bagi masyarakat, penggunaan limbah sekam padi tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan mereka. II. TINJAUAN PUSTAKA Sekam Padi Sekam padi adalah limbah hasil pertanian yang masih kurang termanfaatkan. Selama ini bahan tersebut digunakan sebagai bahan bakar, penadah kotoran ternak, pupuk organik atau dibuang begitu saja. Sekam padi mengandung karbon dalam bentuk selulosa dalam jumlah yang cukup besar. Selulosa merupakan senyawa karbon rantai panjang yang bisa direngkah menjadi senyawa karbon yang lebih sederhana menggunakan alkali kuat. Sekam padi mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi dengan selulosa sebagai penyusun utamanya. Selulosa adalah penyusun utama kayu yang berwarna putih dan tidak larut dalam air maupun dalam pelarut organik. Selulosa merupakan polisakarida yang tersusun dari molekul-molekul anhidroglukosa. Molekulmolekul tersebut saling berkaitan dan membentuk rantai panjang, sehingga berat molekul selulosa sangat besar. Untuk itu, rumus molekul dapat ditulis dengan (C6H10O5)n. Selulosa bila direaksikan dengan alkali kuat akan menghasilkan asam oksalat, asam asetat dan asam formiat. Reaksi dengan alkali kuat tersebut juga sering disebut hidrolisis atau peleburan (Mastuti, 2005).

Gambar 1. Sekam Padi

Tabel 1. Kandungan selulosa dan hemiselulosa

Sumber: (Anonim1, 2012) Asam Oksalat

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama IUPAC asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat (Anonim2, 2012).

Gambar 2. Asam oksalat Asam oksalat memiliki bentuk fisik zat padat, kristal, tidak berwarna, tidak berasa, higroskopis, berbentuk kristal, Larut dalam alkohol, gliserol. Sedikit larut dalam eter dan tidak larut dalam benzene, kloroform, petroleum eter. Kegunaan asam oksalat antara lain sebagai pencuci radiator mobil, pembersih peralatan dan logam biasa, bahan pemurni, bahan antara berbagai senyawa, penyamak kulit, katalisator, reagen laboratorium, pemutih tekstil, bahan bantu pewarna dan cat (Anonim3, 2001). Proses Pembuatan Asam Oksalat Secara umum, ada empat macam proses pembuatan asam oksalat dengan bahan dasar yang berbeda, yaitu: 1. Proses Sodium Formiat Proses ini memiliki enam tahap yaitu; tahap pembentukan natrium formiat dari karbon monoksida (CO) dan natrium hidroksida (NaOH), tahap pembentukan natrium oksalat dari proses dehidrogenasi natrium formiat, tahap pembuatan kalsium oksalat dengan penambahan kalsium hidroksida pada natrium oksalat, tahap recovery natrium hidroksida akibat bereaksinya natrium oksalat dengan kalsium hidroksida, tahap pendekomposisian asam oksalat dengan adanya

