Anda di halaman 1dari 18

AsKep Anemia (Diagnosa Nanda 2011)

Author: www.upik.tk | Filed Under: Asuhan Keperawatan | di 18.48 |

BAB I PENDAHULUAN Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut. Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal. Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.

BAB II KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. DEFINISI Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a jarang dekuat. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil. B. ETIOLOGI Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi) 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut: 1. Anemia Defisiensi Zat Besi Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.

a.

Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).

b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001). Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Hb 11 gr% : Tidak anemia 2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 3) Hb 7 8 gr%: Anemia sedang 4) Hb < 7 gr% : Anemia berat Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 810 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 2025 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001). 2. Anemia Megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya: a. c. Asam folik 15 30 mg per hari Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari

d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi. 4. Anemia Hemolitik Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.

D. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL Gejala anemia pada kehamilan yaitu: Ibu mengeluh cepat lelah, Sering pusing, Mata berkunang-kunang, Malaise, Lidah luka, Nafsu makan turun (anoreksia), Konsentrasi hilang, Nafas pendek (pada anemia parah); dan Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E. GAMBARAN KLINIS A. Riwayat 1. Mentruasi berlebihan 2. Kehilangan darah kronik 3. Riwayat keluarga 4. Diet yang tidak adekuat 5. Jarak kehamilan yang terlalu dekat 6. Anemia pada kehamilan sebelumnya 7. Pika ( nafsu makan terhadap bahan bukan makanan ) B. Tanda dan Gejala 1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk 2. Pusing atau kelemahan 3. Sakit kepala 4. Lesi pada mulut dan lidah 5. Aneroksia,mual, atau muntah 6. Kulit pucat 7. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat 8. Dasar kuku pucat 9. Takikardi F. TES LABORATORIUM Hitung sel darah lengkap dan Apusan darah: untuk tujuan praktis, maka anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sabagai hemoglobin kurang dari pada 10 atau 11 gr/100 ml dan hematokrit kurang dari pada 30% sampai 33% . Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologo eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan keadekutan trombosit. G. DIAGNOSA BANDING Anemia hipokrom mikrositik: produksi eritrosit norma,tetapi sintesis hemoglobin terganggu. Defiesiensi besi dipengaruhi oleh sintesis hemetalasemia lemah dalam mensientesis globulin. Sel-sel kecil, dengan penurunan dengan konsentrasi hemoglobin. Nilai besi serum (serum iron) membantu mambedakan dua kelaianan : besi serum menurun pada defisiensi besi dan normal ( atau meningkat ) pada talasemia.

Anemia megaloblastik makrositik disebabkan oleh gangguan apa pun yang mempengaruhi sintesis DNA sel, tetepi membiarkan hemoglibinasi normal . Anemia normokrom normositik disertai dengan perdarahan berlebihan atu gagalnya aktivitas sumsum tulang. H. PENATALAKSANAAN A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien 1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain. 2. Kaji riwayat keluarga B. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal. 1. Morfologi a. c. a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi b. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan sehat. c. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah, namun masih normal. d. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia (1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya (2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap hari e. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan megaloblastik. (1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet. (2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari. f. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut: (1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi. Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi 2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan

(2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut: (a) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium) (b) Kadar kosentrasizat besi serum (c) Kapasitas pegikat zat besi (d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM) (e) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit) (f) Hitung trombosit (g) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar (h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit (i) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan Afika-Amerika. (3) Konsultasikan dengan dokter (4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi. C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi. 1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IVPenatalaksanaan B2). 2. Konsultasikan ke dokter bila: a. b. c. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan kesalahan labotaturium). Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%. I. AKIBAT LANJUTAN Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami: 1. Keguguran. 2. Lahir sebelum waktunya. 3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). 4. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan. 5. Dapat menimbulkan kematian.

ANEMIA: DEFISIENSI ZAT BESI

I.

Definisi dan Etiologi sekitar 95% anemia terkait kehamilan tergolong anemia defisiensi zat besi.

A. Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang paling umum saat kehamilan, B. Morfologi terdiri dari SDM hipokrom mikrositik. C. Zat besi serum menurun dan kapasitas pengikat zat besi meningkat. II. Gambaran Klinis A. Curigai adanya anemia defisiensi zat besi bila terdapat: 1. Satu atau lebih factor-faktor predisposisi anemia 2. Kadar Ht < 30% B. Konfirmasi diagnosis sebagai anemia defisiensi zat besi bila terdapat: 1. Morfologi menunjukkan SDM hipokrom mikrositik 2. Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan selama satu minggu. III. Penatalaksaan A. Skrining rutin 1. Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan darah sebelumnya. 2. Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal. 3. Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi). 4. Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan. B. Terapi anemia: 1. Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat. 2. Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut: a. Berikan konseling gizi. (1) Tinjau diet pasien. (2) Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet. (3) Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi. (4) Rujuk ke ahli gizi. b. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat besi saat kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi. (1) Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal. Setiap sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi. (2) Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.

(3) Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudahnya. (4) Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi vitamin C atau tablet vitamin C. (5) Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat besi. (6) Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada tidak mengkonsumsi sama sekali. 3. Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien ini menurut panduan terapi anemia. 4. Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht 27% saat mulai persalinan, pertimbangkan pemberian cairan IV atau heparin lock saat persalinan. 5. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan. Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat Nafero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat. 6. Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50g asam folat untuk profilaksis anemia. 7. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis. ANEMIA: MEGALOBLASTIK I. Definisi dan Etiologi (sel darah merah) dan hipokrom makrositik. B. Umumnya terkait dengan anemia defisiensi zat besi. Jarang dijumpai kasus anemia megaloblastik saja. C. Anemia megaloblastik berhubungan dengan kurangnya sayuran segar atau protein hewani dalam diet. II. Gambaran klinis A. Gejala 1. Mual dan muntah 2. Anoreksia A. Anemia megaloblastik adalah penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah SDM

B. Morfologi 1. SDM hipokrom makrositik 2. Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi C. Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau keduanya. III. Penatalaksanaan A. Suplemen 1. Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi 2. Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat. 3. Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi. B. Konseling gizi 1. Kaji diet pasien 2. Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet 3. Rujuk ke ahli gizi C. Hitung darah lengkap 1. Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan. 2. Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht. ANEMIA: HEMOLITIK DIDAPAT (ACQUIRED HEMOLYTIC ANEMIA) I. Definisi. Suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania. II. Insidens. Dua persen dari semu wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini. III. Etiologi. Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat. IV. Penatalaksanaan A. Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD. B. Terapi 1. Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.

2. Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari. 3. Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S) urine bulanan. 4. Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami anemia berat. C. Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut: 1. Aldomet 2. Asam askorbat (dosis besar) 3. Asam nalidiksik 4. Asam para-aminosalisilat 5. Aspirin 6. Diafenilsulfon 7. Fenasetin 8. Isoniazid 9. Kloramfenikol 10. Kuinakrin (atabrine) 11. Kuinidin 12. Kuinin 13. Kuinosid 14. Methylene blue ANEMIA: PERNISIOSA I. Defisiensi dan Etologi diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal. B. Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun. II. Gambaran Klinis A. Anemia pernisiosa ditandai dengan SDM makrositik, yang bias juga normokrom atau hipekrom. B. SDM pada anemia sulit dibedakan dengan SDM pada defisiensi asam folat. C. Terapi asam folat dapat menyamarkan anemia pernisiosa karena SDM menjadi normositik, meskipun penyakit ini masih ada. III. Diagnosis A. Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung, yang

A. Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi SDM menjadi normal, namun hematokrit tdak meningkat. B. Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan 1000 mg vitamin B12 per parenteral selama 3 bulan. IV. Penatalaksanaan A. Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-sumber vitamin B12 berikan konseling gizi. B. Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan. C. Tawarkan rujukan ke ahli gizi. D. Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan. 1. Kondisinya membaik bila: a. Morfologi normal b. Kadar Ht meningkat 2. Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter. ANEMIA: SEL SABIT I. 1. Definisi dan Etiologi Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak tampak kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat. 2. Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan melemahkan. Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi. B. Insidens 1. Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit. 2. Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini. II. Penatalaksanaan A. Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika: 1. Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah. 2. Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin. a. Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter. selama kehamilan dan persalinan. B. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK selama kehamilan. C. Beri konseling kepada pasien: b. Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara normal A. Jenis

1. Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya. 2. Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada kemungkinan bayinya menderita penyakit ini. 3. Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA A. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi : 1. Aktivitas / istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. 2. Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP). 3. Integritas ego Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.