penambahan asam sulfat, dan menghasilkan hasil samping berupa kalsium sulfat (gypsum), dan terakhir adalah tahap pemurnian crude asam oksalat (Kirk, 1998). 2. Fermentasi Glukosa Proses ini menggunakan jamur untuk menguraikan glukosa menjadi asam oksalat. Davies (1983) mensintesis asam oksalat dengan oksidasi glikolat dari seledri. Jamur yang biasa digunakan pada proses ini adalah Aspergillus Niger yang beroperasi optimum pada pH 4,5. Produk yang diperoleh kemudian disaring, diasamkan, dan dihilangkan warnanya. Setelah itu, produk dinaikkan konsentrasinya dengan evaporator dan hasilnya dikristalkan. Hasil dari pengkristalan dikeringkan untuk meminimalkan kadar air dalam produk. Yield asam oksalat tergantung dari nutrient (nitrogen) yang ditambahkan. Millerd, dkk (1963) mensintesis asam oksalat dari tanaman pes-caprae menggunakan Aspergilus niger, dimana glukosa pada tanaman pes-caprae diuraikan oleh jamur aspergilus niger. 3. Hidrolisis Alkali Proses ini menggunakan bahan baku berupa bahan yang mengandung selulosa tinggi, serbuk gergaji, sekam, tongkol jagung, dan lain-lain. Bahan ini dilebur dengan sodium hidroksida dan atau potassium hidroksida pada suhu 240 285 oC. Menurut Mastuti (2005) larutan penghidrolis yang efektif digunakan pelarut hidrolisis jenis alkali kuat. Dari penelitian yang dilakukan Mastuti, sekam padi yang mengandung selulosa dapat menghasilkan asam oksalat dengan pelarut hidrolisis alkali kuat NaOH. Produk yang diperoleh direaksikan dengan kapur untuk mengikat oksalat dengan kalsium. Produk ini kemudian direaksikan dengan asam sulfat untuk membentuk asam oksalat. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Selulosa + NaOH ---------> Na2C2O4 + zat lain (1) Na2C2O4 + Ca(OH)2 ---------> CaC2O4 + 2 NaOH (2) CaC2O4 + H2SO4 ---------> CaSO4 + H2C2O4 (3) Konversi yang diperoleh dari proses ini kurang dari 45 % dengan kemurnian produk sebesar 60 %. 4. Oksidasi karbohidrat dengan HNO3 Cara ini ditemukan oleh Scheele pada tahun 1776. Karbohidrat yang dapat digunakan pada proses ini antara lain : gula, glukosa, fruktosa, maizena, pati gandum, pati kentang, tapioka, molasses, dan lain-lain (Kirk, 1998). Palaniswamy(2004), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dalam daun purslane terdapat asam oksalat. Pada penelitiannya, Palaniswamy mengekstrak kandungan asam oksalat pada daun purslane dengan prinsip hidrolisis basa menggunakan campuran NO3- dan NH4+. Hasil menunjukkan yield maksimum terdapat pada daun sebesar 662,5 mg asam oksalat/ 100 gram bahan kering pada rasio campuran 1:0 NO3- terhadap NH4+. Karbohidrat dihidrolisis terlebih dahulu untuk mendapatkan glukosa dengan reaksi: (C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6 (4) Glukosa yang diperoleh dicampurkan dengan larutan induk asam oksalat yang mengandung 50 % H2C2O4 dan kemudian direaksikan dengan HNO3 menggunakan katalis V2O5. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah : C6H12O6 + 12 HNO3 -----> 3 C2H2O4.2H2O + 3 H2O + 3NO + 9 N2O (5)

4 C6H12O6 + 18 HNO3 + 3 H2O -----> 12 C2H2O4.2H2O + 9 NO2 (6) Dalam pembuatan asam oksalat dengan proses ini, bahan dasar yang digunakan mengandung pati 80 %. Setelah didapatkan produk asam oksalat, dilakukan penyaringan, pemisahan, dan pengkristalan. Konsentrasi asam oksalat yang dihasilkan mencapai 99 % sedangkan yield dapat mencapai 95 - 97 %. Proses pembuatan asam oksalat dengan metode ini dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu (Anonim4, 2009). Pembuatan Asam Oksalat dari Hidrolisis Alkali Palaniswamy (2004) menyebutkan asam oksalat terdapat secara alami dalam jumlah besar pada tanaman,khususnya pada biji-bijian (Purslane). Penentuan konsentrasi asam oksalat dilakukan dengan cara oksidasi dengan menggunakan ion NH4+ dengan hasil kurang dari 40-50 %, sedangkan Mastuti (2005) melakukan penelitian pembuatan asam oksalat dari sekam padi dengan menggunakan larutan NaOH yang menghasilkan konversi terbesar adalah 84,17% atau yield sebesar 44,1907 % dari berat sekam padi pada konsentrasi pelarut 3,5 N dengan waktu hidrolisis selama 75 menit Dari uraian proses di atas, proses yang digunakan pada penelitian ini yakni proses hidrolisis alkali. Bahan baku yang digunakan adalah sekam padi yang memiliki kadar selulosa dan hemiselulosa. Meski dalam proses oksidasi dengan mengunakan HNO3 konsentrasi asam oksalat yang dihasilkan mencapai 99 % dan yield dapat mencapai 95 - 97 %, namun proses ini merupakan reaksi antara asam nitrat dengan gula, glukosa, fruktosa, maizena, pati gandum, pati kentang, tapioka, molasses. Sedangkan karbohidrat harus dihidrolisis terlebih dahulu. Berdasarkan penelitian- penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penelitian ini akan menggunakan hidrolisis alkali dengan pelarut alkali NaOH dan Ca(OH)2,, dengan pertimbangan untuk membandingkan keefektifan jenis pelarut basa golongan I A dan golongan II. Pada penelitian ini akan menggunakan variabel tetap berupa sekam padi dan konsentrasi pelarut, sedangkan suhu dan waktu operasi sebagai variabel bebas. III. METODE PENDEKATAN Alat Alatalat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas mantel, labu leher tiga, statif, kondensor, termometer, gelas beker, erlenmeyer, buret, ayakan dan oven.
Keterangan : 1. Statif 2. Klem 3. Motor pengaduk 4. Pengaduk merkuri 5. Labu leher tiga 6. Pemanas mantel 7. Pendingin bola 8. Termometer 9. Sumber arus

Gambar 3. Rangkaian alat ekstraksi

Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sekam padi, larutan NaOH, larutan Ca(OH)2, kalsium klorida, asam sulfat, dan kertas saring Prosedur kerja 1.Persiapan Bahan Baku Sekam padi dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan kadar air. Sekam padi yang telah kering kemudian dihaluskan dan diayak dengan ukuran 250 micron. 2. Proses Ekstraksi Sekam padi yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam larutan Ca(OH)2 dan NaOH dengan konsentrasi 3,5 N (Mastuti, 2005). Campuran sekam padi dan larutan alkali dipanaskan dengan suhu yang telah ditentukan (30, 60, 90,120 dan 150 C). Sampel diambil dalam selang waktu tertentu (15, 30, 60, 90, dan 120 menit) sebanyak 15 ml. Sampel yang diambil didinginkan terlebih dahulu kemudian disaring dan ditambahkan kalsium klorida untuk mengendapkan oksalat yang ada menjadi kalsiun oksalat. Larutan dengan kandungan asam oksalat kemudian ditambahkan dengan asam sulfat agar terbentuk asam oksalat dan endapan kalsium sulfat. Campuran asam oksalat dan endapan kalsium sulfat dipisahkan dengan cara filtrasi. Filtrat yang berupa asam oksalat akan dianalisis untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat yang terkandung. Untuk menghasilkan asam oksalat padat filtrat diatas dipanaskan kemudian didinginkan. 3. Analisa Produk Untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat digunakan metode titrasi permanganometri.

Sekam

Pengeringan

Pengayakan

250 micron 25 gr sekam Suhu 30, 60, 90, 120, dan 150 C Waktu 15, 30, 60, 90 dan 120 menit Larutan NaOH 3,5 N 200 ml Pengontrolan PH Penyaringan Penyaringan Hidrolisis 25 gr sekam Suhu 30, 60, 90, 120, dan 150 C Waktu 15, 30, 60, 90 dan 120 menit Larutan Ca(OH)2 3,5 N 200 ml Pengontrolan PH

Penambahan CaCl2 Pengendapan Pengasaman

Penambahan H2SO4

Pengontrolan PH

Penyaringan Penambahan H2SO4 Pengasaman Pengontrolan PH Penyaringan

Penyaringan

Pengkristalan

Analisa Produk

Pengkristalan

Analisa Produk

Gambar 4. Mekanisme Penelitian IV. PELAKSANAAN PROGRAM Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu dan Tempat Pelaksanaan pada bulan Januari-April 2013 dan bertempat di laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan Instrumen Pelaksanaan Instrumen Pelaksanaan penelitian ini adalah