4.

Eleminasi Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran Tanda : distensi abdomen. urine. Makanan/cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).

5.

6.

Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).

7. Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB) 8. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9.

Nyeri/kenyamanan Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik). 10. libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. 2. 3. 4. C. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi) Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan. INTERVENSI KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria hasil 1. Intoleransi aktivitasMelaporkan peningkatan Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang

2.

Intevensi Kaji kemampuan pasien untuk Mem melakukan untuk melakukan inter berhubungan dengantoleransi aktivitas(termasuk tugas/AKS normal. Men ketidakseimbangan antaraaktivitas sehari-hari. Kaji kehilangan/gangguan kare keseimbangan gaya jalan, mem suplai dan kebutuhan kelemahan otot. pasie oksigen. Awasi tekanan darah, nadi, Man pernapasan selama dan sesudah upay aktivitas. mem Berikan lingkungan tenang. jarin Ubah posisi pasien dengan Men perlahan dan pantau terhadap men pusing. tubu Anjurkan pasien untuk jantu menghentikan aktivitas bila Hipo palpitasi. sereb berd cede Reg berle kega Ketidakseimbangan nutrisi: Menunjukkan peningkatan berat Kaji riwayat nutrisi, termasuk Men makanan yang disukai. kem

kurang dari kebutuhan tubuh badan atau berat badan stabil berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan. dengan nilai laboratorium normal.

Observasi dan catat masukan Men makanan pasien. kual Timbang berat badan tiap hari. mak Berikan makan sedikit dan Men frekuensi sering dan/atau atau makan diantara waktu makan. Mak Observasi dan catat kejadian kelem mual/muntah, flatus dan gejala pem lain yang berhubungan. gaste Berikan dan bantu hygiene Geja mulut yang baik sebelum dan anem sesudah makan, gunakan sikat Men gigi halus untuk penyikatan pem yang lembut. Berikan pencuci pertu mulut yang diencerkan bila kem mukosa oral luka. pera Kolaborasi : dipe 1.Berikan obat sesuai indikasi, rapu mis.Vitamin dan suplemen bera mineral, seperti Kola sianokobalamin (vitamin B12), 1. Kebu asam folat (Flovite); asam pada askorbat (vitamin C), masu 2.Besi dextran (IM/IV.) defis Dibe dipe untu terap dara oral

3.

Resiko infeksi berhubungan Mngidentifikasi perilaku untuk dengan pertahanan tubuh (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi). mencegah/menurunkan resiko sekunder yang tidak adekuat infeksi.

4.

Konstipasi makan.

berhubunganMembuat/kembali pola normal

dengan perubahan pada poladari fungsi usus.

Tingkatkan cuci tangan yang Men baik oleh oemberi perawatan Men dan pasien. Me Pertahankan teknik aseptic pern ketat pada prosedur/ perawatan dan luka. Adn Tingkatkan masukan cairan evalu adekuat. Mun Pantau suhu, catat adanya men menggigil dan takikardia pros dengan atau tanpa demam Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik. Observasi warna feses, Mem konsistensi, frekuensi, dan pem jumlah. Buny Auskultas bunyi usus dan Awasi masukan dan haluaran Dapa dengan perhatian khusus pada berle

makanan/cairan. defis Kaji kondisi kulit perianal Menc dengan sering. Menu Kolaborasi: berikan obat anti diare, misalnya: difenoxsilat hidroklorida. D. EVALUASI 1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih dalamrentang normal pasien. 2. A. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi. B. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai. 3. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi. 4. Fungsi usus mulai kembali normal. DAFTAR PUSTAKA Morgan Geri, dkk. 2009. Obstetri dan Ginekologi Pansuan Praktik. Jakarta: EGC. Loowdermilk,dkk.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC. Taber Ben-zion,M,D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstet dan Ginekologi.Jakarta:EGC. Prawirohardjo, Sarwono.2006.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka. Doenges, Marilynn E,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC. Nanda.2009.Diagnosa Keperawatan 2009-2011.Jakarta:EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC http://heldaupik.blogspot.com/2012/02/askep-anemia-diagnosa-nanda-2011.html

Anda mungkin juga menyukai