Bahan Habis Pakai No Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Ca(OH)2 NaOH CaCl2 H2SO4 Akuades Kertas saring Kertas label Alumunium foil Kertas A4 80 gr Tinta Printer Stationery Trasnportasi Analisa Sampel Dokumentasi Sewa Alat dan Tempat

Harga Satuan (Rp) 900/gr 200/gr 1.500/gr 200/ml 5.000/liter 15000/lembar 5.000/pak 17.000/pak 40.000 30.000 50.000 300.000 35.000 50.000 1.500.000 Total

Jumlah 600 gr 200 gr 600 gr 2000 ml 50 liter 20 lembar 1 pak 2pak 3 4 1 1 50 1 _

Biaya (Rp) 540.000 40.000 900.000 400.000 250.000 300.000 5.000 34.000 120.000 120.000 50.000 300.000 1.750.000 50.000 1.500.000 Rp. 6.359.000

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Table 3. Yield asam oksalat dari proses hidrolisis dengan pelarut NaOH Yield (%) untuk berbagai suhu operasi Waktu 0 (menit) 30 C 600C 900C 1200C 1500C 15 0.4500 0.8372 0.6300 0.0068 0.0051 30 0.6300 1.2600 0.4615 0.0094 0.0054 60 0.9000 3.4200 0.6686 0.0068 0.0089 90 0.6300 2.7000 0.7260 0.0020 0.0048 120 0.5400 1.3500 0.5700 0.0017 0.0027 Tabel 4.Yield asam oksalat dari proses hidrolisis dengan pelarut Ca(OH)2 Yield (%) untuk berbagai suhu operasi Waktu 0 (menit) 30 C 600C 900C 1200C 1500C 15 0.0136 0.9000 0.7920 0.3600 0.3600 30 0.0071 1.9440 0.8136 0.5400 0.6480 60 0.0136 2.2320 1.0800 1.0800 1.0080 90 0.0146 1.1520 0.8280 0.6480 0.7200 120 0.0102 1.0800 0.7200 0.6120 0.5480 Pembahasan

Asam oksalat dapat diperoleh dengan cara hidrolisis bahan yang mengandung selulosa dalam penelitan ini yaitu sekam padi dengan menggunakan larutan basa yaitu NaOH dan Ca(OH)2 dengan konsentrasi 3,5 N. Menurut Narimo (2010) selulosa yang terkandung dalam sekam padi akan dileburkan oleh basa kuat, dalam penelitian ini digunakan NaOH dan Ca(OH)2. Penggunaan pelarut NaOH akan menghasilkan senyawa natrium oksalat yang diperoleh dari penyaringan larutan sampel. Hasil penyaringan ditambahkan larutan CaCl2, hasil dari penambahan tersebut merupakan endapan kalsium oksalat. Endapan tersebut kemudian akan ditambahkan H2SO4 untuk menghasilkan produk asam oksalat. Reaksi proses tersebut ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut:
(C6H10O6) n +4nNaOH + 3nO2 n (COONa)2 + n (CH3COONa) + n HCOONa + 5n H2O + n CO2 (7) (COONa)2 + CaCl2 (COO)2Ca + 2 NaCl (8) (COO)2Ca + H2SO4 (COOH)2 + CaSO4 (9) Sedangkan untuk penggunaan pelarut Ca(OH)2 akan bereaksi dengan selulosa yang

ada di dalam sekam padi menjadi kalsium oksalat. Pada penggunaan pelarut Ca(OH)2 tidak dilakukan penambahan larutan CaCl2, hal ini disebabkan oksalat telah diikat oleh kalsium dari senyawa CaCl2 sehingga membentuk kalsium oksalat. Kemudian akan ditambahkan dengan H2SO4 menjadi asam oksalat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
(C6H10O6)n + 3n Ca(OH)2 + 2nO2 (COO)2Ca + H2SO4 n (COO)2Ca + n (CH3COOCa) + nHCOOCa + 6n H2O + n CO2 (10) (COOH)2 + CaSO4 (11)

Hasil penelitian pengaruh waktu dan suhu hidrolisis terhadap yield produk pada larutan NaOH 3,5 N dengan berat bahan baku 25 gram dengan volume pelarut 200 mL dan pengadukan 300 rpm ditunjukan pada grafik sebagai berikut:
4.00 3.50 3.00 %yield 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 15 35 55 75 waktu (menit) 95 115 30 60 90 120 150

Gambar 4. Hubungan yield terhadap waktu dengan variabel pelarut NaOH Berdasarkan gambar 4. dapat dilihat yield yang dihasilkan dari variabel pelarut NaOH 3,5 N dengan variabel suhu 300C, 600C, 900C, 1200C, dan 1500C, serta variabel waktu 15; 30; 60; 90; 120; 150 menit. Dengan bertambahnya waktu, yield akan terus meningkat sampai suhu 60 menit setelah itu yield akan terus menurun. Begitu pula dengan bertambahnya suhu, yield akan terus meningkat dan

10

setelah suhu 600C yield akan terus menurun. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mastuti (2005), yield meningkat dengan bertambahnya waktu. Namun, setelah mencapai waktu optimum yield menurun. Menurut Mastuti (2005), hal ini disebabkan oleh terjadinya reaksi lanjutan yang akan menghasilkan asam formiat dan asam asetat yang terjadi akibat bertambahnya tumbukan molekul zat pereaksi.. Berdasarkan data yang dihasilkan pada penelititan ini, yield terbaik dihasilkan pada waktu 60 menit dan suhu operasi 600C. Yield yang dihasilkan dari kondisi operasi terbaik tersebut yaitu 3,42 %. Sedangkan penelitian terhadap larutan Ca(OH)2 3,5 N dengan berat bahan baku 25 gram dengan volume pelarut 200 mL dan pengadukan 300 rpm dapat dilihat pada grafik berikut:
3.0000 2.5000 2.0000 %yield 1.5000 1.0000 0.5000 0.0000 15 35 55 75 95 115 waktu (menit) 30 60 90 120 150

Gambar 5. Hubungan yield terhadap waktu dengan variabel pelarut Ca(OH)2 Berdasarkan gambar 5. hubungan persentase yield terhadap waktu dengan variabel pelarut Ca(OH)2 serta perbandingan pada tiap suhu operasi didapatkan data terbaik yakni pada waktu operasi 60 menit dan suhu operasi 600C. Yield yang dihasilkan pada kondisi operasi tersebut yaitu 2.2320 %. Pada tiap variabel suhu, semakin bertambah waktu yield semakin meningkat namun setelah mencapai waktu yang optimal yield akan menurun, begitu pula pada variabel waktu. Hal ini disebabkan saat proses melewati batas kondisi operasi akan mengalami proses lanjutan yaitu pembentukan senyawa-senyawa lain seperti asam formiat dan asam asetat. Berdasarkan grafik 4. dan 5. pada setiap suhu untuk masing-masing pelarut mempunyai kecenderungan yang berbeda. Pada pelarut NaOH dengan suhu 300C menghasilkan yield yang cukup baik, tetapi pada pelarut Ca(OH)2 dengan suhu 300C menghasilkan yield yang sangat kecil. Hal ini dikarenakan pada suhu tersebut tidak terjadi proses pemanasan, hanya ada proses pengadukan. Kondisi larutan NaOH yang sudah homogen, dapat langsung memecah ikatan selulosa yang juga dibantu oleh reaksi eksoterm yang diakibatkan oleh pencampuran NaOH dengan air. Sedangkan pada larutan Ca(OH)2, kondisi larutan tidak larut

11

sempurna dan panas eksotermis yang dihasilkan kecil sehingga tidak dapat langsung memecah selulosa yang ada pada sekam padi. Berdasarkan kedua jenis pelarut di atas, menunjukkan kecenderungan yang sama. Kondisi operasi terbaik pada waktu operasi 60 menit dan suhu operasi 600C. Berdasarkan yield asam oksalat yang dihasilkan NaOH memberikan hasil yang lebih baik. Penggunaan NaOH yang merupakan golongan IA lebih baik dibandingkan Ca(OH)2 golongan IIA, perbandingan ini berdasarkan kereaktifan NaOH untuk bereaksi dengan selulosa. NaOH yang merupakan senyawa golongan IA memiliki kereaktifan yang lebih besar dibanding dengan Ca(OH)2 yang merupakan golongan IIA. Kereaktifan ini dipengaruhi oleh jari-jari atom dan potensial ionisasi. Jari jari unsur golongan IA lebih besar bila dibandingkan dengan golongan IIA sehingga potensial ionisasi golongan IA akan lebih kecil, dikarenakan elektron valensi unsur gologan IA lebih mudah terlepas dari golongan IIA (Irvan, 2008). Kelarutan tiap pelarut juga mempengaruhi proses terambilnya senyawa oksalat dari sekam padi. Ini terlihat dari kelarutan NaOH dan Ca(OH)2, kelarutan NaOH lebih besar dibandingkan dengan Ca(OH)2. kelarutan NaOH dalam air dalam 100 C sebesar 3.47 g/ml dan Ca(OH)2 sebesar 7,7. 10-4 g/ml (Perry, 1997). Sehingga NaOH lebih mudah untuk melarutkan selulosa untuk mendapatkan senyawa oksalat. Berdasarkan data penelitian selisih yield antara pelarut NaOH dengan Ca(OH)2 sebesar 0.41 % Dengan dilakukannya penelitian ini, sekam padi sangat berpotensi dalam menghasilkan asam oksalat. Tetapi perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam prosedur mengingat yield yang dihasilkan masih terlalu kecil. Berdasarkan analisa hasil penelitian dapat diketahui bahwa proses ekstraksi senyawa oksalat dari bahan berselulosa dipengaruhi oleh waktu operasi, jenis pelarut, suhu pelarut dan konsentrasi pelarut. VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Asam oksalat yang dihasilkan dengan menngunakan pelarut NaOH lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pelarut Ca(OH)2. 2. Yield asam oksalat yang dihasilkan akan terus meningkat dengan bertambahnya waktu dan suhu dan setelah keadaan tertentu akan menurun. 3. Yield dalam menghasilkan asam oksalat dengan menggunakan pelarut NaOH dan Ca(OH)2 pada waktu 60 menit dan suhu 60C. B. Saran Disarankan menggunakan variabel waktu yang tidak terlalu jauh, dan sebaiknya dalam pengambilan sampel dilakukan secara duplo untuk meminimalisir kesalahan pengambilan data selama penelitian.

12

VII. DAFTAR PUSTAKA Anonim1,2012, Produksi Biobutanol Dengan Bahan Baku Non Pangan Sebagai Energi Alternatif Melalui Proses Fermentasi, http://www.lemigas.esdm.go.id, 25 september 2012. Anonim2, 2012, Asam Oksalat, http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_oksalat, 25 September 2012. Anonim3, 2012, Pedoman Penatalaksanaan Keracunan Untuk Rumah sakit, Depkes RI, 2001. Anonim4, 2009, Macam-macam Pembuatan Asam Oksalat, http://revik45.blogspot.com/2009/03/pabrik-asam-oksalat.html, 27 september 2012. Davies, D.D. and Asker H., 1983, Synthesis of Oxalic Acid by Enzymes from Lettuce Leaves, Plant Physiol, Vol.72, hal 134-138. Irvan. 2008, Golongan Alkali dan Alkali Tanah, http://van88.wordpress.com/golongan-alkali-alkali-tanah/, 31 Januari 2013. Kirk, RE and Othmer, DF, 1998, Encyclopedia of Chemical Technology, vol 5, 4ed, John Wiley Interscience Publisher Inc. New York.hal 458. Mastuti, Endang. 2005, Pembuatan Asam Oksalat dari Sekam Padi, Ekuilibrium Vol.4(1), hal 13-17. Millerd, Moston, and Wells. 1963. Oxalic Acid Synthesis in Shoots of Oxalis pes-caprae, Biochem.J, Vol 88, hal 276-280. Narimo. 2010. Pembuatan Asam Oksalat dari peleburan kertas koran bekas dengan larutan NaOH, Vol 5, hal 73 79. Panjaitan, Rumintang R. 2008. Pemanfaatan Sabut Akar Pinang untuk Pembuatan Asam Oksalat, Vol.39 (1), hal 42-49. Palaniswamy, R. Usha, 2004. Oxalic Acid Concentration in Purslane (PortLaca Oleraceae L.) is altered by the stage of harvest and the nitrate to ammonium ratiosmin hydroponic, Scientia Horticulturae, Vol.102, hal 267-275. Perry, R. Green, 1997, Perrys Chemical Engineering Handbook 7th, McGraw Hill: New York.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ipi443431 PDF
    Ipi443431 PDF
    Dokumen7 halaman
    Ipi443431 PDF
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Tugas 3 TPL
    Tugas 3 TPL
    Dokumen8 halaman
    Tugas 3 TPL
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • PROPOSAL PENGAJUAN TUGAS AKHIR
    PROPOSAL PENGAJUAN TUGAS AKHIR
    Dokumen20 halaman
    PROPOSAL PENGAJUAN TUGAS AKHIR
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • 7 787955837511
    7 787955837511
    Dokumen9 halaman
    7 787955837511
    Sutoyo Mh
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen10 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen17 halaman
    Bab I
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Peta Lokasi
    Peta Lokasi
    Dokumen1 halaman
    Peta Lokasi
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Persentasi
    Persentasi
    Dokumen18 halaman
    Persentasi
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Rotary Kiln
    Rotary Kiln
    Dokumen1 halaman
    Rotary Kiln
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ekosistem
    Makalah Ekosistem
    Dokumen87 halaman
    Makalah Ekosistem
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Makalah HPMP
    Makalah HPMP
    Dokumen5 halaman
    Makalah HPMP
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • GH
    GH
    Dokumen1 halaman
    GH
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Rotary Kiln
    Rotary Kiln
    Dokumen1 halaman
    Rotary Kiln
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Soal Final KO
    Soal Final KO
    Dokumen1 halaman
    Soal Final KO
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Prinsip Dasar
    Prinsip Dasar
    Dokumen4 halaman
    Prinsip Dasar
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Persentasi
    Persentasi
    Dokumen18 halaman
    Persentasi
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Pencemaran Air Oleh Oil-Field Brines Limbah Industri Terkait
    Pencemaran Air Oleh Oil-Field Brines Limbah Industri Terkait
    Dokumen11 halaman
    Pencemaran Air Oleh Oil-Field Brines Limbah Industri Terkait
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Data EA
    Data EA
    Dokumen5 halaman
    Data EA
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Tugas TPL Lca
    Tugas TPL Lca
    Dokumen7 halaman
    Tugas TPL Lca
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Proposal Kerja Praktek Minamas
    Proposal Kerja Praktek Minamas
    Dokumen7 halaman
    Proposal Kerja Praktek Minamas
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Teknologi Semen - Pasir Besi
    Teknologi Semen - Pasir Besi
    Dokumen8 halaman
    Teknologi Semen - Pasir Besi
    Annie Norhayani
    0% (1)
  • Persentasi
    Persentasi
    Dokumen18 halaman
    Persentasi
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • KESETIMBANGAN
    KESETIMBANGAN
    Dokumen11 halaman
    KESETIMBANGAN
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • SEMENTEKNOLOGI
    SEMENTEKNOLOGI
    Dokumen12 halaman
    SEMENTEKNOLOGI
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Norhayani (H1D109005)
    Norhayani (H1D109005)
    Dokumen2 halaman
    Norhayani (H1D109005)
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat
  • Banjarbaru
    Banjarbaru
    Dokumen1 halaman
    Banjarbaru
    Annie Norhayani
    Belum ada peringkat